Anda di halaman 1dari 7

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah- Kajian Literatur

Nama : Anita Noviana


NIP : 19941126 202221 2 004
SIMPKB ID : 201699573323
Instansi : SMK Negeri 4 Banjarmasin

Masalah yang
Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi
No. telah
masalah penyebab masalah
diidentifikasi
1 Rendahnya literasi Hasil kajian literatur: Berdasarkan hasil kajian
sejarah siswa literatur dan gejala
1. Kern (2000: 16) yang faktual dilapangan
mendefinisikan: Literasi diperoleh
adalah penggunaan analisis eksplorasi
praktik-praktik situasi masalah berupa:
sosial, dan historis, dan
situasi kebudayaan  Siswa belum memiliki
untuk menciptakan dan budaya membaca di
menginterpretasikan lingkungan keluarga
makna melalui teks. dan sosialnya.
Literasi memerlukan  Belum optimalnya
setidaknya sebuah pemanfaatan
kepekaan yang tak perpustakaan di
terucap tentang sekolah.
hubungan-hubungan  Belum optimalnya
antar konvensi-konvensi pemanfaatan pojok
tekstual dan konteks baca di sekolah.
penggunaannya serta  Siswa terbiasa
idealnya kemampuan menggunakan gawai
untuk berefleksi secara dan internet dalam
kritis tentang hubungan- menyelesaikan
hubungan itu. Karena asesmen yang
peka dengan diberikan karena dirasa
maksud/tujuan, literasi cukup praktis.
itu bersifat dinamis,
tidak statis, dan dapat
bervariasi diantara dan
didalam komunitas dan
kebudayaan. Literasi
memerlukan serangkaian
kemampuan kognitif,
pengetahuan bahasa
tulis dan lisan,
pengetahuan tentang
genre, dan pengetahuan
kebudayaan. Kern,
Richard (2000).

2. Menurut Sanghiang
(2015: 1) terdapat dua
faktor yang
mempengaruhi tinggi
rendahnya minat baca
siswa yaitu faktor
internal dan faktor
eksternal. Faktor internal
adalah faktor yang
berasal dari dalam diri
siswa, seperti
pembawaan, kebiasaan
dan ekspresi diri.
Sementara faktor
eksternal adalah faktor-
faktor yang berasal dari
luar diri siswa atau
faktor lingkungan, baik
dari lingkungan
keluarga, tentangga
maupun lingkungan
sekolah. Faktor eksternal
ini mempengaruhi
adanya motivasi,
kemauan, dan
kecenderungan untuk
selalu membaca.

