(AMPC 2702)
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK XII
ALIFIA NOVARIANI (1810119120013)
NOVITA ANGGRIANI YUSUF (1810119220008)
RISKA YULIA PUTRI (1810119120017)
WULAN HANDAYANI (1810119220026)
DOSEN PEMBIMBING:
RIYA IRIANTI, S.Pd., M.Pd.
Dosen Pembimbing :
Banjarmasin, Desember 2021
Mengetahui,
Ketua Prodi Pendidikan Biologi
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Ekowisata..................................................................................................3
2.2 Potensi Ekowisata di Kabupaten Hulu Sungai Utara................................3
BAB III PENUTUP...............................................................................................23
3.1 Kesimpulan..............................................................................................23
3.2 Saran........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah salah satu kabupaten di Provinsi
Kalimantan Selatan, ibu kota kabupaten ini terletak di Amuntai dimana terletak
pada 2’-3' LS dan 115'-116' BT, wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara terletak di
daerah dataran rendah dengan ketinggian berkisar antara 0 m sampai dengan 7 m
di atas permukaan air laut dan banyak digenangi oleh rawa. Keanekaragaman ini
memunculkan ekosistem alam sehingga dapat dijadikan obyek wisata.
Kabupaten Kotabaru secara geografis cukup unik, dimana selain memiliki
banyak pulau, pantai dan lautan serta sebagian dari Pulau Kalimantan juga
memiliki gunung, lembah dan dataran serta masih adanya kawasan hutan atau
pedalaman. Selain itu secara demografis juga cukup unik karena disamping dihuni
oleh penduduk asli Kalimantan (suku Banjar dan Dayak) juga dihuni oleh
penduduk yang berasal dari Sulawesi, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Sumatera.
Dengan beraneka ragamnya Kabupaten Kotabaru baik secara geografis maupun
secara demografis maka hal ini memunculkan eksotisme alam dan budaya
sehingga dapat dijadikan obyek wisata (Ismail, dkk, 2016).
Pariwisata mulai dilirik sebagai salah satu sektor yang sangat menjanjikan
bagi perkembangan wilayah di skala global. Seiring dengan perkembangannya,
muncul konsep ekowisata berbasis masyarakat, yaitu wisata yang menyuguhkan
segala sumber daya wilayah yang masih alami, yang tidak hanya mengembangkan
aspek lingkungan dalam hal konservasi saja, namun juga memberikan keuntungan
bagi masyarakat sekitar, sebagai salah satu upaya pengembangan pedesaan untuk
meningkatkan perekonomian lokal, dimana masyarakat di kawasan tersebut
merupakan pemegang kendali utama (Tanaya & Rudiarto, 2014). Pariwisata
merupakan sektor yang dapat diandalkan sebagai sumber perekonomian dan
penghasil devisa nomor satu negara maupun daerah di Indonesia, karena
Indonesia memiliki keberagaman potensi pariwisata seperti potensi fisik, budaya
dan sosial (Suwantoro, 1997).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ekowisata ?
2. Apa saja potensi ekowisata yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Utara ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari ekowisata.
2. Untuk mendeskripsikan potensi ekowisata yang ada di Kabupaten Hulu Sungai
Utara.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ekowisata
Ekowisata dapat dilihat berdasarkan keterkaitannya dengan 5 elemen inti,
yaitu bersifat alami, berkelanjutan secara ekologis, lingkungannya bersifat
edukatif, menguntungkan masyarakat lokal, dan men-ciptakan kepuasan
wisatawan. Berdasarkan definisi-definisi dari berbagai tokoh, Fennell (2003)
kemudian merangkum pengertian ekowisata sebagai sebuah bentuk berkelanjutan
dari wisata berbasis sumberdaya alam yang fokus utamanya adalah pada
pengalaman dan pembelajaran mengenai alam, yang dikelola dengan
meminimalisir dampak, non-konsumtif, dan berorientasi lokal (kontrol,
keuntungan dan skala).
