Anda di halaman 1dari 16

KEARIFAN LOKAL SEBAGAI TAMENG GLOBALISASI

LAPORAN GEOGRAFI

OLEH :

AUDREY ALDA R. (07)

FARIZAL PARADISE S. (16)

ILFIA KHOLIFATURROHMAH (20)

RIDHO RAFIF AP. (32)

XI MIPA 4

SMA NEGERI 10 MALANG

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA MALANG

FEBRUARI 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Kearifan Lokal yang Diterapkan
dalam Hubungan Manusia dan Lingkungan.”

Pada kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak- pihak yang membantu penulis baik secara moril, materil dan doa kepada
penulis agar karya tulis ini dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih yang
tak terhingga khususnya penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Dra. RR. Niken Purwanti selaku guru dalam penulisan laporan ini.
2. Ibu Novita Ratna Sari, S.S, S.Pd selaku guru pembimbing dalam penulisan
laporan ini.
3. Orang tua penulis yang banyak memberikan dorongan, masukan, dan saran
untuk laporan ini.
4. Teman- teman yang telah berpartisipasi dalam memberikan kritik dan saran
terhadap laporan ini.

Dengan harapan semoga semua amal baik tersebut, akan mendapa imbalan yang
baik pula. Meskipun demikian, penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini
masih banyak kekurangan. Kurang lebihnya penulis mohon maaf jika ada kekurangan.

Malang, 08 Februari 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1. 1Latar Belakang .............................................................................................. 1


1. 2Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1. 3Tujuan Masalah ............................................................................................ 2

BAB 2 PEMBAHASAN

2. 1Kearifan Lokal di Era Globalisasi ................................................................ 3


2. 2Kearifan Lokal Sebagai Tameng Globalisasi ............................................... 4
2. 3Fungsi Kearifan Lokal dan Bentuknya dalam Budaya Nasional .................. 5

BAB 3 PENUTUP

3. 1Kesimpulan ................................................................................................... 8
3. 2Saran ............................................................................................................. 9

LAMPIRAN ............................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai suatu kekayaan budaya lokal
yang mengandung kebijakan hidup, pandangan hidup (way of life) yang
mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup. Di Indonesia yang kita
kenal sebagai Nusantara, kearifan lokal itu tidak hanya berlaku secara lokal
pada budaya atau etnik tertentu, tetapi dapat dikatakan bersifat lintas budaya
atau lintas etnik sehingga membentuk nilai budaya yang bersifat nasional.
Walaupun ada upaya pewarisan kearifan lokal dari generasi ke generasi, tidak
ada jaminan bahwa kearifan lokal akan tetap kukuh menghadapi globalisasi
yang menawarkan gaya hidup yang makin pragmatis dan konsumtif. Secara
faktual dapat kita saksikan bagaimana kearifan lokal yang sarat kebijakan dan
filosofi hidup nyaris tidak terimplementasikan dalam praktik hidup yang makin
pragmatis. (Suyono Suyatno)
Era globalisasi, kemajuan teknologi tidak hanya memberikan dampak
positif pada sistem ekonomi namun, dampak negatif juga muncul secara
bersamaan. Hal ini juga dapat menimbulkan pemborosan sumber daya alam,
meningkatkan kriminalitas dan timbulnya berbagai masalah akibat semakin
makmurnya dan sejahteranya ekonomi suatu Negara. Globalisasi telah
mendorong terjadinya pergeseran atau perubahan terhadap sistem atau aturan
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Perkembangan tekhnologi
memiliki peran yang sangat besar dalam menuntun para remaja kearah
dekandensi moral. Rusaknya mental dan akhlak remaja diakibatkan oleh gaya
hidup yang kapitalis, materialistik, dan individualistik.
Hal tersebut menyebabkan kearifan-kearifan yang berlaku dalam
masyarakat mulai memudar. Masyarakat memiliki adat yang dikenal sebagai
adat kedaerahan (kerifan lokal) yang merupakan simbol kebangsaan, namun
saat ini, hampir tidak lagi makna yang berarti di era globalisasi. Sehingga, sulit
memberikan batasan-batasan yang jelas antara budaya lokal dan budaya barat.
Oleh karena itu, dibuat analisis untuk memberikan motivasi kepada
masyarakat umum khususnya pelajar agar dapat lebih kreatif dalam menyaring
budaya luar yang masuk ke Indonesia agar tidak menimbulkan sikap yang
kebarat-baratan sehingga melupakan budaya Indonesia yang telah ada sejak
zaman nenek moyang. Selain itu, pengaruh negatif globalisasi dapat berdampak
buruk bagi Negara karena budaya yang masuk dari luar dapat menimbulkan
banyaknya pendapat yang masuk sehingga terjadi selisih paham yang dapat
mengubah ideologi Negara. Oleh karena itu, peran orang tua, guru, serta
pemerintah sangat dibutuhkan untuk mengantisispasi dampak tersebut agar
tidak semakin membuat para penerus bangsa kehilangan nilai-nilai yang
seharusnya ditanamkan sejak dini kepada remaja bangsa seperti, jiwa

