Anda di halaman 1dari 17

HARMONISASI KEARIFAN LOKAL TERHADAP IMPLEMENTASI

PENDIDIKAN KARAKTER DI SANGGAR ANAK ALAM


YOGYAKARTA

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Sekolah Alam

Dosen Pengampu : Yogi Prihandoko, M.Pd

Oleh

Oky Surya Kumuma (18144600015)

Febri Risanda (18144600018)

Berta Rahmania (18144600020)

Anisa Nur Aini (18144600026)

Vina Kurniawati Rahayu (18144600030)

Imam Nur Kholiq (18144600227)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah Sekolah Alam tentang “HARMONISSI KEARIFAN LOKAL
TERHADAP IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SANGGAR
ANAK ALAM YOGYAKARTA”.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan kepada kami
dalam rangka pengembangan ilmu Sekolah Alam yang berkaitan dengan
HARMONISSI KEARIFAN LOKAL TERHADAP IMPLEMENTASI
PENDIDIKAN KARAKTER DI SANGGAR ANAK ALAM YOGYAKARTA.
Selain itu tujuan dari penulisan makalah ini juga untuk menambah wawasan
tentang pengetahuan penilaian pembelajaran secara meluas.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan.


Oleh karena itu, kami mengarapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Yogyakarta, 30 Mei 2021

Penulis

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3
A. Harmoni Kearifan okal dan Pembelajaran di Sekolah Alam...................3
B. Indikator Karakter Peserta Didik di Sanggar Anak Alam.......................6
C. Indikator Penghargaan Terhadap Pangandan Kesehatan ........................9
D. Indikator Penghargaan Terhadap Seni dan Budaya ................................11
BAB III PENUTUP............................................................................................12
A. Simpulan..................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kearifan lokal menjadi budaya yang mentradisi, melekat kuat pada
kehidupan masyarakat. Indonesia terdiri atas beragam suku, adat istiadat,
dan ciri khas masing-masing daerah yang memiliki keunikan. Masing-
masing daerah mempunyai keunggulan potensi daerah yang perlu
dikembangkan dengan lebih baik. Keunggulan yang dimiliki oleh masing-
masing daerah sangat bervariasi. Dengan keberagaman potensi daerah ini
perlu mendapat perhatian khusus bagi semua pihak khususnya pemerintah
daerah sehingga anak-anak tidak asing dengan daerahnya sendiri dan paham
betul tentang potensi dan nilai-nilai serta budaya daerahnya sendiri sesuai
dengan tuntunan ekonomi global.
Kearifan lokal yang ada tentu tidak muncul serta-merta, tapi berproses
panjang sehingga akhirnya terbukti membantuk karakter, hal itu
mengandung unsur kebaikan bagi kehidupan masyarakat. Keterujiannya
dalam sisi ini membuat ntu ada nilai-nilai perenial yang berakar kuat pada
setiap aspek lokalitas budaya. Semua, terlepas dari perbedaan intensitasnya,
mengeram visi terciptanya kehidupan bermartabat, sejahtera dan damai.
Dalam bingkai kearifan lokal, masyarakat bereksistensi, dan berkoeksistensi
satu dengan yang lain.
Keharmonisan dan kehalusan diformulasi sebagai keramahtamahan
yang tulus dari semua unsur lapisan kehidupan. Untuk itu, sebuah ketulusan,
memang perlu dijadikan modal dasar bagi segenap unsur bangsa. Ketulusan
untuk mengakui kelemahan diri masing-masing, dan ketulusan untuk
membuang egoisme, keserakahan serta mau berbagi dengan yang lain
sebagai entitas dari bangsa yang sama.
Kearifan lokal yang digali, dipoles, dikemas dan dipelihara dengan
baik bisa berfungsi sebagai alternatif pedoman hidup manusia Indonesia
dewasa ini dan dapat digunakan untuk menyaring nilai-nilai baru/asing agar
tidak bertentangan dengan kepribadian bangsa dan menjaga keharmonisan

