Anda di halaman 1dari 13

Nama : EKO BAGUS SETYAWAN, S.

Pd
No.UKG : 201501458932
NIM : 223112715719

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang
No Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi
telah
. masalah penyebab masalah
diidentifikasi
1 Berdasarkan hasil Hasil kajian literasi : Setelah melakukan
AKPD dan angket analisis eksplorasi tentang
terdapat beberapa Mei pritangguh (2017) masalah siswa yang memiliki
siswa kelas 9 yang yang sering kali dialami remaja masalah dalam
memiliki masalah atau siswa SMP dalam rangka kemampuan perencanaan
dalam kemampuan persiapan karier masa depan karir maka dapat
perencanaan karir. adalah : disimpulkan :
1.Siswa masih belum mampu Faktor internal :
menentukan pilihan untuk 1. Siswa masih kurangnya
melanjutkan studi lanjutan mendapat informasi
serta pilihan jurusan yang tentang studi lanjut.
sesuai dengan kemampuan 2. Siswa masih bingung
yang dimiliki. menentukan mau
2.Siswa masih belum dapat masuk SMA atau SMK
memutuskan jenis pekerjaan yang akan dipilih.
apa yang akan dijalani 3. Siswa masih belum
nantinya. memikirkan mau
kemana nantinya
https:// setelah lulus.
journal.student.uny.ac.id/ojs/
index.php/fipbk/search/ Faktor eksternal :
authors/view?
firstName=Mei&middleName=&l 1. Kurangnya layanan
astName=pritangguh&affiliation informasi karier di
=&country= sekolah.
2. Kurangnya peran orang
FH Rosmana (2019) tua terhadap pemilihan
Siswa SMP pada umumnya belum studi lanjut.
bisa membuat perencanaan karier 3. Pengaruh teman dalam
dengan baik, mereka tidak punya pemilihan sekolah
banyak informasi tentang karier, lanjutan.
baik itu mengenai sekolah
lanjutan atau peminatan
pendidikan dan juga pekerjaan

https://
journal.ikipsiliwangi.ac.id/
index.php/fokus/article/view/
5855/1936

M Ghassani (2020)
Fenomena yang justru
berkembang di kalangan siswa
SMP adalah kebanyakan siswa
belum memiliki gambaran yang
jelas mengenai masa depannya.
Tidak jarang di antara siswa SMP
memilih sekolah lanjutan tertentu
karena menuruti keinginan orang
tua ataupun pengaruh teman
sebaya, sementara siswa sendiri
kurang mengenali bakat, minat
ataupun keinginan sendiri di
masa mendatang

https://journal.uii.ac.id/
intervensipsikologi/article/
download/12518/10652/44237

Hasil Wawancara dengan


koordinator BK:
Sebagian siswa memiliki masalah
dalam kemampuan perencanaan
karir, hal ini disebabkan oleh :
1. Siswa kurang menggali
informasi tentang studi
lanjutanya.
2. Siswa masih bingung
menentukan studi lanjutnya
setelah lulus SMP.
3. Kurangnya peran orang tua
terhadap pemilihan studi
lanjut.
4. Kurangnya layanan informasi
karier di sekolah

Hasil Wawancara dengan siswa:


1. Bingung menentukan mau
masuk SMA atau SMK yang
akan dipilih.
2. Hanya ikut-ikutan teman
ketika mereka diminta memilih
sekolah lanjutan atau jurusan
yang akan dimasukinya
3. Belum tahu banyak tentang
informasi tentang sekolah
lanjutan.
4. Belum memikirkan tentang
studi lanjutannya, dipikirakan
nanti ketika mau lulus saja.

