Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS RESIKO BENCANA

(Studi pada Kabupaten Pacitan, Daerah Pesisir Barat Daya Jawa Timur)

Disusun guna memenuhi Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Komunikasi Bencana & Lingkungan

Dosen Pembimbing : Syahirul Alim, S.Sos., M.Si

Disusun Oleh:

Wulan Eka Handayani


165120200111004
E-3 Kom

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan ANALISIS RESIKO BENCANA (Studi pada
Kabupaten Pacitan, Daerah Pesisir Barat Daya Jawa Timur) ini dengan lancar. Makalah
ANALISIS RESIKO BENCANA (Studi pada Kabupaten Pacitan, Daerah Pesisir Barat
Daya Jawa Timur) ini disusun guna memenuhi Ujian Akhir Semester (UAS) Mata Kuliah
Komunikasi Bencana dan Lingkungan Kelas A-3 Komunikasi, FISIP, Universitas
Brawijaya, Malang yang diampu oleh Bapak Syahirul Alim,S.Sos.,M.Si.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu


lancarnya pembuatan makalah ini, antara lain kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa.


2. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu mendukung moral dan material.
3. Bapak Syahirul Alim,S.Sos.,M.Si.selaku dosen pengampu Mata Kuliah
Komunikasi Bencana dan Lingkungan
4. Google.com yang selalu menjadi sarana mencari informasi apapun kapanpun
dimanapun yang penulis butuhkan tentang bahan penulisan makalah ini,
5. Rekan A-3 Komunikasi dan sahabat-sahabat penulis yang telah mencuilkan waktu
luangnya untuk bertukar pikiran dengan penulis.
6. Dan pihak lain-lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Tak dapat
dipungkiri pula, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari perkataan
sempurna. Oleh sebab tersebut, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar menjadi evaluasi dan pada penulisan berikutnya menjadi
lebih baik.

Malang, Desember 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................................1
Daftar Isi ..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...........................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................................4
1.3. Tujuan .........................................................................................................................4
BAB II GAMBARAN UMUM
2.1. Demografi ..................................................................................................................5
2.2. Ekonomi .......................................................................................................................7
2.3. Lingkungan..................................................................................................................7
1. Penggunaan Lahan......................................................................................................7
2. Iklim............................................................................................................................8
3. Sungai / Mata Air........................................................................................................9
4. Bencana.....................................................................................................................10
2.4. Fisik .......................................................................................................................11
2.5. Sosial Budaya .........................................................................................................12
BAB III ANALISIS RESIKO
3.1. Kajian Resiko ...........................................................................................................17
3.2. Penilaian .....................................................................................................................17
1. Pemetaan Ancaman .............................................................................................17
2. Pemetaan Kerentanan ...........................................................................................19
3. Penilaian Bobot Resiko ........................................................................................20
BAB IV PENGELOLAAN BENCANA (MITIGASI)
4.1. Perencanaan Siaga (Contingency Planning)......................................................22
4.2. Mobilitasi Sumber Daya (resource Mobilization)............................................22
4.3. Diklat (Training & Education) ..........................................................................23
4.4. Koordinasi (Coordination) .................................................................................23
4.5. Mekanisme Respon (Response mechanism) .....................................................23
4.6. Peringatan Dini (Early Warning) ...................................................................24
4.7. Manajemen Informasi (Information System) ..................................................24
4.8. Gladi / Simulasi (Drilling / Simulation) ............................................................24
BAB V PENUTUP
5.1. Gladi / Simulasi (Drilling / Simulation) ............................................................25
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................26

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Selasa, 28 November 2017 media lokal maupun nasional penuh sesak memuat
pemberitaan bencana banjir dan tanah longsor yang melanda Kabupaten Pacitan, Jawa
Timur. Tagar #PrayForPacitan pun menjadi trending topik di media sosial dalam sekejab.
Video dan foto keadaan Pacitan yang terendam keruhnya air setinggi genteng rumah
tersebar di media sosial seperti Facebook, grub WhatsApp, Twitter, maupun Instagram.
Sungguh menyayat hati melihat kondisi 4 kecamatan di Kabupaten Pacitan yang
terkena banjir yang berdampak pada rumah warga, jalan raya, pertanian, perkebunan.
Beberapa warga terpaksa mengungsi menyelamatkan nyawanya di beberapa titik lokasi
pengungsian yang tersedia. Harta benda yang mereka tinggalkan entah masih tersisa atau
hanyut terbawa arus tak ada yang tahu. Pertanian dan perkebunan terancam gagal panen
tahun ini.
Seperti yang terjadi di sungai Grindulu yang tanggulnya jebol, menyebabkan Desa
Kembang, Argo Winangun, dan Sernoboyo terkena dampak paling parah. 300 jiwa harus
mengungsi ke GOR Pacitan dan wisma atlet tak jauh dari GOR. Mereka terjebak air seolah
terisolasi di dalam pengungsian tak bisa kemana-mana. Evakuasi dan pendistribusian
bantuan hanya bisa dilakukan dengan menggunkan perahu karet. Selain itu 10 rumah
penduduk yang tinggal di pesisir sungai Grindulu sekitar Pantai Teleng Ria, Sidoarjo roboh
dan rata dengan tanah. Banjir di sekitar Pantai Teleng Ria kali ini merupakan banjir
terbesar sejak beberapa puluh tahun yang lalu.
Sungai Kaenjelok yang tak mampu menahan debit air, tanggulnya juga jebol. Tujuh
desa di dua kecamatan terendam air hingga lebih dari dua meter. Dampak paling parah
melanda Desa Sirnoboyo. Banjir luapan sungai ini bahkan memutuskan jalur ransportasi
darat Pacitan-Trenggalek. Selain banjir, tanah longsor juga terjadi di Desa Kebun
Bendong, Kec. Arjosari. Longsoran tanah di pinggiran jalan raya ini menutup jalur
Pacitan-Ponorogo. Lebih dari 5 titik jalur Ponorogo-Pacitan yang merupakan jalan provinsi
juga tertutup longsoran tanah.
Dihimpun dari http://pacitankab.go.id, 4 hari pasca bencana banjir dan tanah longsor
tercatat 20 korban jiwa. 10 diantaranya telah ditemukan sedangkan 10 lainnya masih dalam
proses pencarian.

4
Jumat (01/12), Komandan Kodim 0801 selaku Komando Penanganan Darurat Bencana
yang disampaikan Ketua Pusat Tanggap Darurat PRCPB, Letkol Kav A H. Lawitang
menyatakan dari 20 korban jiwa, 6 diantaranya adalah korban banjir sedangkan 14 korban
tanah longsor. 10 korban jiwa yang sampai saat ini belum diketemukan terdiri dari 1
korban banjir dan 9 korban tanah longsor.
Kabupaten Pacitan yang terletak di pesisir Laut Selatan dan memiliki 5 DAS yang
salah satu DASnya melewati 120 anak sungai memungkinkan ancaman maupun resiko
berbagai bencana terutama banjir. Makalah ini akan menganalisis resiko bencana di daerah
tersebut dengan metode literasi dan dokumentasi.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana gambaran umum Kabupaten Pacitan dilihat dari faktor demografi, ekonomi,
lingkungan, fisik, maupun sosial-budayanya?
2. Bagaimana gambaran umum resiko bencana di Kabupaten Pacitan?
3. Bagaimana mitigasi bencana yang dilakukan?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana gambaran umum Kabupaten Pacitan dilihat dari faktor
demografi, ekonomi, lingkungan, fisik, maupun sosial-budayanya.
2. Mengetahui bagaimana gambaran umum resiko bencana di Kabupaten Pacitan.
3. Mengetahui bagaimana mitigasi bencana yang dilakukan.