1
hubungan manusia dengan Sang Khalik, alam sekitar, dan sesamanya.
Sebagai bangsa yang besar pemilik dan pewaris sah kebudayaan yang
adiluhung, bercermin pada kaca benggala kearifan para leluhur dapat
menolong menemukan posisi yang kokoh dan berkarakter di mata dunia.
Salah satu penyelenggara yang turut serta dalam pengembangan kearifan
lokal adalah lembaga pendidikan yang saat ini sedang melakukan
desentralisasi kurikulum. Pengembangan pendidikan karakter yang meliputi
standar-standar kurikulum tersebut diserahkan kepada daerah masing-
masing.
Dengan adanya desentralisasi kebijakan itu, maka daerah dapat
mengembangkan potensi wilayahnya sesuai dengan situasi dan kondisi
setempat. Salah satu kebijakan yang dapat dikembangkan adalah membuat
kurikulum sekolah yang berbasis keunggulan lokal atau kearifan local.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Pengertian Harmoni Kearifan Lokal
2. Pengertian pembelajaran di sekolah alam
3. Indikator karakter peserta didik di sanggar anak alam

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk mengetahui dan mesdeskripsikan
1. Mengetahui pengertian Harmoni Kearifan Lokal
2. Mengetahui pengertian Pembelajaran di Sanggar Anak Alam.
3. Mengetahui indikator karakter peserta didik di Sanggar Anak Alam

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kearifan Lokal
Kearifan lokal berasal dari dua kata yaitu kearifan (wisdom), dan lokal
(local). Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami
sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh
kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota
masyarakatnya. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya
masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan
lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus
dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang
terkandung di dalamnya dianggap sangat universal Keberadaan kearifan lokal
ini bukan tanpa fungsi. Kearifan lokal sangat banyak fungsinya. Seperti yang
diruliskan Sartini (2006), bahwa fungsi kearifan lokal adalah sebagai berikut:
1. Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam.
2. Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia.
3. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.
5. Bermakna sosial misalnya upacara integrasi komunal/kerabat.
6. Bermakna sosial, misalnya pada upacara daur pertanian.
7. Bermakna etika dan moral.
8. Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan
patron client.
Memang kedengarannya tren dan ilmiah, tetapi belum tentu sesuai dengan
budaya kita yang berbasis masyarakat fikhi dan sufitik yang terbangun dari
semangat ajaran agama Islam. Hal inilah yang menjadi kata kunci untuk dapat
kembali melihat eksistensi kearifan lokal Banjar sebagai sumber norma dalam
kehidupan social. Kesadaran tersebut dinilai sudah mulai luntur dan perlu
dikuatkan kembali. Olehnya itu, diharapkan peran tokoh masyarakat, tokoh
adat, tokoh agama, tokoh pemudah dan pemimpin daerah ini, agar dapat
menerjemahkan kearifan lokal dalam segala aspek kehidupan sehari-hari, baik

