Anda di halaman 1dari 30

MODUL

GEOGRAFI
KELAS XI IIS
Materi 11.5
Dinamika Kependudukan di Indonesia untuk Perencanaan Pembangunan

Dinamika penduduk adalah perubahan komposisi penduduk yang diakibatkan oleh


beberapa faktor. Faktor alami, yakni kematian dan kelahiran, dan faktor non alami yaitu
migrasi. Dinamika penduduk menjadi faktor penting dalam penentuan kebijakan
pemerintah. Setiap negara pada hakikatnya berdiri untuk satu tujuan yang sama, yaitu
memajukan kesejahteraan penduduk. Penduduk yang sejahtera tercermin dalam kehidupan
sosial dan ekonominya yang berkualitas. Perubahan komposisi penduduk atau dinamika
penduduk sangat berperan bagi keberhasilan pembangunan.
Sebagai pembuka untuk lebih memahami materi kita harus bersepakat dulu tentang apa itu
penduduk. Berdasarkan pasal 6 Ayat (2) Undang-undang Dasar 1945, pengertian penduduk
adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
Sementara itu, warga negara berdasarkan Pasal 26 Ayat (1) bahwa pengertian warga
negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang sebagai warga negara, sedangkan UU No. 24 Tahun 2014,
Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia. Warga negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-
orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga Negara Indonesia.
Jumlah penduduk Indonesia merupakan jumlah terbesar ke empat di dunia, dengan jumlah
penduduk 265.015.300 proyeksi resmi 2018. Di bawah Tiongkok, India, dan USA
diperingkat pertama kedua dan ketiga. Dengan julah penduduk dunia 2018 sebesar 7,5
milyar penduduk Indonesia mengisi 3,53 persen.
 
Contents [hide]
 1 Faktor Dinamika dan Proyeksi Kependudukan
o 1.1 Kelahiran
o 1.2 Kematian
o 1.3 Migrasi
 2 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk
 3 Mobilitas Penduduk dan Tenaga Kerja
 4 Kualitas Penduduk dan Indeks Pembangunan Manusia
 5 Bonus Demografi dan Dampaknya terhadap Pembangunan
 6 Permasalahan yang Diakibatkan oleh Dinamika Kependudukan
o 6.1 Ledakan Penduduk
o 6.2 Sebaran Penduduk yang Tidak Merata
 7 Sumber Data Kependudukan
o 7.1 Sensus
o 7.2 Survei
o 7.3 Registrasi Penduduk
 8 Pengolahan dan Analisis Data Kependudukan
o 8.1 Pengolahan Data Kependudukan
o 8.2 Analisis Data Kependudukan

A. Faktor Dinamika dan Proyeksi Kependudukan


Dinamika penduduk atau perubahan jumlah penduduk dipengaruhi oleh empat faktor
yang dapat dipersempit menjadi dua faktor, faktor alami, yaitu kematian dan kelahiran,
dan migrasi berupa migrasi datang, dan migrasi pergi. Dalam konteks negara dapat
dirumuskan:
PPt = (L-M)+(I-E)
Keterangan:
PPt         : Pertumbuhan penduduk tahun akhir perhitungan
L             : Jumlah kelahiran dalam periode tahun tertentu
M           : jumlah kematian dalam periode tahun tertentu
I              : Jumlah imigrasi dalam periode tahun tertentu
E             : Jumlah emigrasi dalam periode tahun tertentu
Sementara pertumbuhan penduduk total, diperoleh dengan membagi PPt dengan
jumlah penduduk total pada periode tertentu di kalikan 100.
Persentase Pertumbuhan penduduk Total = PPt / P0
Keterangan:
P0           : Jumlah penduduk awal tahun
 
1. Kelahiran
Kelahiran merupakan faktor dinamika kependudukan yang menambah jumlah
penduduk, ada beberapa istilah yang sering digunakan antara lain, natalitas
(kelahiran), fertilitas (kesuburan) istilah-istilah ini hampir memiliki kesamaan
makna.
Faktor mendukung kelahiran dipengaruhi oleh faktor pendukung (pro-natalitas),
antara lain:
1. Pernikahan pada usia muda;
2. Nilai anak, yang memandang anak membawa rezeki;
3. Keinginan memperoleh anak laki-laki sebagai budaya paternal, anak laki-laki
adalah pewaris keturunan;
4. Belum sampainya program keluarga berencana.
Faktor yang menghambat kelahiran (anti-natalitas) adalah:
1. Pelaksanaan program keluarga berencana;
2. Nilai anak, yang menganggap anak sebagai beban ekonomi;
3. Penundaan usia perkawinan;
4. Kebijakan instansi yang membatasi insentif tunjangan untuk anak.
Angka kelahiran dapat diklasifikasi atas angka kelahiran kasar (crude birth
rate/CBR), angka kelahiran umum (general fertility rete/GFR), dan angka
kelahiran menurut kelompok umur (age specific birth rate/ASFR)
 
CBR= B / P x k
Keterangan:
CBR        : angka kelahiran kasar (crude birth rate/CBR);
B             : jumlah bayi lahir yang hidup pada periode tahun tertentu;
P             : jumlah penduduk pada pertengahan tahun;
k             : konstanta, biasanya 1000
 
GFR        : B / Pf (15-49) x k
Keterangan:
GFR        : angka kelahiran umum (general fertility rete/GFR);
B             : jumlah bayi lahir yang hidup pada periode tahun tertentu;
Pf            : jumlah wanita berusia produktif pada pertengahan tahun;
k             : konstanta, bisanya 1000.
 
ASBRx=Bx / Px x k
Keterangan:
ASBRx      : angka kelahiran menurut kelompok umur x tahun.
Bx               : jumlah kelahiran dari wanita kelompok umur x pada tahun tertentu;
Px            : jumlah wanita kelompok umur x pada pertengahan tahun yang sama;
x             : kelompok umur (x= 1, wanita kelompok umur 15 – 19 tahun, x=2, 20-
27 tahun, …,
x=7, 45-49 tahun)
k             : konstanta, bisanya 1000.
 
2. Kematian
Angka kematian menunjukkan jumlah kematian per 1000 penduduk. Beberapa
faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya angka kematian antara lain:
Faktor pendukung:
1. Kurang sadar tentang kesehatan;
2. kurangnya fasilitas kesehatan;
3. kecelakaan lalu lintas;
4. bencana alam;
5. perang;
6. budaya bunuh diri.
Faktor penghambat:
1. Tingginya kesadaran kesehatan;
2. fasilitas kesehatan dan jumlah dokter yang memadai;
3. lingkungan yang bersih dan sehat;
4. ajaran yang melarang bunuh diri.
Angka kematian terdiri atas angka kematian kasar (crude birth rate/CBR) dan
angka kematian menurut kelompok umur (age specific death rate/ASDR)
CDR= D / P x k
Keterangan:
CDR       : angka kematian kasar;
D            : jumlah kematian dalam periode tahun tertentu;
P             : jumlah penduduk pada pertengahan tahun tertentu;
k             : konstanta, biasanya 1000.
 
ASDRx= Dx / Px x k
ASDRx    : angka kematian menurut kelompok umur tertentu pada tahun tertentu
Dx          : jumlah penduduk yang meninggal pada kelompok umur x pada tahun
tertentu;
Px           : jumlah penduduk pada kelompok umur x pada pertengahan tahun;
x             : kelompok umur;
k             : konstanta, bisanya 1000.
 
IMR= D0 / B x k
IMR        : angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup dalam tahun tertentu;
D0          : jumlah kematian bayi di bawah 1 tahun pada tahun tertentu;
B             : jumlah kelahiran hidup dalam tahun yang sama;
k             : konstanta, bisanya 1000.
 
3. Migrasi
Migrasi adalah perpindahan penduduk yang bersifat menetap dari suatu tempat ke
tempat lain melampaui batas administrasi suatu wilayah. Pada ranah negara
migrasi terbagi dua, Imigrasi (penduduk dari luar masuk) dan Emigrasi (penduduk
dari dalam pindah ke luar).
 
Angka Migrasi Masuk
mi = I / P x k
mi           : angka migrasi masuk per 1000 penduduk pada tahun tertentu;
I              : jumlah imigran masuk pada tahun tertentu;
P             : jumlah penduduk pada pertengahan tahun;
k             : konstanta, bisanya 1000.
 
Angka Migrasi Keluar
me = E / P x k
me          : angka migrasi masuk per 1000 penduduk pada tahun tertentu;
E             : jumlah penduduk keluar negara pada tahun tertentu;
P             : jumlah penduduk pada pertengahan tahun;
k             : konstanta, bisanya 1000.
 
Angka Migrasi Neto
mn = ((I – E) / P) x k
mn          : angka migrasi masuk per 1000 penduduk pada tahun tertentu;
I              : jumlah imigran masuk pada tahun tertentu;
E             : jumlah penduduk keluar negara pada tahun tertentu;
P             : jumlah penduduk pada pertengahan tahun;
k             : konstanta, bisanya 1000.
Angka Migrasi Bruto
mg = ((I + E) / (P1 + P2)) x k
mg             : angka migrasi bruto;
I              : jumlah imigran masuk pada tahun tertentu;
E             : jumlah penduduk keluar negara pada tahun tertentu;
P1           : jumlah penduduk di tempat tujuan;
P2           : jumlah penduduk di tempat asal;
k             : konstanta, bisanya 1000.
 
B. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhan penduduk per tahun dapat digunakan
untuk memproyeksikan jumlah penduduk di tahun akan datang. Proyeksi penduduk
adalah perkiraan jumlah penduduk pada tahun tertentu dengan perhitungan matematis.
Beberapa rumus dapat digunakan untuk mengalkulasi jumlah penduduk antara lain:
Rumus geometri;
Pn = P0 (1 + r)n
Pn           : jumlah penduduk pada tahun n
P0           : jumlah penduduk pada tahun dasar perhitungan
n             : lama tahun (tahun proyeksi dikurang tahun awal perhitungan)
r              : tingkat pertumbuhan penduduk per tahun (%)
 
Rumus aritmetika;
Pn = P0 (1 + rn)
Pn           : jumlah penduduk pada tahun n
P0           : jumlah penduduk pada tahun dasar perhitungan
n             : lama tahun (tahun proyeksi dikurang tahun awal perhitungan)
r              : tingkat pertumbuhan penduduk per tahun (%)
 
Rumus aritmetika;
Pn = P0 x ern
Pn           : jumlah penduduk pada tahun n
P0           : jumlah penduduk pada tahun dasar perhitungan
n             : lama tahun (tahun proyeksi dikurang tahun awal perhitungan)
r              : tingkat pertumbuhan penduduk per tahun (%)
e             : bilangan eksponensial = 2,7182818
 
C. Mobilitas Penduduk dan Tenaga Kerja
Mobilitas penduduk merupakan pergerakan penduduk dari satu daerah ke daerah lain,
baik untuk sementara, atau untuk waktu yang lama, atau untuk menetap secara
permanen. Yang termasuk dalam mobilitas permanen antara lain:
1. urbanisasi, atau perpindahan penduduk dari desa ke kota;
2. ruralisasi, kembalinya penduduk kota yang telah urbanisasi ke desa;
3. transmigrasi, perpindahan penduduk dari satu daerah untuk menetap di daerah lain
yang ditetapkan dalam wilayah Republik Indonesia.
4. emigrasi, perpindahan penduduk dari tanah air ke luar negeri;
5. imigrasi, perpindahan warga luar negeri ke wilayah RI;
6. remigrasi, kembalinya penduduk yang telah imigrasi ke dalam negeri.
Termasuk dalam mobilitas non permanen adalah:
1. komutasi atau mobilitas ulang-alik, atau aktivitas pergi-pulang yang dilakukan
kurang dari 24 jam;
2. sirkulasi, pergi yang dilakukan dengan menginap di tempat tujuan;
Sementara mobilitas tenaga kerja terdiri dari dua jenis, stayers atau tenaga kerja yang
bekerja di lokasi yang sama dengan lokasi tinggal, dan movers atau pekerja yang
bekerja di lokasi yang berbeda dengan tempat tinggalnya.
 
