Anda di halaman 1dari 11

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang telah


No. Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
1 Adaptasi dalam Kajian Literatur Analisis eksplorasi penyebab masalah
penanganan peserta didik Menurut Trimo(2012) Pendidikan segregasi adalah sekolah yang
berkebutuhan khusus di memisahkan anak berkebutuhan khusus dari system persekolahan 1. Guru matematika belum memahami
SLB dalam pembelajaran regular. Di Indonesia bentuk sekolah segregasi ini berupa satuan hasil asesmen peserta didik
matematika sehingga pendidikan khusus atau Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan berkebutuhan khusus
Peserta didik memiliki jenis kelainan peserta didik seperti SLB-A (tunanetra), SLB-B 2. Kurangnya pelatihan pembelajaran
motivasi belajar (tunarungu), SLB-C (tunagrahita), SLB-D (tunadaksa), dan SLB- kompensatoris penanganan anak
matematika yang belum E (tunalaras). SLB terdiri atas jenjang TKLB, SDLB, SMPLB, dan berkebutuhan khusus bagi guru
optimal SMALB bidang studi di SLB
3. Kemampuan literasi numerasi
Menurut Slameto (2010:180) minat merupakan suatu rasa lebih peserta didik berkebutuhan khusus
suka dan rasa keteertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada berbeda
yang menyuruh. 4. Pembelajaran matematika yang
kurang menarik perhatian siswa
Anak berkebutuhan khusus juga dapat di maknai sebagai anak berkebutuhan khusus berakibat
yang karena kondisi fisik, mental, sosial, dan/ atau memiliki pada motivasi belajar matematika
kecerdasan atau bakat istimewa memerlukan bantuan khusus yang belum optimal
dalam pembelajaran (Wardani, 2013 : 1.5).

Beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam menangani anak


berkebutuhan khusus dan anak reguler dalam kelas inklusif
menurut Ormrod (2008 : 261-263) diantaranya :
a. Kumpulkan sebanyak mungkin informasi mengenai setiap anak.
b. Sesuaikan cara mengajar dengan karakteristik dan kebutuhan
masing masing anak, baik untuk anak berkebutuhan khusus
maupun anak reguler.
c. Bersikap fleksibel ketika mengajar.
d. Identifikasi dan ajarkan pengetahuan dan keterampilan yang
mungkin belum diperoleh anak karena hambatan tertentu.
e. Lakukan konsultasi dan kerjasama dengan spesialis.
f. Komunikasikan segalanya dengan orang tua secara teratur.
g. Libatkan anak didik dalam pembuatan rencana dan pengambilan
keputusan.
h. Tetaplah buka mata terhadap anak didik yang mungkin
memenuhi kualifikasi untuk mendapatkan pelayanan khusus.

Sumber belajar :

• I.G.A.K. Wardani. Dkk (2013). Pengantar Pendidikan Anak


Berkebutuhan Khusus. Banten. Universitas Terbuka
• Ormrod, J.E. (2008). Psikologi Pendidikan Membantu Siswa
Tumbuh dan Berkembang. Jakarta: Erlangga.
• Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya Jakarta: Rineka Cipta.
• Trimo, “Manajemen Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklu
sif: Kajian Aplikatif Pentingnya Menghargai Keberagaman
Bagi Anak-Anak Berkebutuhan Khusus,” Jurnal Manajemen
Pendidikan (JMP) 1, no. 2 (2012): 224–239.

Wawancara dengan guru Pendidikan Luar Biasa (PLB) ;


