Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

POTENSI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN


LINGKUNGAN

Disusun untuk memenuhi tugas Hukum Lingkungan dan Pengelolaan SDA

Dosen Pengampu : Aprilianita Khusnul A`in SHI., MH.

Disusun Oleh :

Bagas Titian Gumelang 2102016156

Rafi Al Azhar 2102016154

HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2023

KATA PEGANTAR
Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmad dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Hukum Lingkungan dan Pengelolaan SDA dengan
judul: “POTENSI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN
LINGKUNGAN”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari batuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritikan yang membangun
dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan dunia pendidikan.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kearifan lokal merupakan suatu bentuk lingkungan yang ada dalam kehidupan
bermasyarakat berupa tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi
dalam tempat atau daerah hidupnya. Kearifan lokal sendiri bukan merupakan hal yang statis,
melainkan berjalan dinamis atau sejalan dengan waktu, tergantung dengan tatanan sosial dan
ikatan sosial budaya yang ada di masyakarat

Kondisi lingkungan Indonesia menghasilkan keanekaragaman ekosistem beserta


sumber daya alam, melahirkan manusia Indonesia yang berkaitan erat dengan kondisi alam
dalam melakukan berbagai aktivitas untuk menunjung kelangsungan hidupnya. Kearifan
lokal merupakan warisan nenek moyang kita dalam tata nilai kehidupan yang menyatu
dalam bentuk religi, budaya dan adat istiadat. Dalam perkembangannya masyarakat
melakukan adaptasi terhadap lingkungannya dengan mengembangkan suatu kearifan yang
berwujud pengetahuan atau ide, peralatan, dipadu dengan norma adat, nilai budaya,
aktivitas mengelola lingkungan guna mencukupi kebutuhan hidupnya. Kearifan lokal dapat
diartikan sebagai kebijaksanaan masyarakat setempat (lokal).

Kearifan lokal bagi masyarakat merupakan suatu pedoman dalam bersikap dan
bertindak dengan sesamanya dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat tersebut.
Oleh karena itu, dalam masyarakat diperlukan adanya suatu pengetahuan dalam
memahami kearifan lokal sebagai suatu kekayaan budaya yang isinya adalah tentang nilai-
nilai budaya lokal. Kearifan lokal seperti yang telah disebutkan tersebut, dapat terwujud
melalui pikiran, sikap dan tindakan masyarakatnya. Artinya, kearifan lokal yang ada pada
masyarakat secara umum memiliki budi pekerti yang luhur, yang setiap individunya selalu
berpikir, bersikap dan bertindak berdasarkan apa yang telah menjadi nilai dan norma yang
dianut oleh masyarakat tersebut.

.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apasaja Bentuk-bentuk Kearifan Lokal Indonesia?

2. Apa potensi Kearifan Lokal Dalam Pelestarian Alam dan Budaya?

3. Bagaimana Kontekstualitas Kearifan Lokal Dalam Era Globalisasi?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bentuk-bentuk Kearifan Lokal Di Indonesia

Secara normatif, pengertian dari kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku
dalam tata kehidupan masyarakat untuk antaralain melindungi dan mengelola lingkungan
hidup secara lestari(Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup) 1

kearifan lokal merupakan tata aturan tak tertulis yang menjadi acuan masyarakat yang
meliputi seluruh aspek kehidupan, berupa Tata aturan yang menyangkut hubungan antar sesama
manusia, misalnya dalam interaksi sosial baik antar individu maupun kelompok, yang berkaitan
dengan hirarkhi dalam kepemerintahan dan adat, aturan perkawinan antar klan, tata karma dalam
kehidupan sehari-hari 16 Tata aturan menyangkut hubungan manusia dengan alam, binatang,
tumbuh-tumbuhan yang lebih bertujuan pada upaya konservasi alam.Tata aturan yang
1
Siombo, M. R., & SH, M. (2019). Dasar-Dasar Hukum Lingkungan dan Kearifan Lokal Masyarakat. Penerbit Unika
Atma Jaya Jakarta.
menyangkut hubungan manusia dengan yang gaib, misalnya Tuhan dan rohroh gaib. Kearifan
lokal dapat berupa adat istiadat, institusi, kata-kata bijak, pepatah.