1
nasionalisme, persatuan dan keastuan, saling menghormati, dan yang paling
utama adalah sikap sopan santun karena hal tersebut sekarang sudah jarang
ditemui di lingkungan masyarakat ataupun sekolah.
1. 2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kearifan lokal ditengah era globalisasi?
2. Apa yang dimaksud dengan kearifan lokal sebagai tameng globalisasi?
3. Apa fungsi kearifan lokal dan bentuknya dalam budaya nasional?
1. 3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui keadaaan kearifan lokal ditengah era globalisasi yang
semakin berkembang.
2. Mengetahui maksud dari kearifan lokal sebagai tameng globalisasi.
3. Mengetahui fungsi kearifan lokal dalam mengatasi dampak negatif yang
ditimbulkan dari globalisasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Kearifan Lokal di Era Globalisasi


Kearifan lokal, dalam bahasa asing sering juga dikonsepsikan sebagai
kebijaksanaan setempat (local wisdom) atau pengetahuan setempat (local
knowledge) atau kecerdasan setempat (local genious). Ketiganya merujuk pada
bentuk pandangan hidup, ilmu pengetahuan, dan berbagai strategi kehidupan
yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat setempat dalam
menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Konsepsi
yang disebutkan terakhir adalah bahasan yang paling sering dijumpai dan
dikupas saat ini.
Local genius ini dikenalkan oleh Quaritch Wales, menyusul para
antropolog lain yang mengurainya lebih panjang lagi, Haryati Soebadio
mengatakan bahwa local genius adalah cultural identity, identitas/kepribadian
budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan
mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri
(Ayatrohaedi, 1986:18-19). Lebih tegas lagi, Moendardjito (dalam Ayatrohaedi,
1986:40-41) mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai local
genius karena telah teruji kemampuannya dan bertahan sampai sekarang.
Di Indonesia sendiri, kesadaran akan kaya dan berartinya kearifan lokal
cenderung terlambat. Selama ini, kearifan lokal tiarap bersama kepentingan
pembangunan yang bersifat sentralistik dan top down. (Ridwan, 2007).
Beruntunglah, semangat otonomi daerah berhasil membuka kembali kran aliran
nilai kearifan lokal tersebut. Masyarakat Indonesia mulai membangkitkan nilai-
nilai daerah untuk kepentingan pembangunan menjadi sangat bermakna bagi
perjuangan daerah untuk mencapai prestasi terbaik.
Kearifan lokal di berbagai daerah di seluruh Nusantara merupakan
kekayaan budaya yang perlu diangkat kepermukaan sebagai bentuk jati diri
bangsa. Lebih dari itu, kearifan lokal juga dapat dijadikan rujukan penyelesaian
masalah bangsa. Jero Wacik, mengatakan, kearifan lokal yang terdapat di
berbagai daerah di Nusantara, seharusnya diangkat dan dihargai sebagai salah
satu acuan nilai dan norma untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi
bangsa Indonesia saat ini. Globalisasi yang dimaksud adalah globalisasi yang
erat dengan arus informasi. Arus informasi ini hadir untuk meluaskan paham
internasionalisme, dan menghapuskan batas-batas nation-state. Penghapusan
batas-batas tersebut melintasi bahkan menghapuskan batas-batas kebudayaan,
perilaku, dan nilai-nilai kearifan lokal.