1. Guru PLB pernah menemui peserta didik berkebutuhan
khusus yang kurang motivasi belajar
2. Sebelum membuat perangkat pembelajaran anak didik
berkebutuhan khusus, Perlu untuk memahami hasil
asesmen karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus
3. Pemilihan model pembelajaran untuk peserta didik
berkebutuhan khusus juga harus memperhatikan hasil
asesmen masing-masing peserta didik
2 Peserta didik dengan Kajian Literatur Analisis eksplorasi penyebab masalah
kekurangan IQ
(tunagrahita) cenderung 1. Grossman (1983) yang secara resmi digunakan AAMD 1. Peserta didik tunagrahita
terdapat kesulitan belajar di (American Association on Mental Deficiency) sebagai berikut. mengalami kesulitan belajar
bidang perspektif tugas- Mental retardation refers to significantly subaverage general pada tugas tugas perkembangan,
tugas perkembangan intellectual functioning resulting in or adaptive behavior and ialah sebagai berikut
manifested during the developmental period.(Hallahan & • kesulitan dalam
Kauffman, 1988: 47) pemusatan perhatian
Artinya, ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual • kesulitan dalam
umum yang secara nyata (signifikan) berada di bawah rata-rata mengingat
(normal) bersamaan dengan kekurangan dalam tingkah laku • kesulitan dalam berpikir
penyesuaian diri dan semua ini berlangsung (termanifestasi) • kesulitan dalam bahasa
pada masa perkembangannya. • kesulitan dalam Persepsi
2. Menurut Kirk & Gallagher (1986), kesulitan belajar dapat dan Perseptual Motor
dikelompokan menjadi dua kelompok besar yaitu developmental 2. Kesulitan belajar bagi peserta
learning disabilities dan kesulitan belajar akademis. Komponen didik tunagrahita ialah terdapat
utama pada developmental learning disabilities antara lain pada materi HOTS (High Order
perhatian, memori, gangguan persepsi visual dan motorik, Thinking Skill)
berpikir dan gangguan bahasa. Sedangkan kesulitan belajar
akademis termasuk ketidakmampuan pada membaca,
mengeja, menulis, dan aritmatik.
3. Beberapa modifikasi instruksional yang dapat dilakukan dengan
kelas inklusif dengan anak keterbelakangan mental yang di
kemukakan oleh Mastropieri & Scruggs (2000) dan Udvari-
Solner (n.d) antara lain :
1) Tujuan prioritas
2) Adaptasi bahan-bahan / material
3) Adaptasi instruksi
4) Berkomunikasi dengan keluarga
5) Adaptasi evaluasi
6) Gunakan kurikulum khusus
Penyesuaian metode dan program pengajaran tersebut, meliputi :
1) Pelajaran harus bersifat konkrit
2) Metode mengajar dengan pendekatan individual
3) Review dilakukan secara terus menerus
4) Jangan terlalu menuntut syarat-syarat akademik yang tinggi
5) Kata-kata yang digunakan sederhana dan cepat difahami
6) Jangan memperlihatkan sikap yang menakut-nakuti anak
7) Isi pengajaran supaya menarik minat anak

Sumber belajar :

Kirk, S.A, & Gallagher, J.J. (1986). Educating Exceptional


Children 5 th ed. Boston: Houghton Mifflin Company
Hallahan, D. P. and Kauffman, J. M. (1988). Exceptional Children
Introduction to Special Education. New Jersey: Prentice Hall
International

Wawancara dengan guru Pendidikan Luar Biasa (PLB) ;


1. Peserta didik dengan hambatan tunagrahita ialah peserta
didik dengan kecerdasan intelektual di bawah rata-rata
2. Peserta didik tunagrahita mengalami kesulitan belajar pada
tugas tugas perkembangan, ialah sebagai berikut
• kesulitan dalam pemusatan perhatian
• kesulitan dalam mengingat
• kesulitan dalam berpikir
• kesulitan dalam bahasa
• kesulitan dalam Persepsi dan Perseptual Motor
3. Kesulitan belajar bagi peserta didik tunagrahita ialah
terdapat pada materi HOTS (High Order Thinking Skill)
3 Peserta didik dengan Kajian Literatur Analisis eksplorasi penyebab masalah
kekurangan pendengaran 1. Tin Suharmini (2009: 35) mengemukakan tunarungu dapat
(tunarungu) sering diartikan sebagai keadaan dari seorang individu yang mengalami 1. Peserta didik tunarungu
mengalami kesulitan kerusakan pada indera pendengaran sehingga menyebabkan tidak SMPLB/SMALB mengalami
belajar di pengolahan bisa menangkap berbagai rangsang suara, atau rangsang lain kesulitan belajar di pengolahan
informasi melalui pendengaran. informasi, ialah sebagai berikut
2. Tin Suharmini (2009: 38) memaparkan tingkatan perkembangan kesulitan dalam
kognitif anak tunarungu ditentukan oleh: mengintegrasikaan input
a) tingkat kemampuan bahasa, informasi
b) variasi pengalaman, kesulitan dalam menyimpan
c) pola asuh atau kontrol lingkungan, informasi
d) tingkat ketunarunguan dan daerah bagian telinga yang kesulitan memberi respons yang
mengalami sesuai dengan informasi yang
kerusakan, dan ada tidaknya kecacatan lainnya diterima