2 Pedagogik: Hasil kajian literatur: Berdasarkan hasil kajian


Motivasi belajar 1. Menurut Hamzah B. Uno literatur dan gejala
siswa masih (2011: 23) “motivasi faktual dilapangan
rendah belajar adalah dorongan diperoleh
internal dan eksternal analisis eksplorasi
pada siswa yang sedang masalah berupa:
belajar untuk  siswa belum memiliki
mengadakan tingkah laku, cita-cita terkait masa
pada umumnya dengan depan mereka
beberapa indikator atau  Anggapan bahwa pada
unsur-unsur yang sekolah kejuruan
mendukung. Indikator- pembelajaran normatif
indikator tersebut, antara adaptif tidak begitu
lain: adanya hasrat dan diperhitungkan
keinginan berhasil,  Jam pelajaran sejarah
dorongan dan kebutuhan yang sering diletakkan
dalam belajar, harapan di jam-jam siang (akhir
dan cita-cita masa depan, pembelajaran menuju
penghargaan dalam jam pulang)
belajar, dan lingkungan  Menurunnya rasa
belajar yang kondusif.” tanggungjawab siswa
dalam belajar karena
2. Asrori (2012:183) Motivasi program sekolah gratis
dapat diartikan sebagai: (merasa sekolah bukan
(1) dorongan yang timbul lagi beban
pada diri seseorang secara finansial/ekonomi)
disadari atau tidak  Menurunnya budaya
disadari untuk melakukan malu jika tidak naik
suatu tindakan dengan
tujuan tertentu. (2) usaha- kelas
uasaha yang dapat
menyebabkan seseorang
atau kelompok orang
tertentu tergerak
melakukan sesuatu
karena ingin mencapai
yang ingin dicapai. Untuk
memperoleh pengetahuan
yang mendalam tentang
sesuatu, siswa
memerlukan banyak
pengalaman.
3 Siswa terindikasi Hasil kajian literatur: Berdasarkan hasil kajian
sebagai ”slow 1. Menurut Efendi (2008), literatur dan gejala
learner” anak lamban belajar faktual dilapangan
lamban/lambat adalah anak yang diperoleh
dalam menangkap mengalami hambatan analisis eksplorasi
pembelajaran atau keterlambatan dalam masalah berupa:
perkembangan mental  Faktor permasalahan
(fungsi intelektual di ekonomi sehingga
bawah teman-teman siswa kekurangan
seusianya) disertai motivasi dalam belajar
ketidak-mampuan/kekura dan merasa rendah
ng-mampuan untuk diri.
belajar dan untuk  Siswa kurang
menyesuaikan diri konsentrasi saat
sedemikian rupa sehingga belajar karena tidak
memerlukan pelayanan sarapan.
pendidikan khusus.  Adanya masalah
2. Menurut Triani (2013), keluarga.
anak lamban belajar  Rendahnya
adalah anak yang kemampuan
memiliki potensi membaca
intelektual sedikit di
bawah normal, tetapi
tidak termasuk anak
tunagrahita (biasanya
memiliki IQ sekitar 80-85).
Dalam beberapa hal anak
ini mengalami hambatan
atau keterlambatan
berpikir, merespon
rangsangan dan
kemampuan untuk
beradaptasi, tetapi lebih
baik di banding dengan
tunagrahita.
3. Menurut Agustin (2011),
anak lamban belajar
adalah anak dengan
tingkat penguasaan materi
yang rendah, padahal
materi tersebut
merupakan prasyarat bagi
kelanjutan pelajaran
berikutnya, sehingga
mereka sering harus
mengulang. Kecerdasan
mereka memang di bawah
rata-rata, tetapi mereka
bukan anak yang tidak
mampu, hanya mereka
butuh perjuangan yang
keras untuk menguasai
apa yang diminta di kelas
reguler.
4. Vasudevan (2017:309)
faktor penyebab
hambatan siswa lambat
belajar dalam proses
belajarnya di sekolah
dapat disebabkan karena
faktor psikologis, masalah
di sekolah, masalah
kesehatan dan masalah
keluarga.