3
Maka wajar jika produk-produk kearifan lokal Indonesia bisa dibajak
orang lain. Menolak globalisasi bukanlah pilihan tepat, karena itu berarti
menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan teknolgi
informatika dan komunikasi dapat dimanfaatkan sebagai pelestari dan
pengembang nilai-nilai budaya lokal.

2. 2 Kearifan Lokal Sebagai Tameng Globalisasi


Masuknya nilai-nilai budaya barat ke Indonesia yang menumpang arus
globalisasi merupakan ancaman bagi budaya asli yang mencitrakan lokalitas
khas daerah di negeri ini. Kesenian-kesenian daerah seperti ludruk, ketoprak,
wayang, gamelan, dan tari menghadapi ancaman serius dari berkembangnya
budaya pop khas barat yang semakin diminati oleh masyarakat karena dianggap
lebih modern. Budaya konvensional yang menempatkan tepo seliro, toleransi,
keramahtamahan, penghormatan pada yang lebih tua juga digempur oleh
pergaulan bebas dan sikap individualistik. Dalam situasi demikian, kesalahan
dalam merespon globalisasi dapat berakibat pada lenyapnya budaya lokal dan
inilah yang menjadi masalah terbesar budaya lokal di tengah-tengah era
globalisasi. Ketika gelombang globalisasi menggulung wilayah Indonesia,
ternyata kekuatannya mampu menggilas budaya-budaya lokal.
Indonesia sebagai negara berkembang dengan beragam etnis, suku
bangsa, dan budaya sesungguhnya telah dimodali mekanisme penjagaan diri
terhadap globalisasi melalui sebuah kearifan lokal. Kearifan lokal atau dalam
bahasa Inggris dikonsepsikan sebagai kebijaksanaan setempat (local wisdom)
merupakan gagasan-gagasan lokal yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, dan
bernilai baik, serta tertanam sekaligus diikuti oleh anggota masyarakatnya. Di
dalam kearifan lokal, terkandung pula kearifan budaya lokal.
Pada dasarnya masyarakat Indonesia telah dibekali kemampuan untuk
menyaring budaya asing sehingga hanya menyerap budaya yang sesuai dengan
budayanya sendiri atau disebut dengan local genius. Dengan modal ini kita
tidak perlu khawatir dalam menghadapi terjangan arus globalisasi. Apabila
kemampuan local genius ini mampu bersinergi dengan kearifan lokal, maka
keduanya dapat dijadikan tameng untuk menangkis serangan globalisasi yang
mulai megikis budaya lokal. Oleh karena itu, jati diri bangsa sebagai nilai
identitas masyarakat harus dibangun secara kokoh dengan cara menanamkan
nilai-nilai kearifan lokal sejak dini kepada generasi muda. Dalam hal ini,
pendidikan memegang peranan yang penting sehingga pengajaran budaya perlu
dimasukkan dalam kurikulum pendidikan nasional dan diajarkan sejak sekolah
dasar.
Patut menjadi perhatian bersama bahwa nilai-nilai lokal bukanlah nilai
usang yang ketinggalan zaman sehingga ditinggalkan, tetapi kearifan lokal ini
dapat berkolaborasi dengan nilai-nilai universal dan nilai-nilai modern yang
dibawa globalisasi. Isu mengenai demokrasi, hak asasi manusia, dan lingkungan