Hasil Wawancara dengan


orangtua :
1. Orang tua tidak mengetahui
minat dan bakat anak
sehingga orang tua tidak bisa
mengarahkan anaknya ke
sekolah lanjutan.
2. Orang tua jarang menanyakan
tentang perencanaan karirnya
3. Orang tua sibuk dengan
pekerjaanya
4. Orang tua jarang memberikan
arahan mengenai perencanaan
karirnya

2 Berdasarkan hasil Hasil kajian literasi : Setelah melakukan


observasi dan analisis eksplorasi tentang
wawancara Penelitian yang dilakukan oleh Siswa mengalami
didapatkan Ferrari & Tice (Mulyana, 2018) prokrastinasi akademik
beberapa Siswa Prokrastinasi dipengaruhi oleh maka dapat disimpulkan :
kelas 9 mengalami sebuah kecemasan pada Faktor internal :
prokrastinasi kegagalan. Selain itu, Brown & 1. Siswa belum paham arti
akademik Holzman (dalam Muzaqi & pentingnya
Arumsari, 2016), mengemukakan menyelesaiakn tugas
bahwa mereka yang tidak mampu 2. Siswa kurang aktif
mengelola waktu dengan baik dan dalam pembelajaran
melakukan penundaan maupun dikelas.
menyelesaikan suatu pekerjaan 3. Siswa merasa tidak
merupakan salah satu indikasi terbebani jika belum
dari prokrastinasi. Selain itu mengerjakan tugas
prokrastinasi akademik juga 4. Siswa tidak menyukai
menimbulkan dampak negatif, mata pelajaran tertentu
seperti tugas tidak tuntas, hasil 5. Siswa jarang belajar
belajar kurang maksimal dan juga dirumah dikarenakan
dapat menimbulkan kecemasan, main game dan sibuk
bahkan depresi (Santika & bermain dengan
Sawitri: 2017). temannya.

https://journal.unesa.ac.id/
index.php/jbk/article/view/19657 Faktor eksternal :
1. Gaya pengasuhan
Muhammad Nur Wangid orang tua, pengaruh
Universitas Negeri Yogyakarta keluarga yang tidak
m_nurwangid@uny.ac.id ( 2014) memperhatikan anak
Prokrastinasi merupakan salah ketika berada dirumah
satu fenomena permalahan yang
mempengaruhi jutaan pelajar di
seluruh dunia. Prokrastinasi
akademik adalah salah satu
alasan yang paling sering
dipergunakan dalam
merasionalisasi kegagalan atau
kinerja akademik yang tidak
maksimal dari mahasiswa di
perguruan tinggi. Banyak bukti-
bukti ilmiah yang menunjukkan
bahwa prokrastinasi akademik
banyak berhubungan dengan
berbagai macam kerugian dalam
bidang akademik maupun non-
akademik. Efek prokrastinasi
pada umumnya mahasiswa akan
mengalami penurunan akademik,
di samping itu mereka juga
dihinggapi ketegangan dan
kecemasan yang tinggi. Pada
dasarnya ada dua hal yang
mempengaruhi prokrastinasi yaitu
faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal berupa
aspek fisiologis dan psikologis,
sedangkan faktor eksternal
berupa berbagai hal yang
mempengaruhi individu dalam
perkembangannya mulai dari gaya
pengasuhan orang tua, pengaruh
keluarga, dan sebagainya.
Berbagai tip untuk mengatasi
prokrastinasi didiskusikan baik
dalam aspek preventif,
developmental, maupun kuratif.

https://psikologi.uinjkt.ac.id/wp-
content/uploads/2016/08/2-
Tazkiya-VOL.-19-NO.-2-
OKTOBER-2014.pdf#page=89

Hasil Wawancara Guru mapel


dan wali kelas :
Sebagian siswa mengalami
Prokastinasi akademik, hal ini
disebabkan oleh :
1. Siswa tertidur di kelas
2. Siswa belum paham arti
pentingnya menyelesaikan
suatu tugas.
3. Siswa sering menunda nunda
tugas sehingga banyak tugas
yang tidak dikerjakan
4. Siswa mengalami penurunan
prestasi.
5. Siswa kurang aktif dalam
pembelajaran
6. Siswa merasa tidak terbebani
jika belum mengerjakan tugas
7. Siswa kurang bersemangat
dalam pembelajaran

Hasil Wawancara siswa :

1. Siswa tidur larut malam.


2. Sering bermain game dengan
teman-temanya.
3. Jarang belajar dirumah, lebih
banyak bermain.
4. Jarang berada dirumah
5. Ada beberapa mata pelajaran
yang tidak disukai.