Karakteristik anak tunarungu sangat kompleks dan berbeda-beda 2. Kesulitan belajar bagi peserta
satu sama lain. Karakteristik tersebut antara lain : didik tunarungu ialah terdapat
1) Miskin kosa kata menyebabkan kesulitan berkomunikasi pada materi HOTS (High Order
dengan orang lain Thinking Skill) terutama dalam
2) Mengalami kesulitan dalam mengerti ungkapan bahasa yang soal cerita matematika di
mengandung arti kiasan dan kata-kata abstrak kehidupan sehari-hari
3) Kurang menguasai irama dan gaya bahasa
4) Sulit memahami kalimat-kalimat yang kompleks atau kalimat-
kalimat yang
panjang serta bentuk kiasan
5) Hilangnya ketajaman pendengaran bagi anak runarungu akan
membuat dirinya sangat bergantung pada indera penglihatan.

Sumber belajar
Suharmini, Tin. 2009. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus.
Yogyakarta: Kanwa Publisher.
Yuni Sri Utami Erna Juherna, Endah Purwanti, Mela wati,
“Implementasi Pendidikan Karakter Pada Disabilita s Anak
Tunarungu,” Jurnal Golden Age 4, no. 01 (2020): 12–19.

Wawancara dengan guru Pendidikan Luar Biasa (PLB) ;

1. Peserta didik dengan hambatan tunarungu ialah peserta


didik dengan hambatan pendengaran
2. Peserta didik tunarungu SMPLB/SMALB mengalami
kesulitan belajar di pengolahan informasi, ialah sebagai
berikut
kesulitan dalam mengintegrasikaan input informasi
kesulitan dalam menyimpan informasi
kesulitan memberi respons yang sesuai dengan informasi
yang diterima

3. Kesulitan belajar bagi peserta didik tunarungu ialah


terdapat pada materi HOTS (High Order Thinking Skill)
terutama dalam soal cerita matematika di kehidupan sehari-
hari

4 Peserta didik dengan Kajian Literatur Analisis eksplorasi penyebab masalah


kekurangan fisik
(tunadaksa) sering Menurut (Efendi, M.2006) pengertian kelainan fungsi anggota 1. Peserta didik dengan hambatan
mengalami kesulitan di tubuh (tuna daksa) adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk tunadaksa ialah peserta didik
kemampuan motorik dan melaksanakan fungsinya disebabkan oleh berkurangnya dengan hambatan fisik peserta
persepsi/perseptual kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara didik mengalami kesulitan
motorik normal akibat luka, penyakit, atau pertumbuhan yang tidak dalam kemampuan motorik,
sempurna. istilah yang sering digunakan untuk menyebutkan kesulitan dalam
tunadaksa, seperti cacat fisik, cacat tubuh, tuna tubuh ataupun persepsi/perseptual motorik
cacat ortopedi. 2. Kesulitan belajar materi
matematika bagi peserta didik
Gangguan itu mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi, tunadaksa ialah pada materi
adaptasi, mobilisasi, dan gangguan perkembangan yang membutuhkan kemampuan
pribadi.(Astati,2000) motorik contohnya menggambar
Sehubungan dengan perencanaan kegiatan pembelajaran bagi anak dalam materi Statistika
tunadaksa, Ronald L. Taylor (1984) dalam (Astati,2000) menggambar grafik atau tabel.
mengemukakan, apabila penyandang cacat menerima pelayanan
pendidikan di sekolah formal maka ia harus memperoleh
pelayanan pendidikan yang diindividualisasikan.