D. Kualitas Penduduk dan Indeks Pembangunan Manusia
Kualitas penduduk merupakan hal penting untuk diketahui, pemetaan kualitas
penduduk dapat memudahkan pemerintah untuk menyusun program strategi
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDA). Kualitas penduduk merupakan
kondisi penduduk pada aspek fisik maupun non fisik yang meliputi derajat kesehatan,
pengetahuan, produktivitas, kemandirian dll.
Tiga komponen yang menjadi dasar melihat kualitas penduduk. Pertama kesehatan,
yang bisa menjadi tolak ukur untuk menilai kesehatan masyarakat adalah:
1. angka kematian bayi, angka yang menunjukkan angka kematian bayi 0 tahun
dari setiap kelahiran, dan;
2. angka harapan hidup, adalah perkiraan rata-rata umur seseorang yang
diharapkan dapat terus hidup.
Kedua, Pendidikan. Indikator yang diambil untuk melihat kualitas pendidikan ada tiga:
1. Angka Partisipasi Sekolah (APS), APS proporsi anak sekolah pada usia jentang
pendidikan tertentu dalam kelompok usia yang sesuai dengan jenjang pendidikan
tersebut. 7 – 12 tahun (SD), 13 – 15 tahun (SLTP), 16 – 18 tahun (SLTA), 19 – 24
tahun (Perguruan Tinggi);
2. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan atau jentang pendidikan terakhir yang
ditamatkan oleh warga, dan;
3. Angka melek huruf, persentase penduduk yang telah dalam membaca dan menulis.
Ketiga Pendapatan Per Kapita, per capita income (PCI) adalah pendapatan rata-rata
penduduk pada satu periode tertentu. Pendapatan per kapita diperoleh dengan
membagi Pendapatan Nasional Bruto (PNB) atau gross national product (GNP), di
bagi jumlah total penduduk.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Tahun 1990 United Nation of Development Program (UNDP) pertama kali
menetapkan IPM atau human development index (HDI) untuk mengukur kualitas
pembangunan sumber daya manusia di dunia dan kemudian membuat peringkat
negara-negara berdasarkan IPM.
Tiga dimensi pembentuk IPM antara lain; umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan,
dan standar hidup layak. Empat indikator yang digunakan antara lain:
1. Angka Hidup Saat Lahir (AHH);
2. Angka Melek Huruf (AMH);
3. PDB per kapita atau PCI.
Menurut BPS pada situsnya, Pembangunan manusia di Indonesia terus mengalami
kemajuan. Pada tahun 2017, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia mencapai
70,81. Angka ini meningkat sebesar 0,63 poin atau tumbuh sebesar 0,90 persen
dibandingkan tahun 2016.
Bayi yang lahir pada tahun 2017 memiliki harapan untuk dapat hidup hingga 71,06
tahun, lebih lama 0,16 tahun dibandingkan dengan mereka yang lahir tahun
sebelumnya. Anak-anak yang pada tahun 2017 berusia 7 tahun memiliki harapan dapat
menikmati pendidikan selama 12,85 tahun (Diploma I), lebih lama 0,13 tahun
dibandingkan dengan yang berumur sama pada tahun 2016. Sementara itu, penduduk
usia 25 tahun ke atas secara rata-rata telah menempuh pendidikan selama 8,10 tahun
(kelas IX), lebih lama 0,15 tahun dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2017,
masyarakat Indonesia memenuhi kebutuhan hidup dengan rata-rata pengeluaran per
kapita sebesar 10,66 juta rupiah per tahun, meningkat 244 ribu rupiah dibandingkan
pengeluaran tahun sebelumnya.
 
E. Bonus Demografi dan Dampaknya terhadap Pembangunan
Dalam terbitan BPS, Analisis Statistik Sosial, Bonus Demografi dan Pertumbuhan
Penduduk, Bonus demografi merujuk pada fenomena penambahan jumlah penduduk
usia kerja yang membawa keuntungan bagi perekonomian. Bonus demografi
didefinisikan sebagai sebuah penambahan penduduk pada kelompok usia kerja yang
walaupun meningkatkan jumlah penduduk total, dipandang sebagai sebuah
keuntungan yang tidak terelakkan (Chandrasekhar, Ghosh, Roychowdhury, 2006).
Bonus demografi dapat diartikan sebagai keuntungan ekonomis yang disebabkan oleh
penurunan angka ketergantungan sebagai hasil proses penurunan kematian bayi dan
penurunan fertilitas jangka panjang (Adioetomo, 2007). Istilah bonus demografi yang
diartikan sebagai sebuah keuntungan berdasar pada konsep dasar dalam demografi
yaitu indikator angka ketergantungan/rasio beban ketergantungan.
Bagaimana bonus demografi ini terjadi. Perubahan struktur umur penduduk ini dapat
terjadi karena adanya proses transisi demografi secara berkelanjutan dan berjangka
panjang. Mula-mula tingkat mortalitas harus diturunkan, melalui pelayanan kesehatan
yang baik. Penurunan kematian bayi tidak langsung diikuti dengan penurunan
fertilitas. Penurunan kematian bayi menyebabkan lebih banyak bayi yang survive,
dapat terus hidup mencapai usia yang lebih tinggi. Setelah beberapa lama, tingkat
fertilitas akhirnya akan menurun juga. Kalau sudah demikian, maka terjadilah
pergeseran distribusi penduduk menurut umur, yang menyebabkan menurunnya rasio
ketergantungan penduduk usia non produktif dan penduduk usia produktif.
Dalam perjalanan waktu, kondisi kependudukan mengalami perubahan. Perubahan
penduduk terjadi dari tingkat pertumbuhan stabil tinggi (fertilitas dan mortalitas
tinggi) ke tingkat pertumbuhan rendah (fertilitas dan mortalitas rendah). Pada teori
Transisi Demografi, perubahan fenomena kependudukan terjadi dalam beberapa tahap.
Menurut Todaro, fase pra transisi, pada fase ini angka kelahiran dan kematian sama-
sama tinggi. Yang kedua masa transisi, masa transisi dibagi menjadi tiga periode oleh
Todaro, permulaan transisi, pertengahan transisi dan akhir transisi.
Masa akhir transisi lebih merujuk pada awal terjadinya tahap ketiga dalam transisi
demografi. Pada masa akhir transisi, tingkat mortalitas konstan atau menurun sedikit,
tingkat kelahiran sedang-rendah atau menurun. Kesehatan masyarakat sudah baik dan
pengetahuan tentang kontrasepsi meluas. Ketika transisi telah benar-benar memasuki
tahap ketiga, yang merupakan fase pasca transisi, upaya-upaya modernisasi serta
pembangunan yang menyebabkan turunnya tingkat fertilitas telah dilakukan. Di ujung
tahapan ketiga, tingkat kelahiran berhasil diturunkan cukup tajam sampai sama
rendahnya dengan tingkat kematian sehingga pertambahan penduduk sangat rendah.
Bonus demografi telah dialami negara-negara Eropa sekitar tahun 1950-2000, dan
beberapa negara Asia antara tahun 1960-1990, bonus demografi dapat meningkatkan
laju perekonomian Indonesia, karena peningkatan jumlah penduduk usia produktif
berkali lipat dari penduduk usia tidak produktif.
 
F. Permasalahan yang Diakibatkan oleh Dinamika Kependudukan
Perubahan jumlah penduduk tentu memiliki dalam dampak dan efek yang beragam
terutama pada ketersediaan dan kecukupan pangan untuk memenuhi kebutuhan hidup
layak manusia. Seperti dikemukakan oleh Thomas Robert Malthus dalam teori
populasinya. Walaupun tren pertumbuhan penduduk terus menurun, namun grafik
jumlah penduduk dunia terus meningkat.
Beberapa permasalahan yang diakibatkan oleh dinamika kependudukan antara lain;
ledakan penduduk, serta sebaran penduduk yang tidak merata.
 
1. Ledakan Penduduk
Ledakan penduduk adalah keadaan penduduk dengan laju pertumbuhannya yang
cepat karena tingkat kelahiran yang tinggi, sedang tingkat kematian menurun secara
tajam. Populasi dunia terus meningkat dalam 70 tahun terakhir, kurun 1830 sampai
1930 populasi dunia meningkat dua kali lipat dari 1 milyar menjadi 2 milyar jiwa.
Tahun 2018 jumlah penduduk dunia telah mencapai 7,5 juta jiwa.
Pertambahan penduduk yang tidak dikendalikan akan menimbulkan permasalahan-
permasalahan seperti:
1. Kurangnya kesempatan kerja, akan menimbulkan pengangguran dan
peningkatan kejahatan;
2. kerusakan hutan akibat penebangan hutan secara serampangan, akan
menimbulkan bahaya erosi, tanah longsor dan bahaya banjir;
3. adanya pemusatan penduduk akibat urbanisasi, akan menyebabkan ketertiban
dan keberhasilan lingkungan yang tak terkontrol;
4. meningkatnya penduduk usia sekolah, akan menyebabkan masalah-masalah
yang berhubungan dengan kesempatan mengenyam pendidikan dan biaya
pendidikan;
5. ketersediaan tempat tinggal yang kurang, akan mengakibatkan banyaknya
perumahan-perumahan liar yang sangat mengganggu keindahan dan ketertiban
di kota;
6. ketersediaan air bersih yang kurang, akan mengakibatkan terganggunya
kesehatan.
Melihat permasalahan-permasalahan kependudukan di atas, maka pemerintah telah
melakukan upaya-upaya untuk mengatasinya antara lain:
1. Pembatasan kelahiran bayi dengan program keluarga berencana melalui
semboyan “catur warga”. (Catur warga terdiri dari bapak, ibu dan dua anak,
laki-laki perempuan sama saja); pembatasan usia perkawinan; pembatasan
tunjangan anak bagi PNS; program pendidikan formal di sekolah-sekolah
maupun penyuluhan-penyuluhan yang berlangsung kepada masyarakat;
2. pelaksanaan program transmigrasi sebagai upaya untuk mengatasi pemusatan
penduduk/kepadatan penduduk dan persebaran penduduk yang tidak merata;
3. pembangunan gedung-gedung sekolah baru beserta fasilitasnya,
penyelenggaraan sekolah terbuka, kejar paket sebagai upaya mengatasi
kurangnya kesempatan mengenyam pendidikan, dan penyelenggaraan
beasiswa bagi siswa tak mampu dan berprestasi;
4. pembangunan perumahan-perumahan murah baik rumah sederhana, maupun
rumah sangat sederhana, untuk mengatasi ketersediaan perumahan yang
kurang,
5. penyelenggaraan hutan lindung, reboisasi, penghijauan serta melarang
pertanian sistem ladang berpindah untuk mengatasi kerusakan hutan;
6. pembangunan industri-industri baru, pusat-pusat perdagangan dan pariwisata
sebagai upaya mengatasi kurangnya kesempatan kerja.
 