3
dalam mengelolah pemerintahan, organisasi dan masyarakat. Berangkat dari
uraian di atas, maka tulisan ini akan memuat secuil kearifan local dari sekian
banyak kearifan lokal banjar yang dikutip dari gagasan Mukhlis Latif dalam
sebuah makalahnya yang membahas “Peran Kearifan Local Sebagai Strategi
Dalam Penyelesaian Konflik”.
Menurutnya bahwa masyarakat dan konflik merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan dan bersifat alamiah. Hal ini didasarkan pada
pandangan Alo Liliweri, bahwa konflik itu normal dan tidak dapat dielakkan
sepanjang ada interaksi dan kerjasama antar manusia. Dalam masyarakat
majemuk seperti Bangsa Indonesia terdapat banyak sekali kearifan-kearifan
lokal yang sangat potensial dalam penyelesaian konflik untuk menciptakan
damai. Kearifan lokal (local genius/local wisdom) dapat menjelma sebagai
‘substansi ucapan’ maupun sebagai ‘praktek kehidupan’.
Sebagai ‘substansi ucapan’, kearifan lokal menjelma sebagai pernyataan
hikmah kebijaksanaan dalam bentuk nyanyian, peribahasa, sasanti, petuah,
semboyan dan pesan-pesan yang tersajikan secara prosais ataupun puitis.
Sebagai ‘praktek kehidupan’, kearifan lokal menjelma dalam bentuk perilaku
hidup yang penuh hikmah kebijaksanaan sebagai hasil preskripsi dari
substansi nyanyian, peribahasa, sasanti, petuah, semboyan dan pesan-pesan
prosais maupun puitis.
Di masyarakat Indonesia terdapat banyak kearifan lokal yang memuat
nilai-nilai toleransi dan kerukunan. Fanatisme agama yang mudah
menyebabkan segregasi sosial bisa diredam dengan menggunakan strategi
budaya berbasis kebijaksanaan tradisi maupun nilai yang diwariskan nenek
moyang. Secara fungsional, tradisi lokal mampu merawat kondisi masyarakat
agar tetap guyub-rukun. Dalam konstruksi kebudayaan, kearifan lokal
sebenarnya adalah pengetahuan masyarakat lokal dalam merespons situasi-
situasi khusus menyangkut komunalitas-kolektivitas hidup mereka. Kearifan
lokal merupakan buah kecerdasan kreatif masyarakat yang mengandung
limpahan nilai, dan pada praktiknya menjadi acuan normatif dalam
bertingkahlaku di dalam masyarakat.

4
Pembelajaran di sekolah alam.
Pembelajaran berbasis alam adalah proses belajar yang mengintegrasikan
antara materi ajar dan lingkungan alam sekitar. Namun dalam
implementasinya pembelajaran berbasis alam tidak hanya dilakukan di luar
lingkungan atau alam saja namun bisa menjadikan apa yang ada di alam dapat
dimanfaatkan serta dialihkan di ruang kelas dengan berbagai model
pembelajaran. Dalam praktiknya proses pembelajaran berbasis alam
merupakan proses belajar dimana peserta didik melakukan sesuatu bukan
memikirkan sesuatu.
Sekolah alam adalah sebuah konsep pendidikan yang di gagas oleh Lendo
Novo berdasarkan keprihatinannya akan biaya pendidikan yang semakin tidak
terjangkau oleh masyarakat. Sehingga ide membangun sekolah alam menjadi
alternatif membuat sekolah yang berkualitas namun dengan harga yang
terjangkau. Karena dalam membangun tempat peserta didik untuk belajar di
sekolah alam terbuat dengan memanfaatkan bahan dari lingkungan seperti
bambu ataupun kayu.
Sekolah alam merupakan bentuk pendidikan alternatif dengan
menggunakan alam sebagai bahan ajar, tempat belajar serta objek
pembelajaran, dengan konsep sekolah alam peserta didik diharapkan dapat
belajar dengan alam dan dapat mengaitkan serta menerapkan ilmu yang
didapat dengan kehidupan nyata sehari-hari. Pelaksanaan pembelajaran
berbasis alam indikator tingkat pencapaian perkembangan kognitif anak yang
harus dicapai dalam pembelajaran berbasis alam dengan tema lingkungan
sekolah dan subtema tanaman atau sub tema lainnya yang ada di lingkungan.
Pembelajaran berbasis alam dilakukan dialam terbuka dengan memanfaatkan
alam sebagai media pembelajarannya, kegiatannya belajar sambil bermain
diisi oleh permainan-permainan yang tentunya dapat mengembangkan aspek
kecerdasan peserta didik Model Pembelajaran Berbasis Alam menyesuaikan
dengan kebutuhan anak dan kemampuan anak dalam proses belajaranya.
Pembelajaran berbasis Alam memahami anak sesuai dengan kebutuhan
usia dan kebutuhan individunya. Kebutuhan anak ini distimulasi dalam

