Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PANCASILA TENTANG

BERBAGAI KONSEP DAN PENGERTIAN KEARIFAN LOKAL DALAM


KEHIDUPAN MASYARAKAT DI INDONESIA

DOSEN PENGAMPU :
SABAR DUMAYANTI SIHOMBING, S.Pd., MM.

DISUSUN OLEH :
SARAH GITA A PURBA (2101070014)

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN PEMATANG SIANTAR
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat,rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila selesai tepat
pada waktunya.Terimakasih kepada Ibu Dosen yang telah memberikan tugas guna
untuk meningkatkan kemampuan, dan berpikir kritis saya.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak


kekurangan, oleh karena itu saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini
berguna bagi penulis dan pembaca pada umumnya serta dapat menjadi bahan
acuan yang bermanfaat dikemudian hari.

Pematang Siantar, 11 Desember 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................6
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
2.1 Pengertian Kearifan Lokal........................................................................................6
2.2 Tipe-Tipe Kearifan Lokal.......................................................................................10
2.3 Fungsi Kearifan Lokal............................................................................................11
2.4 Contoh-contoh Kearifan Lokal di dalam sebuah masyarakat................................12
2.5 Tantangan Kearifan Lokal..................................................................................14
BAB III............................................................................................................................19
KESIMPULAN................................................................................................................19
3.1 Simpulan................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan adalah keniscayaan dalam kehidupan manusia. Perubahan-


perubahan yang terjadi bukan saja berhubungan dengan lingkungan fisik, tetapi
juga dengan budaya manusia. Hubungan erat antara manusia dan lingkungan
kehidupan fisiknya itulah yang melahirkan budaya manusia. Budaya lahir karena
kemampuan manusia mensiasati lingkungan hidupnya agar tetap layak untuk
ditinggali waktu demi waktu. Kebudayaan dipandang sebagai manifestasi
kehidupan setiap orang atau kelompok orang yang selalu mengubah alam.
Kebudayaan merupakan usaha manusia, perjuangan setiap orang atau kelompok
dalam menentukan hari depannya. Kebudayaan merupakan aktivitas yang dapat
diarahkan dan direncanakan. Oleh sebab itu dituntut adanya kemampuan,
kreativitas, dan penemuan-penemuan baru. Manusia tidak hanya membiarkan diri
dalam kehidupan lama melainkan dituntut mencari jalan baru dalam mencapai
kehidupan yang lebih manusiawi. Dasar dan arah yang dituju dalam perencanaan
kebudayaan adalah manusia sendiri sehingga humanisasi menjadi kerangka dasar
dalam strategi kebudayaan.
Pengertian Kearifan Lokal dilihat dari kamus Inggris Indonesia, terdiri dari
2 kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Local berarti setempat dan
wisdom sama dengan kebijaksanaan. Dengan kata lain maka local wisdom dapat
dipahami sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai-nilai, pandangan-pandangan
setempat (local) yang bersifat bijaksana,

4
Penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota
masyarakatnya. Dalam disiplin antropologi dikenal istilah local genius. Local
genius ini merupakan istilah yang mula pertama dikenalkan oleh Quaritch Wales.
Para antropolog membahas secara panjang lebar pengertian local genius ini
(Ayatrohaedi, 1986). Antara lain Haryati Soebadio mengatakan bahwa local
genius adalah juga cultural identity, identitas/kepribadian budaya bangsa yang
menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing
sesuai watak dan kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986:18-19). Sementara
Moendardjito (dalam Ayatrohaedi, 1986:40-41) mengatakan bahwa unsur budaya
daerah potensial sebagai local genius karena telah teruji kemampuannya untuk
bertahan sampai sekarang.
Saya membahas mengenai kearifan lokal di latar belakangi oleh Indonesia
adalah negara kepulauan yang terdiri dari beribu pulau,budaya,suku bangsa,
bahasa, adat istiadat serta terdiri dari beberapa agama. Oleh sebab itulah saya
angkat judul ini mengingat agar kaum muda penerus bangsa dapat
mempertahankan kearifan lokal yang sudah dari dulu ada seiring dengan
perkembangan zaman dan globalisasi saat ini. diharapkan agar anak muda di
Indonesia tidak terlena dengan perkembangan zaman yang serba praktis di dunai
yang super canggih dan sudah modern akibat berkembangnya dunia teknologi dan
informasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kearifan lokal?