Dalam karya sastra kearifan lokal jelas merupakan bahasa, baik lisan maupun tulisan.
Dalam masyarakat, kearifan-kearifan lokal dapat ditemui dalam cerita rakyat, nyayian, pepatah,
sasanti, petuah, semboyan, dan kitab-kitab kuno yang melekat dalam perilaku sehari-hari.
Kearifan lokal ini akan mewujud menjadi budaya tradisi, kearifan lokal akan tercermin dalam
nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok masyarakat tertentu. Kearifan lokal diungkapkan dalam
bentuk kata-kata bijak (falsafah) berupa nasehat, pepatah, pantun, syair, folklore (cerita lisan)
dan sebagainya; aturan, prinsip, norma dan tata aturan sosial dan moral yang menjadi sistem
sosial; ritus, seremonial atau upacara tradisi dan ritual; serta kebiasaan yang terlihat dalam
perilaku sehari-hari dalam pergaulan sosial. Cerita rakyat banyak mengandung amanat-amanat.

Selain berupa nilai dan kebiasaan kearifan lokal juga dapat berwujud benda-benda
nyata salah contohya adalah wayang. Wayang kulit diakui sebagai kekayaan budaya dunia
karena paling tidak memiliki nilai edipeni (estetis) adiluhung (etis) yang melahirkan kearifan
masyarakat, terutama masyarakat Jawa. Bahkan cerita wayang merupakan pencerminan
kehidupan masyarakat Jawa sehingga tidak aneh bila wayang disebut sebagai agamanya orang
Jawa. Dengan wayang, orang Jawa mencari jawab atas permasalahan kehidupan mereka. 2
Dalam pertunjukan wayang bergabung keindahan seni sastra, seni musik, seni suara, seni
sungging dan ajaran mistik Jawa yang bersumber dari agama-agama besar yang ada dan hidup
dalam masyarakat Jawa. Bentuk kearifan lokal yang terdapat pada masyarakat jawa selain
wayang adalah joglo ( rumah tradisional jawa ) 3.
Selain kearifan lokal di atas, Bali merupakan salah satu daerah yang masih kental nilai
kearifan lokalnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih tingginya antusias masyarakat
terhadap budaya-budaya maupun ritual keagamaan yang ada di Bali. Masih banyak lagi daerah
yang mempunyai kearifan lokal untuk menunjang perekonomiannya seperti masyarakat Bantul
yang terkenal dengan kesenian kearamiknya, Garut yang terkenal dengan dodolnya, Kebumen
dengan genteng sokka dan mash banyak lagi. Hal tersebut merupakan bagian dari budaya kita
yang berbentuk kearifan lokal.

2
(Sutarso, 2012 : 507)
3
https://eprints.umm.ac.id/35955/3/jiptummpp-gdl-irawansatr-48429-3-babiip-f.pdf
2.2 Potensi Kearifan Lokal Dalam Pelestarian Alam dan Budaya

Kualitas lingkungan alam saat ini semakin memburuk. Fungsi lingkungan alam yang
terus terdegradasi sebagai akibat kerusakan yang berkepanjangan dan berlangsung terus menerus
berdampak buruk terhadap keberlangsungan makhluk hidup termasuk manusia. Eksploitasi yang
dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan alam mengakibatkan kesenjangan hubungan antara
manusia itu sendiri dan juga dengan lingkungannya. Solusi rekayasa teknologi yang ditawarkan
sama sekali tidak mampu mengatasi masalah dan belum menyentuh permasalahan kerusakan
lingkungan alam. Oleh karena itu, perlu ada upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
alam yang integratif, berkelanjutan, dan konsisten melalui budaya lokal oleh masyarakat lokal
dan pemerintah. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai yang
terkandung dalam budaya lokal. Internalisasi nilai ekologis yang terkandung dalam kearifan
lokal dapat membantu lahirnya kesadaran manusia dalam pengelolaan lingkungan alam sehingga
dapat membentuk sikap ekologis yang baik.