5
kegiatan pengembangan. Kegiatan pengembangan merupakan bagian dari
kegiatan ini. Dalam kegiatan ini pendidik menyediakan kegiatan
pengembangan sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Berkaitan tentang
bahan ajar dan proses belajarnya.
Metode dan media pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan
dengan karakteristik anak usia dini. Karena dengan menyesuaikan karakter
anak, maka tujuan dari pembelajaran akan tercapai dengan baik.
Pembelajaran berbasis alam adalah salah satu strategi yang dapat dipilih
untuk mengembangkan prinsip bermain sambil belajar dan menjadikan anak
aktif sebagai pusat dalam pembelajaran. Secara substansi pembelajaran
berbasis alam merupakan sistem pembelajaran yang menawarkan bagaimana
mengajak anak untuk lebih akrab dengan alam, sekaligus menjadikannya
semangat untuk melakukan kegiatan belajar mengajar.

B. Karakter Peserta Didik di Sanggar Anak Alam


a. Pengertian Karakter Peserta Didik
Menurut W.B. Saunders, (1977: 126) menjelaskan bahwa karakter
adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu, sejumlah
atribut yang dapat diamati pada individu.
Pendidikan karakter adalah usaha sengaja(sadar) untuk mewujudkan
kebajikan yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara objektif, bukan
hanya baik untuk individu perseorangan, tetapi juga baik untuk masyarakat
secara keseluruhan (Zubaedi, 2012: 15).
Pendidikan karakter menurut Burke semata-mata merupakan bagian
dari pembelajaran yang baik dan merupakan bagian yang fundamental dari
pendidikan yang baik.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
karakter adalah adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik kepada
peserta didik untuk membentuk kepribadian peserta didik yang
mengajarkan dan membentuk moral, etika, dan rasa berbudaya yang baik
serta berakhlak mulia yang menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk

6
memberikan keputusan baik dan buruk serta mewujudkan kebaikan itu
dalam kehidupan sehari-hari dengan cara melakukan pendidikan,
pengajaran, bimbingan dan pelatihan.
b. Karakter Peserta Didik di Sanggar Alam
Terdapat lima nilai karakter utama peserta didik yang bersumber
dari Pancasila, yang menjadi prioritas pengembangan gerakan PPK; yaitu
religius, nasionalisme, integritas, kemandirian, dan kegotongroyongan.
Masing-masing nilai tidak berdiri dan berkembang sendiri-sendiri tetapi
saling berinteraksi satu sama lain, berkembang secara dinamis, dan
membentuk keutuhan pribadi.
1. Religius
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan
yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran
agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama,
menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan
kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.
Implementasi nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam sikap cinta
damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh
pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan,
anti perundungan dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak
memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan
tersisih.
2. Nasionalis
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan
berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang
tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya. Sikap nasionalis ditunjukkan melalui
sikap apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa,
rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga

7
lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku,
dan agama.
3. Integritas
Adapun nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari
perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan,
memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral.
Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara,
aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan
perkataan yang berdasarkan kebenaran. Seseorang yang berintegritas juga
menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas), serta
mampu menunjukkan keteladanan.
4. Mandiri
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak
bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran,
waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi, dan cita-cita. Siswa yang
mandiri memiliki etos kerja yang baik, tangguh, berdaya juang,
profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
5. Gotong Royong
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai
semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan
bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi
bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Diharapkan
siswa dapat menunjukkan sikap menghargai sesama, dapat bekerja sama,
inklusif, mampu berkomitmen atas keputusan bersama, musyawarah
mufakat, tolong menolong, memiliki empati dan rasa solidaritas, anti
diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.

C. Indikator Penghargaan Terhadap Pangan dan Kesehatan


Penghargaan terhadap nilai pangan, juga sudah ditanamkan mulai dari
anak usia PAUD hingga SMP yaitu dengan cara menyediakan camilan dan