2. Apa saja Tipe Kearifan lokal ?
3. Apa maanfaat kearifan lokal ?
4. Apa saja contoh kearifan lokal yang ada di Indonesia?
5. Apa saja tantangan kearifan lokal?

5
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kearifan lokal?
2. Mengetahui tipe kearifan lokal?
3. Mengetahui maanfaat kearifan lokal
4. Mengetahui contoh kearifan lokal yang ada di Indonesia
5. mengetahui tantangan kearifan lokal

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kearifan Lokal


Dalam kehidupan masyarakat Indonesia terdapat nilai-nilai sosial yang
membentuk kearifan local (local wisdom) dan telah menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari. Misalnya, gotong royong, kekeluargaan, musyawarah
untuk mufakat, dan tepa selira(toleransi). Kearifan lokal ini tidak lepas dari nilai-
nilai religi yang dianut masyarakat Indonesia sehingga nilai-nilai kearifan lokal
ini semakin melekat pada diri mereka. Nilai-nilai kearifan lokal ini dijalankan
bukan hanya untuk menjaga keharmonisan hubungan antar manusia, tetapi juga
menjadi bentuk pengabdian manusia kepada Sang Pencipta.
Secara etimologi Kearifan Lokal berasal dari dua kata yaitu, kearifan
(wisdom) berarti kemampuan seseorang dalammenggunakan akal pikirannya
untuk menyikapi sesuatu kejadian, obyek atau situasi. Sedangkan lokal,
menunjukkan ruang interaksi dimana peristiwa atau situasi tersebut terjadi.
Kearifan lokal secara substansial merupakan nilai dan norma yang berlaku dalam
suatu masyarakat yang diyakini kebenarannya dan menjadi acuan dalam tindakan
dan perilaku sehari-hari. Kearifan lokal juga dapat diartikan sebagai kemampuan
dalam menyikapi dan memberdayakan potensi nilai-nilai luhur budaya setempat.
Oleh karena itu, kearifan lokal merupakan entitas yang sangat menentukan harkat
dan martabat manusia dalam komunitasnya.
Masing-masing etnis memiliki kearifan local sendiri seperti, etnis
Lampung yang dikenal terbuka menerima etnis lain sebagai saudara (adat
muari, angkon), etnis Batak juga terbuka,

7
Jawa terkenal dengan tata karma dan perilaku yang lembut, etnis Madura dan
Bugis memiliki harga diri yang tinggi,dan etnis Cina terkenal dengan keuletannya
dalam usaha, serta banyak etnis lainnya yang juga memiliki budaya dan
pedoman hidup masing yang khas sesuai dengan keyakinan dan tuntutan hidup
mereka dalam upaya mencapai kesejehtaraan bersama. Kearifan lokal itu
mengandung kebaikan bagi kehidupan mereka, sehingga prinsip ini mentradisi
dan melekat kuat pada kehidupan masyarakat setempat. Dalam bingkai kearifan
lokal ini, baik individu maupun kelompok, masyarakat saling melengkapi,
bersatu dan berinteraksi dengan memelihara nilai dan norma sosial yang berlaku.
Kedudukan Agama dalam hubungan sosial, kebudayaan, maupun
peradaban menempati tempat yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
khususnya Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat yang religius. Kenyataan
pluralitas (paham atas keberagaman untuk dapat hidup secara toleran ditengah-
tengah masyarakat) agama diIndonesia menunjukkan adanya dinamisasi sekaligus
problematic yang dihadapi bangsa Indonesia untuk hidup berdampingan dalam
kebersamaannya. Baik secara teoritis maupun factual masalah ini bukanlah
persoalan sederhana yang hanya dapat diselesaikan dalam peta konsep teoritis
dan sloganitas kerukunan umat beragama.
Sikap inklusif (menerima dan menyadari kehadiran agama lain dalam
kehidupan bersama dan bernegara tidak menjadikan pemeluk-pemeluk agama
kehilangan jati diri, eksistensi dan penganutnya) dan jika hal iut terjadi dan
disadari oleh masing-masing pihak sebagai kenyataan dan keniscayaan pluralitas,
maka problematika substansial antar pemeluk agama akan selesai. Dengna
inklusifitas dapat menjadi jaminan terhadap keharmonisan masing-masing agama
untuk tetap eksis dalam satu kesatuan pluralitas. Sebaliknya sikap
eksklusif(menutup diri terhadap kenyataan pluralitas dan mengedapankan
idealitas serta egois sepihak, justru menimbulkan ketidak seimbangan dan
disharmonitas antar pemeluk agama-agama.