4
hidup diangkat sebagai agenda pembangunan di dunia internasional. Isu-isu
tersebut dapat bersinergi dengan filosofi budaya lokal yaitu hamemayu
hayuning bawana. Makna dari hamemayu hayuning bawana adalah memberi
pelajaran kepada masyarakat untuk berbersikap dan berperilaku yang
mengutamakan harmoni, keselarasan, keserasian, dan keseimbangan hubungan
antara manusia dengan alam, manusia dengan manusia, dan manusia dengan
Tuhan dalam melaksanakan hidup dan kehidupannya agar negara menjadi
panjang, punjung, gemah ripah loh jinawi, karta tur raharja.
Globalisasi yang tidak dapat dihindari memaksa kita untuk larut di
dalamnya. Dalam menyikapi hal ini, kita tidak perlu bersusah payah mengurung
diri agar tidak ikut terhanyut dampak globalisasi. Kita harus mempersiapkan
penguatan akar kebangsaan jati diri bangsa melalui kearifan lokal. Dengan
persiapan tersebut diharapkan dapat membentengi bangsa Indonesia dari
pengaruh negatif yang berasal dari luar. Apalagi didukung oleh kemampuan
local genius yang dimiliki oleh bangsa Indonesia tentunya akan mampu
mengarungi globalisasi tanpa kehilangan jati diri bangsa.
Jangan khawatir untuk ikut membaur dalam globalisasi, namun dalam
bauran tersebut kita harus tampak sebagai Indonesia dengan warna negara kita
karena berbaur tak harus menjadi satu warna. Semua itu hanya masalah sudut
pandang saja, saat ini bukan waktunya untuk memandang kagum budaya barat
yang lebih modern. Marilah melakukan upaya minimal dengan jalan
melestarikan apa yang kita miliki. Dengan demikian eksistensi budaya lokal
tetap terjaga dan dapat bermekar indah dalam percaturan global.

2. 3 Fungsi Kearifan Lokal dan Bentuknya dalam Budaya Nasional


Kearifan lokal dibangun sebagai pedoman, pengendali, aturan dan
rambu-rambu untuk berperilaku hubungannya dengan antarmanusia maupun
dengan alam. Fungsi kearifan lokal, antara lain:
 Sebagai bentuk konservasi dan pelestarian terhadap sumberdaya alam.
 Untuk mengembangkan sumber daya manusia.
 Pengembangan kebudayaan dan ilmu pengentahuan.
 Sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan.
 Bermakna sosial, sebagai penguat solidaritas masyarakat.
Nilai-nilai dalam kearifan lokal menjadi modal utama dalam membangun
masyarakat tanpa merusak tatanan sosial dengan lingkungan alam.
Indonesia kaya akan budaya dan kearifan lokal masyarakat. Suku-suku di
Indnesia yang jumlahnya ribuan memiliki kearifan lokal yag menjadi ciri khas
masing-masing. Hal ini karena kondisi geografis antarwilayah yang berbeda
sehingga penyesuaian kearifan lokal terhadap alam juga berbeda. Namun, pada
dasarnya kearifan lokal di setiap wilayah sama, yaitu sebagai aturan,
pengendali, rambu-rambu, dan pedoman masyarakat dalam memperlakukan
alam sekitar.