3 Berdasarkan hasil Hasil kajian literasi : Setelah melakukan


observasi dan analisis eksplorasi tentang
wawancara Burhanuddin Salam, Op. Cit Rendahnya Etika
didapatkan hlm, 3-4 Berkomunikasi siswa
Rendahnya Etika Menurut Burhanuddin Salam dengan Guru maka dapat
Berkomunikasi dalam kaitan dengan nilai dan disimpulkan :
siswa dengan Guru norma dalam etika, terdapat dua 1. Siswa masih banyak
macam etika: yang menggunakan
1) Etika deskriptif, yang berusaha bahasa yang kurang
meneropong secara kritis dan
baik
rasional sikap dan pola perilaku
manusia dan apa yang dikejar 2. Siswa belum paham
oleh manusia dalam hidup ini tentang beretika dalam
sebagai sesuatu yang bernilai. komunikasi
Etika deskriptif berbicara 3. Kebiasan komunikasi
mengenai fakta apa adanya, yaitu Siswa dirumah
mengenai nilai dan pola perilaku 4. Kurangnya perhatian
manusia sebagai suatu fakta yang dari orang tua saat
terkait dengan situasi dan realitas dirumah
konkret yang membudaya. Ia 5. Kondisi lingkungan
berbicara mengenai kenyataan rumah
penghayatan nilai, tanpa menilai,
dalam suatu masyarakat, tentang
sikap orang menghadapi hidup
ini, dan tentang kondidi-kondisi
yang memungkinkan manusia
bertindak secara etis.
2) Etika normatif, yang berusaha
menetapkan berbagai sikap dan
pola perilaku ideal yang
seharusnya dimiliki manusia,
atau apa yang seharusnya
dijalankan oleh manusia, atau
apa yang seharusnya diambil
untuk mencapai apa yang bernilai
dalam hidup ini. Etika normative
berbicara mengenai norma-norma
yang menuntun tingkah laku
manusia, serta member penilaian
dan himbauan kepada manusia
untuk bertindak sebagaimana
seharusnya berdasarkan norma-
norma. Ia menghimbau manusia
untuk bertindak yang baik dan
menghindari yang jelek. Secara
umum norma dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu norma
khusus dan norma umum.
Norma-norma khusus adalah
aturan yang berlaku dalam norma
umum mempunyai sifat yang
lebih umum dan universal.
Norma umum ada tiga macam :
a) Norma sopan santun, yakni
norma yang mengatur pola
perilaku dan sikap lahiriah,
misalnya : tata cara bertamu,
duduk, makan, 19 minum, dan
sebagainya. Norma sopan santun
ini lebih menyangkut tata cara
lahiriah dan pergaulan sehari-
hari. Walaupun sikap dan
perilaku lahiriah ini bersumber
dari dalam hati dan arena itu
mempunyai kualitas moral,
namun sikap lahiriah itu sendiri
tidak bersifat moral.
b) Norma hukum, yakni norma
yang dituntut dengan tegas oleh
masyarakat karena dianggap
perlu demi keselamatan dan
kesejahteraan masyarakat. Norma
hokum ini lebih tegas dan pasti,
karena dijamin oleh hukuman
terhadap para pelanggarnya.
c) Norma moral, yakni aturan
mengenai sikap dan perilaku
manusia sebagai manusia. Norma
moral mengacu pada baik
buruknya manusia sebagai
manusia. Norma moral menjadi
tolok ukur yang dipakai oleh
masyarakat untuk menentukan
baik buruknya manusia sebagai
manusia, dan bukan dalam
kaitannya dengan tugas atau
jawaban tertentu, bukan dalam
kaitan dengan status social dan
sebagainya. Yang ditekankan
adalah sikap mereka dalam
menghadapi tugasnya, dalam
menghargai kehidupan manusia,
dalam menampilkan dirinya
sebagai manusia dalam profesi
yang diembannya.