8
Ciri-ciri kearifan lokal tersebut adalah sebagai berikut:
1. mampu bertahan terhadap budaya luar,
2. memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar,
3. mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam
budaya asli,
4. mempunyai kemampuan mengendalikan,
5. mampu memberi arah pada perkembangan budaya.

Menurut Putu Oka Ngakan dalam Andi M. Akhmar dan Syarifudin (2007)
kearifan local merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam
berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif. Maka dari itu
kearifan lokal tidaklah sama pada tempat dan waktu yang berbeda dan suku yang
berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh tantangan alam dan kebutuhan hidupnya
berbeda-beda, sehingga pengalamannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
memunculkan berbagai sistem pengetahuan baik yang berhubungan dengan
lingkungan maupun sosial. Sebagai salah satu bentuk perilaku manusia, kearifan
lokal bukanlah suatu hal yang statis melainkan berubah sejalan dengan waktu,
tergantung dari tatanan dan ikatan sosial budaya yang ada di masyarakat.
Sementara itu Keraf (2002) menegaskan bahwa kearifan lokal adalah semua
bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan
atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas
ekologis. Semua bentuk kearifan lokal ini dihayati, dipraktekkan, diajarkan dan
diwariskan dari generasi ke generasi sekaligus membentuk pola perilaku manusia
terhadap sesama manusia, alam maupun gaib.

9
Definisi kearifan lokal secara bebas dapat diartikan nilai-nilai budaya yang
baik yang ada di dalam suatu masyarakat. Hal ini berarti, untuk mengetahui suatu
kearifan lokal di suatu wilayah maka kita harus bisa memahami nilai-nilai budaya
yang baik yang ada di dalam wilayah tersebut. Kalau mau jujur, sebenarnya nilai-
nilai kearifan lokal ini sudah diajarkan secara turun temurun oleh orang tua kita
kepada kita selaku anak-anaknya. Budaya gotong royong, saling menghormati dan
tepa salira merupakan contoh kecil dari kearifan lokal.
Kearifan lokal menjadi penting dan bermanfaat hanya ketika masyarakat
lokal yang mewarisi sistem pengetahuan itu mau menerima dan mengklaim hal itu
sebagai bagian dari kehidupan mereka. Dengan cara itulah, kearifan lokal dapat
disebut sebagai jiwa dari budaya lokal. Hal itu dapat dilihat dari ekspresi kearifan
lokal dalam kehidupan setiap hari karena telah terinternalisasi dengan sangat baik.
Konsep kearifan lokal atau kearifan tradisional atau sistem pengetahuan
lokal (indigenous knowledge system) adalah pengetahuan yang khas milik suatu
masyarakat atau budaya tertentu yang telah berkembang lama sebagai hasil dari
proses hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya (Marzali
dalam Sudikan, 2013).
Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai: suatu kekayaan budaya lokal
yang mengandung kebijakan hidup; pandangan hidup (way of life) yang
mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup.

2.2 Tipe-Tipe Kearifan Lokal


Kearifan lokal adalah persoalan identitas. Sebagai sistem pengetahuan
lokal, ia membedakan suatu masyarakat lokal dengan masyarakat lokal yang
lainnya. Perbedaan itu dapat dilihat dari tipe-tipe kearifan lokal yang dapat
ditelusuri:
1. Kearifan lokal dalam hubungan dengan makanan: khusus berhubungan
dengan lingkungan setempat, dicocokkan dengan iklim dan bahan
makanan pokok setempat.

10
Contoh: Sasi laut di Maluku dan beberapa tempat lain sebagai bagian dari kearifan
lokal dengan tujuan agar sumber pangan masyarakat dapat tetap terjaga

2. Kearifan lokal dalam hubungan dengan pengobatan: untuk pencegahan


dan pengobatan.
Contoh: Masing-masing daerah memiliki tanaman obat tradisional dengan khasiat
yang berbeda-beda.