5
BAB II

GAMBARAN UMUM

Peta Administrasi Kabupaten Pacitan

Sumber : https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaan/sanitasi/pokja/bp/kab.pacitan/BAB
%2520II-GAMBARAN%2520UMUM%2520KABUPATEN%2520PACITAN.docx&ved=0ahUKEwjn062Ig6jYAhUMo48KHVGUBcEQFgg-
MAQ&usg=AOvVaw31l3m5pwYusaXQsKy57oBE

2.1. Demografi

Demografi adalah studi ilmiah tentang penduduk terutama tentang fertilitas,


mortalitas yang meliputi jumlah, persebaran geografis, komposisi penduduk, karakter
demografis lainnya serta bagaimana faktor-faktor ini berubah dari waktu ke waktu (Haupt
dan Kane dalam Santoso Suroso, 2004, h.3). Konsep demografi dipelopori oleh Thomas
Robert Malthus pada awal tahun 1978 melalui karyanya “As Essay on The Principle of
Population”. Beliau meramalkan bahwa jumlah penduduk akan melampaui jumlah
persediaan pangan (Santoso Suroso, 2004, h.3).

6
Dihimpun dari http://pacitankab.go.id/demografi/, jumlah penduduk di Kabupaten
Pacitan berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 (SP2010), jumlah penduduk di
Kabupaten Pacitan yaitu :

Jumlah penduduk (jiwa) Persentase (%) Ket:


Laki-laki 264.112 48,83 Rasio jenis
Perempuan 276.769 51,17 kelamin
TOTAL 540.881 100% 95,43 %
Sumber : http://pacitankab.go.id/demografi/

Sedangkan data jumlah penduduk Kabupaten Pacitan berdasar registrasi penduduk


tahun 2014 yaitu :

Jumlah penduduk (jiwa) Persentase (%) Ket:


Laki-laki 298.315 49,76 Rasio jenis
Perempuan 301.161 50,24 kelamin
TOTAL 599.476 100% 99.05 %
Sumber : http://pacitankab.go.id/demografi/

Kepadatan penduduk Kabupaten Pacitan pada tahun 2014 mencapai 431 jiwa/km2.
Kepadatan penduduk yang paling tinggi yaitu di Kecamatan Pacitan (ibukota kabupaten)
yang mencapai 993 jiwa/km2. Dilihat dari komposisi umurnya, penduduk Kabupaten
Pacitan sebanyak 402.271 jiwa berada pada usia produktif 1(5-64 tahun) atau 67,10 % dari
total penduduk.

JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN KELOMPOK UMUR DAN


JENIS KELAMIN TAHUN 2014
USIA L P Jumlah
(Tahun) (jiwa) (jiwa) (jiwa)
0–4 22.407 17.419 39.826
5–9 21.572 22.428 44.000
10-14 23.389 24.476 47.865
15-19 24.296 18.469 43.395
20-24 15.127 20.527 35.654
25-29 23.105 18.448 41.553
30-34 20.960 19.659 40.619
35-39 19.196 22.191 41.387
40-44 24.471 22.555 47.026
45-49 22.294 25.191 47.485
50-54 22.307 19.714 42.021
55-59 15.355 16.598 31.953
60-64 15.098 16.080 31.178
65+ 28.108 37.406 65.514

7
Total 298.315 301.161 599.476
Sumber : http://pacitankab.go.id/demografi/

2.2. Ekonomi

Mata pencaharian warga Kabupaten Pacitan dibedakan dalam beberapa bidang


berikut (Buku Bappeda 2 Kabupaten Pacitan 2013 diakses dari
bappeda.jatimprov.go.id) antara lain : petani (padi, jagung, kedelai, ubi); hortikultura
(pisang, manga, nangka, cabai besar); perkebunan (cengkeh, kelapa, kakao, kopi,
tembakau, vanili, lada); peternak (sapi, sapi perah, kambing, domba, ayam kampung);
perikanan (tangkap dan budidaya); industri (batik tulis, batu mulia, anyaman bambu,
gerabah seni, dan keramik); pariwisata.

Persentase penduduk miskin dan garis kemiskinan (series tahun,per 02 Nov 2014) :
Tahun Jumlah Persentase Indeks Indeks Garis
Penduduk Kedalaman Keparahan Kemiskinan
Miskin (000) Kemiskinan Kemiskinan
(P1) (P2)
2011 98.7 18.13 2.59 0.59 193,180
2012 94.1 17.23 2.12 0.42 203,979

2013 91.3 16.66 2.49 0.55 215,482


Sumber :

https://pacitankab.bps.go.id/statictable/2014/11/02/19/persentase-penduduk-miskin-dan-garis-kemiskinan-series-tahun-.html

Sensus Ekonomi 2016 menyatakan usaha non-pertanian yang dikelompokkan


menjadi 15 kategori Kabupaten Pacitan lapangan usaha sesuai Baku Lapangan Usaha
Indonesia (KBLI) 2015 meningkat 5,88% dibandingkan hasil sensus sebelumnya di 2006.
Dari awalnya 73.421 usaha meningkat menjadi 77.737 usaha. UMK (Usaha Mikro Kecil)
sebanyak 77.320 (99,46%) dan 417 sisanya dikategorikan UMB (Usaha Menengah Besar)
(https://pacitankab.bps.go.id/pressrelease/2017/06/21/2/hasil-pendaftaran-listing-usaha-
perusahaan-sensus-ekonomi-2016-kabupaten-pacitan.html).

2.3. Lingkungan
1. Penggunaan Lahan

Lahan wilayah perkotaan di Kabupaten Pacitan didominasi untuk pemukiman,


pertokoan, pasar fasilitas pendidikan, perhotelan dan perkantoran. Sedangkan di wilayah
pedesaan kawasan pemukiman tidak terlalu luas, di sekitar perumahan juga dimanfaatkan

8
untuk lahan pertanian (Buku Bappeda 2 Kabupaten Pacitan 2013 diakses dari
bappeda.jatimprov.go.id). Penggunaan lahan Kabupaten Pacitan menurut Buku Bappeda 2
Kabupaten Pacitan 2013 yang diakses dari bappeda.jatimprov.go.id, pada 2013 dapat
dikategorikan menjadi:

1. Lahan Pertanian

Lahan tanah sawah seluas 13.015 hektar dan lahan kering seluas 125.972 hektar.

2. Lahan Perkebunan

Dalam bidang perkebunan, jenis tanaman perkebunan rakyat yang ada di Kabupaten
Pacitan antara lain : kelapa, cengkeh, kopi, jambu mete, kapuk randu, kakao, melinjo,
panili, lada, kapas, jahe, kunyit, laos, temulawak, kencur, janggelan dan aren. Luas areal
perkebunan rakyat di Kabupaten Pacitan sampai dengan akhir tahun 2010 tercatat seluas
34.662 Ha. Produksi perkebunan pada tahun 2010 sebanyak 46.706.237kg.

3. Lahan Kritis
Lahan kritis merupakan salah satu komponen lingkungan yang membutuhkan
perhatian dan pemulihan. Lahan kritis bisa menyebabkan penurunan produktifitas lahan,
memperbesar resiko tanah longsor, kekeringan di musim kemarau, banjir pada musim
penghujan yang mengakibatkan badan sungai longsor, lapisan tanah atas hanyut terbawa
air masuk sungai hingga menjadikan pendangkalan di muara sungai, yang juga dampak
pada rusaknya habitat kawasan pantai. Di Kabupaten Pacitan, lahan kritis mencapai 22.420
Ha.
Ditinjau dari wilayah Kabupaten Pacitan yang seluas 1.389,8716 Km2 atau
138.987,16 Ha, pembagian guna lahannya yaitu:

1. Tanah lading : 21,51% atau 29.890,58 ha.


2. Pemukiman penduduk : 02,27% atau 3.153,33 ha.
3. Hutan : 58,56% atau 81.397 ha.
4. Sawah : 09,36% atau 13.014,26 ha.
5. Pesisir dan tanah kosong : 08,29% atau 11.530,99 ha.
Sumber : http://pacitankab.go.id/geografis/

2. Iklim

Kabupaten Pacitan juga dipengaruhi oleh iklim Tropika basah dengan 2 musim yaitu
musim hujan (bulan Oktober-April) dan musim kemarau (bulan April-Oktober) seperti
daerah lainnnya di Pulau Jawa. Selama 24 tahun terakhir curah hujan mencapai 2300 mm

9
per tahun. Curah hujan bulanan maksimum rata-rata 416 mm yang terjadi pada bulan
Januari dan curah hujan bulanan minimum rata-rata 53 mm yang terjadi pada bulan
Agustus. Suhu rata-rata 270C sedangkan kecepatan angin antara 30-50 km/jam

(https://www.google.co.id/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaan/sanitasi/pokj
a/bp/kab.pacitan/BAB%2520IIGAMBARAN%2520UMUM%2520KABUPATEN
%2520PACITAN.docx&ved=0ahUKEwjn062Ig6jYAhUMo48KHVGUBcEQFgg-
MAQ&usg=AOvVaw31l3m5pwYusaXQsKy57oBE).
3. Sungai/mata air

Sungai di Kabupaten Pacitan jika dikelompokkan berdasar DASnya


(binamarga.pacitankab.go.id) antara lain :

1. DAS Grindulu, melewati 180 anak sungai


2. DAS Bawur
3. DAS Lorog
4. DAS Baksoko
5. DAS Pagotan

Daerah Aliran Sungai Grindulu memiliki topografi datar hingga bergunung dengan
elevasi tertinggi 1.100 m di atas permukaan air laut (Gunung Gembes) dan mempunyai
wilayah paling besar yaitu meliputi 9 kecamatan yaitu Kecamatan Pacitan, Kebonagung,
Arjosari, Tulakan, Punung, Pringkuku, Tegalombo, Nawangan, dan Bandar. Luas DAS
kurang lebih 1.500 km2 dengan panjang kurang lebih 52 km
(https://www.google.co.id/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaan/sanita
si/pokja/bp/kab.pacitan/BAB%2520IIGAMBARAN%2520UMUM
%2520KABUPATEN
%2520PACITAN.docx&ved=0ahUKEwjn062Ig6jYAhUMo48KHVGUBcEQFgg-
MAQ&usg=AOvVaw31l3m5pwYusaXQsKy57oBE)

Kondisi drainase DAS Grindulu yang termasuk kategori rendah seluas 1,1 km 2
(0,2%) ,agak rendah seluas 20,5 km2 (3,1%),sedang seluas 191,1 km2 (29,2%)agak tinggi
seluas 212,8 km2(32,5%) tinggi seluas 229,9 km2 (35,1%)( Yuniar KP dalam Buku
Bappeda 2 Kabupaten Pacitan 2013 diakses dari bappeda.jatimprov.go.id).

10
Sungai di Kabupaten Pacitan:
No Nama Panjang Lebar (m) Kedalaman Debit (m3/det)
Sungai (km) Permukaa Dasar (m) Maks. Min.
n
1 Grindulu 70,00 97,00 64,67 10,78    
2 Lorog 51,77 74,00 49,33 8,22    
3 Baksoko 25,34 42,00 28,00 4,67    
4 Pagutan 33,73 26,00 17,33 5,78    
5 Bawur 12,27 24,00 16,00 5,33    
6 Kebonagun 18,43 32,00 21,33 7,11    
g
7 Asem 28,22 44,00 29,33 4,89    
Gandok
8 Tinatar 11,74 59,00 39,33 6,56    
9 Ponggok 13,87 23,00 15,33 5,11    
10 Teleng 5,59 25,00 16,67 5,56    
11 Tengi 8,31 62,00 41,33 6,89    
12 Cangkring 17,26 67,00 44,67 7,44    
13 Pradah 31,17 35,00 23,33 3,89    
14 Brungkah 25,41 65,00 43,33 7,22    
Sumber : Buku Bappeda 2 Kabupaten Pacitan 2013 diakses dari bappeda.jatimprov.go.id

Peta DAS Kabupaten Pacitan :

Sumber:
https://www.google.co.id/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaan/sanitasi/pokja/bp/kab.pacitan/BAB

11
%2520IIGAMBARAN%2520UMUM%2520KABUPATEN%2520PACITAN.docx&ved=0ahUKEwjn062Ig6jYAhUMo48KHVGUBcEQFgg-
MAQ&usg=AOvVaw31l3m5pwYusaXQ

4. Bencana

Kawasan rawan bencana alam (Buku Bappeda 2 Kabupaten Pacitan 2013 diakses
dari bappeda.jatimprov.go.id), terdiri dari:

1. Kawasan rawan gempa bumi Berpotensi dan/atau pernah mengalami


gempa bumi dengan skala VII sampai dengan XII Modifi ed Mercally
Intensity (MMI).
2. Kawasan rawan tanah longsor/ gerakan tanah Memiliki tingkat
kerentanan gerakan tanah tinggi.
3.Kawasan gelombang pasang tsunami Pantai yang rawan terhadap
gelombang pasang. Potensi gelombang pasang dengan kecepatan antara
10 (sepuluh) sampai dengan 100 (seratus) kilometer per jam yang
timbul akibat angin kencang atau gravitasi bulan atau matahari. 4.
Kawasan rawan banjir Diidentifi kasikan sering dan/atau berpotensi
tinggi mengalami bencana banjir.
2.4. Fisik

