TENTANG
Disusun oleh:
MUHAMAD IQBAL RAMADHAN
NIM. 160710101015
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS HUKUM
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah yang dikaruniakanNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
yang berjudul Upaya Menegakan Hukum di Indonesia. Sesuai dengan namanya, sebuah karya
tulis ilmiah memang tidak dimaksudkan sebagai buku materi atau buku panduan, melainkan
didalamnya terdapat pembahasan dan rincian-rincian mengenai hasil dari beberapa sumber
yang telah penulis dapatkan.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis mendapatkan berbagai kesulitan, baik dalam
penyusunan, pengumpulan data dan dalam hal yang lainnya. Akan tetapi, berkat
pertolonganNyalah akhirnya karya tulis ilmiah ini dapat penulis selesaikan sesuai yang
diharapkan. Adapun penyusunan karya tulis ilmiah ini berdasarkan pada rincian-rincian data
yang telah penulis dapatkan dari berbagai sumber.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Orangtua penulis yang telah memberikan dukungan, dorongan, bantuan, serta
memberikan doa restunya sehingga terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.
2. Saudara-saudara dan rekan-rekan penulis, yang senantiasa memberikan support
semangatnya kepada penulis untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Penulis memahami dan menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari sempurna.
Namun, penulis telah berusaha menyusun karya tulis ilmiah dengan usaha terbaik yang
penulis miliki. Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih kepada segenap yang telah
mendukung terselesaikannya karya tulis ilmiah ini. Mudah-mudahan karya tulis ilmiah ini
sesuai dengan yang diharapkan. Amiin Ya Allah Ya Rabbal Alamiin Ya Mujibas Sailin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 4
A. Definisi Hukum ................................................................................ 4
B. Dasar Teori Menegakan Hukum Di Indonesia ................................. 5
C. Etika Menegakan Hukum Di Indonesia ............................................ 6
D. Menegakan Hukum Di Indonesia ..................................................... 7
E. Upaya Menegakan Hukum Di Indonesia .......................................... 8
ii
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara hukum, demikian ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3)
Undang-undang Dasar 1945.1 Negara hukum mengandung konsekuensi tidak hanya
penyelenggaraan negara yang harus memiliki dasar dan sesuai dengan aturan hukum,
melainkan juga berarti tindakan warga negara tidak boleh melanggar aturan hukum yang
berlaku.
Terhadap pelanggaran hukum, akan diberikan tindakan hukum yang berujung pada
penjatuhan sanksi. Dalam kerangka negara hukum, penegakan hukum merupakan elemen
penting karena menentukan suatu negara hukum akan menjadi slogan semata atau mewujud
dalam keseluruhan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tanpa adanya penegakan, hukum akan kehilangan maknanya sebagai pedoman
perilaku dan kehilangan sifat paksaan sebagai karakter utama. Di sisi lain, dalam proses
penegakan hukum juga terdapat potensi menimbulkan permasalahan dan pertentangan,
bahkan terhadap tujuan hukum itu sendiri.
Masalah yang sekarang terjadi adalah anggapan masyarakat terhadap hukum yang
berlaku di Indonesia, dan pihak pejabat penegak hukum dalam hal ini adalah pihak kepolisian
sebagai aparat yang berwenang dalam melakukan penyelidikan, pihak kejaksaan. dan pihak
kehakiman sebagai pengambil keputusan. Masalah ini akan memberikan pengaruh yang
buruk terhadap hukum di mata masyarakat, karena pihak kepolisian dianggap terlalu arogan
dalam melakukan penyidikan terhadap para tersangka.
Opini yang timbul di masyarakat membentuk suatu pandangan terhadap para pejabat
yang berwenang menangani kasus-kasus tersebut akan mendapatkan asumsi yang buruk di
mata masyarakat, para pejabat yang berwenang tersebut mampu mengatasi permasalahan
yang timbul dengan mengatasnamakan hukum, dan bertindak seadil-adilnya terhadap para
tersangka tanpa menutup-nutupi dengan membela kepentingan jabatan kepentingan instansi
dan kepentingan-kepentingan lain yang berlindung di balik hukum.