Sumber belajar :
Astati, dkk. (2000). Model Pembelajaran Anak Luar Biasa yang
Mengikuti Pendidikan di Sekolah Umum. Laporan Penelitian.
Bandung. Jurusan PLB FIP UPI
Efendi, M. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan
Fisik. Jakarta: Bumi Aksara

Wawancara dengan guru Pendidikan Luar Biasa (PLB) ;

1. Peserta didik dengan hambatan tunadaksa ialah peserta didik


dengan hambatan fisik peserta didik mengalami kesulitan dalam
kemampuan motorik, kesulitan dalam persepsi/perseptual
motorik

• Kesulitan belajar materi matematika bagi peserta didik


tunadaksa ialah pada materi yang membutuhkan kemampuan
motorik contohnya menggambar dalam materi Statistika
menggambar grafik atau tabel.

5 Guru belum optimal dalam Kajian Literatur ; Analisis eksplorasi penyebab masalah
mengimplementasikan
model pembelajaran Menurut Suharti (2016:14) bahwa pengajar memiliki peran 1. Guru matematika belum
inovatif dan media sebagai motivator, informator, organisatorm, indisiator, memahami hasil asesmen
pembelajaran berdasarkan katalisator, konduktor, fasilitator, dan evaluator. peserta didik berkebutuhan
karakteristik peserta didik khusus dalam menentukan
berkebutuhan khusus serta keberhasilan pembelajaran dengan model pembelajaran PBL model pembelajaran matematika
Sulit untuk membuat (Problem Based Learning) juga ditentukan oleh kemampuan 2. Pembelajaran matematika yang
peserta didik berkolaborasi pengajar dalam mengolah pembelajaran. (Widiya, 2018) kurang menarik perhatian siswa
karena Kondisi berkebutuhan khusus berakibat
Rombongan Belajar yang Media pendidikan dapat berfungsi sebagai perangsang belajar dan pada motivasi belajar
ada di SLB yang per dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga peserta didik tidak matematika yang belum optimal
rombel hanya sedikit bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar. Oleh karenanya media
pendidikan harus dikembangkan sesuai dengan perkembangan
zaman dan kebutuhan peserta didik itu sendiri.

Suharti. 2016. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Universitas


PGRI Adibuana
Nani, Widiya , 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Problem
Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa
Tunadaksa SDLB-D YPAC Surabaya. Universitas Negeri
Semarang

6 Adanya miskonsepsi atau 1. Mata pelajaran matematika tetap diajarkan di sekolah. Hal ini Analisis eksplorasi penyebab masalah
Materi Prasyarat masih disebabkan pemahaman terhadap permasalahan matematika Berdasarkan diskusi penguatan
belum dipahami oleh dapat membantu peserta didik untuk dapat hidup mandiri di eksplorasi masalah;
peserta didik berkebutuhan lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam hal
khusus sehingga Guru menghitung (Delphie, 2009:27). Miskonsepsi sering terjadi pada guru
masih kurang dalam matematika itu sendiri dalam penentuan
mengoptimalkan 2. Anggara,B. (2020) Indikator Miskonsepsi Matematika Fakta, konsep, prinsip dan metakognitif
pemberian materi HOTS Siswa: dalam suatu materi matematika, Seperti
(High Order Thinking a. Miskonsepsi teoritikal • terjadi pemahaman suatu konsep contoh
Skill) pada beberapa yang tidak akurat yang tidak sesuai dengan konsep yang telah
karakteristik peserta didik diterima dan disepakati secara ilmiah oleh pakar ahli dalam bidang
tersebut • siswa menyatakan ulang konsep secara tidak benar • • Tidak ada penyebutan bilangan
siswa tidak mengetahui secara benar syarat perlu dan syarat cukup min/plus, yang ada adalah
dari suatu konsep bilangan negatif/positif
b. Miskonsepsi klasifikasional • siswa keliru dalam • Sebutan yang benar ruas garis
mengklasifikasikan obyek-obyek dari konsep • siswa keliru dalam AB bukan garis AB
membedakan mana yang merupakan contoh konsep dan yang • Konsep Pengurangan berulang
bukan contoh konsep untuk pembagian adalah salah
c. Miskonsepsi korelasional • siswa keliru dalam menyajikan
konsep dalam bentuk lain yang lebih sederhana atau dalam bentuk
simbol-simbol matematika • siswa menggunakan konsep yang Dasar penentuan suatu materi lebih
salah dalam menerapkan konsep dengan prosedur atau operasi sederhana jika dilihat dari Fakta baru ke
tertentu • siswa tidak dapat mengembangkan konsep dengan benar. konsep, prinsip dan berakhir ke
metakognitif
Sumber Belajar;
Delphie, Bandi. 2009. Matematika untuk Anak Berkebutuhan Guru tidak harus berpatokan dengan
Khusus. Sleman: PT Intan Klaten. buku sebagai satu-satunya sumber
Anggara, B. (2020). Pengembangan Soal Higher Order Thinking Skills sebagai belajar
Tes Diagnostik Miskonsepsi Matematis Siswa SMA. ALGORITMA Journal of
Mathematics Education, 2(2), 176-191.
• Kemampuan dasar siswa masih
perlu ditingkatkan
• Faktor eksternal yang sedikit
banyak berpengaruh yakni suasana
kelas dan fasilitas yang kurang
memadai