Menurut Nugroho (2015) prinsip ekowisata adalah meminimalkan dampak,
menumbuhkan kesadaran lingkungan dan budaya, memberikan pengalaman
positif pada turis (visitors) maupun penerima (host), memberikan manfaat dan
pemberdayaan masyarakat lokal. Edu-Ekowisata berbasis lingkungan juga
merupakan solusi pada pemahaman anak melalui pendidikan lingkungan yang
diamanatkan pada Surat Keputusan Bersama Menteri Lingkungan Hidup dan
Menteri Pendidikan Nasional No. Kep.07/MenLH/06/2005 dan No.
05/VI/KB/2005 tentang Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan
Hidup.
2.2 Potensi Lokal Tumbuhan Pada Rawa Kabupaten Hulu Sungai Utara
3
1 Eceng Gondok (Eichornia crassipes)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Alismatales
Familia : Pontederiaceae
Genus : Eichornia
tumbuhan yang ada di rawa kalang hadangan yaitu tumbuhan eceng gondok
atau yang sering disebut oleh masyarakat sekitar dengan sebutan ilung.
4
Tumbuhan eceng gondok ini memiliki ciri-ciri habitus herba akuatik yang
hidup mengapung bebas bila airnya cukup dalam tetapi berakar di dasar rawa
jika airnya dangkal. Tumbuhan ini memiliki susunan akar serabut dan tidak
dengan diameter 2-5 cm. Daun pada tumbuhan ini merupakan daun tunggal
dengan tata letak daun roset. Helaian daun berbentuk bulat telur lebar dengan
tulang daun yang melengkung rapat, berwarna hijau dengan permukaan yang
licin mengkilat, memiliki tepi daun yang rata, ujungnya membulat dan
pangkalnya berlekuk. Panjang daun mencapai 4-9 cm dengan lebar 3-8 cm.
diameter sekitar 2-4 cm. Daunnya tunggal berbentuk membulat, melebar, tebal
dan hijau muda. Panjang daun sekitar 4-9 cm dengan lebar sekitar 3-5 cm.
Pada setiap rumpun rata-rata terdapat 5-7 tangkai daun. Daun-daun itu
dan ditumbuhi bulu-bulu. Panjang akar tumbuhan sekitar 8-10 cm. Menurut
Sutandi (2021) tumbuhan ini memang habitatnya di air dan biasanya lebih
5
yang memiliki tenda bunga 5-6 berwarna ungu dengan jumlah putik 2 dan
stamen 3.
bahwa jenis tumbuhan yang menutupi rawa pada musim hujan adalah eceng
gondok 50% dan 50% tumbuhan lainnya. Hasil analisis laboratorium terhadap
kandungan nutrien beberapa hijauan pakan kerbau rawa yaitu eceng gondok
mengandung protein kasar 12,48% lebih tinggi dari jenis tumbuhan lainnnya.
untuk mengurangi pencemaran kadar logam berat dalam air yang tercemar
unsur Pb, Cd, Cu, Fe, Zn, dan Hg (Armand dan Nisma, 2010). Dengan
perlakuan yang tepat eceng gondok dapat menghasilkan biogas sebagai bahan
bakar mesin gas pembangkit listrik (Alvi et al., 2014); dan juga dapat
2015).
saat musim penghujan air pada genangan akan mendapatkan banyak nutrisi,
meskipun agak kotor, tetapi pada saat musim kemarau pun pertumbuhan
sangat berperan dalam penjernihan air ini adalah peran dari akar eceng
gondok, tak hanya bertugas sebagai menyerap zat-zat makanan dan unsur
6
hara, eceng gondok juga memiliki akar serabut yang ditumbuhi bulu-bulu,
menjerat lumpur dan partikel-partikel yang terlarut dalam air. Selain itu
jumlah tumbuhan eceng gondok juga sangat berperan dalam pengendalian air
limbah.
pertumbuhan jamur.
pertumbuhn akar pada tanaman, selain itu juga mengandung asam tritepoid,
organik dengan pengomposan metode takakura yang dibantu dengan mol nasi
7
basi yang dapat mempercepat pengomposan dari bakteri hasil fermentasi nasi
dimanfaaatkan untuk jenis sayuran seperti bayam, wortel, cabe, terong, dan
beberapa manfaat tersebut tumbuhan eceng gondok ini masih tetap dibiarkan
tumbuh.