Salah satu fungsi hukum adalah pemecahan masalah atau konflik disamping fungsi
lain yaitu sebagai alat. Dalam pemecahan suatu masalah atau konflik hendaknya para pejabat
yang berwenang hendaknya bersikap adil dan berlandaskan asas praduga tak bersalah dan
tidak menempatkan hukum hanya sebagai alat untuk kepentingan pribadi atau golongan
tertentu.
Permasalahan hukum di Indonesia terjadi karena beberapa hal, baik dari sistem
1
Undang – Undang Dasar NKRI 1945 pasal 1 ayat 3
6
peradilannya, perangkat hukumnya, tidak konsistennya penegakan hukum, intervensi
kekuasaan, maupun perlindungan hukum. Diantara banyaknya permasalahan tersebut, satu hal
yang sering dilihat dan dirasakan oleh masyarakat awam adalah adanya ketidak pastian
penegakan hukum oleh aparat yang berwenang.
Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan penegakan hukum diperlukan beberapa upaya
untuk mencapai kepastian hukum bagi setiap orang dengan adil dan tidak diskriminasi.
Berdasarkan uraian di atas penulis menyusun karya tulis ilmiah ini dengan judul “Upaya
Menegakan Hukum di Indonesia.”
B. Rumusan Masalah
E. Metodologi Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan beberapa metodologi
yang bertujuan untuk memudahkan penelitian yang sedang dikaji diantaranya, yaitu:
7
1. Seraching ialah memperoleh sumber materi dengan cara mencari dari internet melalui
google.
2. Diskusi kelompok yaitu memperoleh data dengan cara mendiskusikan materi yang
telah ada hasil pencarian dari google.
3. Studi literatur yaitu mempelajari dan mengambil data dari buku-buku yang
berhubungan dengan pokok permasalahan yang akan dijadikan dasar dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
F. Sistematika Penulisan
Sebagai gambaran mengenai isi dari penulisan karya tulis ilmiah ini, secara singkat
dapat diuraikan pembahasan sebagai berikut:
1. BAB I Pendahuluan
Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, metodologi penulisan, dan sistematika penulisan.
2. BAB II Pembahasan
Bab ini membahas mengenai definisi hukum, dasar teori menegakan hukum di
Indonesia, etika menegakan hukum di Indonesia, tujuan menegakan hukum di
Indonesia, dan cara menegakan hukum di Indonesia.
3. BAB III Penutup
Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh dari keseluruhan
pembahasan pada bab-bab sebelumnya.
8
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Hukum
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan. Dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan
masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan
sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang
berupayakan cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan
kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas
kekuasaan politik serta cara perwakilan mereka yang akan dipilih. Administratif hukum
digunakan untuk meninjau kembali keputusan dari pemerintah, sementara hukum
internasional mengatur persoalan antara berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari
perdagangan lingkungan peraturan atau tindakan militer. Seorang filsuf yang bernama
Aristetoles menyatakan bahwa "Sebuah supremasi hukum akan jauh lebih baik dari pada
dibandingkan dengan peraturan tirani yang merajalela."
Secara umum, rumusan definisi hukum seiyanya mengandung beberapa unsur sebagai
berikut:
a. Hukum mengatur tingkah laku atau tindakan manusia dalam masyarakat. Peraturan
berisikan perintah dan larangan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan
sesuatu. Hal ini dimaksudkan untuk mengatur perilaku manusia agar tidak
bersinggungan dan merugikan kepentingan umum.
b. Peraturan hukum ditetapkan oleh lembaga atau badan yang berwenang untuk itu.
Peraturan hukum tidak dibuat oleh setiap orang melainkan oleh lembaga atau badan
yang memang memiliki kewenangan untuk menetapkan suatu aturan yang bersifat
mengikat bagi masyarakat luas.
c. Menegakan aturan hukum bersifat memaksa. Peraturan hukum dibuat bukan untuk
dilanggar namun untuk dipatuhi. Untuk menegakkannya diatur pula mengenai aparat
yang berwenang untuk mengawasi dan menegakkannya sekalipun dengan tindakan
yang represif. Meski demikian, terdapat pula norma hukum yang bersifat
fakultatif/melengkapi.
d. Hukum memliki sanksi dan setiap pelanggaran atau perbuatan melawan hukum akan
dikenakan sanksi yang tegas. Sanksi juga diatur dalam peraturan hukum.
