Anda di halaman 1dari 17

BAB V

Dinamika Kependudukan di Indonesia


untuk Perencanaan Pembangunan
Dinamika penduduk adalah perubahan komposisi penduduk yang diakibatkan
oleh beberapa faktor. Faktor alami, yakni kematian dan kelahiran, dan faktor
non alami yaitu migrasi. Dinamika penduduk menjadi faktor penting dalam
penentuan kebijakan pemerintah. Setiap negara pada hakikatnya berdiri untuk
satu tujuan yang sama, yaitu memajukan kesejahteraan penduduk. Penduduk
yang sejahtera tercermin dalam kehidupan sosial dan ekonominya yang
berkualitas. Perubahan komposisi penduduk atau dinamika penduduk sangat
berperan bagi keberhasilan pembangunan.

Sebagai pembuka untuk lebih memahami materi kita harus bersepakat dulu
tentang apa itu penduduk. Berdasarkan pasal 6 Ayat (2) Undang-undang
Dasar 1945, pengertian penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang
asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Sementara itu, warga negara
berdasarkan Pasal 26 Ayat (1) bahwa pengertian warga negara adalah orang-
orang bangsa Indonesia asli dan orang bangsa lain yang disahkan dengan
undang-undang sebagai warga negara, sedangkan UU No. 24 Tahun 2014,
Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia. Warga negara Indonesia adalah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-
undang sebagai warga Negara Indonesia.

Jumlah penduduk Indonesia merupakan jumlah terbesar ke empat di dunia,


dengan jumlah penduduk 265.015.300 proyeksi resmi 2018. Di bawah
Tiongkok, India, dan USA diperingkat pertama kedua dan ketiga. Dengan
julah penduduk dunia 2018 sebesar 7,5 milyar penduduk Indonesia mengisi
3,53 persen.

Faktor Dinamika dan Proyeksi Kependudukan


Dinamika penduduk atau perubahan jumlah penduduk dipengaruhi oleh
empat faktor yang dapat dipersempit menjadi dua faktor, faktor alami, yaitu
kematian dan kelahiran, dan migrasi berupa migrasi datang, dan migrasi
pergi. Dalam konteks negara dapat dirumuskan:
PPt = (L-M)+(I-E)

Keterangan:

PPt         : Pertumbuhan penduduk tahun akhir perhitungan

L             : Jumlah kelahiran dalam periode tahun tertentu

M           : jumlah kematian dalam periode tahun tertentu

I              : Jumlah imigrasi dalam periode tahun tertentu

E             : Jumlah emigrasi dalam periode tahun tertentu

Sementara pertumbuhan penduduk total, diperoleh dengan membagi PPt


dengan jumlah penduduk total pada periode tertentu di kalikan 100.

Persentase Pertumbuhan penduduk Total = PPt / P0


Keterangan:

P0           : Jumlah penduduk awal tahun


 

Kelahiran
Kelahiran merupakan faktor dinamika kependudukan yang menambah
jumlah penduduk, ada beberapa istilah yang sering digunakan antara lain,
natalitas (kelahiran), fertilitas (kesuburan) istilah-istilah ini hampir memiliki
kesamaan makna.

Faktor mendukung kelahiran dipengaruhi oleh faktor pendukung (pro-


natalitas), antara lain:

1. Pernikahan pada usia muda;


2. Nilai anak, yang memandang anak membawa rezeki;
3. Keinginan memperoleh anak laki-laki sebagai budaya paternal, anak
laki-laki adalah pewaris keturunan;
4. Belum sampainya program keluarga berencana.
Faktor yang menghambat kelahiran (anti-natalitas) adalah:
1. Pelaksanaan program keluarga berencana;
2. Nilai anak, yang menganggap anak sebagai beban ekonomi;
3. Penundaan usia perkawinan;
4. Kebijakan instansi yang membatasi insentif tunjangan untuk anak.
Angka kelahiran dapat diklasifikasi atas angka kelahiran kasar (crude birth
rate/CBR), angka kelahiran umum (general fertility rete/GFR), dan angka
kelahiran menurut kelompok umur (age specific birth rate/ASFR)
 