Dalam hal ini memaparkan terkait pentingnya internalisasi nilai-nilai kearifan lokal yang
didukung dengan bukti-bukti empiris dan hasil observasi terkait upaya pelestarian lingkungan
alam. Dari kajian empiris dan hasil observasi disimpulkan bahwa internalisasi nilai-nilai kearifan
lokal dapat memberikan kontribusi positif bagi pelestarian lingkungan alam, melalui perwujudan
hak dan kewenangan masyarakat adat setempat.Sebagai sebuah pengetahuan yang lahir dari
pengalaman, kearifan lokal memberikan pemahaman kepada masyarakat pendukungnya untuk
menjawab suatu persoalan, baik dalam lingkungan fisik mereka (lingkungan alam dan buatan),
maupun lingkungan sosial budayanya. Ahimsa-Putra menjelaskan bahwa lingkungan secara
garis besar dapat dipilah menjadi tiga, yaitu:4

1. Lingkungan fisik, berupa benda-benda yang ada di sekitar kita, makhluk hidup, dan segala
unsur-unsur alam.

2. Lingkungan sosial, meliputi perilaku-perilaku manusia atau berbagai aktivitas sosial yang
berupa interaksi antarindividu serta berbagai aktivitas individu.

4
Ahimsa Putra, Heddy Shri, 2004. “Kearifan Tradisional dan Lingkungan Sosial”, makalah pada seminar sehari
“Forum Peduli Tradisi” diselenggarakan oleh Bidang Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan, Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata, di Jakarta, 16 Februari 2004
3. Lingkungan budaya, mencakup pandangan-pandangan, pengetahuan, norma-norma serta
aturan-aturan yang berlaku dalam suatu masyarakat.

Nilai-nilai tersebut perlu diperkenalkan kembali kepada masyarakat, agar nilai-nilai


kearifan tersebut tidak hilang dan mampu memberikan alternatif jawaban bagi persoalan
kekinian. Dalam pengelolaan lingkungan hidup kita juga membutuhkan moralitas yang berarti
kemampuan kita untuk dapat hidup bersama makhluk hidup yang lain dalam suatu tataran yang
saling membutuhkan, saling tergantung, saling berelasi dan saling memperkembangkan sehingga
terjadi keutuhan dan kebersamaan hidup yang harmonis. Refleksi moral akan menolong manusia
untuk membentuk prinsip-prinsip yang dapat mengembangkan relasi manusia dengan lingkungan
hidupnya. Manusia harus menyadari ketergantungannya pada struktur ekosistem untuk dapat
mendukung kehidupannya itu sendiri. Manusia harus dapat beradaptasi dengan lingkungan hidup
yang menjadi tempat ia hidup dan berkembang. 5

2.3 Kontekstualitas Kearifan Lokal Dalam Era Globalisasi

Di era globalisasi saat ini, banyak ditemui terjadinya benturan antara nilai kearifan lokal
dengan tuntutan perubahan jaman, sehingga banyak yang dikorbankan kearifan lokal. Jika
kondisi seperti ini dibiarkan bukan berarti kearifan lokal makin terdesak, terpinggirkan bahkan
punah. Pada hal kenyataannya keberadaan kearifan lokal menjadi asset bagi setiap daerah yang
mampu menjadi daya tarik bagi daerah lainnya, Karena dengan kearifan lokal dapat memberikan
ciri khas daerah yang tidak dimiliki daerah lain.

Meutia Hatta menjelaskan, masuknya budaya asing yang merupakan sebuah keniscayaan
sejak manusia telah mampu meningkatkan peradabannya dan melakukan ekspedisi dari tempat
asalnya hingga ke belahan bumi lainnya, seharusnya kearifan lokal harus dapat disinergikan.
Dengan demikian akan tetap menjaga kelestarian adat istiadat peninggalan nenek moyang yang
juga merupakan budaya bangsaIndonesiayang didalamnya terkandung nilai-nilai luhur dan
pengetahuan yang sangat kaya. Namun seiring berjalannya waktu, nilai-nilai luhur itu mulai
meredup, memudar, kehilangan makna substantifnya. Lalu yang tertinggal hanya benda-benda