Berdasarkan uraian secara umum tentang definisi hukum, Prof. Dr. Mochtar
Kusumaatmadja, S. H., M. H dalam memberikan sebuah defini terhadap hukum, yaitu:
“Hukum adalah keseluruhan asas dan kaidah yang mengatur pergaulan hidup manusia
9
dalam masyarakat, juga meliputi lembaga (institusi) dan proses yang mewujudkan kaidah
tersebut dalam masyarakat.” (Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S. H., M. H; 2014: 8)2
B. Dasar Teori Penegakan Hukum Indonesia
Etika secara sederhana dapat diartikan sebagai seperangkat nilai yang menentukan
baik atau buruk suatu tindakan yang akan dipilih untuk dilakukan. Ukuran baik buruk dapat
bersumber pada nilai universal atau ditentukan oleh keadaan khusus suatu peristiwa. Etika
lebih terkait dengan persoalan sikap dan tata cara bertindak, bukan dengan substansi dari
tindakan itu sendiri.
Ada kalanya dari sisi substansi suatu tindakan adalah benar, tetapi pilihan cara dari
tindakan itu tidak baik. Etika menegakan hukum sangat penting untuk dikembangkan dan
dijalankan karena beberapa alasan. Pertama, hukum adalah norma yang bersumber pada tata
nilai yang dipandang adil dan benar yang menjadi salah satu ciri puncak peradaban manusia.
Oleh sebab itu, menegakan hukum juga harus dilakukan dengan cara yang benar
sesuai dengan standar etika bangsa beradab. Hukum yang ditegakkan dengan cara biadab
dengan sendirinya akan menurunkan derajat substansi hukum menjadi sekadar nafsu untuk
menghukum atau menuntut balas. Kedua, etika semakin diperlukan mengingat semakin
2
Buku Pengantar Ilmu Hukum(Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S. H., M. H; 2014: 8)
3
Sugiarto, Umar Said. 2014. Pengantar Hukum Indonesia, Jakarta Tumur: Sinar Grafika.
10
berkembangnya kelembagaan aparat penegak hukum.
Yang dimaksud dengan penegak hukum saat ini bukan hanya hakim, jaksa, dan polisi,
tetapi telah berkembang sedemikian rupa sesuai dengan perkembangan jenis pelanggaran
hukum yang semakin kompleks dan membutuhkan keahlian spesifik untuk menanganinya dan
tidak dapat dibebankan hanya kepada polisi dan jaksa.
Selain itu, mengingat aparat hukum diberi kuasa memaksa oleh negara, diperlukan
mekanisme untuk mengawasi agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan. Upaya untuk
menciptakan aparat penegak hukum yang baik dilakukan dengan membentuk aparat penegak
hukum lain yang memiliki kewenangan koordinasi dan supervisi, bahkan penindakan jika ada
aparat penegak hukum yang melakukan pelanggaran hukum.
Salah satu potensi negatif dari perkembangan aparat penegak hukum itu adalah
kemungkinan tumpang tindih kewenangan dan perlawanan dengan menggunakan kuasa
hukum yang dimiliki. Hal inilah yang terjadi misalnya dalam hubungan antara KPK dan Polri.
Tentu saja hal ini tidak berarti menegakan hukum harus dikembalikan kepada satu lembaga
saja karena tidak sesuai dengan kompleksitas persoalan yang dihadapi dan justru akan
memperbesar kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan.
Etika menegakan hukum menjadi penting untuk mencegah terjadinya gesekan
antaraparat penegak hukum. Apabila proses menegakan hukum, terutama terkait dengan
aparat penegak hukum yang lain, dilakukan dengan cara-cara yang menjunjung etika, tentu
pertentangan antaraparat penegak hukum tidak perlu terjadi.