2. Sebaran Penduduk yang Tidak Merata
Permasalahan lain dari dinamika kependudukan Indonesia adalah persebaran
penduduk yang tidak merata. Menurut data BPS 2016, Jakarta menjadi daerah
terpadat di Indonesia dengan tingkat kepadatan kasar per kilo meter persegi sebesar
15,5 ribu jiwa, di susul Jawa Barat 1, 3 ribu jiwa, Banten 1,3 ribu jiwa, DIY 1,2
ribu jiwa, Jawa Tengah 1 ribu jiwa, Jawa Timur dan Bali masing-masing 817,48
dan 726,25 jiwa. Penduduk Indonesia hanya bertumpuk di Pulau Jawa dan Bali
saja, sementara di pulau lian, masih jarang penduduknya.
Daerah terjarang penduduknya adalah Provinsi Papua dan Papua Barat 10 dan 9
jiwa per kilometer persegi. Fenomena ini bukanlah hal baru, karena upaya
transmigrasi telah dilakukan sejak pemerintahan kolonial tahun 1930 lewat politik
etis.
Hal-hal yang mendorong padatnya penduduk Jawa dan Bali adalah:
1. Jawa dekat dengan Jakarta sebagai pusat pemerintahan;
2. sebagian besar tanahnya merupakan tanah vulkanis yang subur;
3. merupakan pusat kegiatan ekonomi dan industri sehingga banyak tersedia
lapangan kerja.
4. tersedia berbagai jenjang dan jenis pendidikan;
5. memiliki sarana komunikasi yang baik dan lancar;
Kepadatan penduduk yang amat tinggi utamanya di Jakarta dan wilayah sekitar
kota-kota besar di Pulau Jawa sangat berdampak besar terhadap lingkungan hidup.
Ambang batas daya dukung lingkungan akan terlampaui dengan gelembung jumlah
penduduk yang tinggi. Penurunan kualitas lingkungan antara lain:
1. Sulitnya mencari air bersih;
2. udara yang tercemar;
3. tercemarnya sungai-sungai;
4. tercemarnya laut oleh sampah;
5. terdesaknya lahan pertanian;
6. pencemaran tanah;
7. dll.
Selain lingkungan secara fisik, kepadatan penduduk yang tinggi juga mendorong
persaingan sosial yang tinggi yang berdampak pada tingginya angka kriminalitas,
kemacetan lalulintas, dan penurunan budaya gotong royong dan etika
bermasyarakat.
Kepadatan penduduk yang tinggi di perkotaan adalah fenomena yang tidak bisa
dihindari, karena semua negara di dunia hampir mengalami persoalan yang sama.
Pergeseran dari budaya pertanian ke Industri menstimulasi tiap orang untuk datang
ke kota tempat industri berada. Upaya mengatasi tidak meratanya persebaran
penduduk dengan Transmigrasi dirasa sudah tidak relevant karena sumber ekonomi
masih terletak di Pulau Jawa. Sepertinya hal ini juga sudah dibaca oleh pemerintah
pusat sehingga tidak ada lagi kita dengan berita-berita di media mana saja yang
membahas tentang program transmigrasi.
Yang perlu dilakukan adalah memecah pertumbuhan ekonomi ke daerah dengan
menambah pusat-pusat pertumbuhan di daerah. Dengan demikian daya magnet
tidak hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa saja. Pemerintah dan masyarakat harus jeli
melihat potensi daerahnya masing-masing untuk dikembangkan menjadi sumber
pertumbuhan ekonomi.
Berikutnya yang harus dilakukan adalah mengedukasi masyarakat untuk cerdas
bagaimana hidup dilingkungan perkotaan bagi warga kota. Hidup dengan
keterbatasan lahan, dapat tetap berkualitas dengan pendekatan yang tepat.
Tawarannya antara lain:
1. Pemukiman vertikal;
2. pengolahan sampah terpadu, terintegrasi.
3. transportasi publik yang layak;
4. memperluas ruang terbuka hijau hingga standar 30% dari luas kota.
5. dll.
 
G. Sumber Data Kependudukan
Sekarang ini mudah sekali kita menjangkau data kependudukan dari masan saja
dengan smart phone yang kita miliki di mana saja. (asal terhubung internet tentunya).
Namun kali ini kita akan mempelajari bagaimana data kependudukan diperolah.
Ada tiga metode untuk memperoleh data kependudukan, yang pertama dengan sensus,
kemudian survei, dan registrasi penduduk.
1. Sensus
Sensus penduduk adalah pencatatan penduduk di seluruh negara secara serentak
dan berkala, biasanya dilakukan dalam 10 tahun satu kali. Sensus penduduk di
Indonesia secara resmi pertama kali dilakukan tahun 1920 dan 1930  pada masa
pemerintahan kolonial Belanda. Pada masa kemerdekaan sensus penduduk telah
dilakukan sebanyak enam kali, 1961, 1971, 1980, 1990, 2000, dan terakhir 2010,
jika tidak ada halangan Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia akan kembali
melakukan sensus penduduk tahun 2020.
Menurut jenisnya sensus penduduk terbagi dua. Pertama Sensus De Jure; adalah
sensus penduduk yang ditujukan pada penduduk yang benar-benar warga wilayah
tersebut yang dibuktikan dengan kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
Kedua Sensus De Facto; adalah pencacahan penduduk yang ditujukan kepada
mereka yang waktu pencacahan berada diwilayah yang bersangkutan.
Secara metode sensus penduduk juga terbagi dua. Pertama,
metode Householder yaitu daftar yang diisi oleh kepala keluarga dan pengisian
daftar pertanyaan dilakukan oleh penduduk sendiri. Kelebihan dari metode ini
adalah waktu yang dibutuhkan lebih cepat sebab petugas tidak harus mendata satu
per satu penduduk. Daftar pertanyaan bisa dikirimkan atau dititipkan pada aparat
desa. Sedangkan kekurangannya adalah data yang didapatkan kurang terjamin
kebenarannya sebab ada kemungkinan penduduk tidak mengisi data sesuai dengan
kondisi sebenarnya.
Kedua, metode canvasser merupakan metode di mana daftar diisi oleh petugas
sesuai dengan jawaban penduduk. Pelaksanaannya adalah petugas mendatangi
tempat tinggal penduduk dan mengisi daftar pertanyaan. Kelebihan dari metode ini
adalah data yang diperoleh lebih terjamin kelengkapannya dan penduduk sulit
untuk memalsukan data. Sedangkan kekurangannya adalah waktu yang diperlukan
lebih lama sebab jumlah petugas yang terbatas sedangkan wilayah yang luas.
2. Survei
Survei adalah metode pengumpulan data penduduk tidak dengan mencatat seluruh
populasi, tapi dengan metode tertentu, sebagian populasi diambil sebagai sampel,
akurasi kebenaran data bergantung dari metode dan pengambilan sampel. BPS
biasa melakukan Survei Antar Sensus (SUPAS) tiap pertengahan tahun sensus.
3. Registrasi Penduduk
Registrasi penduduk adalah pencatatan data kependudukan
secara continue (berkelanjutan). Pencatatan ini dilakukan oleh lembaga pemerintah
yang berwenang menginput data kependudukan. Seperti Kependudukan dan
Catatan Sipil (Dukcapil) yang berada di tiap wilayah kabupaten/ kota.

H. Pengolahan dan Analisis Data Kependudukan


1. Pengolahan Data Kependudukan
Data kependudukan yang telah diperoleh dari berbagai metode merupakan data
yang penting untuk dimasukkan dalam data base kependudukan. Data tempat lahir,
tanggal lahir, jenis kelamin, tempat tinggal, penghasilan, pendidikan, agama, dan
lain-lain akan menjadi data dasar untuk pengolahan data dan selanjutnya masuk
tahap analisis data.
2. Analisis Data Kependudukan
Analisis data kependudukan menghasilkan analisa data penduduk berdasarkan
komposisi. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, berdasarkan umur,
agama, pekerjaan, penghasilan, dll. komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin
dan umur akan menghasilkan data piramida penduduk suatu negara. Jika dikaitkan
dengan usia produktif dan tidak produktif angka ini dapat dihitung menjadi angka
ketergantungan.
Data jumlah penduduk dikaitkan dengan luas wilayah menjadi parameter
menghitung tingkat kepadatan penduduk. Data satu sensus dengan sensus
berikutnya menghasilkan perbedaan jumlah penduduk dan menjadi acuan tingkat
pertumbuhan penduduk, juga dapat jadi acuan memproyeksikan jumlah penduduk
di tahun-tahun berikutnya.
Analisis data kependudukan sangat penting bagi satu negara untuk menentukan
kebijakan pembangunan bagi negara tersebut. Dengan melihat komposisi penduduk
negara dalam mengambil langkah tepat, selain mengatai masalah kependudukan
secara khusus, juga masalah lain di luar aspek kependudukan. Seperti maslah
pangan, transportasi, perumahan, ekonomi, sosial, politik, dll.