5
Bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat dapat berupa nilai,
norma, kepercayaan, dan aturan-aturan khusus. Beberapa bentuk kearifan lokal
yang berperan dalam pengenlolaan sumber daya alam dan lingkungannya
dalam kebudayaan masyarakat, yaitu:
a. Kearifan lokal dalam bidang pertanian
Contoh: Pranoto mongso di Jawa (penentuan musim) merupakan waktu
musim yang digunakan oleh para petani sebagai patokan untuk mengolah
pertanian. Pranoto mongso mengikuti tanda-tanda alam dalam
mongso/musim dalam bercocok tanam. Petani akan memulai pertanian
dengan menggunakan hitungan kalender jawa, dan melihat tanda-tanda
alam. Oleh karena itu, tanah tidak jenuh dan memberi waktu kepada
tanah untuk mengumpulkan unsur hara. Melalui perhitungan pranoto
mongso, alam dapat menjaga keseimbangannya.
b. Kearifan lokal dalam falsafah, tradisi, dan kepercayaan
Contoh: Suku Mentawai hidup selaras dengan alam. Mereka percaya
bahwa hasil alam adalah milik bersama, yang harus dijaga
kelestariannya. Sebelum pembukaan ladang, suku Mentawai melakukan
upacara-upacara untuk meminta izin kepada roh-roh penjaga hutan.
Dalam kegiatan perladangan, tidak dikenal system tebas bakar karena
mereka percaya akan menimbulkan kemarahann roh penjaga hutan.
c. Kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam
Contoh: Di Papua terdapat kepercayaan te aro newaek lako (alam adalah
aku), dimana tanah adalah bagian dari hidup manusia. Seperti pandangan
meraka terhadap Gunung Erstberg dan Grasberg yang dipercaya sebagai
kepala mama (ibu). Pengambilan hasil alam dan pemanfaatannya
dilakukan secara hati-hati.
d. Kearifan lokal dalam cerita budaya, pertuah, dan sastra
Contoh: Samong atau smong merupakan sebuah seni tutur bahasa yang
dimiliki oleh masyarakat Aceh. Samong menjadi semacam mitigasi
bencana yang menyerukan kepada penduduk untuk lari ke bukit ketika
terjadi gempa.
e. Kearifan lokal dalam mitos masyarakat
Contoh: Lubuk larangan merupakan kearifan lokal masyarakat Sumatera
Barat dalam melestarikan wilayah sungai dan danau/waduk. Penduduk
dilarang mengambil ikan pada saat-saat tertentu. Pengambilan ikan
diwajibkan menggunakan alat yang ramah lingkungan. Keberadaan
lubuk larangan merupakan bentuk pelestarian lingkungan perairan sungai
dan ekosistem di dalamnya.
f. Kearifan lokal dalam seni arsitektur rumah adat
Contoh: Rumah adat suku Batak selalu menggambarkan cicak di dinding
rumah mereka. Orang Batak memiliki falsafah hidup hendaknya dapat
meniru cicak, binatang yang dapat hidup di rumah mana saja. Artinya,

6
orang Batak dapat beradaptasi dengan lingkungannya seperti hidup
cicak. Ornament dan dekorasi dari rumah adat Batak dibuat dengan
berbagai bentuk yang memiliki makna dan lambing tertentu. Secara
umum ornamennya menggambarkan jati didri, kebersatuan keluarga dan
permohonan keselamatan.

7
BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan
Kearifan lokal di berbagai daerah di seluruh Nusantara merupakan
kekayaan budaya yang perlu diangkat kepermukaan sebagai bentuk jati diri
bangsa. Lebih dari itu, kearifan lokal juga dapat dijadikan rujukan penyelesaian
masalah bangsa. Jero Wacik, mengatakan, kearifan lokal yang terdapat di
berbagai daerah di Nusantara, seharusnya diangkat dan dihargai sebagai salah
satu acuan nilai dan norma untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi
bangsa Indonesia saat ini. Globalisasi yang dimaksud adalah globalisasi yang
erat dengan arus informasi. Arus informasi ini hadir untuk meluaskan paham
internasionalisme, dan menghapuskan batas-batas nation-state. Penghapusan
batas-batas tersebut melintasi bahkan menghapuskan batas-batas kebudayaan,
perilaku, dan nilai-nilai kearifan lokal.
Pada dasarnya masyarakat Indonesia telah dibekali kemampuan untuk
menyaring budaya asing sehingga hanya menyerap budaya yang sesuai dengan
budayanya sendiri atau disebut dengan local genius. Dengan modal ini kita
tidak perlu khawatir dalam menghadapi terjangan arus globalisasi. Apabila
kemampuan local genius ini mampu bersinergi dengan kearifan lokal, maka
keduanya dapat dijadikan tameng untuk menangkis serangan globalisasi yang
mulai megikis budaya lokal. Oleh karena itu, jati diri bangsa sebagai nilai
identitas masyarakat harus dibangun secara kokoh dengan cara menanamkan
nilai-nilai kearifan lokal sejak dini kepada generasi muda. Dalam hal ini,
pendidikan memegang peranan yang penting sehingga pengajaran budaya perlu
dimasukkan dalam kurikulum pendidikan nasional dan diajarkan sejak sekolah
dasar.
Kearifan lokal dibangun sebagai pedoman, pengendali, aturan dan
rambu-rambu untuk berperilaku hubungannya dengan antarmanusia maupun
dengan alam. Nilai-nilai dalam kearifan lokal menjadi modal utama dalam
membangun masyarakat tanpa merusak tatanan sosial dengan lingkungan alam.
Indonesia kaya akan budaya dan kearifan lokal masyarakat. Suku-suku di
Indnesia yang jumlahnya ribuan memiliki kearifan lokal yag menjadi ciri khas
masing-masing. Hal ini karena kondisi geografis antarwilayah yang berbeda
sehingga penyesuaian kearifan lokal terhadap alam juga berbeda. Namun, pada
dasarnya kearifan lokal di setiap wilayah sama, yaitu sebagai aturan,
pengendali, rambu-rambu, dan pedoman masyarakat dalam memperlakukan
alam sekitar.
Pendididikan tentang kearifan lokal sangat perlu untuk diberikan kepada
para generasi muda penerus bangsa sehingga ketika mereka dewasa nanti
mereka tidak melupakan kearifan lokal warisan nenek moyangnya dan siap
menghadapi tantangan zaman serta proses moderenisasi tiada henti. Dalam