Menegakan hukum yang etis tentu tidak boleh dimaknai sebagai pembiaran jika ada
aparat penegak hukum yang melanggar hukum. Etika lebih pada cara menangani pelanggaran
hukum. Hal ini dapat dimulai sejak ada indikasi awal pelanggaran hukum yang sebaiknya
segera berkoordinasi antarpimpinan sehingga pelanggaran tidak berlanjut.
Etika juga terkait dengan momentum tindakan menegakan hukum yang harus tepat
sehingga tidak menimbulkan persepsi perlawanan atau pembalasan serta tidak mencederai
martabat kelembagaan. Demikian pula jika memang harus ada tindakan terhadap aparat
penegak hukum, tentu harus dilakukan dengan cara-cara beradab dan sudah pada tempatnya
tetap memerhatikan status sebagai aparat penegak hukum.
D. Tujuan Penegakan Hukum Indonesia
Pernyataan Taverne4 adalah suatu pernyataan ekstrem. Setidaknya ada dua hal penting
dari penyataan tersebut. Pertama, aparat penegak hukum yang diwakili hakim, jaksa, dan
polisi memiliki peran penting dalam menegakan hukum untuk memberantas kejahatan,
bahkan walau tanpa undang-undang. Tentu saja dalam kondisi saat ini tidak mungkin
menegakkan hukum tanpa ada dasar aturan hukum tertulis.
Kedua, pernyataan ”tanpa undang-undang secarik pun” menunjukkan bahwa hukum
4
Taverne ( Ahli Hukum )
11
tidak harus selalu dimaknai sebagai undang-undang. Tidak adanya undang-undang tidak
berarti tidak ada hukum. Konsekuensinya, menegakan undang-undang tidak selalu sama
dengan menegakan hukum.
Oleh sebab itu, menegakan hukum tidak boleh dimaknai sekadar sebagai pelaksanaan
ketentuan dalam undang-undang. Menegakan hukum harus diabdikan untuk mencapai tujuan
hukum itu sendiri, yaitu keadilan, kepastian, dan kemanfaatan. Ketiga tujuan hukum tersebut
bermuara pada terwujudnya tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Ketertiban hanya akan tercapai jika ada keadilan, kepastian, dan keputusan hukum
yang bermanfaat. Dalam pelaksanaannya mungkin saja terdapat kondisi atau peristiwa di
mana pelaksanaan aturan ternyata menimbulkan ketidakadilan bahkan mengganggu ketertiban
sosial. Tentu saja tujuan hukum harus lebih dikedepankan jika hal itu terjadi. Untuk itulah
aparat penegak hukum dibekali dengan kewenangan diskresi dan tentu saja harus
memperhatikan etika menegakan hukum.
Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum dalam arti yang luas. Upaya-upaya
penegakan hukum harus mampu mengarahkan dan menampung kebutuhan-kebutuhan hukum
sesuai dengan kesadaran hukum masyarakat yang berkembang kearah modernisasi menurut
tingkat kemajuan pembangunan disegala bidang sehingga tercapai ketertiban dan kepastian
hukum sebagai prasarana yang harus ditujukan ke arah peningkatan pembinaan kesatuan
bangsa, sekaligus berfungsi sebagai sarana penunjang modernisasi dan pembangunan yang
menyeluruh.
5
Carl Schmitt, The Concept of the Political, ch. 7; Crisis of Parliamentary Democracy
12
Dengan demikian, upaya penegakan hukum di Indonesia dilakukan dengan jalan:
yaitu:
11. Harus ada reformasi institusional didalam tubuh lembaga penegak hukum. Bukan
hanya reformasi didalam tubuh Polri dan KejaksaanRItapi juga pada lembaga penegak
hukum lain Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Lembaga Perlindungan Saksi
15
dan korban (LPS). Hal ini dikarenakan carut-marutnya hukum yang ada di
Indonesiajuga disebabkan karena adanya oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab
didalam tubuh lembaga penegak hukum. Kejaksaan sudah mencanangkan adanya
pembaruan didalam tubuh Kejaksaan yakni terkait tentang perekrutan jaksa, kode
perilaku, standar minimum profesi, dan pengawasan sanksi disiplin. Selain itu saat
Kejaksaan juga merencanakan pemangkasan tiga ribu jabatan jaksa, pengektifan peran
pengawasan dan pembinaan, bidang intelejen ditugasi mencegah perbuatan tercela
jaksa, pemberian reward and punishment. Kepolisian juga telah merencakan meminta
setiap jajaran merancang target dalam waktu tertentu, mengadakan kontrak kerja dan
pakta integritas, mengevaluasi secara rutin kinerja jajaran, transparansi sistem
rekrutmen anggota polisi dan proses pelayanan administarasi.