Materi 11.1 POSISI STRATEGIS INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA


BAB BERIKUTNYA
Sumber:
Yasinto Shindu P, Geogarafi untuk SMA/MA Kelas IX, Erlangga, Jakarta 2017
Badan Pusat Statistik: Analisis Statistik Sosial, Bonus Demografi dan Pertumbuhan
Penduduk, Jakarta 2012

MATERI 11.6.
KEBERAGAMAN BUDAYA BANGSA SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL
BERDASARKAN KEUNIKAN DAN SEBARANNYA

Pernahkah kamu menebak-nebak seseorang berasal dari daerah mana. Apa saja yang dapat
dijadikan indikator kamu menebak. Cara berpakaian, cara berjalan, nada bicara, warna
kulit, gestur,
bahasanya, cara bergaul, apalagi?
Sesungguhnya indikator-indikator yang menjadi parameter kamu dalam menebak adalah
unsur-unsur kebudayaan. Unsur-unsur kebudayaan melekat pada diri seseorang sebagai
pelaku budaya menjadi ciri, bak pakaian yang menyelimuti tubuhnya. Melekat
terinternalisasi pada raga dan jiwa sebagai warisan masyarakat yang mendidiknya.
Kebudayaan adalah manifestasi akal yang berinteraksi dengan alam sekitar, menghasilkan
telaah tentang, baik-buruk, efektif-tidak efektif, sopan-tidak sopan, sederhana-kompleks,
mudah-sulit dan lain-lain, yang kemudian diambil sebagai satu pilihan untuk dilakukan dan
menjadi kebiasaan. Kebiasaan ini menjadi nilai yang dianut secara pribadi diikuti oleh
orang lain menjadi nilai kemasyarakatan. Nilai-nilai yang telah mengakar pada masyarakat
menjadi norma, menjadi hukum yang mengikat. Kemudian terciptalah kebudayaan sebagai
satu tema besar dari satu entitas masyarakat.
Seperti telah dijelaskan di awal kebudayaan adalah hasil interaksi akal dengan alam
sekitar. Keragaman fenomena alam yang berinteraksi dengan akal manusia menghasilkan
kebudayaan yang beragam. Kebudayaan dan geografi adalah satu yang melekat tidak dapat
dipisahkan. Seperti tidak ada drama tanpa latar cerita.
Ada satu cabang ilmu geografi yang membahasa bagaimana alam mempengaruhi
kebudayaan, ilmu itu adalah geografi budaya. Carl Sauer mendefinisikan ilmu geografi
budaya adalah ilmu pengetahuan yang menelaah sekitar tingkah laku manusia yang
ditimbulkan karena adanya usaha adaptasi dan pemanfaatan lingkungan alam oleh manusia
dalam usaha mempertahankan hidupnya. Dengan demikian berarti geografi budaya berada
posisi penengah kajian yang bersifat fisik dengan kajian yang bersifat sosial.
Artinya secara forensik dapat dianalisis dengan kajian geografi budaya bahwa, untuk
mengenali wujud kebudayaan suatu masyarakat dapat di cermati dengan mengamati alam
yang berinteraksi dengan orang-orang yang tinggal di tempat tersebut.
Paham determisme alam dalam kajian filsafat geografi pernah awal abad ke-19, lewat para
pendukungnya seperti Charles Darwin, Fredrich Ratzel dan Ellsworth Huntington. Charles
Darwin (1809) sangat terkenal dengan teorinya seleksi alam (natural selection), bahwa
makhluk hidup yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya akan mampu bertahan dan
lolos dari seleksi alam. Alam berperan sangat menentukan.
Fredrich Ratzel (1844-1904), Ahli geografi kebangsaan Jerman mengungkapkan bahwa
manusia dan kehidupannya sangat bergantung pada alam, perkembangan kebudayaan
sangat dipengaruhi oleh alam, demikian pula dengan mobilitasnya yang tetap dibatasi oleh
kondisi alam di permukaan bumi. Searah dengan itu Ellsworth Huntington iklim di dunia
sangat menentukan perkembangan kebudayaannya.
Pemikiran determinisme ini mengisi ruang pikir manusia hingga lahir paham baru yang
lebih moderat, yaitu paham posibilesme. Paul Vidal de La Blache (1845-1919) menyatakan
bahwa alam tidaklah menentukan segalanya, yang menentukan adalah faktor produksi
yang dipilih manusia yang berasal dari kemungkinan yang diberikan alam. Manusia tidak
pasif terhadap kodrat alam, tetapi manusia aktif dalam memanfaatkan alam.
Sekarang ini salju yang dulunya hanya ada di negara empat musim, kita bisa nikmat di
khatulistiwa yang hangat dengan salju buatan, bahkan kita dapat memainkan selancar es di
mal yang ada di ibu kota Jakarta. Globalisasi yang merupakan paham ekonomi telah
meluaskan maknanya termasuk menyentuh aspek kebudayaan, tidak ada lagi kebudayaan
yang benar-benar identik. Semua membaur menjadi satu dalam ruang global.   
Contents [hide]
 1 Pengertian Kebudayaan
 2 Pengaruh Geografi terhadap Keberagaman Budaya di Indonesia
 3 Persebaran Keragaman Budaya Indonesia
 4 Pembentukan Kebudayaan Nasional
 5 Pelestarian dan Pemanfaatan Produk Kebudayaan Indonesia dalam Bidang
Ekonomi Kreatif dan Pariwisata
o 5.1 Batik Budaya Indonesia diakui Dunia
o 5.2 Kebudayaan dan Pariwisata
o 5.3 Ekonomi Kreatif
 6 Kebudayaan Indonesia Sebagai Bagian dari Kebudayaan Global
o 6.1 Budaya Post Modern
o 6.2 Bagikan ini:
o 6.3 Menyukai ini:

Pengertian Kebudayaan
Apa itu kebudayaan?
Koentjaraningrat berpendapat bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan
milik diri manusia dengan belajar. Kebudayaan adalah perilaku, cara orang bertindak,
melakukan sesuatu dengan kesadaran yang didorong oleh akal sehat. Karena perilaku tanpa
akal sehat, adalah perilaku kesurupan yang didorong oleh akal lain di luar akal sehat.
Kebudayaan juga merupakan hasil. Sesuatu yang telah diciptakan oleh manusia.
Kemudian kebudayaan adalah hasil tersebut merupakan hasil belajar. Ada tingkatan dalam
penurunan kebudayaan dengan belajar, dari proses imitasi, proses memahami,
mengaplikasi, sampai dengan inovasi. Hasilnya adalah tata-tata kehidupan masyarakat.
Senada dengan Koentjaraningrat, Ralph Linton yang menyatakan bahwa:
“The culture of a society is the way of life of its members; the collection of ideas and
habits which they learn share and transmit from generation to generation.”
Kebudayaan adalah cara hidup anggotanya; merupakan kumpulan gagasan dan kebiasaan
yang mereka pelajari dan ajarkan, kemudian mereka teruskan secara turun-temurun.
Sementara Clifford Geertz memberikan catatan bahwa kebudayaan adalah:
“a system of inherited conceptions expressed in symbolic forms by means of which men
communicate, perpetuate, and develop their knowledge about and attitudes toward life.”
Kebudayaan merupakan sistem konsepsi yang diwariskan dan diekspresikan atau
dikecualikan hanya dalam bentuk simbolis yang dengannya manusia berkomunikasi,
melanggengkan, dan mengembangkan pengetahuan mereka tentang dan sikap terhadap
kehidupan. Dengan demikian Geertz hanya memasukkan dalam ranah kebudayaan adalah
yang berbentuk simbol. Seperti bahasa, gestur, simbol-simbol dalam kesenian dll.
Apa saja wujud kebudayaan?
Kebudayaan secara universal atau keseluruhan memiliki unsur – unsur tertentu, antara lain:
1. Bahasa;
2. sistem kepercayaan;
3. ilmu pengetahuan;
4. sistem teknologi;
5. sistem kekerabatan;
6. sistem mata pencarian;
7. kesenian.

A. Pengaruh Geografi terhadap Keberagaman Budaya di Indonesia


Indonesia dengan masyarakatnya yang multikultural turut dipengaruhi oleh kondisi
geografi Indonesia yang tidak homogen. Indonesia sebagai negara kepulauan juga
merupakan isolasi yang cukup kuat melestarikan keragaman budaya tersebut.
Dalam Sensus Penduduk 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
tersedia 1331 kategori suku. Sejumlah 1331 kategori itu merupakan kode untuk nama
suku, nama lain atau alias suatu suku, nama sub suku, bahkan nama sub dari sub suku.
Suku Jawa adalah suku terbesar dengan proporsi 40,05 persen dari jumlah penduduk
Indonesia. Menempati posisi kedua adalah Suku Sunda sebesar 15,50 persen.
Selanjutnya suku-suku lainnya memiliki proporsi di bawah lima persen penduduk
Indonesia.
Jumlah bahasa daerah di Indonesia yang terdata oleh Badan Pengembangan
Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan Kebudayaan mencapai 652 bahasa
daerah. Dari jumlah bahasa daerah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia
tersebut, paling banyak ada di Provinsi Papua, yakni sekitar 400-an bahasa.
Bahasa daerah di Papua terdata sangat banyak karena antara satu komunitas dengan
komunitas lainnya memiliki bahasa masing-masing yang di antara mereka saling tidak
memahami.
Beberapa faktor geografi yang berpengaruh terhadap keragaman budaya di Indonesia
antara lian:
1. Iklim, Iklim mampu mempengaruhi pola kehidupan manusia. Manusia yang hidup
di suatu daerah harus beradaptasi dengan tempat yang mereka tinggali. Udara di
tempat dia tinggal, kelembaban juga curah hujan dan lama penyinaran matahari
juga ikut mempengaruhi hal ini. menurut Koppen, ada tiga iklim besar yang
terdapat di wilayah Indonesia, Af, Am, dan Aw. Dari tropis basah, sedang hingga
tropis kering. Kemudian morfologi Indonesia yang beragam turut mempengaruhi
perbedaan iklim di tiga wilayah iklim tersebut. Dalam cara berpakaian misalnya,
orang-orang yang bermukim di wilayah dingin akan menggunakan pakaian yang
lebih tebal dan bahan yang memberikan hangat dari pada mereka yang tinggal di
daerah hangat
2. Morfologi dan ketinggian tempat, morfologi dan ketinggian menurut Junghun
berpengaruh terhadap tanaman yang dapat tumbuh, hal ini pada kebudayaan amat
menentukan bagaimana cara dan bagaimana penduduk bercocok tanam. Orang bali
yang tinggal di tempat pegunungan memanfaatkan kemiringan lereng untuk
mengaliri sawahnya dengan sistem subak.
3. Laut, Indonesia merupakan negara kepulauan tentu memiliki budaya maritim yang
kuat, arus laut yang berbeda-beda di laut Indonesia diadaptasi dengan cara yang
berbeda-beda pula. Kita mengenal perahu bercadik dan tidak bercadik pada nelayan
Indonesia. Nelayan pantai selatan Jawa memiliki perahu bercadik karena ombak
laut selatan terkenal ganas.
4. Sungai, Sungai-sungai besar dan panjang yang airnya mengalir sepanjang tahun
karena curah hujan yang tinggi. Menjadi rahim dari lahirnya banyak kerajaan-
kerajaan besar di Nusantara. Sriwijaya, Kutai kerta negara yang terkenal dengan
transportasi airnya. Selain itu sungai telah lama dimanfaatkan orang Indonesia
untuk sistem irigasi. Bukankah budaya feodal juga lahir dari penguasaan atas
sumber-sumber pengairan.
Keragaman budaya yang dimiliki Indonesia adalah manifestasi interaksi masyarakat
dengan alam Indonesia yang heterogen. Keragaman ini adalah karunia yang harus
disyukuri.