Pacitan menjadi salah satu dari 38 kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang terletak di
bagian selatan-barat daya. Secara geografis, Kabupaten Pacitan terletak di antara 110˚ 5′
-111˚ 25′ Bujur Timur dan 7˚ 55′- 8˚ 17′ Lintang Selatan, dengan luas wilayah 1.389,8716
Km atau 138.987,16 Ha. Daerah Pacitan meliputi perbukitan (±85 %), gunung-gunung
kecil (±300 buah menyebar diseluruh wilayah), jurang terjal yang termasuk dalam deretan
Pegunungan Seribu yang membujur sepanjang selatan Pulau Jawa, dan selebihnya
merupakan dataran rendah.
Dari aspek topografi menunjukkan bentang daratannya bervariasi dengan kemiringan
sebagai berikut :
1. Datar (kelas kelerengan 0-5%) dengan luas 55,59 Km2 atau 4% dari luas
wilayah Kabupaten Pacitan.
2. Berombak (kelas kelerengan 6-10%) dengan luas 138,99 Km2 atau 10%
dari luas wilayah Kabupaten Pacitan.
3. Bergeklombang (kelas kelerengan 11-30%) dengan luas 333,57 Km2 24%
dari luas wilayah Kabupaten Pacitan.
4. Berbukit (kelas kelerangan 31-50%) dengan luas 722,73 Km 2 atau 52%
dari luas wilayah di Kabupaten Pacitan.
5. Bergunung (kelas kelerengan > 52%) dengan luas 138,99 Km 2 atau 10%
dari luas wilayah di Kabupaten Pacitan.
Sumber : http://pacitankab.go.id/geografis/

KECAMAT KEMIRINGA LUAS %

12
AN N TOTAL
KAW. DG
E (41- F
KEMIRING
60) (>60)
AN > 40%
Arjosari 2.948 6.223 9.171 78,34
Bandar 2.996 2.217 5.213 44,42
Donorojo 1.543 2.342 3.885 35,61
Kebonagung 3.602 1.331 4.933 39,51
Nawangan 4.150 3.360 7.510 60,54
Ngadirojo 2.471 3.555 6.026 62,83
Pacitan 1.318 1.264 2.582 33,49
Pringkuku 2.166 1.168 3.334 25,08
Punung 1.114 2.786 3.900 35,84
Sudimoro 2.384 1.576 3.960 55,11
Tegalombo 3.971 6.597 10.568 70,80
Tulakan 4.965 2.486 7.451 46,10
Total 33.628 34.90 68.533 49,31
5
Sumber: RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028

Keterangan:
E(41-60) = Daerah agak bergunung dengan kemiringan 41-60%
F (>60) = Daerah bergunung dengan kemiringan lebih dari 60%
Diakses dari: https://www.google.co.id/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaan/sanitasi/pokja/bp/kab.pacitan/BAB
%2520IIGAMBARAN%2520UMUM%2520KABUPATEN
%2520PACITAN.docx&ved=0ahUKEwjn062Ig6jYAhUMo48KHVGUBcEQFgg-
MAQ&usg=AOvVaw31l3m5pwYusaXQsKy57oBE

Ditinjau dari struktur dan jenis tanah terdiri dari Assosiasi Litosol Mediteran Merah,
Aluvial kelabu endapan liat, Litosol campuran Tuf dengan Vulkan serta komplek Litosol
Kemerahan yang ternyata di dalamnya banyak mengandung potensi bahan galian mineral.
Selain menjadi daerah pegunungan yang terletak pada ujung timur Pegunungan Seribu,
Pacitan juga berada pada bagian selatan Pulau Jawa dengan rentangan sekitar 80 km dan
lebar 25 km (http://pacitankab.go.id/geografis/).

Apabila diukur dari permukaan laut, ketinggian tempat itu dapat dirinci sebagai
berikut:

13
1. Ketinggian 0 - 25 m, seluas 37,76 km atau 2,62 % luas wilayah.
2. Ketinggian 25 - 100 m, seluas 38 km atau 2,67 % luas wilayah.
3. Ketinggian 100 - 500 m, seluas 747,75 km atau 52,68 % luas wilayah.
4. Ketinggian 500 - 1000 m, seluas 517,13 km atau 36,43 % luas wilayah.
5. Ketinggian 1000 m, seluas 79,40 km atau 5,59 % luas wilayah.
Sumber : http://pacitankab.go.id/geografis/

2.5. Sosial-Budaya

Wilayah administrasi Kabupaten Pacitan setelah diberlakukannya Undang-Undang


Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang ditindaklanjuti dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa meliputi 12 kecamatan, 5
kelurahan dan 166 desa. Berikut ini jumlah desa dalam 12 kecamatan yang ada di
Kabupaten Pacitan :

Jumlah Luas
No. Kecamatan
Desa Kecamatan

1 Donorojo 12 109,09
2 Punung 13 108,81
3 Pringkuku 13 132,93
4 Pacitan 25 77,11
5 Kebonagung 19 124,85
6 Arjosari 17 117,06
7 Nawangan 9 124,06
8 Bandar 8 117,34
9 Tegalombo 11 149,26
10 Tulakan 16 161,61
11 Ngadirojo 18 95,91
12 Sudimoro 10 71,86
Total 171 1.389,89
Sumber :

(https://www.google.co.id/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaan/sanitasi/pokja/bp/kab.pacitan/BAB
%2520IIGAMBARAN%2520UMUM%2520KABUPATEN
%2520PACITAN.docx&ved=0ahUKEwjn062Ig6jYAhUMo48KHVGUBcEQFgg-
MAQ&usg=AOvVaw31l3m5pwYusaXQsKy57oBE).

Batas-batas Administrasi Kabupaten Pacitan:

14
1. Sebelah timur : Kabupaten Trenggalek.
2. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia.
3. Sebelah Barat : Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah).
4. Sebelah Utara : Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur)
dan Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah).
Sumber : http://pacitankab.go.id/geografis/

Mayoritas penduduk Kabupaten Pacitan merupakan pemeluk agama Islam


(99,85%)kemudian Kristen (0,09% ) dan Katholik (0,05%) sedang sisanya yang hanya
0,01% beragama Hindu, Budha dan Konghucu. Hal ini sebanding dengan jumlah tempat
peribadatan yang ada. Masjid, langgar dan mushola mencapai 99,84% dan hanya 0,16%
gereja yang ada. Sampai saat ini belum ada pura dan wihara di Kabupaten Pacitan. Jumlah
pemuka agama yang ada sekitar 1.239 kyai dan ulama, 2 pastor dan 8 pendeta.\

Dalam hal permasalahan kesejahteraan sosial pada 2014 menunjukkan data tidak ada
permasalahan anak balita terlantar di Kabupaten Pacitan. Demikian pula anak terlantar
menurun sebesar 35,71%, tinggal menyisakan 1.179 anak terlantar. Sedangkan untuk lanjut
usia terlantar menurun sebesar 21,91%, menyisakan 1.861 lanjut usia terlantar.