https://repository.uin-
suska.ac.id/18096/7/7.%20BAB
%20II_2017657KI.pdf

Hasil Wawancara Guru


Mapel/Wali kelas :
1. Siswa masih banyak yang
menggunakan bahasa yang
kurang baik
2. Siswa masih kurang sopan
dalam berkomunikasi.
3. Siswa belum paham tentang
beretika dalam komunikasi
4. Kebiasan komunikasi dirumah

Hasil Wawancara Siswa :


1. Siswa biasa berbicara tidak
sopan dirumah
2. Kondisi lingkungan rumah
yang dekat warung kopi
sehingga mempengaruhi
komunikasinya
3. Tidak adanya perhatian dari
orang tua
4. Tidak paham tentang etika
berkomunikas yng benar

4 Kurangnya inovasi Hasil kajian literasi : Setelah melakukan


pembelajaran analisis eksplorasi tentang
sesuai dengan Menurut Terttiaavini, dkk Siswa belum memahami
karakteristik siswa (2017) Etika pergaulan antar
Faktor penyebab permasalahan teman sebaya maka dapat
kurang maksimalnya disimpulkan :
implementasi model pembelajaran 1. Model pembelajaran
inovatif adalah: yang bersifat satu arah
1. Sarana prasarana pendukung dimana guru menjadi
belum memadai sumber pengetahuan
2. Guru kurang kreatif dalam utama menjadi sangat
mengembangkan metode sulit untuk dirubah.
pembelajaran 2. Guru kurang kreatif
3. Kondisi perekonomian orangtua dalam mengembangkan
siswa yang tidak mendukung metode pembelajaran
siswa untuk konsentrasi dalam
3. Melakukan inovasi
tugas belajar
model pembelajaran
https://
dibutuhkan sebuah
garuda.kemdikbud.go.id/
kreatifitas yang tinggi.
documents/detail/1108363
4. Guru masih
Menurut
menerangkan dengan
https://naikpangkat.com/
ceramah dan mencatat,
Kendala Penerapan Pembelajaran
siswa merasa bosan.
Interaktif yaitu :
1. Pertama yakni faktor
lingkungan sekolah. Tentu
faktor ini tidak hanya sekedar
membahas konsep belajar saja
namun juga bagaimana
mekanisme berjalannya
administrasi sekolah. Peran
guru memang utamanya
sebagai pendidik. Namun tidak
bisa dinafikkan bahwa pendidik
juga terkadang harus cerdas
dan bijak dalam membagi
waktu agar keduanya dapat
berjalan seimbang
2. Faktor kedua yakni adanya
perbedaan usia para pendidik.
Tentu hal ini akan
menghadirkan kesenjangan
sehingga pembelajaran inovatif
tak dapat terlaksana dengan
baik. Ketidakmampuan
sebagian pendidik dalam
pemanfaatan teknologi sangat
berpengaruh besar pada
keberlangsungan penerapan
konsep pembelajaran inovatif di
kelas.

https://naikpangkat.com/
mengenal-kendala-pembelajaran-
inovatif-di-kelas/

Hasil Wawancara Guru Mapel :


1. Keyakinan guru bahwa model
ceramah sangat efektif untuk
membuat siswa menguasai
materi pelajaran.
2. model pembelajaran yang
bersifat satu arah dimana guru
menjadi sumber pengetahuan
utama menjadi sangat sulit
untuk dirubah.
3. Melakukan inovasi model
pembelajaran dibutuhkan
sebuah kreatifitas yang tinggi.