B. Persebaran Keragaman Budaya Indonesia


Sensus Penduduk 2010 mengelompokkan seluruh wilayah administrasi Indonesia
menjadi tujuh wilayah atau pulau, yang secara histori merupakan asal komunitas suku
bangsa tertentu. Ketujuh wilayah tersebut adalah Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Koentjaraningrat menilai, klasifikasi suku bangsa Indonesia masih berdasarkan sistem
lingkaran hukum adat yang disusun oleh van Vollenhoven. Menurut van Vollenhoven,
ada 19 lingkaran hukum adat di Indonesia sebagai berikut:
1. Aceh;
2. Gayo-Alas dan Batas, 2a. Nias dan Batu;
3. Minangkabau, 3a. Mentawai;
4. Sumatra Selatan, 4a. Enggano;
5. Melayu;
6. Bangka dan Biliton (Belitung);
7. Kalimantan;
8. Minahasa, 8a. Sangir Talaud;
9. Gorontalo;
10. Toraja;
11. Sulawesi Selatan;
12. Ternate;
13. Maluku, 13a. Kepulauan Barat Daya;
14. Nugini;
15. Timor;
16. Bali-Lombok;
17. Jawa Tengah dan Jawa Timur;
18. Surakarta-Yogyakarta;
19. Jawa Barat.
Salah satu unsur kebudayaan adalah bahasa. Secara tipologis, bahasa daerah Indonesia
dapat dibedakan ke dalam rumpun bahasa Austronesia, dan rumpun bahasa Papua.
1. Rumpun bahasa Austronesia merupakan mayoritas di Indonesia, sekitar 66 %
adalah rumpun bahasa ini. Rumpun bahasa ini tersebar dari Taiwan dan Hawaii di
ujung utara sampai Selandia Baru di ujung selatan, dan dari Madagaskar di ujung
barat sampai Pulau Paskah di ujung timur. Persebaran Austronesia terjadi karena
leluhur Austronesia melakukan migrasi ke Filipina. Dari sini kemudian menyebar
ke pulau-pulau di Nusantara. Secara genealogis, bahasa-bahasa Austronesia terdiri
dari tiga kelompok: 1) Melayu-Polinesia Barat (Sumatra, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi, Bali, Lombok, Sumbawa bagian barat). 2) Melayu-Polinesia Tengah
(Sunda kecil, mulai Sumbawa bagian timur ke arah timur, kecuali Halmahera). 3)
Halmahera Selatan-Papua Barat.
2. Rumpun bahasa Papua, tersebar di Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua.

C. Pembentukan Kebudayaan Nasional


Bangsa Indonesia yang plural, terbentuk atas beragam etnis, agama, dll. bukan hanya
pengaruh dari dalam, dari luar pun turut mewarnai kebudayaan Indonesia, lewat proses
asimilasi dan akulturasi. Kebudayaan Indonesia telah dipengaruhi Hindu-Budha yang
datang dari India sejak 400 tahun sebelum Masehi. Mahabharata dan Ramayana telah
banyak diadaptasi dalam kebudayaan Indonesia bahkan nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya telah mengakar pada kepribadian orang Indonesia.
Selain Hindu-Budha, kebudayaan Islam juga telah beradaptasi di Indonesia, sejak awal
abad ke 13. Bahkan Islam kini menjadi agama mayoritas orang Indonesia.
Kebudayaan Barat masuk ke Indonesia sejak orang Portugis pertama mendarat di
Nusantara, menyebarkan agama Katolik, dan orang-orang Belanda mendarat di
Nusantara sekitar tahun 1500 Masehi membawa agama Protestan.
Bukanlah hal mudah untuk mempersatukannya dalam wujud kebudayaan nasional
yang tunggal. Perbedaan ini harus diterima dengan satu kontrak kebangsaan Bhinneka
Tunggal Ika. Sehingga seluruh perbedaan dapat menyetu dalam Indonesia. Bent
Anderson, menuliskan bingkai nasionalisme Indonesia ini bagai the imagine
society (komunitas yang dibayangkan).
Konsep tentang kebudayaan Indonesia yang kemudian diperjelas menjadi kebudayaan
nasional (Indonesia) atau kebudayaan bangsa bukan merupakan pembahasan baru
dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia.
Sutan Takdir Alisyahbana, menyebutkan bahwa kebudayaan nasional Indonesia
sebagai suatu kebudayaan yang universal. Unsur-unsur dikreasikan terutama yang
masih langka dan dimiliki masyarakat Indonesia masa itu, yaitu: teknologi, ekonomi,
keterampilan berorganisasi, ilmu pengetahuan.
Sementara tokoh budayawan lian, Poerbatjaraka menggariskan bahwa kebudayaan
nasional Indonesia harus berakar pada kebudayaan Indonesia sendiri, artinya harus
berakar pada kebudayaan suku-suku bangsa yang ada di Nusantara. Dianjurkan pula
agar manusia Indonesia banyak mempelajari sejarah kebudayaan sendiri.
Menurut Ki Hajar Dewantara, kebudayaan nasional Indonesia adalah puncak
kebudayaan daerah. Dalam hal ini ia telah memasukkan aspek mutu karena ungkapan
puncak berarti unsur-unsur kebudayaan daerah yang paling tinggi mutunya.
Keajekan konsep kebudayaan nasional ini dianggap penting karena selain di dalamnya
termuat berbagai pedoman nilai juga mencerminkan simbol identitas bangsa,
sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 sebagai berikut:
Undang-undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 32 menyatakan bahwa Pemerintah
memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Selanjutnya, penjelasan pasal tersebut
menyatakan bahwa kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah
usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat
sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia terhitung
sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab,
budaya, dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing
yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta
mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.
Menurut Undang-undang RI Nomor 5 tahun 2017, Pemajuan Kebudayaan
dilaksanakan berlandaskan Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal
Ika. Dan asas pemajuan kebudayaan Indonesia adalah:
1. toleransi;
2. keberagaman;
3. kelokalan;
4. lintas wilayah;
5. partisipatif;
6. manfaat;
7. keberlanjutan;
8. kebebasan berekspresi;
9. keterpaduan;
10. kesederajatan; dan
11. gotong royong.
Objek Pemajuan Kebudayaan meliputi:
1. tradisi lisan;
2. manuskrip;
3. adat istiadat;
4. ritus;
5. pengetahuan tradisional;
6. teknologi tradisional;
7. seni;
8. bahasa;
9. permainan rakyat; dan
10. olahraga· tradisional.

D. Pelestarian dan Pemanfaatan Produk Kebudayaan Indonesia dalam Bidang


Ekonomi Kreatif dan Pariwisata
Banyak karya-karya kebudayaan tradisional Indonesia yang hampir punah bahkan
punah. Anak-anak muda tidak mau lagi memakai, menggunakan, atau mempelajarinya
karena menganggapnya telah ketinggalan zaman. Hal ini sangat disayangkan karena
banyak dari budaya kita baru disadari ternyata memiliki nilai yang amat tinggi. Hal ini
sebenarnya wajar, karena kebudayaan adalah sesuatu yang dinamis, dapat berubah
sesuai perkembangan zamannya.
Jadi cukup tepat jika sub judul ini adalah “pelestarian”. Karena makna lestari lebih
condong pada awet, “pengawetan”. Dalam satu wawancara dengan Hari Rusli
(Almarhum) seniman Bandung. Menurut beliau, Sulit bagi kita untuk memaksa anak
muda untuk terus mencintai kesenian-kesenian tradisional, karena zamannya memang
sudah berubah. Yang kita bisa hanyalah memasukkan jenis-jenis karya kesenian yang
kita miliki ke dalam museum, beserta dengan perangkat-perangkat untuk
mempelajarinya. Sehingga suatu saat nanti ketika adalah orang yang mau belajar, jelas
tempat di mana orang harus belajar, dan karya-karya tersebut tidak punah.
Seperti seni pertunjukan wayang misalnya. Sekarang ini seni pertunjukan wayang
selalu sepi penonton seperti dulu ketika jamannya. Namun dengan adanya museum
wayang, serta jurusan pewayangan di universitas-universitas kesenian. Masih banyak
generasi muda yang mau belajar seni pewayangan, sehingga wayang masih dapat terus
lestari.
Selain dengan menyimpan dan mengawetkannya di tempat yang tepat seperti museum
dan sekolah. Yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan revitalisasi kebudayaan
tradisional sehingga kesenian tradisional dapat beradaptasi dengan perkembangan
jaman dan kembali menjadi tren. Salah satu yang berhasil direvitalisasi adalah batik.
Bahkan batik Indonesia telah diakui sebagai warisan budaya dunia.
1. Batik Budaya Indonesia diakui Dunia
Batik yang sempat tenggelam karena perkembangan zaman. Lewat usaha semua
pihak, termasuk dukungan pemerintah batik kembali menjadi kesenian populer.
Kesenian batik sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Bati adalah seni lukis
di atas kain dengan metode yang khas zaman dahulunya hanya digunakan oleh
kalangan bangsawan kerajaan saja. Karena banyak dari kalangan bangsawan yang
pergi ke luar istana dan mengenakan batik maka batik juga menjadi populer
digunakan oleh rakyat kebanyakan.
Batik juga merupakan simbol lahirnya pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Lahirnya organisasi Serikat Islam (SI) di dahului oleh kelahiran Serikat Dagang
Islam (SDI) yang merupakan perkumpulan para pedagang batik. Masuknya pakaian
ala barat perlahan menenggelamkan batik sebagai pakaian nasional Indonesia.
Para perancang busana modern Indonesia, memasukkan batik sebagai bahan dasar
rancangannya hingga batik seperti lahir kembali dalam wujudnya yang lebih
modern. Pemerintah mencanangkan hari batik nasional. Pakaian batik dijadikan
salah satu pakaian dinas harian, tidak hanya di instansi pemerintah, juga di
perusahaan swasta dan sekolah. Untuk menghadiri acara pernikahan, wisuda, dll.
Bahkan batik juga dapat menjadi pakaian sehari-hari.
Pasar batik kembali menggeliat. Pengrajin batik terus bertambah, tidak hanya di
pasar tradisional batik juga masuk pada pasar modern. Batik kembali menjadi
peluang pasar yang seksi untuk memperoleh keuntungan.
Masih lebih banyak lagi produk kebudayaan Indonesia yang bisa kembali menjadi
tren, sehingga kembali dapat dinikmati masyarakat. Ini perlu digali lebih dalam.
Dalam hal butuh strategi kebudayaan yang efektif, agar produk kebudayaan lokal
kita yang hampir punah kembali tampil sebagai sesuatu yang baru dan inovatif.
2. Kebudayaan dan Pariwisata
Ditilik dari laman detik.com (17/10/2017) Pariwisata menjadi primadona baru bagi
sektor pembangunan. Karena pemasukan dari devisa dan tenaga kerja memperolah
angka yang cukup signifikan.
Devisa dari sektor pariwisata pada 2016 sebesar US$ 13,568 miliar berada di posisi
kedua setelah CPO US$ 15,965 miliar. Pada 2015, devisa dari sektor pariwisata
sebesar US$ 12,225 miliar atau berada di posisi keempat di bawah Migas US$
18,574 miliar, CPO US$ 16,427 miliar, dan batu bara US$ 14,717 miliar.
Pariwisata bagi Indonesia adalah sesuatu yang sangat potensial. Potensial untuk
lebih banyak lagi mendatangkan keuntungan utamanya untuk menambah
pendapatan negara (GNP). Potensi tempat-tempat kunjungan wisata Indonesia
sangat banyak. Kalau dulu kita hanya kenal Bali dan Yogyakarta, sekarang banyak
orang datang ke Papua untuk menikmat Raja Ampat, datang ke Labuan Bajo untuk
melihat komodo, datang ke Lombok. Dll.
Ada banyak alasan wisatawan mau berkunjung ke Indonesia. Antara lain:
1. Alam Indonesia yang indah;
2. Orang-orang Indonesia yang ramah;
3. Makanan tradisional Indonesia yang lezat;
4. Kekayaan tradisi Indonesia; dan
5. Biaya hidup yang murah.
Selain alam Indonesia yang Indah, ternyata kebudayaan Indonesia yang kaya
menjadikan para turis, suka datang dan betah tinggal di Indonesia. Adat ketimuran
orang-orang Indonesia terkenal ramah. Sopan-santun dan budi pekerti adalah
warisan nenek moyang yang patut dijaga eksistensinya. Kemudian kekayaan
Indonesia dengan aneka rempah, juga kecerdasan bangsa Indonesia dalam meramu
bumbu-bumbu tersebut menjadikan masakan Indonesia terkenal lezat-lezat. Nasi
orang telah mendunia, rendang pernah ditulis oleh satu majalah internasional
sebagai makanan terlezat di dunia, dan banyak lagi.
Indonesia ada negara yang kaya akan tradisi, bahkan pendukung tradisi itu sangat
banyak dan sangat kuat mempertahankannya. Kebanyakan dari karya-karya
kesenian kita adalah kesenian tradisi yang tidak lepas dari unsur penyembahan pada
yang kuasa. Bali terkenal sebagai tempat wisata dunia, selain karena alamnya yang
indah, juga karena tradisi-tradisinya yang unik.
Secara statistik kunjungan wisatawan manca negara Indonesia masih kalah dengan
negara tetangga seperti Thailand, atau Singapura. Tapi harus diyakini potensi
pariwisata Indonesia jauh lebih besar dari kedua negara tersebut. Luas wilayah
Indonesia, panjang garis pantai, pulau-pulau yang ribuan jumlahnya,
keanekaragaman suku dan tradisi, semuanya adalah potensi bagi pengembangan
pariwisata di Indonesia.
Hubungan antara kebudayaan dan pariwisata sangat lah erat dan kuat. Tetap terjaga
dan lestarinya kebudayaan kita dengan mempertahankan kedinamisannya adalah
modal kuat untuk mendapatkan pendapatan negara yang lebih besar dari sektor
pariwisata.
3. Ekonomi Kreatif
Ekonomi kreatif adalah suatu konsep perekonomian di era ekonomi baru yang
mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengedepankan ide dan
pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi yang paling utama.
Beberapa ciri ekonomi kreatif antara lain:
1. Terdapat beberapa unsur utama seperti kreativitas, keahlian, dan talenta yang
memiliki nilai jual melalui penawaran kreasi intelektual.
2. Produk yang dihasilkan (barang dan jasa) memiliki siklus hidup singkat,
margin tinggi, beraneka ragam, persaingan tinggi, dan dapat ditiru.
3. Terdiri atas penyediaan produk kreatif langsung pada pelanggan dan
pendukung penciptaan nilai kreatif pada sektor lain yang secara tidak langsung
berhubungan dengan pelanggan.
4. Dibutuhkan kerja sama yang baik antara berbagai pihak yang berperan dalam
industri kreatif, seperti kaum intelektual, dunia usaha, dan pemerintah.
5. Creative economy berbasis pada ide atau gagasan.
6. Pengembangan industri kreatif tidak terbatas dan dapat diterapkan pada
berbagai bidang usaha.
7. Konsep creative economy yang dibangun bersifat relatif.
Yang termasuk dalam ekonomi kreatif antara lain:
1. Periklanan
2. Arsitektur
3. Pasar barang seni
4. Kerajinan (handicraft)
5. Kuliner
6. Desain
7. Fashion
8. Film, video, dan fotografi
9. Musik
10. Seni pertunjukan
11. Penerbitan dan percetakan
12. Layanan komputer dan piranti lunak
13. Radio dan televisi
14. Riset dan pengembangan