3. Kearifan lokal dalam hubungan dengan sistem produksi: Tentu saja


berkaitan dengan sistem produksi lokal yang tradisional, sebagai bagian
upaya pemenuhan kebutuhan dan manajemen tenaga kerja.
Contoh: Subak di Bali; di Maluku ada Masohi untuk membuka lahan pertanian,
dll.
4. Kearifan lokal dalam hubungan dengan perumahan: disesuaikan dengan
iklim dan bahan baku yang tersedia di wilayah tersebut
Contoh: Rumah orang Eskimo; Rumah yang terbuat dari gaba-gaba di Ambon,
dll.
5. Kearifan lokal dalam hubungan sesama manusia: sistem pengetahuan lokal
sebagai hasil interaksi terus menerus yang terbangun karena kebutuhan-
kebutuhan di atas.
Contoh: Hubungan Pela di Maluku juga berhubungan dengan kebutuhan-
kebutuhan pangan, perumahan, sistem produksi dan lain sebagainya.

2.3 Fungsi Kearifan Lokal


Setidaknya ada enam signifikasi serta fungsi sebuah kearifan local,
Diantaranya :

1. Sebagai penanda identitas sebuah komunitas.


2. Elemen perekat (aspek kohesif) lintas warga, lintas agama dan
kepercayaan.

11
3. Kearifan lokal tidak bersifat memaksa atau dari atas (top down), tetapi
sebuah unsur kultural yang ada dan hidup dalam masyarakat. Karena itu,
daya ikatnya lebih mengena dan bertahan.
4. Kearifan lokal memberikan warna kebersamaan bagi sebuah komunitas.
5. Local wisdom akan mengubah pola pikir dan hubungan timbal balik
individu dan kelompok dengan meletakkannya di atas common ground/
kebudayaan yang dimiliki.
6. Kearifan lokal dapat berfungsi mendorong terbangunnya kebersamaan,
apresiasi sekaligus sebagai sebuah mekanisme bersama untuk menepis
berbagai kemungkinan yang meredusir, bahkan merusak, solidaritas
komunal, yang dipercayai berasal dan tumbuh di atas kesadaran bersama,
dari sebuah komunitas terintegrasi.

Keenam fungsi kearifan lokal yang diurai di atas menegaskan pentingnya


pendekatan yang berbasis pada nilai-nilai atau kearifan lokal (local wisdom),
dimana sumber-sumber budaya menjadi penanda identitas bagi kelangsungan
hidup sebuah kelompok maupun aliran kepercayaan.

2.4 Contoh-contoh nyata Kearifan Lokal di dalam sebuah masyarakat

1. Lompat Batu Nias

Salah satu kearifan lokal yang mendunia yaitu Lompat Batu Nias yang
berada di Provinsi Sumatera Utara. Dimana tradisi kearifan lokal ini dilakukan
oleh Suku Nias. Yang mana warga Nias menyebut budaya Lompat Batu, dengan
bahasa daerah dikenal sebagai Fahombo. Tradisi ini hanya dilakukan oleh seorang
laki laki Suku Nias saja. Dilansir Sosiologi.info dari laman Kemensos.go.id
menjelaskan bahwa tradisi kearifan lokal.

12
Lompat batu ini biasanya dilakukan oleh para pemuda dengan cara melompati
tumpukkan batu yang tingginya sekitar 2 meter.

2. Selametan

Dalam tradisi Jawa, terdapat sebuah kearifan lokal yang dinamakan


selametan. Acara ini secara tradisional dilaksanakan dengan menggelar doa
bersama yang dipanjatkan oleh banyak orang dengan bentuk melingkar. Di
tengahnya, terdapat makanan dalam bentuk tumpeng atau bentuk lainnya
dilengkapi dengan lauk pauk. Doa tersebut ditujukan agar sang empunya hajat
mendapatkan keselamatan. Setelah doa bersama, makanan yang telah disediakan
dimakan bersama. Kemudian sisanya dibagikan kepada yang hadir dan tetangga
sekitar.

Tujuan dilakukannya selametan ini agar orang yang menyelenggarakannya


dilimpahi keselamatan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Selametan dapat dipahami
sebagai ritual untuk menegaskan bahwa kita berada dalam kondisi yang selamat
atau dicita-citakan. Selamet dalam bahasa Jawa artinya keadaannya sudah pas.
Dengan demikian, sang empu selametan bersyukur atas keadaan saat ini.

Pada awalnya, budaya ini diyakini diturunkan sejak zaman kepercayaan


animisme dan dinamisme, kemudian disesuaikan dengan ajaran Hindu-Budha di
zamannya, dan saat ini doa-doa tersebut sering kali diisi dengan permohonan
kepada Allah dan pujian kepada Nabi Muhammad SAW.