Hasil Wawancara siswa :


1. Guru menerangkan dengan
ceramah dan mencatat, siswa
merasa bosan.
2. Siswa banyak yang tidak
menyimak materi yang
disampaikan
3. Tidak mengerjakan tugas
karena belum memahami
materi

5 Peserta didik Hasil kajian literasi : Setelah melakukan


memiliki minat analisis eksplorasi tentang
baca yang rendah M Suryaman - Litera, 2015 Siswa belum memahami
Hasil penelitian sebagai berikut. Etika pergaulan antar
Pertama, capaian rata-rata teman sebaya maka dapat
kemampuan membaca siswa disimpulkan :
Indonesia berada pada level Faktor internal :
rendah di bawah median 1. Kurangnya kemampuan
internasional. Kedua, kemampuan siswa dalam hal
memecahkan soalsiswa Indonesia membaca
mengalami kemajuan dari tahun 2. keterbatasan
2006 ke 2011, khususnya di level buku/bahan bacaan di
tinggi, sedang, dan lemah, tetapi perpustakaan.
pada level sempurna belum ada 3. Kurangnya dukungan
perubahan. Ketiga, kemampuan kegiatan membaca dari
memecahkan soal dipengaruhi keluarga
oleh: 4. Pengaruh penggunaan
(a) kecenderungan menjawab soal HP yang mengurangi
berdasarkan tebakan, minat baca
(b) konstruksi stem dan pilihan 5. Siswa membaca buku
butir soal kurang baik, ketika ada perintah dari
(c) kualitas wacana kurang baik, Guru
(d) pengembangan kompetensi
membaca belum maksimal, Faktor eksternal :
(e) pengembangan kebiasaan 1. Budaya membaca yang
membaca belum memadai, kurang di lingkungan
(f) teori sastra yang diajarkan sekolah
kurang tepat, 2. Dirumah anak lebih
(g) ukuran jawaban dalam bermain HP daripada
persepsi guru dan siswa sangat membaca.
variatif, dan

https://journal.uny.ac.id/
index.php/litera/article/view/
4416

Menurut Bunata (dalam Dalman


2013:142),
bahwa minat baca sangat
ditentukan oleh beberapa faktor,
yaitu sebagai berikut:
a. Faktor lingkungan keluarga,
Keluarga mempunyai peran
penting dalam membimbing
anak untuk menyukai kegiatan
membaca yang dilakukan
dirumah tanpa adanya
paksaan dari orang tua
b. Faktor kurikulum dan
pendidikan sekolah yang
kurang kondusif, Tenaga
kependidikan yang tidak
memberikan motivasi pada
siswa bahwa membaca itu
penting untuk menambahkan
ilmu pengetahuan, melatih
berpikir kritis, mengalisis
persoalan dan sebagainya.
c. Faktor budaya, Budaya baca
masyarakat Indonesia rendah.
d. Faktor infrastruktur yang
kurang mendukung
peningkatan minat baca,
kelayakan perpustakaan dan
bahan bacaan yang tersedia.
e. Faktor media, Pengaruh
televisi, media sosial dan game
yang mengalihkan minat baca.

http://
portaluqb.ac.id:808/135/4/BAB
%20II%20.pdf

Azmi Rizky Anisa, Ala Aprila


Ipungkarti, dan Kayla Nur
Saffanah Vol. 01 No. 01 Tahun
2021
Faktor dari penyebab kurangnya
literasi yaitu di bawah
ini merupakan penyebab
rendahnya budaya literasi di
Indonesia :
1. Permasalahan di Dalam
Lingkungan Sekolah.
-Terbatasnya sarana dan
prasarana membaca seperti
ketersediaan perpustakaan
juga buku-buku bacaan yang
bervariasi menjadi salah satu
faktor penyebab.
- Faktor lainnya ialah situasi
belajar yang kurang
memotivasi para siswa untuk
mempelajari buku-buku
tertentu di luar buku-buku
paket.
- Kurangnya role model (dari
kalangan guru) bagi siswa
dalam hal membaca.