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Class : Filicopsida
Ordo : Hydropteridales
Familia : Salviniaceae
Genus : Salvinia
8
Spesies : Salvinia molesta
tumbuhan ini merupakan daun tunggal dengan tata letak daunnya berhadapan
berbentuk oval. Warna daunnya hijau dengan permukaan berbulu halus dan
tepi daun yang rata. Ujung daun terbelah dan pangkalnya berlekuk, panjang
daun 3-5 cm dengan lebar 2-4 cm. Kiambang memiliki dua tipe daun yang
sangat mirip akar, tidak berklorofil dan berfungsi menangkap hara dari
air seperti akar. Orang awam menganggap ini adalah akar kiambang.
9
Menurut Soerjani et al. (1987) tumbuhan ini memiliki batang, daun,
dan panjangnya dapat mencapai 30 cm. Pada setiap buku terdapat sepasang
daun yang mengapung dan sebuah daun yang tenggelam. Daun yang
mengapung berbentuk oval, alterna dengan panjang tidak lebih dari 3 cm,
tangkai pendek ditutupi banyak bulu, dan berwarna hijau. Daun yang
tetapi sebenarnya daun yang berubah bentuk dan mempunyai fungsi sebagai
akar. Menurut Afiyah et al. (2020), habitat tumbuhan ini ada di air, habitus
herba, reproduksi fertil, tekstur dsun lunak, bentuk batang membulat, arah
tumbuh batang bercabang mendatar, warna batang hijau muda, susunan daun
tunggal, bentuk daun membulat, letak sorus dibagian dekat dengan akar,
bentuk sorus bulat, warna sorus coklat muda dan ujung daun membulat.
10
Menurut McFarland et al. (2004), kiambang cocok hidup di daerah
tropis, subtropis atau daerah dengan temperatur baik di daerah tenang seperti
kolam, danau, sungai aliran tenang atau kanal. Pemilihan Salvinia molesta
Salvinia molesta mampu tumbuh pada perairan dengan kadar nutrisi yang
rendah. Selain itu, secara morfologi Salvinia molesta memiliki diameter daun
yang relatif kecil (rata-rata 2-4 cm) tetapi memiliki perakaran yang lebat dan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Cyperales
Famili : Cyperaceae
11
Genus : Fimbristylis
habitus herba akuatik yang tumbuh banyak di tepian rawa. Tumbuhan ini
Tumbuhan ini memiliki akar yang banyak. Batang tumbuhan ini berwarna
hijau, tumbuh berumpun dengan bentuk batang segitiga. Panjang batang dari
tumbuhan ini 50-120 cm dan diameter batang 0,3 - 0,5 cm. Batang mendong
yang ramping dengan permukaan batang licin dan arah tumbuhnya tegak
lurus. Daun tumbuhan ini merupakan daun tunggal dengan tata letak daun
roset. Bentuk daun tumbuhan ini adalah bangun pedang. Daun tumbuhan ini
berwarna hijau dengan tepi daun tumbuhan ini berbentuk rata, dan permukaan
daun yang licin. Ujung daun berbentuk runcing dan pangkal daun yang rata.
Panjang daun tumbuhan ini 10 - 20 cm dan lebar daun 0,1 – 0,3 cm.
12
batang, bentuk garis, warna daun hijau dengan permukaan daun yang licin,
yang tumbuh di lahan basah, di daerah berlumpur, dan memiliki air yang
cukup.
berupa batang serta tangkai bunga yang dikenal dengan istilah “mendong”.
Mendong merupakan jenis tanaman rumput yang memiliki serat yang cukup
kuat. Oleh karena itu, mendong digunakan sebagai bahan baku industri
kerajinan yang hasilnya dapat berupa dompet, tas, topi, taplak meja dan tikar.