3. Ulap Doyo

Contoh kearifan lokal berikutnya datang dari Pulau Kalimantan. Penduduk


asli Pulau Kalimantan, Suku Dayak, memiliki kearifan lokal berbentuk fisik yang
dinamakan dengan Ulap Doyo. Pulau Borneo ini memang dikenal dengan

13
keragaman tekstilnya yang berkualitas. Ulap Doyo merupakan jenis tenun ikat
yang dibuat dari bahan baku serat daun doyo (curliglia latifolia).

Daun ini merupakan tanaman sejenis daun pandan. Hanya saja, daun Doyo
memiliki serat yang kuat. Tumbuhan ini secara liar tumbuh di pedalaman
Kalimantan, salah satunya di daerah Tanjung Isuy, Jempang, Kutai Barat. Kain
tenun Ulap Doyo diprediksi telah ada sejak berabad-abad silam. Bahkan bisa juga
kearifan lokal satu ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Hindu Kutai. Dugaan
tersebut tidak berdasarkan prasangka belaka, namun juga didasarkan pada adanya
temuan antropologi yang menyebutkan adanya korelasi antara strata sosial dengan
motif pada tenun Ulap Doyo yang dipakai masyarakat di zaman tersebut.

Motif yang sering ditemukan pada kain tenun Ulap Doyo merupakan
gambar flora dan fauna yang berada di sekitar Sungai Mahakam. Motif lainnya
yang biasa muncul bertema peperangan antara naga dan manusia. Sebagaimana
penjelasan pada paragraf sebelumnya, motif kain tenun ini dapat
merepresentasikan kelas sosial siapa saja yang mengenakannya.

Proses pembuatan Ulap Doyo melalui proses yang unik, pasalnya wanita
Dayak menguasai teknik pembuatannya sejak usia belasan tahun secara spontan.
Ya, mereka menguasainya tanpa proses latihan. Mereka hanya mengamati wanita
lain yang sudah berpengalaman ketika menenun Ulap Doyo.

4. Cingcowong

Kearifan lokal berikutnya adalah Cingcowong. Budaya ini merupakan


sebuah ritual yang terkadang dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Kuningan,
Jawa Barat. Keberadaannya memiliki hubungan yang erat antara kebutuhan
manusia dan ketergantungannya terhadap alam, yaitu kebutuhan akan air.

14
Ritual ini dilakukan untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
agar menurunkan hujan ketika terjadi musim kemarau panjang.

Cingcowong berasal dari kata cing dan cowong. Dalam kamus Bahasa
Indonesia-Sunda, terdapat arti yang sama untuk kata “cik” yaitu coba. Sementara
kata cowong berarti biasa berbicara keras. Secara Bahasa, Cingcowong dapat
diartikan dengan “mencoba berbicara keras”. Versi lainnya, Cingcowong
memiliki arti “coba terka siapa orang ini”.

Ritual Cingcowong dilakukan dengan menggunakan boneka sebagai


medianya. Boneka ini bagian kepalanya terbuat dari batok kelapa dan badannya
dari bubu ikan. Boneka ini berfungsi untuk menghubungkan antara manusia
dengan alam ghaib.

Ritual ini dipimpin oleh seseorang yang dipanggil Punduh. Seorang


punduh adalah orang yang dianggap memiliki keahlian khusus dalam bidang
spiritual atau kepercayaan setempat. Kemampuan tersebut ia peroleh karena
inisiatif sendiri sehingga dipercaya memiliki keahlian untuk menghubungkan
manusia dengan makhluk atau kekuatan supranatural.

Demi kelancaran ritual, punduh dibantu oleh seorang lainnya yang


bertugas memegang boneka Cingcowong. Pada saat ritual diperlukan alat music
yang disebut buyung dan bokor. Tidak lupa ada beberapa sinden yang
menyenandungkan lagu-lagu untuk mengiringi Cingcowong menari.

5. Te Aro Naweak Lako

Kearifan lokal yang berasal dari tanah Papua ini merupakan tradisi yang
diajarkan oleh leluhur mereka untuk mencintai alam. Suku Amungme yang hidup
di daerah Tembagapura,

15
menganggap tanah sebagai ibu yang memberi makan, mendidik, memelihara,
serta membesarkan bayi hingga lanjut usia sampai tiada. Bumi diciptakan dengan
beragam kelengkapan yang ada di dalamnya.