CBR= B / P x k

Keterangan:

CBR        : angka kelahiran kasar (crude birth rate/CBR);


B             : jumlah bayi lahir yang hidup pada periode tahun tertentu;

P             : jumlah penduduk pada pertengahan tahun;

k             : konstanta, biasanya 1000

GFR        : B / Pf (15-49) x k
Keterangan:

GFR        : angka kelahiran umum (general fertility rete/GFR);


B             : jumlah bayi lahir yang hidup pada periode tahun tertentu;

Pf            : jumlah wanita berusia produktif pada pertengahan tahun;


k             : konstanta, bisanya 1000.

ASBRx=Bx / Px x k
Keterangan:

ASBRx      : angka kelahiran menurut kelompok umur x tahun.


Bx               : jumlah kelahiran dari wanita kelompok umur x pada tahun tertentu;
Px            : jumlah wanita kelompok umur x pada pertengahan tahun yang
sama;
x             : kelompok umur (x= 1, wanita kelompok umur 15 – 19 tahun, x=2,
20-27 tahun, …,

x=7, 45-49 tahun)

k             : konstanta, bisanya 1000.

Kematian
Angka kematian menunjukkan jumlah kematian per 1000 penduduk.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya angka kematian antara
lain:

Faktor pendukung:

1. Kurang sadar tentang kesehatan;


2. kurangnya fasilitas kesehatan;
3. kecelakaan lalu lintas;
4. bencana alam;
5. perang;
6. budaya bunuh diri.
Faktor penghambat:

1. Tingginya kesadaran kesehatan;


2. fasilitas kesehatan dan jumlah dokter yang memadai;
3. lingkungan yang bersih dan sehat;
4. ajaran yang melarang bunuh diri.
Angka kematian terdiri atas angka kematian kasar (crude birth rate/CBR)
dan angka kematian menurut kelompok umur (age specific death
rate/ASDR)
CDR= D / P x k

Keterangan:

CDR       : angka kematian kasar;


D            : jumlah kematian dalam periode tahun tertentu;

P             : jumlah penduduk pada pertengahan tahun tertentu;

k             : konstanta, bisanya 1000.

ASDRx= Dx / Px x k


ASDRx    : angka kematian menurut kelompok umur tertentu pada tahun
tertentu
Dx          : jumlah penduduk yang meninggal pada kelompok umur x pada
tahun tertentu;

Px           : jumlah penduduk pada kelompok umur x pada pertengahan tahun;

x             : kelompok umur;

k             : konstanta, bisanya 1000.

IMR= D0 / B x k
IMR        : angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup dalam tahun
tertentu;

D0          : jumlah kematian bayi di bawah 1 tahun pada tahun tertentu;

B             : jumlah kelahiran hidup dalam tahun yang sama;

k             : konstanta, bisanya 1000.

Migrasi
Migrasi adalah perpindahan penduduk yang bersifat menetap dari suatu
tempat ke tempat lain melampaui batas administrasi suatu wilayah. Pada
ranah negara migrasi terbagi dua, Imigrasi (penduduk dari luar masuk) dan
Emigrasi (penduduk dari dalam pindah ke luar).

Angka Migrasi Masuk

mi = I / P x k
mi           : angka migrasi masuk per 1000 penduduk pada tahun tertentu;
I              : jumlah imigran masuk pada tahun tertentu;

P             : jumlah penduduk pada pertengahan tahun;

k             : konstanta, bisanya 1000.

Angka Migrasi Keluar

me = E / P x k
me          : angka migrasi masuk per 1000 penduduk pada tahun tertentu;
E             : jumlah penduduk keluar negara pada tahun tertentu;

P             : jumlah penduduk pada pertengahan tahun;

k             : konstanta, bisanya 1000.

Angka Migrasi Neto

mn = ((I – E) / P) x k
mn          : angka migrasi masuk per 1000 penduduk pada tahun tertentu;
I              : jumlah imigran masuk pada tahun tertentu;

E             : jumlah penduduk keluar negara pada tahun tertentu;

P             : jumlah penduduk pada pertengahan tahun;


k             : konstanta, bisanya 1000.

Angka Migrasi Bruto

mg = ((I + E) / (P1 + P2)) x k


mg             : angka migrasi bruto;
I              : jumlah imigran masuk pada tahun tertentu;

E             : jumlah penduduk keluar negara pada tahun tertentu;

P1           : jumlah penduduk di tempat tujuan;

P2           : jumlah penduduk di tempat asal;

k             : konstanta, bisanya 1000.

Proyeksi Pertumbuhan Penduduk


Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhan penduduk per tahun dapat
digunakan untuk memproyeksikan jumlah penduduk di tahun akan datang.
Proyeksi penduduk adalah perkiraan jumlah penduduk pada tahun tertentu
dengan perhitungan matematis.

Beberapa rumus dapat digunakan untuk mengalkulasi jumlah penduduk


antara lain:

Rumus geometri;

Pn = P0 (1 + r)n


Pn           : jumlah penduduk pada tahun n
P0           : jumlah penduduk pada tahun dasar perhitungan
n             : lama tahun (tahun proyeksi dikurang tahun awal perhitungan)

r              : tingkat pertumbuhan penduduk per tahun (%)

 
Rumus aritmetika;

Pn = P0 (1 + rn)


Pn           : jumlah penduduk pada tahun n
P0           : jumlah penduduk pada tahun dasar perhitungan
n             : lama tahun (tahun proyeksi dikurang tahun awal perhitungan)

r              : tingkat pertumbuhan penduduk per tahun (%)

Rumus aritmetika;

Pn = P0 x ern


Pn           : jumlah penduduk pada tahun n
P0           : jumlah penduduk pada tahun dasar perhitungan
n             : lama tahun (tahun proyeksi dikurang tahun awal perhitungan)

r              : tingkat pertumbuhan penduduk per tahun (%)

e             : bilangan eksponensial = 2,7182818

Mobilitas Penduduk dan Tenaga Kerja


Mobilitas penduduk merupakan pergerakan penduduk dari satu daerah ke
daerah lain, baik untuk sementara, atau untuk waktu yang lama, atau untuk
menetap secara permanen. Yang termasuk dalam mobilitas permanen antara
lain:

1. urbanisasi, atau perpindahan penduduk dari desa ke kota;


2. ruralisasi, kembalinya penduduk kota yang telah urbanisasi ke desa;
3. transmigrasi, perpindahan penduduk dari satu daerah untuk menetap di
daerah lain yang ditetapkan dalam wilayah Republik Indonesia.
4. emigrasi, perpindahan penduduk dari tanah air ke luar negeri;
5. imigrasi, perpindahan warga luar negeri ke wilayah RI;
6. remigrasi, kembalinya penduduk yang telah imigrasi ke dalam negeri.
Termasuk dalam mobilitas non permanen adalah:
1. komutasi atau mobilitas ulang-alik, atau aktivitas pergi-pulang yang
dilakukan kurang dari 24 jam;
2. sirkulasi, pergi yang dilakukan dengan menginap di tempat tujuan;
Sementara mobilitas tenaga kerja terdiri dari dua jenis, stayers atau tenaga
kerja yang bekerja di lokasi yang sama dengan lokasi tinggal,
dan movers atau pekerja yang bekerja di lokasi yang berbeda dengan tempat
tinggalnya.
 

Kualitas Penduduk dan Indeks Pembangunan


Manusia
Kualitas penduduk merupakan hal penting untuk diketahui, pemetaan kualitas
penduduk dapat memudahkan pemerintah untuk menyusun program strategi
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDA). Kualitas penduduk
merupakan kondisi penduduk pada aspek fisik maupun non fisik yang
meliputi derajat kesehatan, pengetahuan, produktivitas, kemandirian dll.

Tiga komponen yang menjadi dasar melihat kualitas


penduduk. Pertama kesehatan, yang bisa menjadi tolak ukur untuk menilai
kesehatan masyarakat adalah:
1. angka kematian bayi, angka yang menunjukkan angka kematian bayi 0
tahun dari setiap kelahiran, dan;
2. angka harapan hidup, adalah perkiraan rata-rata umur seseorang yang
diharapkan dapat terus hidup.
Kedua, Pendidikan. Indikator yang diambil untuk melihat kualitas pendidikan
ada tiga:
1. Angka Partisipasi Sekolah (APS), APS proporsi anak sekolah pada
usia jentang pendidikan tertentu dalam kelompok usia yang sesuai
dengan jenjang pendidikan tersebut. 7 – 12 tahun (SD), 13 – 15 tahun
(SLTP), 16 – 18 tahun (SLTA), 19 – 24 tahun (Perguruan Tinggi);
2. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan atau jentang pendidikan terakhir
yang ditamatkan oleh warga, dan;
3. Angka melek huruf, persentase penduduk yang telah dalam membaca
dan menulis.
Ketiga Pendapatan Per Kapita, per capita income (PCI) adalah pendapatan
rata-rata penduduk pada satu periode tertentu. Pendapatan per kapita
diperoleh dengan membagi Pendapatan Nasional Bruto (PNB) atau gross
national product (GNP), di bagi jumlah total penduduk.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Tahun 1990 United Nation of Development Program (UNDP) pertama kali
menetapkan IPM atau human development index (HDI) untuk mengukur
kualitas pembangunan sumber daya manusia di dunia dan kemudian
membuat peringkat negara-negara berdasarkan IPM.

Tiga dimensi pembentuk IPM antara lain; umur panjang dan hidup sehat,
pengetahuan, dan standar hidup layak. Empat indikator yang digunakan
antara lain:

1. Angka Hidup Saat Lahir (AHH);


2. Angka Melek Huruf (AMH);
3. PDB per kapita atau PCI.
Menurut BPS pada situsnya, Pembangunan manusia di Indonesia terus
mengalami kemajuan. Pada tahun 2017, Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Indonesia mencapai 70,81. Angka ini meningkat sebesar 0,63 poin
atau tumbuh sebesar 0,90 persen dibandingkan tahun 2016.

Bayi yang lahir pada tahun 2017 memiliki harapan untuk dapat hidup hingga
71,06 tahun, lebih lama 0,16 tahun dibandingkan dengan mereka yang lahir
tahun sebelumnya. Anak-anak yang pada tahun 2017 berusia 7 tahun
memiliki harapan dapat menikmati pendidikan selama 12,85 tahun (Diploma
I), lebih lama 0,13 tahun dibandingkan dengan yang berumur sama pada
tahun 2016. Sementara itu, penduduk usia 25 tahun ke atas secara rata-rata
telah menempuh pendidikan selama 8,10 tahun (kelas IX), lebih lama 0,15
tahun dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2017, masyarakat
Indonesia memenuhi kebutuhan hidup dengan rata-rata pengeluaran per
kapita sebesar 10,66 juta rupiah per tahun, meningkat 244 ribu rupiah
dibandingkan pengeluaran tahun sebelumnya.

Bonus Demografi dan Dampaknya terhadap


Pembangunan
Dalam terbitan BPS, Analisis Statistik Sosial, Bonus Demografi dan
Pertumbuhan Penduduk, Bonus demografi merujuk pada fenomena
penambahan jumlah penduduk usia kerja yang membawa keuntungan bagi
perekonomian. Bonus demografi didefinisikan sebagai sebuah penambahan
penduduk pada kelompok usia kerja yang walaupun meningkatkan jumlah
penduduk total, dipandang sebagai sebuah keuntungan yang tidak terelakkan
(Chandrasekhar, Ghosh, Roychowdhury, 2006).
Bonus demografi dapat diartikan sebagai keuntungan ekonomis yang
disebabkan oleh penurunan angka ketergantungan sebagai hasil proses
penurunan kematian bayi dan penurunan fertilitas jangka panjang
(Adioetomo, 2007). Istilah bonus demografi yang diartikan sebagai sebuah
keuntungan berdasar pada konsep dasar dalam demografi yaitu indikator
angka ketergantungan/rasio beban ketergantungan.