8
proses pendidikan ini sangat diperlukan dukungan dari berbagai pihak, terutama
dari orang tua, dan guru di Sekolah, sebagai pihak pengganti orang tua bagi
siswa-siswinya. Orang tua berperan sebagai guru utama dan pemberi suri
tauladan (uswatun hasanah) yang baik bagi anaknya dalam proses penerapan
nilai-nilai kearifan lokal sehingga tidak terjadi kesenjangan yang tinggi antara
teori dan praktek dilapangan, dan guru berperan memberikan pendidikan
tentang kearifan lokal secara formal melalui pelajaran di Sekolah.

3. 2 Saran
1. Dengan adanya laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan
ilmu yang mungkin belum pembaca ketahui dan cobalah mencari
informasi dari sumber lain yang mungkin lebih bisa memberi
pengetahuan yang lebih.
2. Dengan adanya laporan ini diharapkan orang tua dapat memberikan
contoh yang baik bagi anaknya dalam proses penerapan nilai-nilai
kearifan lokal sehingga tidak terjadi kesenjangan yang tinggi antara
teori dan praktek dilapangan.
3. Dengan adanya laporan ini diharapkan guru dapat memberikan
pendidikan tentang kearifan lokal secara formal melalui pelajaran di
Sekolah.
4. Dengan adanya laporan ini diharapkan masyarakat mempunyai sikap
kesadaran, kepedulian, dan sikap tanggung jawab diperlukan dalam
menjaga kelestarian lingkungan. Sadar bahwa lingkungan merupakan
hal penting untuk kelangsungan hidup manusia. Peduli untuk
melestarikan dan menjaga lingkungan, serta kegiatan manusia harus
disertai rasa tanggung jawab terhadap alam.
5. Dengan adanya laporan ini diharapkan pemerintah dapat lebih
menegakkan hukum tentang unadang-undang lingkungan hidup
merupakan hal yang wajib dilakukan. Disamping itu diperlukan usaha
penghijauan dan gerakan peduli lingkungan yang harus dilakukan
mengingat kerusakan alam semakin parah.

9
LAMPIRAN

KEARIFAN LOKAL SEBAGAI TAMENG GLOBALISASI

Januari 4, 2013ChokoO

Berbaur tak harus menjadi satu warna, namun tunjukkanlah kekhasan warnamu sebagai
pengindah pembauran.