Secara fisik batang mendong berbentuk bulat dengan diameter batang 0,2– 0,4
13
(Sumber: Dok. Penelitian, (Sumber: Milliken, 2016 )
2021)
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Cyperales
Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus haspan
Sumber : (Soerjani et al., 1987)
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di kawasan rawa
Kalang Hadangan, tumbuhan ini memiliki ciri-ciri habitus herba tahunan,
Tumbuhan ini memiliki sistem perakaran serabut, akar berwarna putih sampai
putih kecoklatan. Batang tumbuhan ini memiliki tinggi 5-90 cm dengan
diameter 0,3-0,7 cm. Tumbuhan ini memiliki batang berbentuk segitiga,
berwarna hijau muda hingga hijau tua. Arah tumbuh tumbuhan ini adalah
tegak lurus dan tidak bercabang. Daun pada tumbuhan ini berbentuk pita
dengan tata letak roset akar, panjang 4-12 cm dan lebar 0,4-0,8 cm. daun
berwarna hijau muda hingga hijau tua dengan pangkal daun rata dan ujung
daun runcing. Tepi daun rata dengan permukaan yang licin. Tumbuhan ini
memiliki macam perbungaan bunga majemuk tak terbatas dengan bentuk
bunga payung majemuk. Letak perbungaan tumbuhan ini di ujung batang
(terminalis). Spikelet berbentuk linear lonjong berwarna coklat kehijauan.
Benang sari berjumlah 1-3, putik berjumlah 3. Glume berwarna kecoklatan
dengan pinggiran bagian atas berwarna hijau muda. Pada saat pengamatan
tumbuhan spesies ini belum berbuah
Menurut Soerjani et al. (1987) spesies ini merupakan tumbuhan yang
memiliki akar serabut berwarna putih, batang yang tegak berbentuk segitiga
dan lurus, panjangnya mencapai 10-60 cm, dengan diameter 2-3 mm.
14
Terdapat bagian atas batang dimana bunga muncul pada ujung batang,
bentuknya sederhana spikelet kuning kecoklatan berbentuk silindris, glume
kecoklatan, bunga biseksual dengan benang sari 1-3 dan putik 3 dan di
sekelilingnya terdapat daun kecil yang mengitari bunga, panjangnya 10-15
cm. Pada daunnya di bagian ujungnya meruncing, memiliki tulang daun yang
sejajar atau berbentuk lanset, panjang daunnya 5-10 cm, dengan lebar 1-2
mm. Bentuk daun makin keujung makin runcing berwarna hijau. Buah
berbentuk segitiga berwarna putih saat muda dan kekuningan saat sudah tua.
Menurut Steenis (2013) buah memanjang sampai bulat telur terbalik persegi
tiga dengan panjang 1,5mm. Menurut Diningsih, E. & Joko, M. (2021). C.
haspan L. adalah tanaman air berupa rumput-rumputan. Menurut Milliken
(2016) Perbungaan yang menyebar dengan spikelet linier dekat dalam
kelompok 1-3.
Menurut Diningsih, E. & Joko, M. (2021). C. haspan L. tumbuh di
air yang dangkal dan tergenang serta berkembang baik di lahan basah,
berpasir dan asam. Satu individu tanaman ini dapat memproduksi 50.000 biji
pertahun. Cyperus haspan sebagai gulma dapat memperbanyak diri dengan
efektif. Perbanyakan secara konvensional selain mengunakan biji, tanaman
ini dapat diperbanyak melalui rizoma yang berasal dari akar. Selain
menggunakan perbanyakan konvensional, perbanyakan dengan kultur
jaringan juga dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bahan tanaman
berupa kalus, embrio somatik, maupun tunas yang akan digunakan untuk
penyediaan benih dan transformasi gen yang berkaitan dengan kemampuan
fitoremediasi.
Tumbuhan ini dimanfaatkan masyarakat sebagai pakan ternak,
masyarakat membiarkan tanaman ini tumbuh di rawa karena memang
tumbuhan ini memiliki peran penting dalam memenuhi pakan ternak mereka
yaitu hadangan. Ancaman terhadap tumbuhan ini yaitu adanya penebasan
untuk membuka lahan dan penyemprotan dengan pestisida sehingga
tumbuhan ini menjadi berkurang, selain itu juga tidak ada budidaya tumbuhan
15
ini karena tumbuhan kumpai pepayungan ini merupakan tumbuhan liar yang
hanya dibiarkan tumbuh oleh masyarakat
16
berwarna hijau tua, dengan bentuk batang segitiga. Panjang batang dari
tumbuhan ini 40 - 110 cm dengan diameter batang 0,5 – 1,2 cm. Batang
tumbuhan ini kokoh dan arah tumbuh tumbuhan ini tegak lurus. Daun
tumbuhan ini merupakan daun tunggal dengan tata letak daun berseling.
Bentuk daun tumbuhan ini adalah bangun pedang. Tepi daun tumbuhan ini
berbentuk rata, dengan ujung daun berbentuk runcing dan pangkal daun
berbentuk rata. Panjang daun tumbuhan ini 12-17 cm dan lebar daun 0,6 – 1,5
cm. Tumbuhan ini memiliki macam perbungaan majemuk tak berbatas,
perbungaan terletak di ujung batang (terminalis) dan di ketiak daun
(axillaris), dengan bentuk perbungaan malai. Spikelet berwarna merah
kecoklatan. Glume berwarna coklat terang. Benang sari pada tumbuhan ini
berjumlah 3 dan putik berjumlah 2. Bunga tumbuhan ini berwarna coklat
muda sampai coklat tua dengan bentuk lonjong. Pada saat pengamatan
tumbuhan spesies ini belum berbuah.
Menurut Soerjani et al. (1987) tumbuhan ini berhabitus herba.
Memiliki akar dengan rimpang yang pendek berwarna putih kecoklatan.
Batangnya kokoh dan berbentuk segitiga dengan tinggi 60 – 150 cm dan
diameter 0,5-2 cm. Daunnya agak kaku dengan bentuk linier dengan panjang
daun 30-60 cm dan lebar 1-2 cm. Tata letak daun berseling dengan tepi rata
ujung meruncing dan pangkal daunnya rata. Perbungaan terletak di ujung
batang dan di ketiak daun. Dengan macam perbungaan malai. Bunga
biseksual berbentuk lanset dan berwarna coklat kekuningan dengan panjang
0,6-0,8 cm. Memiliki benang sari berjumlah 3 dengan kepala sari berbentuk
memanjang. Biji berwarna coklat berbentuk bulat telur hingga lonjong
dengan panjang 0,4-0,5 cm. Tumbuhan ini tersebar di daerah tropis dan
subtropis dunia, dengan ekologi lahan terbuka, tempat berawa, tepian sungai,
dengan ketinggian hingga 1300 m diatas permukaan laut, sebagian besar
terdapat di dataran rendah dan di persawahan, serta sawah pasang surut.
Menurut Royal Botanic Garden (2021) Tumbuhan ini merupakan herba yang
memiliki tinggi sekitar 0,5 hingga 1,5 m. Bunga terletak diujung batang
berwarna coklat kekuningan. Menurut Geswati (2017) Gulma ini hidup di
17
darat dan gulma ini hampir selalu ada di sekitar tanaman budidaya karena
dapat berkembang biak melalui biji.
Tumbuhan ini dimanfaatkan masyarakat sebagai pakan ternak,
masyarakat membiarkan tanaman ini tumbuh di rawa karena memang
tumbuhan ini memiliki peran penting dalam memenuhi pakan ternak mereka
yaitu hadangan. Ancaman terhadap tumbuhan ini yaitu adanya penebasan
untuk membuka lahan, sehingga tumbuhan ini menjadi berkurang, selain itu
juga tidak ada budidaya tumbuhan ini karena tumbuhan bondong merupakan
tumbuhan liar yang hanya dibiarkan tumbuh oleh masyarakat.
18
1.1 Ancaman Tehadap Lingkungan di Kawasan Kalang Hadangan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Ekowisata merupakan wisata alam yang mengkonservasi lingkungan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan di ekowisata
secara langsung mengakses kepada semua orang untuk melihat, mengetahui, dan
menikmati pengalaman alam, intelektual dan budaya masyarakat lokal.
2. Beberapa tempat yang ada di Hulu Sungai Utara
3.2 Saran
Syukur alhamdulillah pada Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik walaupun masih
ada kekurangan dan tentunya masih jauh dari harapan. Penyusun sangat
mengharapkan kepada para pembaca agar kita saling bekerja sama dalam
melestarikan alam, karena alam yang akan memberikan ilmu pada kita di
kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Iwan, (2015) Pengembangan Desa Melalui Ekowisata. Era Edicitra Intermedia.
Solo.