Bagaimana bonus demografi ini terjadi. Perubahan struktur umur penduduk


ini dapat terjadi karena adanya proses transisi demografi secara berkelanjutan
dan berjangka panjang. Mula-mula tingkat mortalitas harus diturunkan,
melalui pelayanan kesehatan yang baik. Penurunan kematian bayi tidak
langsung diikuti dengan penurunan fertilitas. Penurunan kematian bayi
menyebabkan lebih banyak bayi yang survive, dapat terus hidup mencapai
usia yang lebih tinggi. Setelah beberapa lama, tingkat fertilitas akhirnya akan
menurun juga. Kalau sudah demikian, maka terjadilah pergeseran distribusi
penduduk menurut umur, yang menyebabkan menurunnya rasio
ketergantungan penduduk usia non produktif dan penduduk usia produktif.
Dalam perjalanan waktu, kondisi kependudukan mengalami perubahan.
Perubahan penduduk terjadi dari tingkat pertumbuhan stabil tinggi (fertilitas
dan mortalitas tinggi) ke tingkat pertumbuhan rendah (fertilitas dan
mortalitas rendah). Pada teori Transisi Demografi, perubahan fenomena
kependudukan terjadi dalam beberapa tahap.

Menurut Todaro, fase pra transisi, pada fase ini angka kelahiran dan kematian
sama-sama tinggi. Yang kedua masa transisi, masa transisi dibagi menjadi
tiga periode oleh Todaro, permulaan transisi, pertengahan transisi dan akhir
transisi.

Masa akhir transisi lebih merujuk pada awal terjadinya tahap ketiga dalam
transisi demografi. Pada masa akhir transisi, tingkat mortalitas konstan atau
menurun sedikit, tingkat kelahiran sedang-rendah atau menurun. Kesehatan
masyarakat sudah baik dan pengetahuan tentang kontrasepsi meluas. Ketika
transisi telah benar-benar memasuki tahap ketiga, yang merupakan fase pasca
transisi, upaya-upaya modernisasi serta pembangunan yang menyebabkan
turunnya tingkat fertilitas telah dilakukan. Di ujung tahapan ketiga, tingkat
kelahiran berhasil diturunkan cukup tajam sampai sama rendahnya dengan
tingkat kematian sehingga pertambahan penduduk sangat rendah.
Bonus demografi telah dialami negara-negara Eropa sekitar tahun 1950-2000,
dan beberapa negara Asia antara tahun 1960-1990, bonus demografi dapat
meningkatkan laju perekonomian Indonesia, karena peningkatan jumlah
penduduk usia produktif berkali lipat dari penduduk usia tidak produktif.

Permasalahan yang Diakibatkan oleh


Dinamika Kependudukan
Perubahan jumlah penduduk tentu memiliki dalam dampak dan efek yang
beragam terutama pada ketersediaan dan kecukupan pangan untuk memenuhi
kebutuhan hidup layak manusia. Seperti dikemukakan oleh Thomas Robert
Malthus dalam teori populasinya. Walaupun tren pertumbuhan penduduk
terus menurun, namun grafik jumlah penduduk dunia terus meningkat.

Beberapa permasalahan yang diakibatkan oleh dinamika kependudukan


antara lain; ledakan penduduk, serta sebaran penduduk yang tidak merata.

Ledakan Penduduk
Ledakan penduduk adalah keadaan penduduk dengan laju pertumbuhannya
yang cepat karena tingkat kelahiran yang tinggi, sedang tingkat kematian
menurun secara tajam. Populasi dunia terus meningkat dalam 70 tahun
terakhir, kurun 1830 sampai 1930 populasi dunia meningkat dua kali lipat
dari 1 milyar menjadi 2 milyar jiwa. Tahun 2018 jumlah penduduk dunia
telah mencapai 7,5 juta jiwa.