Pembangunan juga memberi dampak yang negatif diantaranya dengan adanya


bencana alam. Di tahun 2014 berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah,
jumlah bencana alam di Kabupaten Pacitan sebanyak 700 kejadian meliputi 5 jenis
bencana yaitu tanah longsor 556 kali, banjir 78 kali, angin topan 39 kali, kebakaran 17 kali
dan pohon tumbang 10 kali. Bencana alam banyak terjadi di kecamatan Kebonagung dan
Arjosari, namun demikian kerugian terbesar terjadi di kecamatanPacitan sebesar 4,61
milyar rupiah.

Jumlah Panti Asuhan / Panti Wreda Menurut Kapasitas Tampung,


Jumlah Penghuni dan Kecamatan
Tahun 2014
 

Penghuni
Panti Kapa
Inhabitants
Kecamatan Asuhan/ -sitas
NO Laki- Perem-
Districts Cacat/ Capa- Jumlah
Laki puan
Wreda city Total
Male Female

15
010 Donorojo 1 40 14 16 30
020 Punung 2 130 59 56 115
030 Pringkuku – – – – –
040 Pacitan 5 250 111 102 213
050 Kebonagung 1 50 11 22 33
060 Arjosari 2 250 119 98 217
070 Nawangan – – – – –
080 Bandar – – – – –
090 Tegalombo 1 50 25 37 62
010 Tulakan – – – – –
110 Ngadirojo 2 100 13 7 20
120 Sudimoro – – – – –
Jumlah 14 870 352 338 690
Sumber Data : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Source : Social Welfare, Man Power and Transmigration Services

Jumlah Penyandang Cacat Menurut Jenis Cacat dan Kecamatan


Tahun 2014
 
Tuna
Tuna
Cacat Rungu
Tuna Mental Jum-
N Kecamatan Tubuh &
Netra Mentall lah
O Districts Phisically Wicara
Blind yDisor Total
Handicaped Deaf
der
Mute
01 Donorojo 186 86 60 107
439
0
02 Punung 195 51 70 122
438
0
03 Pringkuku 50 81 19 125
275
0
04 Pacitan 210 43 67 204
524
0
05 Kebonagung 76 37 44 69
226
0
06 Arjosari 97 55 68 227
447
0
07 Nawangan 131 28 29 28
216
0
08 Bandar 243 31 62 72
408
0
09 Tegalombo 227 52 32 86
397
0
10 Tulakan 337 78 97 194 706
16
0
11 Ngadirojo 264 59 62 194
579
0
12 Sudimoro 40 7 5 143
195
0
Jumlah/Total 2.056 608 615 1.571 4.850
Tahun 2013 1.351 418 438 974 3.181
Tahun 2012 1.300 420 468 942 3.130
Tahun 2011 1.522 796 663 813 3.794
Tahun 2010 1.422 796 663 913 3.794
Tahun 2009 1.432 850 663 913 3.858
Sumber Data : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Source : Social Welfare, Man Power and Transmigration Services

Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Jenis dan Kecamatan Tahun 2013


(per 21 Mar 2015)

RUMAH BALAI
PUSKESMAS PRAKTEK
KECAMATAN SAKIT PUSKESMAS PENG- POSYANDU
PEMBANTU DOKTER
UMUM OBATAN

010. Donorojo - 2 5 5 1 68
020. Punung - 2 5 14 - 48
030. Pringkuku - 2 3 1 - 52
040. Pacitan 3 2 7 68 10 110
050. Kebonagung - 2 5 4 - 86
060. Arjosari - 2 5 2 - 67
070. Nawangan - 2 3 3 - 53
080. Bandar - 2 2 3 - 49
090. Tegalombo - 2 3 3 - 58
100. Tulakan - 2 6 2 - 102
110. Ngadirojo - 2 6 5 - 66
120. Sudimoro - 2 4 2 - 50
Jumlah 3 24 54 112 11 809
Tahun 2012 1 24 55 61 6 804
Tahun 2011 1 24 55 80 10 804
Tahun 2010 1 24 55 61 9 797
Tahun 2009 1 24 55 55 2 792
Tahun 2008 1 24 53 61 4 786
Sumber Data : Dinas Kesehatan

diakses dari https://pacitankab.bps.go.id/statictable/2015/03/21/44/jumlah-fasilitas-kesehatan-menurut-jenis-dan-


kecamatan.html

Ditinjau dari aspek pariwisata, Kabupaten Pacitan terkenal dengan sebutan “Kota
1001 Goa” karena banyak ditemukan goa-goa di daerah tersebut seperti Goa Tabuhan, Goa
Putri, dan Goa Gong di Kecamatan Punung, Goa Dadali di Kecamatan Tulakan, dan

17
lainya. Selain pesona goa, Pacitan juga terkenal dengan keindahan pantainya seperti Pantai
Teleng Ria di desa Sidoharjo Pacitan, Pantai Klayar di desa Widoro Donorojo, Pantai
Watu Karung di Kecamatan Pringkuku, dan sebagainya (Hartati Dyah W, 2014, h.22).
Tempat wisata lainnya antara lain pemandian air hangat di Kecamatan Arjosari; Monumen
Jenderal Sudirman di Desa Pakis Baru, Kec. Nawangan; dan wisata spiritual (Makam
Kanjeng Jimat, Petilasan Ki Ageng Buwono Keling, Petilasan Ki Ageng Petung, Petilasan
Sentono Gentong, Pertapaan Gunung Limo).

BAB III

ANALISIS RESIKO

3.1 Kajian Resiko

Risiko adalah suatu variasi dari hasil – hasil yang dapat terjadi selama periode
tertentu pada kondisi tertentu (William & Heins, 1985). Resiko bencana adalah tingkat
kerusakan atau kerugian yang sudah diperhitungkan dari suatu kejadian atau peristiwa
alam. Resiko bencana dihitung dengan rumus faktor bahaya dikalikan dengan faktor
kerentanan (Noor, 2014, h.17).

RISK * = HAZARD** X VULNERABILITY***


Keterangan :

18
* : Risk (resiko) adalah suatu kemungkinan yang dapat menyebabkan kerugian baik itu
berupa materi, korban nyawa, kerusakan lingkungan, tatanan sosial, masyarakat dan
lingkungan yang disebabkan oleh interaksi antara ancaman dan kerentanan (Noor,
2014, h. 17).

** : Hazard (bahaya/ancaman) adalah suatu kejadian atau kondisi yang dapat


menyebabkan kerusakan lingkungan, kerugian materi atau korban jiwa. Ancaman
yang berasal dari peristiwa alam yang ekstrim dan menimbulkan dampak buruk yang
tidak menyenangkan. Tingkat ancaman ditentukan oleh probablitas, lama waktu
kejadian, tempat, sifat saat peristiwa itu terjadi (Noor, 2014, h. 16).