5
Keraf, A. Sony, 2010. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
yang menjadi simbol tanpa arti. Bahkan akhir-akhir ini hampir secara keseluruhan mengalami
reduksi, dianggap hanya pajangan yang sarat formalitas. 6

Oleh karena itu, Kearifan lokal harus dipahami sebagai bagian dari knowledge. Sehingga
ada kebanggaan dan kecintaan terhadap budayanya sendiri. Dengan demikian proses pelestarian
dan pengembangan kebudayaan diIndonesia berkembang, generasi muda menjadi mengenal
kearifan lokal dari leluhurnya yang kaya akan pengetahuan dan tidak dianggap kuno dan
ketinggalan jaman. Kebudayaam Indonesia mengajarkan tentang hubungan yang baik antara
sesama manusia, manusia dan alam, serta manusia dan sang pencipta. kearifan lokal memiliki
potensi dan kekuatan yang sangat besar untuk menginspirasi sintesis keragaman karakter solusi
masalah diIndonesia dan dunia pada umumnya. Dalam bingkai kearifan lokal ini, masyarakat
bereksistensi, dan berkoeksistensi satu dengan yang lain. Dalam banyak hal, kita tidak tidak
menyadari kuunggulan bangsa sendiri sehingga tidak mampu menghargainya. Justru bangsa lain
yang menghargai potensi bangsa Indonesia. Banyak tradisi khas Indonesia yang kian tergerus
zaman. 7

3.3 Kesimpulan

Beberapa praktik kearifan lokal yang sudah dijelaskan di atas merupakan warisan leluhur
yang masih dipertahankan hingga saat ini oleh masyarakat yang menganutnya. Hal ini dapat
dijadikan sebagai salah satu strategi perlindungan dan pelestarian lingkungan alam yang sudah
terbukti dalam upaya keberlanjutannya. Pentingnya internalisasi nilainilai ekologi dari kearifan
lokal dalam pengelolaan lingkungan alam merupakan bentuk perlindungan dan pelestarian
lingkungan hidup. Nilai-nilai kearifan lokal yang ada pada masyarakat lokal penting untuk
dipertahankan dan dirawat agar masyarakat memiliki tanggung jawab dalam menjaga dan
melestarikan lingkungan alamnya serta menghormati hak-hak alam itu sendiri. Internalisasi
terhadap nilai kerifan lokal di era globalisasi dapat memberikan kontribusi terwujudnya generrasi
emas yang generasi yang cerdas, kreatif, inovatif, tidak mudah meneyrah, generasi yang disiplin,
generasi yang berwawasan internasional, generasi yang selalu siap menghadapi tantangan global,

6
Suhartini. 2009. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan penerapan MIPA [16 Mei 2009].
Yogyakarta. [Internet]. [diunduh 20 Mei 2023 ]. Dapat diunduh dari: http://www.search-
document.com/pdf/1/Kajian-Kearifan-Lokal-Masyarakat-dalam-Pengelolaan-Sumberdaya-Alam-dan-
Lingkungan.html
7
https://www.bunghatta.ac.id/berita/1053/meutia-hatta-swasono-kearifan-lokal-kebudayaan-nasional-di-era-
globalisasi.htm
serta generasi yang selalu menjunjung nilai-nilai persatuan dan kesatuan dapat kita wujudkan dan
akan melanjutkan estrafet kepemimpinan negeri ini.

DAFTAR PUSTAKA

Siombo, M. R., & SH, M. (2019). Dasar-Dasar Hukum Lingkungan dan Kearifan Lokal
Masyarakat. Penerbit Unika Atma Jaya Jakarta.Keraf.2002. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta:
Buku Kompas

Suhartini. 2009. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan penerapan MIPA [16 Mei 2009].
Yogyakarta.

Ahimsa Putra, Heddy Shri, 2004. “Kearifan Tradisional dan Lingkungan Sosial”, makalah pada seminar
sehari “Forum Peduli Tradisi” diselenggarakan oleh Bidang Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan,
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, di Jakarta, 16 Februari 2004.

Keraf, A. Sony, 2010. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai