Disusun oleh :
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Pengaturan Lingkungan Hidup”. Makalah ini disusun guna dapat memahami lebih
jauh lagi dalam penggunaan huruf kapital pada kata maupun kalimat, dan juga
berupa buku, artikel dan tulisan yang telah kami jadikan referensi guna
penyusunan makalah ini, semoga dapat terus berkarya guna menghasilkan tulisan-
tulisan yang mengacu terwujudnya generasi masa depan yang lebih baik. Kami
berharap semoga informasi yang ada dalam makalah ini dapat berguna bagi
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
banyak kekurangan dan kesalahan. Kami menerima kritik dan saran yang
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................6
1.3 Tujuan............................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kearifan Lokal.............................................................7
2.2 Fungsi-fungsi Kearifan Lokal........................................................9
2.3 Perwujudan Kearifan Lokal dengan Lingkungan Hidup.............11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................13
3.2 Saran.............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
berkaitan erat dengan kearifan lokal. Hal ini dapat diketahui bahwa adanya
Bahkan dalam hal tertentu kearifan lokal lebih berperan dalam menjaga
masyarakat. Adanya mitos, ritual, dan pitutur luhur yang erat kaitannya
dari Sabang sampai kota Merauke, juga diikuti dengan berbagai suku,
Ika. Setiap adat, bahasa, suku dan agama itu, memuat sistem nilai dan
1
pengetahuan yang sudah berkembang ratusan bahkan ribuan tahun yang
lalu. Keanekaragaman
2
3
dengan hukum adat, diikuti oleh ratusan sistem kepercayaan dan agama.
anugerah yang diberikan oleh Sang Pencipta akan kekayaan Sumber Daya
”penderitaan“ yang cukup ”kronis“, dimana alam harus dirusak tanpa harus
dari tahun ke tahan masih terus berlangsung dan semakin meluas. Kondisi
semua pemangku kepentingan. Hal ini sesuai dengan apa yang diamanatkan
1945) Pasal 28 H ayat (1) bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
semakin dinilai sebagai objek yang harus dikuasai dan manusia adalah
subjeknya, yang segala sesuatu harus berpusat pada manusia. Perilaku dan
tanah, air, dan hutan, baik yang terdapat di dasar lautan maupun yang ada di
perut bumi, untuk dijadikan sebagai bahan baku untuk komoditas ekspor,
sendiri.
oleh hutan tersebut tidak akan menimbulkan dampak. Namun saat ini,
eksploitasi SDA yang tidak terkendali, yang telah terjadi selama ini di
banjir, erosi, dan lain-lain), juga menimbulkan kerugian sosial dan budaya,
masyarakat adat untuk berhak mengambil hasil hutan dan mengelola hutan
daya hutan yang tersimpan di perut bumi. Hal ini disebabkan, karena lokasi
dan informasi yang mereka miliki. Hak “penguasaan” (land tenure) dan hak
yang menyebabkan tidak ada kepastian tata batas teritorial wilayah adat,
1.3 Tujuan
hidup.
8
BAB II
PEMBAHASAN
kebudayaan. Secara etimologis kearifan lokal terdiri dari dua kata, yakni
kearifan (wisdom) dan lokal (local). Lokal artinya setempat dan kearifan
setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yang
hidup yang berkembang dalam suatu komunitas sosial dan etnik tertentu
yang unik. Oleh karena itu, budaya lokal tidak dipandang sebagai dua
kearifan lokal
10
lokal yang bijak, penuh kearifan dan bernilai dan diikuti serta menjadi
yang merupakan cara berpikir dan bertindak dari masyarakat secara lokal
hari yang telah berlangsung lama dalam kehidupan masyarakat. Nilai dalam
tidak dapat dipisahkan dalam setiap bentuk kegiatan dan perilaku manusia
mental, dan spiritual. Hal tersebut dimulai dari proses usaha penertiban diri
individual muncul sebagai hasil proses kerja kognitif individu dalam upaya
sama. Hal ini sejalan dengan salah satu karekteristik utama dari kebudayaan,
sudah mulai pudar dan mengalami degradasi warisan nilai- nilai luhur.
budaya asli yang memiliki nilai- nilai luhur dan masuknya budaya asing
yang tidak sesuai dengan budaya setempat. Selain itu, kurangnya dukungan
Terkait dengan hal ini, upaya pelestarian nilai-nilai luhur kearifan lokal
bentuk - bentuk kearifan lokal yang ada dalam masyarakat dapat berupa:
manusia
kebutuhan, dan kepercayaan yang telah berakar dan sulit untuk dihilangkan,
kepercayaan, norma, budaya dan diekspresikan dalam tradisi dan mitos yang
dianut dalam jangka waktu yang lama. Fungsi kearifan lokal adalah sebagai
sebagai elemen perekat (aspek kohesif) lintas warga, lintas agama dan
pengetahuan dan tata nilai tradisional yang dihasilkan dari proses adaptasi
N., 2005). Artinya, bahwa pemanfaatan alam untuk keperluan hidup sehari-
haris harus dipergunakan secara arif dan bijaksana, kekayaan alam tidak
untuk dihabiskan dan tidak untuk dirusak. Hal ini bermakna bahwa
keseimbangan.
hukum adat, kemampuan spiritual, dan religi yang dianutnya, ternyata lebih
pada lokalitas dan komunitas tertentu oleh Putu Oka Ngakan dalam Andi M.
Akhmar dan Syarifudin. Kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku
hidup secara arif. Maka dari itu, kearifan lokal tidaklah sama pada tempat
dan waktu yang berbeda dan suku yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan
maupun sosial. Sebagai salah satu bentuk perilaku manusia, kearifan lokal
bukanlah suatu hal yang statis melainkan berubah sejalan dengan waktu,
tergantung dari tatanan dan ikatan sosial budaya yang ada di masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Karena, ketiga hal tersebut merupakan hak dasar bagi komunitas adat untuk
untuk mengelola SDA yang ada di wilayah adat adalah hak asasi yang di
bawah sejak lahir oleh masyarakat adat. Kearifan lokal juga merupakan
3.2 Saran
Diperlukan metode penerapan yang nyata dari masyarakat pada saat ini,
15
DAFTAR PUSTAKA
Ibid., baca juga dalam Rohana Sufia, Pengembangan Media Video Pembelajaran
Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Kearifan Lokal Untuk SMA,
Pendidikan Geografi Pascasarjana-Universitas Negeri MalangSemarang,
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian
Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi
ASEAN”, 2016, hlm. 6.
Iman Hilman, Kearifan Lokal Masyarakat Hukum Adat Kampung Kuta dalam
Melindungi dan Mengelola Lingkungan Hidup, Dalam Kegiatan
Konferensi Internasional Budaya Sunda II, Revitalisasi Budaya Sunda:
Peluang dan Tantangan Dalam Dunia Global, Gedung Merdeka, Bandung,
19-22 Desember 2011, hlm. 4.
Putu Oka Ngakan dalam Andi M. Akhmar dan Syarifudin, Mengungkap Kearifan
Lingkungan Sulawesi Selatan, Makassar: PPLH Regional Sulawesi,
Maluku dan Papua, Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI dan
Masagena Press, 2007, lihat juga dalam Suhartini, Kajian Kearifan Lokal
Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan,
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009, hlm. B206.
Sirtha (2003), Dalam Sartini, Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian
Filsafat, Jurnal Filsafat, Agustus 2004, Jilid 37, Nomor 2, 2003, yang
dikutip oleh Tia Oktaviani Sumarna Aulia dan dan Arya Hadi
Dharmawan, Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan Sumberdaya Air Di
Kampung Kuta, Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan
Ekologi Manusia Vol. 4, No. 3, (Diterima 8 November 2010/Disetujui 25
November 2010), 2010, hlm. 347.