*** : Vulnerability (kerentanan) adalah suatu kondisi yang menentukan bilamana bahaya
alam (Natural hazard) yang terjadi dapat menimbulkan bencana alam (Natural
Disaster). Kerentanan menunjukkan nilai dari potensi kerugian pada suatu wilayah
akibat bencana alam, baik itu nilai lingkungan, materi, korban jiwa, tatanan sosial dan
lainnya. Vulnerability dapat diartikan sebagai ketidakmampuan menangkal atau
menahan dampak dari peristiwa alam yang berasal dari luar (Noor, 2014, h. 17).
3.2 Penilaian Resiko
1. Pemetaan Ancaman
Ancaman adalah suatu kejadian atau kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan, kerugian materi atau korban jiwa. Faktor-faktor dari ancaman meliputi:
1. Geologi (gempa, tsunami, longsor).
2. Hidrometeorologi (banjir, topan, bandang, kekeringan).
3. Biologi (epidermi, penyakit).
4. Teknologi (kecelakan, transport, industri).
5. Lingkungan (kebakaran, penggundulan).
6. Sosial (konflik, terorisme).
Analisis Ancaman Pacitan

No. Ancaman Faktor Keterangan


1. Gempa bumi Geologi Di bawah permukaan laut selatan,
terbentang lempeng bumi Indo-Australia
yang sering mengalami pergeseran maupun
tumbukan dengan lempeng Eurasia.
Aktivitas itu sering menimbulkan gempa
bumi tektonik.
2. Tsunami Geologi Wilayah Kabupaten Pacitan terletak di
pesisir perairan laut selatan. Gempa bumi
teknonik yang terjadi di bawah laut, sering
menimbulkan tsunami. Selain itu, bibir
pantai juga rawan terhadap gelombang pasang.

19
Potensi gelombang pasang dengan kecepatan
antara 10 (sepuluh) sampai dengan 100
(seratus) kilometer per jam yang timbul akibat
angin kencang atau gravitasi bulan atau
matahari.
3. Tanah longsor Geologi Dilansir dari Pacitanku.com, BPBD
Pacitan pada 13 April 2017 menyatakan
bahwa sejak awal tahun 2017, Pacitan
telah 210 kali tanah longsor. Pemberitaan
m.bangsaonline.com tertanggal 18 Oktober
2017 menyatakan bahwa BPBD merilis
bahwa penyebab tanah longsor di Pacitan
salah satunya disebabkan oleh kurangnya
vegetasi di kawasan hutan. Kawasan hutan
lindung masih minim (± 242,8 Ha), terlalu
sedikit dibandingkan hutan produksi
(1.728,4 Ha) dan hutan konservesi seluas
35,3 Ha. Selain itu, longsor juga
disebabkan oleh tekstur tanah Kabupaten
Pacitan yang lembek, sehingga mudah
tergerus air saat diguyur hujan. Penyebab
lain kondisi geografis Pacitan yang
bergunung dan berbukit
4. Banjir Hidrometeorolog Pada 28 November 2017, Pacitan berduka
i karena diterjang banjir. Ini merupakan
banjir terbesar yang pernah menerjang
Pacitan. Banjir ini disebabkan oleh
tingginya curah hujan sejak sehari
sebelumnya (±383 mm/hari). Hujan deras
ini menjadi dampak dari siklon tropis
Cempaka. Pemanasan global kembali
menjadi penyebab,terutama gas rumah
kaca dan eksploitasi pertambangan.
5. Banjir bandang Hidrometeorolog Daerah Pacitan yang berbukit dengan
i minimnya hutan lindung membuat air
hujan yang turun ke hulu kurang terserap
oleh akar tanaman. Hal ini yang beresiko
menyebabkan banjir bandang. Air yang
tidak terserap akan mengalir deras ke hilir
dengan membawa material lumpur dan
kerikil yang mampu menghanyutkan apa
saja yang dilaluinya.
6. Kebakaran Lingkungan Pacitan memiliki resiko kebakaran faktor
alam mengingat musim kemarau sepanjang
6 bulan dapat mengeringkan dedaunan
dalam hutan, api yang disengaja atau
hanya bara api yang tidak disengaja
diletakkan di antara dedaunan dapat
membakar dan menjalar ke wilayah yang
lebih luas.

20
2. Pemetaan Kerentaan

Kerentanan adalah suatu kondisi yang menentukan bilamana bahaya alam (natural
hazard) yang terjadi dapat menimbulkan bencana alam (natural disaster). Faktor-faktor
dari kerentanan antara lain :

1. Fisik : kekuatan bangunan struktur


2. Sosial : demografi (kesehatan, gizi, usia & gender)
3. Ekonomi : kemampuan finansial orang dalam menghadapi ancaman
4. Lingkungan : ketersediaan / kelangkaan sumber daya
Analisis Kerentanan Banjir Pacitan

No Kerentanan Faktor Keterangan


1. Struktur Fisik Rumah warga Pacitan biasanya terbuat dari
bangunan tembok bata, batako, kayu, atau bambu
warga anyam. Pemilihan bahan bangunan ini
biasanya disesuaikan dengan tingkat
perekonomian dan anggaran keluarga.
Masih banyak warga Pacitan yang kurang
menyadari struktur bangunan yang tahan
tehadap bencana. Rumah tembok rentan
terhadap bencana gempa bumi, tsunami,
dan kebakaran. Rumah berbahan kayu
rawan terhadap bencana kebakaran, banjir
bandang, dan tsunami. Rumah berbahan
bamboo anyam cukup tahan terhadap
gempa, namun rentan terhadap kebakaran.
2. Demografi Sosial Dilihat dari segi jenis kelamin, warga
Pacitan didominasi oleh perempuan
(50,24%) pada 2014, hal ini rentan
terhadap bencana mengingat bahwa
perempuan secara fisik tidak sekuat laki-
laki. Usia warga Pacitan didominasi 65
tahun ke atas sejumlah 65.514, hal ini
rentan terhadap penanganan bencana
mengingat usia 65+, 45-49 tidak sesigap
usia produktif dalam proses evakuasi
bencana. Dipandang dari jumlah pelayanan
kesehatan dari Kabupaten Pacitan pada
2015 yang memiliki 3 RSU, 24 Puskesmas,
54 Puskesmas Pembantu, 112 Praktik
Dokter, 11 balai pengobatan, 809 posyandu
kurang sebanding dengan 599.476
penduduk Pacitan (berdasar Survei
Penduduk 2010)
3. Finansial Ekonomi 16,66% penduduk miskin di Pacitan rentan
terhadap penanganan bencana terutama
pasca bencana.

21
4. Sumber Daya Lingkungan Sumber Daya Manusia yang melek
Manusia bencana di Kabupaten Pacitan masih
minim, terbatas pada BPBD Kabupaten
Pacitan, TNI, SAR,dan relawan temporal.
Warga sipil belum semuanya memahami
tindakan apa yang dilakukan saat bencana
melanda.Hal ini termasuk kerentanan
bencana.

