Dibuat untuk Memenuhi Tugas Kelompok Studi Islam dan Kearifan Lokal
Dosen Pengampu: Drs. H.M. Arief R.,M.Pd.I.
Oleh
Kelompok 3 :
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan adalah keniscayaan dalam kehidupan manusia. Perubahan-
perubahan yang terjadi bukan saja berhubungan dengan lingkungan fisik, tetapi
juga dengan budaya manusia. Hubungan erat antara manusia dan lingkungan
kehidupan fisiknya itulah yang melahirkan budaya manusia. Budaya lahir
karena kemampuan manusia mensiasati lingkungan hidupnya agar tetap layak
untuk ditinggali waktu demi waktu. Kebudayaan dipandang sebagai
manifestasi kehidupan setiap orang atau kelompok orang yang selalu
mengubah alam. Kebudayaan merupakan usaha manusia, perjuangan setiap
orang atau kelompok dalam menentukan hari depannya. Kebudayaan
merupakan aktivitas yang dapat diarahkan dan direncanakan. Oleh sebab itu
dituntut adanya kemampuan, kreativitas, dan penemuan-penemuan baru.
Manusia tidak hanya membiarkan diri dalam kehidupan lama melainkan
dituntut mencari jalan baru dalam mencapai kehidupan yang lebih manusiawi.
Dasar dan arah yang dituju dalam perencanaan kebudayaan adalah manusia
sendiri sehingga humanisasi menjadi kerangka dasar dalam strategi
kebudayaan.
Pengertian Kearifan Lokal dilihat dari kamus Inggris Indonesia, terdiri
dari 2 kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Local berarti setempat
dan wisdom sama dengan kebijaksanaan. Dengan kata lain maka local wisdom
dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai-nilai, pandangan-
pandangan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai
baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Dalam disiplin
antropologi dikenal istilah local genius. Local genius ini merupakan istilah
yang mula pertama dikenalkan oleh Quaritch Wales. Para antropolog
membahas secara panjang lebar pengertian local genius ini (Ayatrohaedi,
1986). Antara lain Haryati Soebadio mengatakan bahwa local genius adalah
juga cultural identity, identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan
bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai
1
watak dan kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986:18-19). Sementara
Moendardjito (dalam Ayatrohaedi, 1986:40-41) mengatakan bahwa unsur
budaya daerah potensial sebagai local genius karena telah teruji
kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang.
Kelompok kami membahas mengenai kearifan lokal di latar belakangi
oleh Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari beribu
pulau,budaya,suku bangsa, bahasa, adat istiadat serta terdiri dari beberapa
agama. oleh sebab itulah kami angkat judul ini mengingat agar kaum muda
penerus bangsa dapat mempertahankan kearifan lokal yang sudah dari dulu ada
seiring dengan perkembangan zaman dan globalisasi saat ini. diharapkan agar
anak muda di Indonesia tidak terlena dengan perkembangan zaman yang serba
praktis di dunai yang super canggih dan sudah modern akibat berkembangnya
dunia teknoligi dan informasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kearifan lokal?
2. Apa yang dimaksud dengan lokal jenius?
3. Apa yang dimaksud dengan lokal wisdom?
4. Apa fungsi kearifan lokal?
5. Apa saja contoh kearifan lokal yang ada di Tanah Luwu?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian kearifan lokal
2. Mengetahui pengertian lokal jenius
3. Mengetahui pengertian lokal wisdom
4. Mengetahui fungsi dari kearifan lokal
5. Mengetahui contoh kearifan lokal yang ada di Tanah Luwu
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
penyempurnaan arti dan saling mendukung, yang intinya adalah memahami
bakat dan potensi alam tempatnya hidup; dan diwujudkannya sebagai tradisi.
Menurut Putu Oka Ngakan dalam Andi M. Akhmar dan Syarifudin
(2007) kearifan local merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal
dalam berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif. Maka dari
itu kearifan lokal tidaklah sama pada tempat dan waktu yang berbeda dan suku
yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh tantangan alam dan kebutuhan
hidupnya berbeda-beda, sehingga pengalamannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya memunculkan berbagai sistem pengetahuan baik yang berhubungan
dengan lingkungan maupun sosial. Sebagai salah satu bentuk perilaku manusia,
kearifan lokal bukanlah suatu hal yang statis melainkan berubah sejalan dengan
waktu, tergantung dari tatanan dan ikatan sosial budaya yang ada di masyarakat.