Para leluhur Papua mengajarkan generasi penerusnya untuk mengolah


sumber daya alam Papua dengan bijaksana. Mereka mengajarkan agar manusia
mencintai alam sebagaimana mereka mencintai diri sendiri. Mereka menganggap
diri mereka adalah bagian dari alam.

2.5 Tantangan Kearifan Lokal


1. Jumlah Penduduk

Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan mempengaruhi kebutuhan


pangan dan berbagai produksi lainnya untuk mencukupi kebutuhan manusia.
Robert Malthus menyatakan bahwa penduduk yang banyak merupakan penyebab
kemiskinan, hal ini terjadi karena laju pertumbuhan penduduk yang mengikuti
deret ukur tidak akan pernah terkejar oleh pertambahan makanan dan pakaian
yang hanya mengikuti deret hitung (Soerjani dkk, 1997:99). Adanya kebutuhan
pangan yang tinggi menuntut orang untuk meningkatklan produksinya guna
mencukupi kebutuhan tersebut, sehingga melakukan modernisasi pertanian
dengan melakukan revolusi hijau. Dalam Revolusi hijau dikembangkan
penggunaan bibit unggul, pemupukan kimia, pengendalian hama penyakit dengan
obat-obatan, pembangunan saluran irigasi secara besar-besaran untuk pengairan
dan penggunaan teknologi pertanian dengan traktor untuk mempercepat
pekerjaan.

Melalui program pemerintah ini, petani nampak hanya sebagai obyek,


mereka tunduk patuh pada kehendak penguasa sehingga hak petani untuk
mengekspresikan sikap dan kehendaknya terabaikan.

16
2. Teknologi Modern dan Budaya

Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang cepat menyebabkan


kebudayaan berubah dengan cepat pula. Selanjutnya Su Ritohardoyo (2006:42)
menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi pada masyarakat yang kebudayaannya
sudah maju atau kompleks, biasanya terwujud dalam proses penemuan
(discovery), penciptaan baru (invention), dan melalui proses difusi (persebaran
unsur-unsur kebudayaan). Perkembangan yang terwujud karena adanya inovasi
(discovery maupun invention) dan difusi inovasi mempercepat proses teknologi,
industrialisasi dan urbanisasi. Ketiga komponen tersebut secara bersama
menghasilkan proses modernisasi dalam suatu masyarakat yang bersangkutan.
Teknologi modern secara disadari atau tidak oleh masyarakat, sebenarnya
menciptakan keinginan dan harapan-harapan baru dan memberikan cara yang
memungkinkan adanya peningkatan kesejahteraan manusia.

Melihat kenyataan tersebut maka mudah dipahami mengapa cita-cita


tentang teknologi lokal cenderung diabaikan, karena kebanyakan orang
beranggapan bahwa teknologi modern selalu memiliki tingkat percepatan yang
jauh lebih dinamis. Menurut Budisusilo dalam Francis Wahono(2005:217)
teknologi lokal sebagai penguatan kehidupan manusia sesungguhnya memiliki
percepatan yang cukup dinamis, misalnya dalam menciptakan lapangan kerja dan
memenuhi kebutuhan dasar. Selain menggusur pengetahuan dan teknologi lokal
teknologi modern dan seluruh sistem kelembagaannya juga mempunyai potensi
“perusakan seperti pembagian hasil yang timpang, pencemaran lingkungan alam
dan perusakan sistem nilai sosial-budaya masyarakat. Banyak media informasi
dan komunikasi dengan gencarnya menawarkan produk berikut gaya hidup, gaya
konsumsi, dan berbagai sarana hidup yang dianggap sebagai tolok ukur kemajuan
dan kebahagiaan yang belum pernah dijumpai sebelumnya.

17
3. Modal Besar

Eksploitasi terhadap sumberdaya alam dan lingkungan sekarang ini telah


sampai pada titik kritis, yang menimbulkan berbagai masalah lingkungan dan
masyarakat. Di samping masalah lingkungan yang terjadi di wilayah-wilayah
dimana dilakukan eksploitasi sumberdaya alam, sebenarnya terdapat masalah
kemanusiaan, yaitu tersingkirnya masyarakat asli (indigenous people) yang
tinggal di dalam dan sekitar wilayah eksploitasi baik eksploitasi sumberdaya
hutan, sumberdaya laut, maupun hasil tambang. Mereka yang telah turun temurun
tinggal dan menggantungkan kehidupannya pada hutan maupun laut, sekarang
seiring dengan masuknya modal besar baik secara legal maupun illegal yang telah
mngeksploitasi sumberdaya alam, maka kedaulatan dan akses mereka terhadap
sumberdaya tersebut terampas.