8
makan siang bersama. Makanan yang dimakan seperti beras, jagung, kentang
yang sudah dihasilkan dari tanaman yang diolah sendiri atau dapat juga
dengan cara membeli hasil pangan local yang sehat di sekitar sekolah.
Sedangkan camilan yang dimakan adalah camilan local yang dibungkus
dedaunan sehingga dapat terhindar dari makanan pabrik dan took yang tidak
sehat. Peserta didik juga menyiapkan alat makan dan mencucinya sendiri
setelah digunakan. Tak lupa juga untuk pembiasaan peserta didik sebelum
makan harus berdoa terlebih dahulu. Hal ini dapat sejalan dengan rumusan
dari Hasan (2010) yang menyatakan bahwa sikap dan perilaku religious
Nampak ketika individu paatuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya.
Peserta didik bersama fasilitator juga membahas dan mempelajari apa
yang akan dimakan. Penekanan dalam pembahasan dapat disesuaikan dengan
tema saat dijalankannya kegiatan. Peserta didik juga dilatih untuk selektif
terhadap makanan yang beredar di pasar, mendiskusikan bersama-sama
makanan yang banyak dijual di televisi seperti kandungannya, sejauh mana
bahaya jika dikonsumsi terus menerus dan akibat terhadap kesehatan dari
mengkonsumsi makanan yang tidak sehat. Peserta didik tidak mengkonsumsi
makanan yang tidak sehat karena peserta didik sadar akan bahaya yang akan
timbul jika mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, jadi tidak memakan
makanan yang tidak sehat bukan karena dilarang oleh fasilitator.
Pangan dan Kesehatan menjadi pendekatan awal dalam proses
pembelajaran karena keduanya dihadapi langsung setiap harinya. Peserta
didik akan sangat bangga mengkonsumsi hasil panen atau makanan mereka
sendiri. Pengenalan terhadap dunia pertanian sebagai basis kehidupan melalui
kegiatan menyiapkan tanah, menanam dan mengolah sendiri bahan alami
yang banyak tersedia di lingkungan sekitar akan memberikan pembelajaran
bahwa di bumi ini tanaman dapat tumbuh dengan subur dan dapat
menghasilkan pangan yang bisa diolah sendiri. Sawah dan kebun milik
sendiri serta took untuk menjual hasil dari lahan dan karya anak-anak akan
menjadi sarana belajar dan untuk dijadikan pembiayaan kegiatan belajar.

9
Sehingga hal tersebut dapat menjadikan anak-anak mempunyai karakter yang
senantiasa selalu berdoa sebelum makan, karakter untuk tidak jajan
sembarangan dan karakter untuk selalu mencuci tangan ketika sebelum dan
sesudah makan maupun ketika tangan kotor. Selain itu juga, mereka
mempunyai penghargaan terhadap nilai Pendidikan.
Dapat dilihat dari semangat mereka dalam belajar. Mereka juga aktif
bertanya kepada fasilitator apabila ada sesuatu yang tidak ia ketahui. Seperti
contoh, saat anak SD sedang melakukan pemisahan antara sampah organic
dan an-organik, merka pasti bertanya sampah organic itu seperti apa dan
sampah an organic itu seperti apa.
Para fasilitator memberi siswanya keleluasaan mereka untuk belajar
dimanapun tempatnya. Jadi, mereka tidak belajar di dalam ruangan terus,
banyak kegiatan belajar yang dilakukan diluar ruangan seperti membuat
kreasi dari tanah liat, membaca buku di taman sekolah, dan lain sebagainya.
Dari hal tersebut, fasilitator berkeyakinan bahwa sesuatu yang ada di sekitar
mereka adlah pelajaran yang dapat diambil nilai positifnya. Bagi anak-anak
dimanapun dia berada bisa mereka jadikan sekolah.
Pembelajaran di Salam Jogja yang lebih dikembangkan adalah logika
anak-anak bukan hanya hafalan. Anak-anak diajak untuk berpikir, kreatif, dan
berani bertanya. Contohnya ketika mereka ditanya, sedang membaca buku
apa, mereka mau menjawabnya. Kadang, ketika seorang anak ditanya oleh
orang yang tidak dikenalnya, dia tidak mau menjawabnya. Tetapi yang terjadi
pada anak-anak SD di Salam Jogja justru sebaliknya. Mereka sopan dan
mudah bergaul dengan siapa saja.