Arus globalisasi kian menyebar membanjiri seluruh pelosok penjuru dunia seirama
dengan semakin pesatnya laju perkembangan teknologi, informasi, dan komunikasi.
Penyebaran globalisasi ini berlangsung secara cepat dan meluas tak terbatas pada
negara-negara maju saja, tetapi juga melintasi batas negara-negara berkembang bahkan
sampai negara-negara miskin. Perkembangan teknologi, informasi, dan komunikasi
beserta derasnya arus globalisasi merupakan pasangan yang tidak dapat dipisahkan.
Keduanya saling mendukung dan terkait satu sama lain. Dalam konteks ini, globalisasi
tampil sebagai sebuah fenomena yang tidak terelakkan. Semua golongan baik suka
maupun tidak suka harus menerima kenyataan bahwa globalisasi dapat menjadi racun
yang mematikan eksistensi budaya-budaya lokal atau sebaliknya dapat berperan sebagai
obat pembangkit ketertinggalan dibanding negara-negara maju. Oleh karena globalisasi
diusung oleh negara-negara maju yang mayoritas merupakan negara barat, maka nilai-
nilai budaya barat sangat berpotensi menjadi ancaman bagi kelestarian nilai-nilai lokal
di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Masuknya nilai-nilai budaya barat ke Indonesia yang menumpang arus globalisasi


merupakan ancaman bagi budaya asli yang mencitrakan lokalitas khas daerah di negeri
ini. Kesenian-kesenian daerah seperti ludruk, ketoprak, wayang, gamelan, dan tari
menghadapi ancaman serius dari berkembangnya budaya pop khas barat yang semakin

10
diminati oleh masyarakat karena dianggap lebih modern. Budaya konvensional yang
menempatkan tepo seliro, toleransi, keramahtamahan, penghormatan pada yang lebih
tua juga digempur oleh pergaulan bebas dan sikap individualistik. Dalam situasi
demikian, kesalahan dalam merespon globalisasi dapat berakibat pada lenyapnya
budaya lokal dan inilah yang menjadi masalah terbesar budaya lokal di tengah-tengah
era globalisasi. Ketika gelombang globalisasi menggulung wilayah Indonesia, ternyata
kekuatannya mampu menggilas budaya-budaya lokal.

Indonesia sebagai negara berkembang dengan beragam etnis, suku bangsa, dan budaya
sesungguhnya telah dimodali mekanisme penjagaan diri terhadap globalisasi melalui
sebuah kearifan lokal. Kearifan lokal atau dalam bahasa Inggris dikonsepsikan sebagai
kebijaksanaan setempat (local wisdom) merupakan gagasan-gagasan lokal yang bersifat
bijaksana, penuh kearifan, dan bernilai baik, serta tertanam sekaligus diikuti oleh
anggota masyarakatnya. Di dalam kearifan lokal, terkandung pula kearifan budaya
lokal. Adapun kearifan budaya lokal ialah pengetahuan lokal yang sudah menyatu
dengan sistem kepercayaan, norma, dan budaya, serta diekspresikan dalam tradisi dan
mitos yang dianut dalam jangka waktu yang lama. Kearifan lokal lahir dari learning by
experience yang tetap dipertahankan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.
Kearifan lokal diperoleh melalui suatu proses pengalaman panjang yang menitik
beratkan pada pengamatan secara langsung dan juga didukung oleh pendidikan formal
maupun informal.

Pada dasarnya masyarakat Indonesia telah dibekali kemampuan untuk menyaring


budaya asing sehingga hanya menyerap budaya yang sesuai dengan budayanya sendiri
atau disebut dengan local genius. Dengan modal ini kita tidak perlu khawatir dalam
menghadapi terjangan arus globalisasi. Apabila kemampuan local genius ini mampu
bersinergi dengan kearifan lokal, maka keduanya dapat dijadikan tameng untuk
menangkis serangan globalisasi yang mulai megikis budaya lokal. Oleh karena itu, jati
diri bangsa sebagai nilai identitas masyarakat harus dibangun secara kokoh dengan cara
menanamkan nilai-nilai kearifan lokal sejak dini kepada generasi muda. Dalam hal ini,
pendidikan memegang peranan yang penting sehingga pengajaran budaya perlu
dimasukkan dalam kurikulum pendidikan nasional dan diajarkan sejak sekolah dasar.