2. Permasalahan di Luar
Lingkungan Sekolah
- Berkembangnya sebuah
teknologi informasi
menyebabkan kurangnya
minat masyarakat terhadap
aktivitas membaca buku.
- Berkembangnya handphone
dan internet menyebabkan
kurangnya minat manusia
terhadap buku.
- Banyaknya keluarga yang
belum menanamkan kebiasaan
wajib membaca.
- Keterjangkauan daya beli
masyarakat terhadap buku.

https://ejournal.upi.edu/index.p
hp/crecs/article/view/32685

Hasil Wawancara Guru Mapel :


1. Kurangnya kemampuan siswa
dalam hal membaca
2. keterbatasan buku/bahan
bacaan di perpustakaan.
3. Kurangnya dukungan kegiatan
membaca dari keluarga
4. Pengaruh penggunaan HP yang
mengurangi minat baca
5. Siswa membaca buku ketika
ada perintah dari Guru
6. Budaya membaca yang kurang
di lingkungan sekolah

Hasil Wawancara Siswa:


1. Siswa jarang membaca di
perpustakaan ketika waktu
istirahat
2. Kemampuan membaca siswa
masih rendah
3. Dirumah anak lebih bermain
HP daripada membaca.
4. Siswa belum tahu manfaat dari
membaca

6 Dari Hasil Hasil kajian literasi : Setelah melakukan


pengamatan dan analisis eksplorasi tentang
wawancara Fahlepi Roma Doni (2017) : penyalahgunaan medsos
ditemukan Penggunaan media sosial oleh beberapa siswa. maka
penyalahgunaan membawa begitu banyak dapat disimpulkan :
medsos oleh kemudahan bagi penggunanya. 1. Krisis karakter dengan
beberapa siswa. Dengan segala fasilitas yang hilangnya nilai –nilai
disediakan oleh media sosial. norma, memudarnya
Namun dibalik kemudahan kesadaran terhadap
tersebut kehadiran media sosial nilai budaya Sifat
juga membawa sisi buruk bagi individualisme siswa
perilaku penggunannya. Dampak masih tinggi
yang paling nyata dan merusak 2. Kurangnya menjalin
adalah dengan media sosial hubungan yang baik
penggunanya dapat langgsung dengan adik kelas
mengakses konten-konten asusila mereka.
yang tak bermoral yang dengan 3. Munculnya persaingan
mudah dapat diakses dengan tidak sehat antar
melalui internet. anggota kelompok
4. Siswa Masih banyak
https://ejournal.bsi.ac.id/ yang menggangu
ejurnal/index.php/ijse/article/ temannya yang serius
view/2816 belajar
5. Kurangnya
Zulaiha (2017) : pemahaman/edukasi
Akses internet yang tidak terbatas siswa tentang etika
oleh ruang dan waktu pergaulan antar teman.
memberikan kesempatan dalam 6. Pengaruh lingkungan
penggunaan media sosial kapan disekitar rumah
saja, dimana saja, dan oleh siapa 7. Faktor keluarga yang
saja. Hal ini tentunya akan tidak memberikan
berdampak pada penggunaan pemahaman tentang
media sosial yang negative seperti tata cara beretika yang
untuk memposting konten-konten baik.
yang asusila, hoax, ujaran 8. Pihak sekolah yang
kebencian, dan lain sebagainya jarang memperhatikan
yang dapat memberikan dampak etika siswanya.
negatif bagi pengguna media
sosial dan masyarakat luas.

https://journal.uinjkt.ac.id/
index.php/psga/article/view/
13469

Hasil Wawancara Guru :


1. Siswa saling sindir di medsos
dengan siswa sekolah lain
2. Siswa berkomentar tidak
sepantasnya di group kelas
3. Siswa menampilkan foto foto di
sosmednya yang tidak pantas.
4. Siswa banyak yang belum
memahami tentang
cybercrime dan UU ITE.
5. Siswa kurang memahami etika
dan aturan dalam
menggunakan sosial media

Hasil Wawancara Orang Tua :


1. Orang tua jarang mengecek
medsos anak ketika berada
dirumah
2. Anak jarang dirumah, sering
berkumpul dengan teman-
temannya
3. Pengaruh lingkungan sekitar
dalam penggunaan medsos

Hasil Wawancara Siswa :


1. Siswa sudah terbiasa saling
sindir di medsos
2. Banyak siswa yang belum
mengetahui dampak buruk
penggunaan medsos
3. Tanpa pengawasan daro orang
tua dalam penggunaan medsos

Anda mungkin juga menyukai