7 Pemanfaatan teknologi 1. Nikolopoulou dan Gialamas (2016) mengelompokkan Analisis eksplorasi penyebab masalah
dalam pembelajaran masih tantangan penggunaan TIK dalam proses pembelajaran dari tiga
belum optimal aspek, yaitu kurangnya dukungan (lack of support), kurangnya a. Tidak setiap kelas memiliki fasilitas
Belum optimalnya sarana kepercayaan (lack of confidence), dan kurangnya perlengkapan yang sama (ada kelas yang tidak
pra sarana dalam (lack of equipment) tersedia instalasi listrik).
pembelajaran dengan 2. Menurut (Munir,2014:33) menyatakan bahwa guru harus dapat
pemanfaatan teknologi menguasai kompetensi pengunaan TIK seperti: 1).
Pengoprasian/mengunakan dasar komputer. 2) Mengunakan b. Guru sudah mempersiapkan
Aplikasi produktivitas perangkat lunak. 3) Mengunakan pembelajaran berbasis online namun
software komunikasi. 4) Membuat aplikasi perangkat jaringan internetnya gangguan.
lunak presentasi. c. Kondisi kelas yang terlalu terang
sehingga materi yang ditampilkan
menggunakan LCD tidak terlihat
Sumber belajar : dengan jelas.
d. Tidak semua siswa memiliki
Nikolopoulou, K., Gialamas, V., &Batsouta, M. (2016). Young Children‟s gawai/laptop.
Access To And Use Of ICT At Home Young Children‟s Access To. (February). e. Tidak semua guru terampil dalam
Retrieved from https://www.researchgate.net/publication/46122880%..
menggunakan teknologi.
f. Guru tidak sempat dalam
mempersiapkan pembelajaran
Hasil Wawancara dengan Pakar berbasis teknologi.
g. Guru membutuhkan tenaga dan
Penyebab belum maksimalnya pemanfaatan teknologi/inovasi waktu yang lebih dalam
dalam pembelajaran menurut pakar antara lain: mempersiapkan pembelajaran
berbasis teknologi
a. Tidak setiap kelas memiliki fasilitas yang sama (ada kelas
yang tidak tersedia instalasi listrik).
b. Guru sudah mempersiapkan pembelajaran berbasis online
namun jaringan internetnya gangguan.
c. Kondisi kelas yang terlalu terang sehingga materi yang
ditampilkan menggunakan LCD tidak terlihat dengan jelas.
d. Tidak semua siswa memiliki gawai/laptop.
e. Tidak semua guru terampil dalam menggunakan teknologi.
f. Guru tidak sempat dalam mempersiapkan pembelajaran
berbasis teknologi.
g. Guru membutuhkan tenaga dan waktu yang lebih dalam
mempersiapkan pembelajaran berbasis teknologi

Anda mungkin juga menyukai