Sementara itu Keraf (2002) menegaskan bahwa kearifan lokal adalah
semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat
kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di
dalam komunitas ekologis. Semua bentuk kearifan lokal ini dihayati,
dipraktekkan, diajarkan dan diwariskan dari generasi ke generasi sekaligus
membentuk pola perilaku manusia terhadap sesama manusia, alam maupun
gaib.
Selanjutnya Francis Wahono (2005) menjelaskan bahwa kearifan lokal
adalah kepandaian dan strategi-strategi pengelolaan alam semesta dalam
menjaga keseimbangan ekologis yang sudah berabad-abad teruji oleh berbagai
bencana dan kendala serta keteledoran manusia. Kearifan local tidak hanya
berhenti pada etika, tetapi sampai pada norma dan tindakan dan tingkah laku,
sehingga kearifan lokal dapat menjadi seperti religi yang memedomani manusia
dalam bersikap dan bertindak, baik dalam konteks kehidupan sehari-hari
maupun menentukan peradaban manusia yang lebih jauh.
Definisi kearifan lokal secara bebas dapat diartikan nilai-nilai budaya
yang baik yang ada di dalam suatu masyarakat. Hal ini berarti, untuk
mengetahui suatu kearifan lokal di suatu wilayah maka kita harus bisa
memahami nilai-nilai budaya yang baik yang ada di dalam wilayah tersebut.
Kalau mau jujur, sebenarnya nilai-nilai kearifan lokal ini sudah diajarkan secara
4
turun temurun oleh orang tua kita kepada kita selaku anak-anaknya. Budaya
gotong royong, saling menghormati dan tepa salira merupakan contoh kecil dari
kearifan lokal.
Dari definisi-definisi itu, kita dapat memahami bahwa kearifan lokal
adalah pengetahuan yang dikembangkan oleh para leluhur dalam mensiasati
lingkungan hidup sekitar mereka, menjadikan pengetahuan itu sebagai bagian
dari budaya dan memperkenalkan serta meneruskan itu dari generasi ke
generasi. Beberapa bentuk pengetahuan tradisional itu muncul lewat cerita-
cerita, legenda-legenda, nyanyian-nyanyian, ritual-ritual, dan juga aturan atau
hukum setempat.
Kearifan lokal menjadi penting dan bermanfaat hanya ketika
masyarakat lokal yang mewarisi sistem pengetahuan itu mau menerima dan
mengklaim hal itu sebagai bagian dari kehidupan mereka. Dengan cara itulah,
kearifan lokal dapat disebut sebagai jiwa dari budaya lokal. Hal itu dapat dilihat
dari ekspresi kearifan lokal dalam kehidupan setiap hari karena telah
terinternalisasi dengan sangat baik. Tiap bagian dari kehidupan masyarakat
lokal diarahkan secara arif berdasarkan sistem pengetahuan mereka, dimana
tidak hanya bermanfaat dalam aktifitas keseharian dan interaksi dengan sesama
saja, tetapi juga dalam situasi-situasi yang tidak terduga seperti bencana yang
datang tiba-tiba.
5
(keseluruhkan cirri-ciri kebudayaan yang dimiliki bersama oleh masyarakat
atau bangsa sebagai hasil pengalaman mereka di masa lampau). Menurut ia
local genius adalah kemampuan kebudayaan setempat dalam menghadapi
pengaruh kebudayaan asing pada waktu kedua kebudayaan itu berhubungan.
Akibatnya terjadilah suatu proses akulturasi, di mana kebudayaan setempat
menerima pengaruh kebudayaan asing.
6
Dari pengertian tersebut diatas dapat ditarik beberapa unsur-unsu pembentukan
budaya lokal yaitu:
a. Manusia
b. Gagasan yang berniali baik
c. Kebenaran yang telah mentradisi
d. Diakui oleh masyarakat.
Dengan menggunakan empat unsur tersebut dapat dipahami bahwa
dalam budaya dan kearifan lokal nilai agama tidak dapat dipisahkan.
Gagasan yang bernilai baik kemudian menjadi kebenaran yang mentradsi dan
kemudia diakui oleh masyarakat merupakan prinsip dasar dari semua agama
terutama agama islam.