Pertambahan penduduk yang tidak dikendalikan akan menimbulkan


permasalahan-permasalahan seperti:

1. Kurangnya kesempatan kerja, akan menimbulkan pengangguran dan


peningkatan kejahatan;
2. kerusakan hutan akibat penebangan hutan secara serampangan, akan
menimbulkan bahaya erosi, tanah longsor dan bahaya banjir;
3. adanya pemusatan penduduk akibat urbanisasi, akan menyebabkan
ketertiban dan keberhasilan lingkungan yang tak terkontrol;
4. meningkatnya penduduk usia sekolah, akan menyebabkan masalah-
masalah yang berhubungan dengan kesempatan mengenyam
pendidikan dan biaya pendidikan;
5. ketersediaan tempat tinggal yang kurang, akan mengakibatkan
banyaknya perumahan-perumahan liar yang sangat mengganggu
keindahan dan ketertiban di kota;
6. ketersediaan air bersih yang kurang, akan mengakibatkan
terganggunya kesehatan.
Melihat permasalahan-permasalahan kependudukan di atas, maka pemerintah
telah melakukan upaya-upaya untuk mengatasinya antara lain:

1. Pembatasan kelahiran bayi dengan program keluarga berencana


melalui semboyan “catur warga”. (Catur warga terdiri dari bapak, ibu
dan dua anak, laki-laki perempuan sama saja); pembatasan usia
perkawinan; pembatasan tunjangan anak bagi PNS; program
pendidikan formal di sekolah-sekolah maupun penyuluhan-penyuluhan
yang berlangsung kepada masyarakat;
2. pelaksanaan program transmigrasi sebagai upaya untuk mengatasi
pemusatan penduduk/kepadatan penduduk dan persebaran penduduk
yang tidak merata;
3. pembangunan gedung-gedung sekolah baru beserta fasilitasnya,
penyelenggaraan sekolah terbuka, kejar paket sebagai upaya mengatasi
kurangnya kesempatan mengenyam pendidikan, dan penyelenggaraan
beasiswa bagi siswa tak mampu dan berprestasi;
4. pembangunan perumahan-perumahan murah baik rumah sederhana,
maupun rumah sangat sederhana, untuk mengatasi ketersediaan
perumahan yang kurang,
5. penyelenggaraan hutan lindung, reboisasi, penghijauan serta melarang
pertanian sistem ladang berpindah untuk mengatasi kerusakan hutan;
6. pembangunan industri-industri baru, pusat-pusat perdagangan dan
pariwisata sebagai upaya mengatasi kurangnya kesempatan kerja.
 

Sebaran Penduduk yang Tidak Merata


Permasalahan lain dari dinamika kependudukan Indonesia adalah persebaran
penduduk yang tidak merata. Menurut data BPS 2016, Jakarta menjadi
daerah terpadat di Indonesia dengan tingkat kepadatan kasar per kilo meter
persegi sebesar 15,5 ribu jiwa, di susul Jawa Barat 1, 3 ribu jiwa, Banten 1,3
ribu jiwa, DIY 1,2 ribu jiwa, Jawa Tengah 1 ribu jiwa, Jawa Timur dan Bali
masing-masing 817,48 dan 726,25 jiwa. Penduduk Indonesia hanya
bertumpuk di Pulau Jawa dan Bali saja, sementara di pulau lian, masih jarang
penduduknya.

Daerah terjarang penduduknya adalah Provinsi Papua dan Papua Barat 10


dan 9 jiwa per kilometer persegi. Fenomena ini bukanlah hal baru, karena
upaya transmigrasi telah dilakukan sejak pemerintahan kolonial tahun 1930
lewat politik etis.