12. Adanya penghargaan bagi jaksa dan hakim berprestasi yang memberikan terobosan –
terobosan dalam menegakan hukum diIndonesia. Dengan adanya penghargaan ini
diharapkan setiap jaksa maupun hakim berlomba untuk memberikan terobosan yang
bermanfaat bagi menegakan hukum diIndonesia.
13. Perlunya Kapolri dan Jaksa Agung yang berwibawa, yang mempunyai kredibilitas
tinggi.
Cara melaksanakan semua hal ini yaitu dengan cara mengadakan penyuluhan-
penyuluhan kepada masyarakat, maupun dengan penindakan atau represif menindak tegas
setiap anggota masyarakat yang melakukan pelanggaran hukum. Kemudian dampak negatif
yang ditimbulkan antara lain yaitu semakin berkembang dan variasi pula pelanggaran hukum
yang terjadi.Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan
adalah antara lain dengan mengefektifkan pengawasan baik melalui pengawasan lembaga
peradilan maupun masyarakat serta berdasarkan asas-asas umum pemerintahan yang baik,
bertanggung jawab dan adil.
Pelaksanaan pemerintahan yang baik pada gilirannya juga akan membuat masyarakat
memperoleh dan merasakan ketentraman lahir batin, berupa kelangsungan hidup dan
pelaksanaan hak tidak tergantung pada kekuatan fisik dan non fisik. Sepanjang tidak
melanggar hak dan merugikan orang lain maka masyarakat dapat secara bebas menjalankan
apa yang diyakininya sebagai kebenaran, serta dapat secara bebas pula mengembangkan
bakat dan kesenangannya. Selain itu merasakan diperlakukan secara wajar,
berperikemanusiaan, adil dan beradab sekalipun melakukan kesalahan. Demi menjamin dan
memberikan landasan hukum bahwa perbuatan pemerintahan yang dilakukan oleh pemerintah
sebagai suatu perbuatan yang sah (legitimate dan justified), dapat dipertanggungjawabkan
(accountable and responsible) dan bertanggung jawab (liable), maka setiap perbuatan
pemerintahan itu harus berdasarkan atas hukum yang adil, bermartabat dan demokratis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari karya tulis ilmiah ini, yaitu:
1. Hukum adalah keseluruhan asas dan kaidah yang mengatur pergaulan hidup manusia
dalam masyarakat, juga meliputi lembaga (institusi) dan proses yang mewujudkan
kaidah tersebut dalam masyarakat.
2. Dasar teori penegakan hukum di Indonesia adalah pemerintah membentuk sebuah
lembaga baru bernama Mahkamah Konstitusi dan jajaran lembaga pengawas
independen untuk reformasi peradilan, yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
Komisi Yudisial, Komisi Kejaksaan, dan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas).
3. Etika penegakan hukum menjadi penting untuk mencegah terjadinya gesekan
antaraparat penegak hukum.
4. Penegakan hukum harus diabdikan untuk mencapai tujuan hukum itu sendiri, yaitu
keadilan, kepastian, dan kemanfaatan.
5. Upaya Penegakan hukum di Indonesia adalah perlu adanya peningkatan kemampuan
serta kewibawaan penegak hukum dan penyuluhan dan pendidikan hukum kepada
warga masyarakat banyak menyangkut faktor pelembagaan dan pengendapan hukum
di dalam masyarakat.
15
DAFTAR PUSTAKA
Sugiarto, Umar Said. 2014. Pengantar Hukum Indonesia, Jakarta Tumur: Sinar Grafika.
Buku Pengantar Ilmu Hukum(Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja,
16