7
4. Sebagai alat untuk inklusi sosial
Kearifan lokal menjadi pengetahuan yang dihasilkan oleh masyarakat lokal
tertentu, yang kemudian dikembangkan melalui pengalaman dan
diintegrasikan ke dalam pemahaman tentang makna budaya dan kondisi
alam daerah tersebut.
Kearifan lokal dalam hal ini merupakan bagian dari integrasi sosial budaya
yang diciptakan oleh aktor lokal melalui proses berulang yang
memanfaatkan pentingnya internalisasi dan interpretasi. Ajaran agama dan
budaya disosialisasikan ke dalam norma-norma sosial yang kemudian
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. instruksi. kehidupan. hari untuk
penduduk setempat.
5. Sebagai sarana mewujudkan etika dan moralitas
Dalam hal ini, keberadaan kearifan lokal diciptakan sebagai keunggulan
dalam aspek budaya masyarakat lokal, yang terkait dengan ruang geografis
dalam bentuk manifestasi moral dan etika. Oleh karena itu, kearifan lokal
dalam perkembangannya senantiasa dijadikan pedoman dalam kehidupan.
Dalam kehidupan nyata, kearifan lokal merupakan bagian integral dari
budaya masyarakat. Kearifan lokal seringkali diturunkan dari generasi ke
generasi secara lisan. Kearifan lokal ditemukan dalam berbagai bentuk
perkembangan budaya, baik tertulis maupun tidak tertulis, termasuk cerita
rakyat, peribahasa, lagu, dan permainan rakyat.
8
atau ditanah. pesta panen sudah dikukan oleh masyarakat sejak dulu sampai
sekarang sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang di peroleh.
2. Maccerratasi
Upacara Maccera’ Tasi adalah salah satu manifestasi budaya Luwu
mengenai hubungan antara umat manusia dengan Tuhan Yang Maha
Pencipta, maupun dengan seluruh makhluk hidup dan lingkungan yang ada
di alam ini. Maccera tasi’ berasal dari dua kata yaitu cera’ yang berarti darah
dab tasi’ yang artinya laut. Macerratasia adalah pesta yang diadakan setelah
nelayan mendapatkan hasil yang melimpah dari laut dan acara tersebut juga
biasanya dilakukan dengan mempersembahkan hewan bahkan kepala
hewan yang dipotong dan dihanyutkan ke laut sebagai persembahan kepada
penguasa laut.
Tanpa merubah esensi dari acara maccera’ tasi’ maka setelah
kedatangan islam, akidah maupun ritualnya telah disesuaikan dengan akidah
dan syariat islam , sesuai dengan adat luwu yang meyatakan “pattuppui ri-
ade’E, Mupasanrei ri-Syara’E” yang secara bebas berarti bahwa setiap
tindakan dan kegiatan harus selalu didasarkan pada adat dan disandarkan
pada syariat agamma islam.
3. Mapacci
Upacara adat mappacci dilaksanakan pada waktu tudampenni, menjelang
acara akad nikah/ijab kabul keesokan harinya. Upacara mappacci adalah
salah satu upacara adat Bugis yang dalam pelaksanaannya menggunakan
daun pacar (Lawsania alba), atau Pacci. Sebelum kegiatan ini dilaksanakan
biasanya dilakukan dulu dengan mappanré temme (khatam Al-Quran) dan
barazanji. Daun pacci ini dikaitkan dengan kata paccing yang maknanya
adalah kebersihan dan kesucian. Dengan demikian pelaksanaan mappacci
mengandung makna akan kebersihan raga dan kesucian jiwa.
4. Tudang Sipulung
Istilah Tudang dalam Bahasa Bugis berarti duduk,
sedangkan Sipulung berarti berkumpul. Dengan demikian secara
etimilogi Tudang Sipulung berarti duduk berkumpul kemudian diartikan
sebagai musyawarah. Secara harfiah hal ini berarti berkumpul dengan
9
maksud memusyawarahkan hal-hal yang dianggap penting oleh masyarakat
setempat. Tudang sipulung juga bisa diartikan sebagai wadah yang
memediasi antara kepentingan masyarakat dengan pemerintah, secara
bersama bermusyawarah untuk mufakat dalam mencari solusi atas
persoalan yang tengah dihadapi masyarakat.