Hal-hal yang mendorong padatnya penduduk Jawa dan Bali adalah:

1. Jawa dekat dengan Jakarta sebagai pusat pemerintahan;


2. sebagian besar tanahnya merupakan tanah vulkanis yang subur;
3. merupakan pusat kegiatan ekonomi dan industri sehingga banyak
tersedia lapangan kerja.
4. tersedia berbagai jenjang dan jenis pendidikan;
5. memiliki sarana komunikasi yang baik dan lancar;
Kepadatan penduduk yang amat tinggi utamanya di Jakarta dan wilayah
sekitar kota-kota besar di Pulau Jawa sangat berdampak besar terhadap
lingkungan hidup. Ambang batas daya dukung lingkungan akan terlampaui
dengan gelembung jumlah penduduk yang tinggi. Penurunan kualitas
lingkungan antara lain:

1. Sulitnya mencari air bersih;


2. udara yang tercemar;
3. tercemarnya sungai-sungai;
4. tercemarnya laut oleh sampah;
5. terdesaknya lahan pertanian;
6. pencemaran tanah;
7. dll.
Selain lingkungan secara fisik, kepadatan penduduk yang tinggi juga
mendorong persaingan sosial yang tinggi yang berdampak pada tingginya
angka kriminalitas, kemacetan lalulintas, dan penurunan budaya gotong
royong dan etika bermasyarakat.

Kepadatan penduduk yang tinggi di perkotaan adalah fenomena yang tidak


bisa dihindari, karena semua negara di dunia hampir mengalami persoalan
yang sama. Pergeseran dari budaya pertanian ke Industri menstimulasi tiap
orang untuk datang ke kota tempat industri berada. Upaya mengatasi tidak
meratanya persebaran penduduk dengan Transmigrasi dirasa sudah
tidak relevant karena sumber ekonomi masih terletak di Pulau Jawa.
Sepertinya hal ini juga sudah dibaca oleh pemerintah pusat sehingga tidak
ada lagi kita dengan berita-berita di media mana saja yang membahas tentang
program transmigrasi.
Yang perlu dilakukan adalah memecah pertumbuhan ekonomi ke daerah
dengan menambah pusat-pusat pertumbuhan di daerah. Dengan demikian
daya magnet tidak hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa saja. Pemerintah dan
masyarakat harus jeli melihat potensi daerahnya masing-masing untuk
dikembangkan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi.

Berikutnya yang harus dilakukan adalah mengedukasi masyarakat untuk


cerdas bagaimana hidup dilingkungan perkotaan bagi warga kota. Hidup
dengan keterbatasan lahan, dapat tetap berkualitas dengan pendekatan yang
tepat. Tawarannya antara lain:

1. Pemukiman vertikal;
2. pengolahan sampah terpadu, terintegrasi.
3. transportasi publik yang layak;
4. memperluas ruang terbuka hijau hingga standar 30% dari luas kota.
5. dll.
 

Sumber Data Kependudukan


Sekarang ini mudah sekali kita menjangkau data kependudukan dari masan
saja dengan smart phone yang kita miliki di mana saja. (asal terhubung
internet tentunya). Namun kali ini kita akan mempelajari bagaimana data
kependudukan diperolah.
Ada tiga metode untuk memperoleh data kependudukan, yang pertama
dengan sensus, kemudian survei, dan registrasi penduduk.

Sensus
Sensus penduduk adalah pencatatan penduduk di seluruh negara secara
serentak dan berkala, biasanya dilakukan dalam 10 tahun satu kali. Sensus
penduduk di Indonesia secara resmi pertama kali dilakukan tahun 1920 dan
1930  pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Pada masa kemerdekaan
sensus penduduk telah dilakukan sebanyak enam kali, 1961, 1971, 1980,
1990, 2000, dan terakhir 2010, jika tidak ada halangan Badan Pusat Statistik
(BPS) Indonesia akan kembali melakukan sensus penduduk tahun 2020.
Menurut jenisnya sensus penduduk terbagi dua. Pertama Sensus De Jure;
adalah sensus penduduk yang ditujukan pada penduduk yang benar-benar
warga wilayah tersebut yang dibuktikan dengan kepemilikan Kartu Tanda
Penduduk (KTP). Kedua Sensus De Facto; adalah pencacahan penduduk
yang ditujukan kepada mereka yang waktu pencacahan berada diwilayah
yang bersangkutan.