3. Penilaian Bobot Resiko


ANCAMAN PROBA DAMPAK
BOBOT

SKALA
BENCANA BIILIT
NO

AS

1. Gempa bumi 5 Sangat Hampir Dampak besar


tinggi pasti menimbulkan tsunami,
terjadi kerusakan fisik, biaya
pemulihan, waktu
produktifitas
2. Tsunami 4 Tinggi Sangat Dampak biaya, waktu
mungkin & kerusakan fisik,
terjadi memunculkan korban
manusia
3. Tanah 3 Sedang Mungkin Dampak sedang pada
longsor tidak biaya, waktu, kerusakan
terjadi fisik, memungkinkan
korban manusia
4. Banjir 4 Tinggi Sangat Dampak besar pada biaya,
mungkin waktu, kerusakan fisik,
terjadi memungkinkan korban
manusia

5. Banjir 2 Rendah Kadang Dampak kecil pada biaya,


Bandang terjadi waktu, kerusakan fisik,
hilangnya harta benda,
memungkinkan korban
manusia
6. Kebakaran 2 Rendah Kadang Dampak kecil padad biaya,
terjadi waktu, hilangnya harta
benda, memungkinkan
korba manusia

22
BAB IV

PENGELOLAAN BENCANA (MITIGASI)

Mitigasi adalah tindakan atau langkah (struktural dan non-struktural) yang diambil
dalam upaya untuk membatasi atau mengurangi dampak yang merugikan dari suatu
bencana alam, degradasi lingkungan dan bencana teknologi (ISDR, 2004).

Mitigasi bencana adalah aktivitas atau kegiatan dalam rangka mencegah dan

meminimalisir dampak buruk dari peristiwa alam yang sangat ekstrim yang
dilakukan dalam jangka waktu menengah dan panjang (Noor, 2014, h.19). Kesiapsiagaan
dan mitigasi bencana dilakukan melalui beberapa tahapan berikut ini :

4.1. Perencanaan Siaga (Contingency Planning)


Perencanaan Siaga dilakukan dengan cara :
1. Tentukan satu jenis ancaman

23
2. Buat scenario penanganan
3. Susun kebijakan penanganan
4. Kaji kebutuhan
5. Inventarisasi sumber daya
6. Buat perencanaan tiap sector
7. Uji kaji dan mutakhirkan
Pada proses ini, perencanaan siaga di Kabupaten Pacitan seharusnya difokuskan pada
tiap ancaman, dan dibuat sektor berbeda antar resiko bencana. Skenario penanganan juga
disusun oleh masng-masing sektor ancaman bencana untuk keefektifan kerja. Setiap sektor
ancaman bertanggung jawab terhadap penyusunan kebijakan, inventarisasi, perencanaan,
hingga uji kaji dan penyempurnaan perencanaan siaga terpadu.
4.2. Mobilisasi Sumber Daya (Resource Mobilization)
Proses mobilisasi dilakukan dengan cara :
1. Inventarisasi semua sumber daya yang dimiliki oleh daerah atau sector
2. Identifikasi sumberdaya yang tersedia dan siap digunakan
3. Identifikasi sumberdaya dari luar yang dapat dimobilisasi untuk keperluan darurat
Proses ini seharusnya setiap sektor ancaman bencana mengirimkan perwakilannya
untuk melakukan survey dan pendataan sumber daya apa yang dimiliki Kabupaten Pacitan,
sumber daya apa yang tersedia dan siap digunakan serta sumberdaya dari luar yang dapat
membantu saat kondisi darurat.

4.3. Diklat (Training & Education)

Proses diklat dilakukan dengan cara :

1. Melakukan pendidikan di sekolah


2. Melakukan pelatihan secara berkesinambunagn, manajerial, dan teknis operasional
Pada proses ini, tim siap siaga bencana atau lembaga sejenis baik dari institusi, LSM,
atau komunitas seharusnya lebih gencar lagi mengadakan sosialisasi & simulasi bencana di
sekolah dan berbagai kelompok masyarakat lainnya, contoh : RT, RW, Desa, dll. Diklat ini
harus dilakukan secara kontinuitas atau berkelanjutan agar penduduk tersebut paham betul
apa yang harus dilakukan saat bencana tiba. Mereka juga harus memahami bahwa daerah
Pacitan dengan berbagai ancaman brncananya bisa kapan saja dilanda bencana.

4.4. Koordinasi (Coordination)

Proses koordinasi dilakukan dengan cara :

24
1. Membentuk forum koordinasi
2. Mengadakan pertemuan berkala secara rutin
3. Saling bertukar informasi
4. Menyusun rencana terpadu
Pada proses ini, internal tim seharusnya mengadakan pertemuan berkala dan rutin
untuk saling bertukar informasi dan menyusun rencana terpadu. Seharusnya pertemuan
koordinasi ini tidak hanya dilakukan pada saat bencana diprediksi, saat bencana, atau saat
evakuasi saja. Forum koordinasi juga mulai dibangun dan dijaga.

4.5. Mekanisme Respon (Response Mechanism)

Proses mekanisme respon dilakukan dengan cara :

1. Menyiapkan posko
2. Menyiapkan tim redaksi cepat
3. Mempunyai prosedur tepat
4. Menentukan incident commander
5. Melakukan upaya penanganan di luar prosedur rutin.
Pada proses ini, tim siap siaga telah menyiapkan posko minimal target lokasi dan
beberapa peralatan pokok pembangunan posko tanggap darurat. Prosedur respon terhadap
bencana juga harus sudah disusun termasuk komando (coordinator) pada saat bencana
terjadi dan tim redaksi yang sigap menyebarluaskan berita jika bencana terjadi. Tim juga
membuat alternatif upaya penanganan jika prosedur yang disusun sebelumnya kurang
menyelesaikan suatu masalah.

4.6. Peringatan Dini (Early Warning)

Early warning seharusnya disesuaikan jumlah yang dibutuhkan agar prediksi


bencana lebih akurat. Selain itu penyampaian informasi yang tepat waktu dan jelas dari
lembaga yang kredibel. Ada lagi PR untuk tim siap siaga yaitu membangun kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga yang memberikan peringatan dini (misalnya BMKG), agar
korban bencana dapat diminimalisir.

4.7. Manajemen Informasi (Information Systems)

Proses manajemen informasi dilakukan dengan cara :

1. Menciptakan dan menyediakan system informasi yang mudah diakses, dimengerti, dan
disebarluaskian
2. Informasi yang diberikan dan disampaikan kepada masyarakat harus akurat, tepat
waktu, dapat dipercaya, dan mudah dikomunikasikan.

25
Proses manajemen informasi yang akurat, ontime, kredibel, dan mudah
dikomunikasikan ini seharusnya dilakukan jauh-jauh hari sebelum terjadinya bencana.
Sistem informasi harus mudah diakses, dimengerti, dan disebarluaskan. Di era digital
seperti sekarang ini, sistem informasi lebih efektif dibangun melalui website atau akun
resmi media sosial. Sayangnya, mayoritas penduduk Pacitan yang berusia 65 tahun ke atas
tak banyak yang bisa mengakses teknologi gadget untuk membuka website atau media
sosial. Hal ini menambah daftar PR bagi tim siap siaga bencana Pacitan.