Fenomena tersebut tidak dapat dilepaskan dari kebijakan pemerintah


dalam pengelolaan sumberdaya alam selama ini yang lebih menitikberatkan
kepada upaya perolehan devisa Negara melalui eksploitasi sumberdaya alam yang
bernilai ekonomis. Besarnya keuntungan yang bias diraih diikuti dengan
meningkatnya devisa dan daya serap tenaga kerja pada sektor yang bersangkutan,
semakin menguatnya legitimasi beroperasinya modal besar di sektor tersebut.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa kekayaan sumberdaya alam dan hayati yang
dimiliki dapat diekstraksi untuk mendapatkan surplus.

Namun demikian di lain pihak, keberhasilan perolehan devisa tersebut


harus dibayar mahal dengan rusaknya ekosistem daerah yang bersangkutan dan
akan berakibat pada terganggunya ekosistem global. Selanjutnya secara sosial
budaya, terjadi konflik kepentingan antara tatanan budaya lokal dan budaya
modern yang melekat pada industrialisasi dari sumberdaya alam yang

18
dieksploitasi. Menurut Rimbo Gunawan dkk, (1998:v) persoalan tersebut di satu
pihak, yaitu modernisasi melihat bahwa tatanan budaya lokal merupakan
hambatan yang harus “dihilangkan” atau “diganti” agar proses pembangunan tidak
mendapat gangguan serius dari komunitas lokal, sementara itu masyarakat lokal
memandang industrialisasi dari hasil sumberdaya alam yang dieksploitasi sebagai
ancaman bagi hak-hak adat mereka terhadap lingkungannya.

4. Kemiskinan dan Kesenjangan

Kemiskinan dan kesenjangan merupakan salah satu masalah yang paling


berpengaruh terhadap timbulnya masalah sosial. Masalah sosial yang bersumber
dari kemiskinan dan kesenjangan atau kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan
pokok, sering kali tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan dengan faktor lain.
Kemiskinan bukan saja menjadi masalah di Indonesia, tetapi juga di banyak
Negara berkembang. Kemiskinan juga mempengaruhi orang bertindak untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya, meskipun tindakan tersebut kadang bertentangan
dengan aturan atau norma-norma yang sudah ada atau pun berkaitan dengan
kerusakan lingkungan.

19
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Simpulan
Kearifan lokal adalah pengetahuan yang dikembangkan oleh para
leluhur dalam mensiasati lingkungan hidup sekitar mereka, menjadikan
pengetahuan itu sebagai bagian dari budaya dan memperkenalkan serta
meneruskan itu dari generasi ke generasi. Beberapa bentuk pengetahuan
tradisional itu muncul lewat cerita-cerita, legenda-legenda, nyanyian-
nyanyian, ritual-ritual, dan juga aturan atau hukum setempat.
 Fungsi kearifan lokal antara lain yaitu Sebagai penanda identitas
sebuah komunitas; Elemen perekat (aspek kohesif) lintas warga, lintas agama
dan kepercayaan; Kearifan lokal tidak bersifat memaksa atau dari atas (top
down); Kearifan lokal memberikan warna kebersamaan bagi sebuah
komunitas; Local wisdom akan mengubah pola pikir dan hubungan timbal
balik individu dan kelompok dengan meletakkannya di atas common ground/
kebudayaan yang dimiliki; Kearifan lokal dapat berfungsi mendorong
terbangunnya kebersamaan.
Tantangan kearifan lokal saat ini antara lain Jumlah penduduk yang
tinggi; Teknologi modern dan budaya barat; Modal dan eksploitasi besar-
besaran.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://ariefksmwrdn.blogspot.co.id/2014/06/pengertian-kearifan-lokal.html

http://lilawatyy95.blogspot.co.id/2013/01/penjelasan-tentang-kearifan-lokal.html

http://unklebenny.tumblr.com/post/19286691157/kearifan-lokal-
masyarakatindonesia-dalam.html

https://www.google.com/amp/s/www.gramedia.com/best-seller/contoh-kearifan
lokal/amp/

https://www.coursehero.com/file/68320860/PANCASILA-TUGAS-1-
AGUSTINOdocx/

21

Anda mungkin juga menyukai