E. Kebudayaan Indonesia Sebagai Bagian dari Kebudayaan Global


Thomas L. Friedman, dalam bukunya yang berjudul World is Plat yang menganalisis
globalisasi pada awal abad ke-21 mengungkap perkembangan perdagangan
Internasional dan internet telah jauh menggeser perekonomian dan kebudayaan dunia.
India lahir sebagai kekuatan baru dengan perkembangan industri internet dan sumber
daya manusianya yang mumpuni. Kemampuan generasi milenial India untuk
memecahkan masalah millennium bug bagi dunia komputer internet, telah
menghantarnya India pada perekonomian yang lebih maju. Industri perfilman India
“Bollywood”, adalah satu jenis kebudayaan Indonesia yang berhasil diimpor ke
seluruh dunia.
Selain India, China juga berkembang pesat sebagai negara dengan pertumbuhan
ekonomi terpesat di dunia. Kemampuan China untuk mengimitasi produk-produk
dunia. Menempatkan China sebagai negara industri baru yang amat disegani. Majalah
Forbes tahun 2019 merilis, China adalah negara penghasil orang kaya baru terbanyak
di dunia.
Globalisasi tidak hanya menempatkan dunia pada satu pasar bebas, tapi juga transfer
kebudayaan bergerak bebas seperti tanpa filter. Tidak tertutup kemungkinan dunia
akan menjadi satu dalam satu kebudayaan yang disebut olah Jean Baudrillard, dengan
nada yang pesimis sebagai budaya konsumen. Budaya yang telah diciptakan oleh
globalisasi dan pasar bebas. budaya konsumen adalah jenis dari “budaya materi”
(material culture). Hal ini berangkat dari watak universal manusia yang berusaha
mencukupi kebutuhan materialnya. Dalam hal ini, sebagaimana diargumenkan
konsumsi yang terjadi dalam semua masyarakat berada “ di luar perdagangan”  atau
tidak terbatas pada perdagangan semata, tetapi selalu merupakan gejala budaya
sebagaimana halnya sebuah gejala ekonomi.
Globalisasi membawa nilai-nilai baru bagi masyarakat dunia. Telah lahir cara pandang
baru masyarakat untuk memberikan nilai atas segala hal. Nilai adalah esensi paling
tinggi dari sebuah kebudayaan.
1. Budaya Post Modern
Jean Baudrillard, Sosiolog Prancis, menulis bahwa ada empat cara suatu benda
mendapatkan nilai, pada masyarakat post modern.  
Keempat proses pembuatan nilai adalah:
1. Nilai fungsional suatu objek; tujuan instrumentalnya (nilai pakai). Pena,
misalnya, menulis; kulkas mendingin.
2. Kedua adalah nilai tukar suatu objek; nilai ekonominya. Satu pena mungkin
bernilai tiga pensil; dan satu lemari es mungkin sebanding dengan gaji yang
diperoleh selama tiga bulan bekerja;
3. Ketiga adalah nilai simbolis dari suatu objek; nilai yang diberikan subjek ke
objek dalam kaitannya dengan subjek lain. Sebuah pena mungkin
melambangkan hadiah kelulusan sekolah siswa atau hadiah pembicara
permulaan; atau berlian dapat menjadi simbol cinta perkawinan yang
diumumkan secara publik.
4. Terakhir adalah nilai tanda suatu objek; nilainya dalam sistem objek. Pena
tertentu dapat, meskipun tidak memiliki manfaat fungsional tambahan,
menandakan prestise relatif terhadap pena lain; cincin berlian mungkin tidak
memiliki fungsi sama sekali, tetapi dapat menyarankan nilai sosial tertentu,
seperti rasa atau kelas.
Produk-produk kebudayaan tidak lagi memata dilihat dengan nilai fungsional, atau
nilai tukarnya, tapi lebih kepada nilai simbolis dan nilai tanda. Banyak orang
membeli smart phone Apple, banyak yang didasarkan atas nilai tandanya dari pada
nilai fungsionalnya. Brand value, telah menjadi indikator penting bagi keberhasilan
suatu usaha. Supermarket telah mengalahkan pasar-pasar tradisional bukan karena
pelayanan dan harganya, tapi karena berbelanja di supermarket lebih bergengsi dari
pada belanja di pasar tradisional.
Bagaimana dengan produk-produk kebudayaan Indonesia. Apakah produk-produk
kebudayaan Indonesia dapat bersaing dengan produk global yang telah
memiliki Brand value yang lebih tinggi. Apakah Warteg dapat bersaing dengan Mc
Donald dan KFC? Pertanyaan ini mestinya tidak menjadi kerisauan yang
berkelanjutan. Kreativitas yang tinggi dibutuhkan untuk Indonesia bisa bersaing
dengan produk-produk global.
Dalam dunia post modern, revolusi 4.0, kebudayaan Indonesia mau tidak mau harus
berhadapan secara vis to vis dengan budaya global. Jika kalah bersaing kebudayaan
Indonesia dapat saja lenyap menyatu dalam budaya globalisasi yang oleh Antony
Gidden, digambarkan sebagai truk besar yang bergerak turun tanpa kendali,
menggerus apa saja yang ada hadapannya. Indonesia akan kehilangan seluruh
identitas kebudayaan nasionalnya.
Sumber:
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121-
BAGJA_WALUYA/Pengelolaan_Lingkungan_Hidup_untuk_Tk_SMA/BAB_2_HUBUN
GAN_MANUSIA_DAN_LINGKUNGAN.pdf.
Yasinto Shindu P, Geografi untuk SMA/MA Kelas IX, Erlangga, Jakarta 2017
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/195903051989011-
SYARIF_MOEIS/MAKALAH__3.pdf.
Jean Baudrillard, Masyarakat Konsumsi.
Antony Gidden, Konsekwensi Modernitas.
Materi 11.7.
Jenis dan Penanggulangan Bencana Melalui Edukasi, Kearifan Lokal, dan
Pemanfaatan Teknologi Modern

Indonesia adalah negeri yang sangat rawan terhadap bencana alam. Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, hingga 14 Desember 2018 -sepekan
sebelum bencana tsunami di Selat Sunda menerjang- telah terjadi 2.436 kejadian bencana
di Indonesia.
Berdasarkan data BNPB, kejadian gempa bumi sendiri menyebabkan 572 nyawa melayang
tahun ini (2018). Sementara untuk kejadian gempa bumi yang diikuti tsunami, hingga 14
Desember lalu, sebelum tsunami Selat Sunda memakan korban jiwa sebanyak 3.397
(sumber: baca). Selain korban jiwa, kerugian material akibat bencana alam Indonesia
bukan kedikit jumlahnya.
Posisi Indonesia yang berada pada pertemuan Jalur Pegunungan Mediterania dan Jalur
Pegunungan Pasifik, menyebabkan Indonesia memiliki gunung aktif yang sangat banyak,
jalur sesar yang merupakan potensi gempa bumi, ditambah posisi Indonesia yang diapit
dua samudra, Pasifik dan Hindia Indonesia juga menjadi negara yang rentan terhadap
musibah tsunami.
Curah hujan tinggi, sebagai ciri iklim Indonesia kombinasi dengan sungai-sungai periodik
dan episodik yang cukup panjang, luapannya kerap menerpa menjadi musibah banjir
bandang yang sering terjadi di Indonesia.
                                                                                                                 