Secara metode sensus penduduk juga terbagi dua. Pertama,


metode Householder yaitu daftar yang diisi oleh kepala keluarga dan
pengisian daftar pertanyaan dilakukan oleh penduduk sendiri. Kelebihan dari
metode ini adalah waktu yang dibutuhkan lebih cepat sebab petugas tidak
harus mendata satu per satu penduduk. Daftar pertanyaan bisa dikirimkan
atau dititipkan pada aparat desa. Sedangkan kekurangannya adalah data yang
didapatkan kurang terjamin kebenarannya sebab ada kemungkinan penduduk
tidak mengisi data sesuai dengan kondisi sebenarnya.
Kedua, metode canvasser merupakan metode di mana daftar diisi oleh
petugas sesuai dengan jawaban penduduk. Pelaksanaannya adalah petugas
mendatangi tempat tinggal penduduk dan mengisi daftar pertanyaan.
Kelebihan dari metode ini adalah data yang diperoleh lebih terjamin
kelengkapannya dan penduduk sulit untuk memalsukan data. Sedangkan
kekurangannya adalah waktu yang diperlukan lebih lama sebab jumlah
petugas yang terbatas sedangkan wilayah yang luas.
Survei
Survei adalah metode pengumpulan data penduduk tidak dengan mencatat
seluruh populasi, tapi dengan metode tertentu, sebagian populasi diambil
sebagai sampel, akurasi kebenaran data bergantung dari metode dan
pengambilan sampel. BPS biasa melakukan Survei Antar Sensus (SUPAS)
tiap pertengahan tahun sensus.

Registrasi Penduduk
Registrasi penduduk adalah pencatatan data kependudukan
secara continue (berkelanjutan). Pencatatan ini dilakukan oleh lembaga
pemerintah yang berwenang menginput data kependudukan. Seperti
Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) yang berada di tiap wilayah
kabupaten/ kota.
Pengolahan dan Analisis Data Kependudukan
Pengolahan Data Kependudukan
Data kependudukan yang telah diperoleh dari berbagai metode merupakan
data yang penting untuk dimasukkan dalam data base kependudukan. Data
tempat lahir, tanggal lahir, jenis kelamin, tempat tinggal, penghasilan,
pendidikan, agama, dan lain-lain akan menjadi data dasar untuk pengolahan
data dan selanjutnya masuk tahap analisis data.
Analisis Data Kependudukan
Analisis data kependudukan menghasilkan analisa data penduduk
berdasarkan komposisi. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin,
berdasarkan umur, agama, pekerjaan, penghasilan, dll. komposisi penduduk
berdasarkan jenis kelamin dan umur akan menghasilkan data piramida
penduduk suatu negara. Jika dikaitkan dengan usia produktif dan tidak
produktif angka ini dapat dihitung menjadi angka ketergantungan.

Data jumlah penduduk dikaitkan dengan luas wilayah menjadi parameter


menghitung tingkat kepadatan penduduk. Data satu sensus dengan sensus
berikutnya menghasilkan perbedaan jumlah penduduk dan menjadi acuan
tingkat pertumbuhan penduduk, juga dapat jadi acuan memproyeksikan
jumlah penduduk di tahun-tahun berikutnya.

Analisis data kependudukan sangat penting bagi satu negara untuk


menentukan kebijakan pembangunan bagi negara tersebut. Dengan melihat
komposisi penduduk negara dalam mengambil langkah tepat, selain mengatai
masalah kependudukan secara khusus, juga masalah lain di luar aspek
kependudukan. Seperti maslah pangan, transportasi, perumahan, ekonomi,
sosial, politik, dll.

Anda mungkin juga menyukai