D. Indikator Penghargaan Terhadap Seni dan Budaya


Dalam kegiatan pembelajaran penghargaan terhadap nilai seni dan budaya,
terlihat dari adanya beberapa anak yang sedang bermain musik gamelan dan
bermain rebana, disana juga tersedia alat musik tradisional seperti gamelan,
rebana dan alat musik modern seperti gitar. Mereka belajar sendiri dengan
cara memainkannya berulang kali sampai menemukan nada yang pas.

10
Apresiasi seni merupakan suatu proses penghayatan karya seni yang
dihormati serta penghargaan pada karya seni tersebut. Penghargaan terhadap
karya seni dapat diartikan kesadaran menilai melalui cara menghayati suatu
karya seni.
Penghargaan terhadap nilai seni dan budaya kearifan lokal salah satunya
yang hingga kini ada di sekitar Salam Jogja yaitu tradisi wiwit. Sebagai
tradisi yang hidup di tengah masyarakat agraris Jawa, Wiwit merupakan
kearifan lokal yang memiliki nilai-nilai luhur budaya bangsa karena memiliki
ajaran tentang keseimbangan hidup antar manusia dengan manusia, serta
manusia dengan alam, hingga terciptalah harmonisasi kehidupan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

11
Harmonisasi melalui kearifan lokal menghantarkan anak-anak serta
masyarakat melihat kekayaan alam, keragaman budaya, dan hidup saling
menghargai. Salam Jogja berangkat dari kegiatan sehari-hari yang dihadapi
anak-anak. Belajar melalui kearifan lokal telah menjadikan daya kritis mereka
terasah dari berbgai pengalaman, mencermati yang ada di sekitarnya,
interaksi dengan teman, fasilitator dan masyarakat, karena mereka belajar
tidak hanya dalam kelas.
Proses belajar yang bersahaja, dari sesuatu yang nyata, tanpa direkayasa,
telah menghantarkan anak-anak memahami dan menemukan ilmu
pengetahuannya sendiri. Anak-anak pun belajar mandiri, dalam berpikir dan
mengambil keputusan. Bagi mereka tidak ada yang menyulitkan, tidak ada
yang menakutkan karena semua berangkat dari keseharian, sehingga mereka
selalu merasa nyaman, dan senang belajar.
Selain itu, yang bersekolah di Salam Jogja tidak hanya anak-anak, tetapi
juga orang tua, dan guru/fasilitator. Semua ikut berharmoni menjadi peserta
didik dan ikut dalam proses belajar. Pendidikan selayaknya untuk semua
orang, dan sepatutnya dimulai dari anak-anak. Dengan menciptakan
keharmonian kearifan lokal dan ruang kesempatan bagi anak, sesungguhnya
kita sedang membangun proses belajar menjadi dewasa dan bisa bertanggung
jawab terhadap diri, keluarga, lingkungan sekitar, dan yang paling penting
terhadap Sang Pencipta Alam.

B. Saran
Demikianlah makalah yang telah penyusun buat dengan mengangkat
judul “HARMONISSI KEARIFAN LOKAL TERHADAP IMPLEMENTASI

12
PENDIDIKAN KARAKTER DI SANGGAR ANAK ALAM
YOGYAKARTA”, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Saran dan masukan sangatlah kami harapkan untuk pembelajaran bagi
penyusun sehingga untuk selanjutnya bisa membuat makalah jauh labih baik.

DAFTAR PUSTAKA

13
SH, Hasan. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.
Jakarta: Depdiknas
Susanto, Dwi. HARMONISASI KEARIFAN LOKAL TERHADAP
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SANGGAR ANAK
ALAM YOGYAKARTA. Universitas Sarjanawiyata Tamansswa
Yogyakarta
Wahyuningsih, Sri. 2009. Sanggar Aanak Alam, Sekolah Untuk Kehidupan.
https://www.salamyogyakarta.com/karakter/
ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/CEJ/article/download/...
https://idngue.wordpress.com/2017/07/20/peranan-kearifan-lokal-dalam-
menciptakan-harmoni/

14

Anda mungkin juga menyukai