Contents [hide]
 1 Jenis Dan Karakteristik Bencana Alam
 2 Siklus Penanggulangan Bencana
o 2.1 Sistem Penanggulangan Bencana
o 2.2 Siklus Manajemen Bencana
 3 Persebaran Wilayah Rawan Bencana Alam Di Indonesia
 4 Lembaga-lembaga Yang Berperan Dalam Penanggulangan Bencana Alam
o 4.1 BNPB
o 4.2 BPBD
o 4.3 Lembaga Usaha
o 4.4 Lembaga Internasional
 5 Partisipasi Masyarakat Dalam Mitigasi Bencana Alam Di Indonesia
o 5.1 Bagikan ini:
o 5.2 Menyukai ini:

A. Jenis Dan Karakteristik Bencana Alam


Dari situ bnpb.go.id Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut:
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.
Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam,
dan manusia. Oleh karena itu, Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga
mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana non-alam, dan bencana sosial.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit.
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok
atau antar-komunitas masyarakat, dan teror.
Kejadian Bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan
tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun kerusakan. Jika terjadi
bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari satu wilayah, maka dihitung
sebagai satu kejadian.
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang
disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, aktivitas gunung api
atau runtuhan batuan.
Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan
istilah “erupsi”. Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas, lontaran
material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan banjir lahar.
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan (“tsu”
berarti lautan, “nami” berarti gelombang ombak). Tsunami adalah serangkaian
gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut
akibat gempa bumi.
Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun
percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan
tanah atau batuan penyusun lereng.
Banjir adalah peristiwa atau keadaan di mana terendamnya suatu daerah atau daratan
karena volume air yang meningkat.
Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang
besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.
Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk
kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Adapun yang
dimaksud kekeringan di bidang pertanian adalah kekeringan yang terjadi di lahan
pertanian yang ada tanaman (padi, jagung, kedelai dan lain-lain) yang sedang
dibudidayakan .
Kebakaran adalah situasi di mana bangunan pada suatu tempat seperti
rumah/pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang menimbulkan
korban dan/atau kerugian.
Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di mana hutan dan lahan dilanda
api, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan yang menimbulkan kerugian
ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kebakaran hutan dan lahan sering kali
menyebabkan bencana asap yang dapat mengganggu aktivitas dan kesehatan
masyarakat sekitar.
Angin puting-beliung adalah angin kencang yang datang secara tiba-tiba, mempunyai
pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral dengan kecepatan 40-50 Km/jam hingga
menyentuh permukaan bumi dan akan hilang dalam waktu singkat (3-5 menit).
Gelombang pasang atau badai adalah gelombang tinggi yang ditimbulkan karena
efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi kuat
menimbulkan bencana alam. Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis tetapi
keberadaan siklon tropis akan memberikan pengaruh kuat terjadinya angin kencang,
gelombang tinggi disertai hujan deras.
Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang
bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai
akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut.
Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut
sebagai penyebab utama abrasi.
Kecelakaan transportasi adalah kecelakaan moda transportasi yang terjadi di darat,
laut dan udara.
Kecelakaan industri adalah kecelakaan yang disebabkan oleh dua faktor, yaitu
perilaku kerja yang berbahaya (unsafe human act) dan kondisi yang berbahaya (unsafe
conditions). Adapun jenis kecelakaan yang terjadi sangat bergantung pada macam
industrinya, misalnya bahan dan peralatan kerja yang dipergunakan, proses kerja,
kondisi tempat kerja, bahkan pekerja yang terlibat di dalamnya.
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan
atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004.
Konflik Sosial atau kerusuhan sosial atau huru-hara adalah suatu gerakan massal yang
bersifat merusak tatanan dan tata tertib sosial yang ada, yang dipicu oleh kecemburuan
sosial, budaya dan ekonomi yang biasanya dikemas sebagai pertentangan antar suku,
agama, ras (SARA).
Aksi Teror adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan sengaja
menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan sehingga menimbulkan suasana
teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang
bersifat masal, dengan cara merampas kemerdekaan sehingga mengakibatkan
hilangnya nyawa dan harta benda, mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap
obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik
internasional.
Sabotase adalah tindakan yang dilakukan untuk melemahkan musuh melalui subversi,
penghambatan, pengacauan dan/ atau penghancuran. Dalam perang, istilah ini
digunakan untuk mendeskripsikan aktivitas individu atau grup yang tidak
berhubungan dengan militer, tetapi dengan spionase. Sabotase dapat dilakukan
terhadap beberapa struktur penting, seperti infrastruktur, struktur ekonomi, dan lain-
lain.
B. Siklus Penanggulangan Bencana
Dari situs bnpb.go.id, Indonesia menyadari bahwa masalah kebencanaan harus
ditangani secara serius sejak terjadinya gempa bumi dan disusul tsunami yang
menerjang Aceh dan sekitarnya pada 2004. Kebencanaan merupakan pembahasan
yang sangat komprehensif dan multidimensi. Menyikapi kebencanaan yang
frekuensinya terus meningkat setiap tahun, pemikiran terhadap penanggulangan
bencana harus dipahami dan diimplementasikan oleh semua pihak. Bencana adalah
urusan semua pihak. Secara periodik, Indonesia membangun sistem nasional
penanggulangan bencana. Sistem nasional ini mencakup beberapa aspek antara lain:
1. Legislasi
Dari sisi legislasi, Pemerintah Indonesia telah mengesahkan Undang-undang
Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Produk hukum di
bawahnya antara lain Peraturan Pemerintah , Peraturan Presiden, Peraturan Kepala-
kepala Badan, serta peraturan daerah. (Lebih detail lihat Produk Hukum).
2. Kelembagaan
Kelembagaan dapat ditinjau dari sisi formal dan non formal. Secara formal, Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merupakan focal point lembaga
pemerintah di tingkat pusat. Sementara itu, focal point penanggulangan bencana di
tingkat provinsi dan kabupaten/kota adalah Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD).
Dari sisi non formal, forum-forum baik di tingkat nasional dan lokal dibentuk untuk
memperkuat penyelenggaraan penanggulangan bencana di Indonesia. Di tingkat
nasional, terbentuk Platform Nasional (Planas) yang terdiri unsur masyarakat sipil,
dunia usaha, perguruan tinggi, media dan lembaga internasional. Pada tingkat lokal,
kita mengenal Forum PRB Yogyakarta dan Forum PRB Nusa Tenggara Timur.
3. Pendanaan
Saat ini kebencanaan bukan hanya isu lokal atau nasional, tetapi melibatkan
internasional. Komunitas internasional mendukung Pemerintah Indonesia dalam
membangun manajemen penanggulangan bencana menjadi lebih baik. Di sisi lain,
kepedulian dan keseriusan Pemerintah Indonesia terhadap masalah bencana sangat
tinggi dengan dibuktikan dengan penganggaran yang signifikan khususnya untuk
pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan.
Berikut beberapa pendanaan yang terkait dengan penanggulangan bencana di
Indonesia:
Dana DIPA (APBN/APBD)
Dana Kontijensi
Dana On-call
Dana Bantuan Sosial Berpola Hibah
Dana yang bersumber dari masyarakat
Dana dukungan komunitas internasional
Siklus Manajemen Bencana
Manajemen bencana meliputi tahap-tahap sebagai berikut :
1. Sebelum bencana terjadi, meliputi langkah-langkah pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan dan kewaspadaan;
2. Pada waktu bencana sedang atau masih terjadi, meliputi langkah-langkah peringatan
dini, penyelamatan, pengungsian dan pencarian korban;
3. Sesudah terjadinya bencana, meliputi langkah penyantunan dan pelayanan,
konsolidasi, rehabilitasi, pelayanan lanjut, penyembuhan, rekonstruksi dan pemukiman
kembali penduduk.
Tidak dapat ditarik garis tegas bahwa tahapan-tahapan tersebut dapat digunakan secara
berurutan, namun ini adalah kegiatan yang menyeluruh dan berkelanjutan.
Tahap pertama atau sebelum terjadi bencana, meliputi:
1. Pencegahan, yaitu kegiatan yang lebih dititik beratkan pada upaya penyusunan
berbagai peraturan perundang-undangan yang bertujuan mengurangi risiko bencana.
Misal peraturan tentang RUTL, IMB, rencana tata guna tanah, rencana pembuatan peta
rawan bencana dsb.;
2. Mitigasi, upaya untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan bencana, misal
pembuatan tanggul, sabo dam, check dam, Break water, Rehabilitasi dan normalisasi
saluran;
3. Kesiapsiagaan, Yaitu kegiatan penyuluhan, pelatihan dan pendidikan kepada
masyarakat, petugas di lapangan maupun operator pemerintah, di samping itu perlu
dilatih ketrampilan dan kemahiran serta kewaspadaan masyarakat.
Tahap kedua yaitu waktu bencana sedang atau masih terjadi:
1. Peringatan dini, yaitu kegiatan yang memberikan tanda atau isyarat terjadinya bencana
pada kesempatan pertama dan paling awal. Peringatan dini ini diperlukan bagi
penduduk yang bertempat tinggal didaerah rawan bencana agar mereka mempunyai
kesempatan untuk menyelamatkan diri;
2. Penyelamatan dan pencarian, yaitu kegiatan yang meliputi pemberian pertolongan dan
bantuan kepada penduduk yang mengalami bencana. Kegiatan ini meliputi mencari,
menyeleksi dan memilah penduduk yang meninggal, luka berat, luka ringan serta
menyelamatkan penduduk yang masih hidup;
3. Pengungsian, yaitu kegiatan memindahkan penduduk yang sehat, luka ringan dan luka
berat ke tempat pengungsian (evakuasi) yang lebih aman dan terlindung dari risiko dan
ancaman bencana.
Tahap ketiga yaitu sesudah bencana terjadi:
1. Penyantunan dan pelayanan, yaitu kegiatan pemberian pertolongan kepada para
pengungsi untuk tempat tinggal sementara, makan, pakaian dan kesehatan;
2. Konsolidasi, yaitu kegiatan untuk mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah
dilaksanakan oleh petugas dan masyarakat dalam tanggap darurat, antara lain dengan
melakukan pencarian dan penyelamatan ulang, penghitungan ulang korban yang
meninggal, hilang, luka berat, luka ringan dan yang mengungsi;
3. Rekonstruksi, yaitu kegiatan untuk membangun kembali berbagai yang diakibatkan
oleh bencana secara lebih baik dari pada keadaan sebelumnya dengan telah
mengantisipasi berbagai kemungkinan terjadinya bencana di masa yang akan datang.
Di sini peranan K 3 menjadi penting untuk mendukung siklus itu.