4 Rendahnya Hasil kajian literatur: Berdasarkan hasil kajian


keaktifan belajar 1. Keaktifan adalah kegiatan literatur dan gejala
siswa (Sebagian yang bersifat fisik maupun faktual dilapangan
siswa tidak berani mental, yaitu berbuat dan diperoleh
berbicara, berfikir sebagai suatu analisis eksplorasi
bertanya, dan rangkaian yang tidak masalah berupa:
menyampaikan dapat dipisahkan  Siswa tidak
pendapatnya di (Sardiman, 2001: 98) melakukan persiapan
kelas) 2. Nana Sudjana (2004: 61) belajar
menyatakan keaktifan  Faktor budaya malu
siswa dapat dilihat dalam yang cukup tinggi
hal: (1) turut serta dalam  Siswa takut salah
melaksanakan tugas dalam berbicara
belajarnya; (2) terlibat  Siswa mengalami
dalam pemecahan trauma pembelajaran
masalah; (3) Bertanya sebelumnya (pernah
kepada siswa lain atau bertanya, kemudian
guru apabila tidak ditertawakan atau
memahami persoalan yang dicemooh)
dihadapinya; (4) Berusaha
mencari berbagai
informasi yang diperlukan
untuk pemecahan
masalah; (5)
Melaksanakan diskusi
kelompok sesuai dengan
petunjuk guru; (6) Menilai
kemampuan dirinya dan
hasil– hasil yang
diperolehnya; (7)Melatih
diri dalam memecahkan
soal atau masalah yang
sejenis; (8) Kesempatan
menggunakan atau
menerapkan apa yang
diperoleh dalam
menyelesaikan tugas atau
persoalan yang
dihadapinya.
3. Moh. Uzer Usman
(2009:26-27) cara untuk
memperbaiki keterlibatan
siswa diantaranya yaitu
abadikan waktu yang
lebih banyak untuk
kegiatan belajar mengajar,
tingkatkan partisipasi
siswa secara efektif dalam
kegiatan belajar mengajar,
serta berikanlah
pengajaran yang jelas dan
tepat sesuai dengan
tujuan mengajar yang
akan dicapai. Selain
memperbaiki keterliban
siswa juga dijelaskan cara
meningkatkan
keterlibatan siswa atau
keaktifan siswa dalam
belajar. Cara
meningkatkan
keterlibatan atau
keaktifan siswa dalam
belajar adalah mengenali
dan membantu anak-anak
yang kurang terlibat dan
menyelidiki penyebabnya
dan usaha apa yang bisa
dilakukan untuk
meningkatkan keaktifan
siswa, sesuaikan
pengajaran dengan
kebutuhan-kebutuhan
individual siswa.
5 Penyalahgunaan 1. Kecanduan dapat Berdasarkan hasil kajian
gawai dan internet diidentifikasi dari cirinya, literatur dan gejala
di jam yaitu perasaan yang faktual dilapangan
pembelajaran sangat besar terhadap diperoleh
suatu hal sehingga akan analisis eksplorasi
melakukan apapun untuk masalah berupa:
mendapatkannya. Orang  Siswa kecanduan
yang telah mengalami game online
kecanduan akan terus  Siswa kecanduan
menerus melakukan hal media sosial seperti
tersebut tanpa berpikir intagram, tiktok, dan
dampak negatif yang grup chat wa
ditimbulkan (Yonandi &  Siswa terbiasa dengan
Nursalim, 2020). kondisi saat pandemi
2. Penggunaan berlebihan yang 24 jam
gawai pada anak memicu bergantung pada
munculnya berbagai gawai
gangguan emosional  Rendahnya
seperti: emosi yang tidak pengawasan orang tua
stabil, depresi, ADHD, terhadap penggunaan
kemarahan dan gawai pada anak.
berkurangnya fokus
(Rachmat, 2021).
3. Interaksi sosial pada anak
pecandu gawai akan
menyempit sebatas
beberapa teman online
bahkan sendirian dengan
gawainya saja. Selain itu
kesehatan anak akan
mudah terganggu karena
kurangnya aktivitas gerak
(Chaidirman et al., 2019).

Daftar Pustaka
Agustin, Mubiar. 2011. Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran. Bandung: Retika
Aditama.
Amir dan Triani Nani. (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Lamban Belajar.
Jakarta: Luxima.
Ali, M & Asrori, M. (2012). Psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
A.M., Sardiman. 2001. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
C. Chaidirman, D. Indriastuti, and N. Narmi. (2019) "Fenomena Kecanduan Penggunaan
Gawai (Gadget) pada Kalangan Remaja Suku Bajo," Holistic Nursing and Health
Science, vol. 2, no. 2, pp. 33-41, Nov.
Kern, Richard (2000). Literacy & Language Teaching. Oxford: Oxford University Press.
Kriyantono, R. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertasi Contoh Praktis Media,
Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. In
Teknik Praktis Riset Komunikasi by Rachmat Kriyantono.
Moh Uzer Usman. (2009). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya.
Nursalam & Efendi, F (2008). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensido Offset.
Uno, H.(2011). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi AksaraBandung PT
Remaja Rosdaka Karya.
Vasudevan, A. (2017). Slow Learners – Causes, Problems and Educational Programmes.
International Journal of Applied Research 2017. 3(12): 308-313.
http://www.allresearchjournal.com. (diakses tanggal 5 Desember 2018).
Yonandi, R., & Nursalim, M. (2020). Kecanduan Game Online (Profil Pecandu, Faktor
Penyebab, dan Penanganannya). Jurnal BK UNESA, 11(05).

Anda mungkin juga menyukai