Patut menjadi perhatian bersama bahwa nilai-nilai lokal bukanlah nilai usang yang
ketinggalan zaman sehingga ditinggalkan, tetapi kearifan lokal ini dapat berkolaborasi
dengan nilai-nilai universal dan nilai-nilai modern yang dibawa globalisasi. Isu
mengenai demokrasi, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup diangkat sebagai agenda
pembangunan di dunia internasional. Isu-isu tersebut dapat bersinergi dengan filosofi
budaya lokal yaitu hamemayu hayuning bawana. Makna dari hamemayu hayuning
bawana adalah memberi pelajaran kepada masyarakat untuk berbersikap dan
berperilaku yang mengutamakan harmoni, keselarasan, keserasian, dan keseimbangan
hubungan antara manusia dengan alam, manusia dengan manusia, dan manusia dengan

11
Tuhan dalam melaksanakan hidup dan kehidupannya agar negara menjadi panjang,
punjung, gemah ripah loh jinawi, karta tur raharja.

Globalisasi yang tidak dapat dihindari memaksa kita untuk larut di dalamnya. Dalam
menyikapi hal ini, kita tidak perlu bersusah payah mengurung diri agar tidak ikut
terhanyut dampak globalisasi. Kita harus mempersiapkan penguatan akar kebangsaan
jati diri bangsa melalui kearifan lokal. Dengan persiapan tersebut diharapkan dapat
membentengi bangsa Indonesia dari pengaruh negatif yang berasal dari luar. Apalagi
didukung oleh kemampuan local genius yang dimiliki oleh bangsa Indonesia tentunya
akan mampu mengarungi globalisasi tanpa kehilangan jati diri bangsa. Jangan khawatir
untuk ikut membaur dalam globalisasi, namun dalam bauran tersebut kita harus tampak
sebagai Indonesia dengan warna negara kita karena berbaur tak harus menjadi satu
warna. Semua itu hanya masalah sudut pandang saja, saat ini bukan waktunya untuk
memandang kagum budaya barat yang lebih modern. Marilah melakukan upaya
minimal dengan jalan melestarikan apa yang kita miliki. Dengan demikian eksistensi
budaya lokal tetap terjaga dan dapat bermekar indah dalam percaturan global.

12
DAFTAR PUSTAKA

Chokoo. 2013. Kearifan Lokal sebagai Tameng Globalisasi. (online,


https://choiriafitriyani.wordpress.com/2013/01/04/kearifan-lokal-sebagai-tameng-
globalisasi/), diakses pada Minggu, 24 Januari 2016 pukul 19:46 WIB

Suyatno, Suyono. Revitalisasi Kearifan Lokal sebagai Upaya Penguatan Identitas


Keindonesiaan. (online,
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/1366), diakses pada Selasa, 26
Januari 2016 pukul 19:15 WIB

Triatmojo, Widodo Groho. 2013. Kearifan Lokal di Tengah Era Globalisasi. (online,
http://widodogroho.mywapblog.com/kearifan-lokal-di-tengah-era-globalisasi.xhtml),
diakses pada 26 Januari 2016 pukul 19:23 WIB

Sunarto, Andi. 2013. Pengaruh Globalisasi Terhadap Kearifan Lokal. (online,


http://nartocalonlegislator.blogspot.co.id/2013/11/pengaruh-globalisasi-terhadap-
kearifan.html). diakses pada Selasa, 26 Januari 2016 pukul 19:34 WIB

Nurzaman, Lubi. 2012. Kearifan Lokal, Solusi Menghadapi Dampak Negatif


Modernisasi.(online, http://rajin-cerdas.blogspot.co.id/2012/02/normal-0-false-false-
false-en-sg-x-none.html), diakses pada Selasa, 26 Januari 2016 pukul 19:58 WIB

13

Anda mungkin juga menyukai