C. Persebaran Wilayah Rawan Bencana Alam Di Indonesia


Bencana dapat terjadi kapan saja dan di mana saja, karena sifat dan jenis bencana yang
banyak. Besar dan kecilnya efek yang diakibatkan oleh kebencanaan tersebut juga
sangat terpengaruh dari dahsyat dan tidaknya sumber bencana juga kesiap-siagaan kita
menghadapi bencana tersebut. Namun sangat penting bagi kita di Indonesia untuk
memahami, dan memetakan tingkat kerawanan bencana, karena posisi Indonesia yang
sangat rawan terhadap bencana, khususnya yang diakibatkan oleh bencana alam.
Dari bnpb.gp.id, Bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia
(man-made hazards) yang menurut United Nations International Strategy for Disaster
Reduction (UN-ISDR) dapat dikelompokkan menjadi bahaya geologi (geological
hazards), bahaya hidrometeorologi (hydrometeorological hazards), bahaya biologi
(biological hazards), bahaya teknologi (technological hazards) dan penurunan kualitas
lingkungan (environmental degradation) Kerentanan (vulnerability) yang tinggi dari
masyarakat, infrastruktur serta elemen-elemen di dalam kota/ kawasan yang berisiko
bencana Kapasitas yang rendah dari berbagai komponen di dalam masyarakat
Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan
empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia
terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera ? Jawa –
Nusa Tenggara ? Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran
rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi
sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir
dan tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara
yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat
kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986).
Gempa bumi yang disebabkan karena interaksi lempeng tektonik dapat menimbulkan
gelombang pasang apabila terjadi di samudera. Dengan wilayah yang sangat
dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik ini, Indonesia sering mengalami
tsunami. Tsunami yang terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh gempa-
gempa tektonik di sepanjang daerah subduksi dan daerah seismik aktif lainnya
(Puspito, 1994). Selama kurun waktu 1600?2000 terdapat 105 kejadian tsunami yang
90 persen di antaranya disebabkan oleh gempa tektonik, 9 persen oleh letusan gunung
berapi dan 1 persen oleh tanah longsor (Latief dkk., 2000). Wilayah pantai di
Indonesia merupakan wilayah yang rawan terjadi bencana tsunami terutama pantai
barat Sumatera, pantai selatan Pulau Jawa, pantai utara dan selatan pulau-pulau Nusa
Tenggara, pulau-pulau di Maluku, pantai utara Irian Jaya dan hampir seluruh pantai di
Sulawesi. Laut Maluku adalah daerah yang paling rawan tsunami. Dalam kurun waktu
tahun 1600-2000, di daerah ini telah terjadi 32 tsunami yang 28 di antaranya
diakibatkan oleh gempa bumi dan 4 oleh meletusnya gunung berapi di bawah laut.
Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan
hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup
ekstrim. Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi topografi permukaan
dan batuan yang relatif beragam, baik secara fisik maupun kimiawi, menghasilkan
kondisi tanah yang subur. Sebaliknya, kondisi itu dapat menimbulkan beberapa akibat
buruk bagi manusia seperti terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah
longsor, kebakaran hutan dan kekeringan. Seiring dengan berkembangnya waktu dan
meningkatnya aktivitas manusia, kerusakan lingkungan hidup cenderung semakin
parah dan memicu meningkatnya jumlah kejadian dan intensitas bencana
hidrometeorologi (banjir, tanah longsor dan kekeringan) yang terjadi secara silih
berganti di banyak daerah di Indonesia. Pada tahun 2006 saja terjadi bencana tanah
longsor dan banjir bandang di Jember, Banjarnegara, Manado, Trenggalek dan
beberapa daerah lainnya. Meskipun pembangunan di Indonesia telah dirancang dan
didesain sedemikian rupa dengan dampak lingkungan yang minimal, proses
pembangunan tetap menimbulkan dampak kerusakan lingkungan dan ekosistem.
Pembangunan yang selama ini bertumpu pada eksploitasi sumber daya alam (terutama
dalam skala besar) menyebabkan hilangnya daya dukung sumber daya ini terhadap
kehidupan masyarakat. Dari tahun ke tahun sumber daya hutan di Indonesia semakin
berkurang, sementara itu pengusahaan sumber daya mineral juga mengakibatkan
kerusakan ekosistem yang secara fisik sering menyebabkan peningkatan risiko
bencana.
Pada sisi lain laju pembangunan mengakibatkan peningkatan akses masyarakat
terhadap ilmu dan teknologi. Namun, karena kurang tepatnya kebijakan penerapan
teknologi, sering terjadi kegagalan teknologi yang berakibat fatal seperti kecelakaan
transportasi, industri dan terjadinya wabah penyakit akibat mobilisasi manusia yang
semakin tinggi. Potensi bencana lain yang tidak kalah seriusnya adalah faktor
keragaman demografi di Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2004
mencapai 220 juta jiwa yang terdiri dari beragam etnis, kelompok, agama dan adat-
istiadat. Keragaman tersebut merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang tidak
dimiliki bangsa lain. Namun karena pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak
diimbangi dengan kebijakan dan pembangunan ekonomi, sosial dan infrastruktur yang
merata dan memadai, terjadi kesenjangan pada beberapa aspek dan terkadang muncul
kecemburuan sosial. Kondisi ini potensial menyebabkan terjadinya konflik dalam
masyarakat yang dapat berkembang menjadi bencana nasional.
D. Lembaga-lembaga Yang Berperan Dalam Penanggulangan Bencana Alam
1. BNPB
Berdasarkan Undang-undang RI nomor 24 Tahun 2007, Negara wajib membuat
Lembaga Pemerintah nondepartemen setingkat menteri yang mengurusi
kebencanaan, yaitu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Terdiri
atas unsur:
1. pengarah penanggulangan bencana; dan
2. pelaksana penanggulangan bencana.
Tugas BNPB meliputi:
1. memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana
yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi,
dan rekonstruksi secara adil dan setara;
2. menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan
bencana berdasarkan Peraturan Perundang-undangan;
3. menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat;
4. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana;
5. kepada Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan pada setiap saat
dalam kondisi darurat bencana;
6. menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional dan
internasional;
7. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
8. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan; dan
9. menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
Fungsi BNPB meliputi:
1. perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan
pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif dan efisien; dan
2. pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, dan menyeluruh.
Fungsi unsur pengarah berdasarkan amanat undang-undang adalah: Pertama,
merumuskan konsep kebijakan penanggulangan bencana nasional; Ke-2,
memantau; dan Ke.3 mengevaluasi dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana. Unsur pelaksana pada penanggulangan bencana adalah pejabat pemerintah
terkait, dan unsur masyarakat profesional. Keanggotaan unsur pengarah di pilih
oleh DPR dengan uji kepatutan.
Yang berwenang membentuk unsur pelaksana adalah pemerintah terdiri atas
profesional dan ahli dan mempunyai fungsi koordinasi, komando, dan pelaksana
dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Unsur pelaksana
penanggulangan bencana mempunyai tugas secara terintegrasi yang meliputi: a.
Pra-bencana; b. saat tanggap darurat; dan c. Pasca-bencana.
2. BPBD
Pemerintah di daerah diwajibkan untuk membuat Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPDB). Badan pada tingkat provinsi dipimpin oleh seorang pejabat
setingkat di bawah gubernur atau setingkat eselon Ib; dan b. badan pada tingkat
kabupaten/kota dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di bawah bupati/wali kota
atau setingkat eselon IIa.
Unsurnya hampir sama dengan BNPB antara lain:
1. pengarah penanggulangan bencana; dan
2. pelaksana penanggulangan bencana.
Fungsi BPBD antara lain:
1. perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan
pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien; serta
2. pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, dan menyeluruh.
Tugas BPBD antara lain:
1. menetapkan pedoman dan pengarahan sesuai dengan kebijakan pemerintah
daerah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana terhadap usaha
penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan
darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan setara;
2. menetapkan standardisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan
bencana berdasarkan Peraturan Perundang-undangan;
3. menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana;
4. menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana;
5. melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada wilayahnya;
6. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada kepala daerah
setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi
darurat bencana;
7. mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang;
8. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah; dan
9. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.
Fungsi Unsur Pengarah meliputi, pertama, menyusun konsep pelaksanaan kebijakan
penanggulangan bencana daerah; ke-2 memantau; dan ke-3 mengevaluasi dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana daerah. Unsur pelaksana pada
penanggulangan bencana adalah pejabat pemerintah terkait, dan unsur masyarakat
profesional. Keanggotaan unsur pengarah di pilih oleh DPRD dengan uji kepatutan.
3. Lembaga Usaha
Peran lembaga usaha dalam penanggulangan bencana antara lain:
1. Lembaga usaha menyesuaikan kegiatannya dengan kebijakan penyelenggaraan
penanggulangan bencana.
2. Lembaga usaha berkewajiban menyampaikan laporan kepada pemerintah
dan/atau badan yang diberi tugas melakukan penanggulangan bencana serta
menginformasikannya kepada publik secara transparan.
3. Lembaga usaha berkewajiban mengindahkan prinsip kemanusiaan dalam
melaksanakan fungsi ekonominya dalam penanggulangan bencana.
4. Lembaga Internasional
Peran lembaga internasional dalam penanggulangan bencana antara lain:
1. Lembaga internasional dan lembaga asing nonpemerintah dapat ikut serta dalam
kegiatan penanggulangan bencana dan mendapat jaminan perlindungan dari
Pemerintah terhadap para pekerjanya.
2. Lembaga internasional dan lembaga asing nonpemerintah dalam melaksanakan
kegiatan penanggulangan bencana sebagaimana dapat melakukan secara sendiri-
sendiri, bersama-sama, dan/atau bersama dengan mitra kerja dari Indonesia
dengan memperhatikan latar belakang sosial, budaya, dan agama masyarakat
setempat.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana
oleh lembaga internasional dan lembaga asing nonpemerintah diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

E. Partisipasi Masyarakat Dalam Mitigasi Bencana Alam Di Indonesia


Hak Masyarakat:
1. mendapatkan perlindungan sosial dan rasa aman, khususnya bagi kelompok
masyarakat rentan bencana;
2. mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan ketrampilan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana.
3. mendapatkan informasi secara tertulis dan/atau lisan tentang kebijakan
penanggulangan bencana.
4. berperan serta dalam perencanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan program
penyediaan bantuan pelayanan kesehatan termasuk dukungan psikososial;
5. berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap kegiatan penanggulangan
bencana, khususnya yang berkaitan dengan diri dan komunitasnya; dan
6. melakukan pengawasan sesuai dengan mekanisme yang diatur atas pelaksanaan
penanggulangan bencana.
7. Setiap orang yang terkena bencana berhak mendapatkan bantuan pemenuhan
kebutuhan dasar.
8. Setiap orang berhak untuk memperoleh ganti kerugian karena terkena bencana yang
disebabkan oleh kegagalan konstruksi.
Kewajiban Masyarakat:
1. menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis, memelihara keseimbangan,
keserasian, keselarasan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
2. melakukan kegiatan penanggulangan bencana; dan
3. memberikan informasi yang benar kepada publik tentang penanggulangan bencana.

Sumber:
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-46691586
Sutanto, PERANAN K 3 DALAM MANAJEMEN BENCANA Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.
Buku Saku BNPB:
https://siaga.bnpb.go.id/hkb/po-content/uploads/documents/Buku_Saku-10Jan18_FA.pdf
Rencana Nasional Penanggulangan Bencana:
https://bnpb.go.id//rencana-nasional.html
UU RI No. 24 Tahun 2007
https://www.bnpb.go.id/ppid/file/UU_24_2007.pdf

Anda mungkin juga menyukai