4.8. Gladi / Simulasi (Drilling / Simulation)

Proses Gladi / Simulasi dilakukan dengan cara :

1. Uji coba untuk menguji ketepatan rencana kontijensi


2. Gladi dilakukan berkesambungan agar masyarakat terbiasa dengnn uji coba
kesiapsiagaan bencana
Proses Gladi / Simulasi seharusnya dilakukan secara berkala untuk menguji
ketepatan rencana yang disusun sebelumnya, selain itu penduduk harus paham betul apa
yang harus dilakukan saat bencana datang melalui beberapa kali gladi dan simulasi
tersebut.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari pemaparan gambaran umum Kabupaten Pacitan, gambaran umum resiko
bencana, dan pembahasan mitigasi bencana pada BAB sebelumnya, penulis dapat menarik
bebarapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara demografi, Kabupaten Pacitan penduduk didominasi oleh perempuan (51,17%);
usia 65+ (65.514 orang dari 599.476 jumlah penduduk atau 10,9%); warga miskin
sebanyak 91.300 (16,66%).

26
2. Secara lingkungan, tata guna lahan Kabupaten Pacitan yang bagian ibukota digunakan
untuk pemukiman, bangunan pendidikan, dan industri atau usaha lainnya. Sementara
bagian pedesaan mayoritas lahan dimanfaatkan untuk pertanian.
3. Secara fisik, Kabupaten Pacitan berupa perbukitan (85%), sisanya gunng-gunung kecil
dan jurang terjal.
4. Fasilitas kesehatan belum memadai untuk melayani 599.476 penduduk (3 RSU, 24
puskesmas, 809 posyandu).
5. Ancaman bencana di Kabupaten Pacitan meliputi gempa bumi, tsunami, longsor, banjir,
banjir bandang, serta kebakaran.
6. Kerentanan di Kabupaten Pacitan secara umum meliputi struktur bangunan penduduk
belum semuannya tahan bencana; penduduk usia 65+ yang mendominasi jumlah
penduduk; perempuan mendominasi 51,17%; warga miskin sejumlah 91.300 dari total
599.476 atau 16,66%; fasilitas kesehatan kurang; dan jumlah sumber daya manusia
yang melek bencana kurang.
7. Mitigasi bencana Kabupaten Pacitan saat pra-bencana sudah sering digalakkan oleh
beberapa pihak, terutama sektor ancaman gempa bumi dan tsunami dengan
mengadakan sosialaisasi dan gladi / simulasi. Hanya saja belum rutin dan belum
menyeluruh menjangkau semua penduduk. Saat bencana, tim tanggap bencana telah
turun tangan mengevakuasi korban bencana, kekurangan sumber daya biasanya
disuplay oleh relawan dari berbagai wilayah. Mitigasi pasca-bencana Kabupaten Pacitan
dilakukan dengan pemulihan fisik bangunan korban dengan dibantu finansial dari
pemerintah walaupun jumlahnya tidak 100% untuk tiap keluarganya. Pemulihan
psikologis dilakukan beberapa pihak dari institusi pemerintah, komunitas, LSM,
asosiasi keagamaan, dan relawan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Bappeda 2 Kabupaten Pacitan 2013 diakses dari bappeda.jatimprov.go.id


Noor, D. (2014). Pengantar Mitigasi Bencana Geologi. Yogyakarta: Deepublish.

Suroso,Santosa.(2002).Mengarusutamakan Pembangunan Berwawasan Kependudukan di


Indonesia.Jakarta:EGC. Tersedia dari Google Books.
W, Hartati Dyah. (2014). Jurnal Ilmiah Go Infotech.Kontribusi Program Pariwisata
Dalam Meningkatkan Taraf Hidup Pengrajin Gerabah Di Kabupaten Pacitan,20(3),
22-28.

27
Pemerintah Kabupaten Pacitan.(n.d.).Selayang Pandang:Demografi.Diakses pada 10
Desember 2017 dari http://pacitankab.go.id/demografi/
Pemerintah Kabupaten Pacitan.(n.d.).Selayang Pandang:Geografis.Diakses pada 10
Desember 2017 dari http://pacitankab.go.id/geografis/
Pemerintah Kabupaten Pacitan.(n.d.).Selayang Pandang:Kondisi Ekonomi.Diakses pada 10
Desember 2017 dari http://pacitankab.go.id/kondisi-sosial/
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan.(2017).Hasil Pendaftaran/Listing Usaha/
Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Kabupaten Pacitan.Diakses pada 25 Desember
2017 dari https://pacitankab.bps.go.id/pressrelease/2017/06/21/2/hasil-pendaftaran-
listing-usaha-perusahaan-sensus-ekonomi-2016-kabupaten-pacitan.html
 Rizky.(2017).Korban Bencana Banjir dan Tanah Longsong Capai 20 Jiwa.Diakses pada
10 Desember 2017 dari http://pacitankab.go.id/korban-bencana-banjir-dan-tanah-
longsor-capai-20-jiwa/
Kominfo.(2017).Banjir dan Tanah Longsor di Pacitan Memakan Korban Jiwa.Diakses
pada 10 Desember 2017 dari http://pacitankab.go.id/banjir-dan-tanah-longsor-di-
pacitan-memakan-korban-jiwa/
https://www.google.co.id/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaan/sanitasi/
pokja/bp/kab.pacitan/BAB%2520II-GAMBARAN%2520UMUM
%2520KABUPATEN
%2520PACITAN.docx&ved=0ahUKEwjn062Ig6jYAhUMo48KHVGUBcEQFgg-
MAQ&usg=AOvVaw31l3m5pwYusaXQsKy57oBE
Data Inventarisasi Sungai Kabupaten Pacitan. Diakses pada 27 Desember 2017 dari
binamarga.pacitankab.go.id
Badan Pusat Statistik.(2014).Persentase Penduduk Miskin dan garis Kemiskinan (series
tahun). Diakses pada 25 Desember 2017 dari
https://pacitankab.bps.go.id/statictable/2014/11/02/19/persentase-penduduk-miskin-
dan-garis-kemiskinan-series-tahun-.html
https://pacitankab.bps.go.id/pressrelease/2017/06/21/2/hasil-pendaftaran-listing-usaha-
perusahaan-sensus-ekonomi-2016-kabupaten-pacitan.html

Tanah Longsor 210 Kali Landa Pacitan Selama 2017.(2017).Diakses pada 28 desember
2017 dari Pacitanku.com
Sutondo,Yuniardi.(2017).Tekstur Tanah dan Kondisi Geografis jadi Penyebab Tanah
Longsor di Pacitan. Diakses pada 28 Desember 2017 dari m.bangsaonline.com

28

Anda mungkin juga menyukai