5. Tabe’ mappatabe’
Tabe’ merupakan budaya yang sangat indah yang ditinggalkan oleh
leluhur, yang mewariskan sopan santun yang tidak hanya melalui ucapan
tetapi juga dengan gerak. Hal ini perlu tetap dijaga karena tidak hanya
diperuntukkan kepada yang muda melakukan ke yang lebih tua tetapi juga
sebaliknya. Sikap tabe’ dilakukan dengan melihat pada orang-orang yang
dilewati lalu memberikan senyuman, setelah itu mulai berjalan sambil
sedikit menundukkan badan dan meluruskan tangan disamping lutut. Sikap
tabe’ dimaksudkan sebagai penghormatan kepada orang lain yang mungkin
saja akan terganggu akibat perbuatan kita meskipun kita tidak bermaksud
demikian.
Sekilas sikap tabe’ terlihat sepele, namun hal ini sangat penting
dalam tata krama masyarakat di daerah Sulawesi Selatan khususnya pada
Suku Bugis. Sikap tabe’ dapat memunculkan rasa keakraban meskipun
sebelumnya tidak pernah bertemu atau tidak saling kenal. Apabila ada yang
melewati orang lain yang sedang duduk sejajar tanpa sikap tabe’ maka yang
bersangkutan akan dianggap tidak mengerti adat sopan santun atau tata
krama.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kearifan lokal menurut tinjauan bahasa merupakan gagasan-gagasan atau
nilai-nilai setempat atau (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai
baik yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya di tempat tersebut.
Lokal jenius adalah kebenaran yang telah mentradisi dalam suatu daerah
karena itu pula kearifan lokal dapat terpadukan antara nilai-nilai agama yang
datangnya dari langit yang disebut dengan agama. Lokal jenius juga biasa diartikan
kearifan lokal namun lebih khusus ke pengetahuan lokal yang sudah sedemikan
menyatuh dengan system kepercayaan, norma dan budaya serta diekspresikan
dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu lama.
Lokal wisdom adalah pengetahuan lokal yang sudah sedemikian menyatu
dengan sistem kepercayaan norma dan budaya serta diekspresikan dalam tradisi dan
mitos yang dinyatakan dalam jangka waktu lama.
Fungsi kearifan lokal antara lain Sebagai sarana untuk melindungi dan
menjaga sumber daya alam, Sebagai instrumen pengembangan budaya dan ilmu
pengetahuan, Sebagai nasihat, kepercayaan, sastra, dan tabu, Sebagai alat untuk
inklusi social, dan Sebagai sarana mewujudkan etika dan moralitas
Contoh kearifan lokal ditanah luwu adalah pesta panen, macceratasi,
mappacci, tudang sipulung, dan tabe’ mapatabe’
B. Saran
Setelah pembahasan makalah ini, diharap khususnya kepada pembaca
untuk mempertahankan nilai kearifan lokal yang ada di daerah masing-masing
agar tetap terjaga dan dapat diwariskan kepada generasi muda yang akan datang
sebagai bentuk pelestarian budaya lokal. Dikarenakan masih kurangnya
pengetahuan penulis akan penyusunan makalah ini. Oleh sebab itu saran dan
kritikan dari pembaca sekalian sangatlah diharapkan oleh penulis, agar
kedepannya dapat lebih baik..
11
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/378999469/Makalah-Kearifan-Lokal-1,
diakses pada 25 April 2022
https://azizahhubby.blogspot.com/2016/04/pengertian-local-genius-
dan.html?m=1, diakses pada 25 April 2022
https://www.scribd.com/document/449765419/MAKALAH-HAKIKAT-
KEARIFAN-LOKAL, diakses pada 25 April 2022
https://www.otobiez.com/1376/fungsi-kearifan-lokal-menurut-para-ahli-dan-ciri-
cirinya.html, diakses pada 25 April 2022
https://www.kompasiana.com/ekanurfadila1937/5d2e9978097f3634d5183172/pes
ta-panen, diakses pada 25 April 2022
https://tanahluwu.blogspot.com/2014/03/budaya-luwu-maccera-tasi.html, diakses
pada 25 April 2022
https://www.pustakawanbarru.com/2014/12/mappacci-upacara-adat-bugis-
menjelang-akad-nikah.html, diakses pada 25 April 2022
https://id.wikipedia.org/wiki/Tudang_Sipulung, diakses pada 25 April 2022
https://breakingsulsel.co.id/2019/03/29/budaya-tabe-kearifan-lokal-masyarakat-
sulawesi-selatan-yang-perlahan-mulai-tergerus-oleh-waktu, diakses pada 25 April
2022
12