Disusun oleh:
Rani Ramadani
KELAS IX.4
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman. Penulis yakin masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
book report ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK.................................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 2
A. Kronologis Kasus............................................................................... 2
B. Pandangan Kasus Secara Hukum....................................................... 3
BAB III PENUTUP........................................................................................ 5
A. Kesimpulan....................................................................................... 5
B. Saran............................................................................................... 5
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembunuhan Engeline Megawe merupakan peristiwa kekerasan terhadap
anak perempuan berusia delapan tahun yang terjadi di Kota Denpasar, Bali pada
tanggal 16 Mei 2015. Peristiwa ini menjadi populer dalam berbagai media di
Indonesia diawali dengan pengumuman kehilangan anak tersebut (semula disebut
Angeline) dari keluarga angkatnya melalui sebuah laman di facebook berjudul "Find
Angeline-Bali's Missing Child".
Besarnya perhatian dari berbagai pihak membuat terungkapnya kenyataan
bahwa Engeline selama ini tinggal di rumah yang tidak layak huni dan mendapat
pengasuhan yang kurang baik dari orangtua angkatnya bahkan mendapatkan
penyiksaan baik fisik maupun mental. Akibat sikap yang sangat tertutup dan tidak
kooperatif dari ibu angkatnya, Margriet Christina Megawe (60 tahun), memunculkan
dugaan bahwa Engeline hilang bukan karena diculik melainkan karena dibunuh,
bahkan sebelum jenazahnya ditemukan.
Jasad Engeline kemudian ditemukan terkubur di halaman belakang rumahnya
di Jalan Sedap Malam, Denpasar, Bali, pada hari Rabu tanggal 10 Juni 2015 dalam
keadaan membusuk tertutup sampah di bawah pohon pisang setelah polisi mencium
bau menyengat dan melihat ada gundukan tanah di sana. Selanjutnya polisi
menyelidiki lebih mendalam dan menetapkan dua orang tersangka pembunuh, yaitu
Agus Tay Hamba May, pembantu rumah tangga, dan Margriet Christina Megawe, ibu
angkatnya.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana kronologis kasus terjadinya pembunuhan Angeline Megawe?
2. Bagaimana pandangan kasus ini secara hukum?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kronologi Kasus
1. 16 Mei 2015
Angeline terakhir terlihat di halaman rumahnya di Jalan Sedap Malam,
Denpasar, Bali. Investigasi Komnas Anak menyatakan tetangga melihat pintu
pagar rumah Angeline terkunci saat itu. "Artinya, hanya orang rumah yang
tahu keberadaan terakhir Angeline. Dia tidak keluar," kata Arist.
2. 17 Mei 2015
Kakak angkat Angeline, Christina dan Ivon, mengumumkan hilangnya
Angeline pada laman Facebook berjudul "Find Angeline-Bali's Missing Child".
Mereka memasang sejumlah foto bocah yang senyumnya tampak ceria itu.
Keduanya juga mengajak masyarakat ikut mencari Angeline. Masyarakat, dari
artis hingga pejabat, geger ikut membantu pencarian bocah malang tersebut.
3. 18 Mei 2015
Tiga hari setelah menghilang, keluarga melapor ke Kepolisian Sektor
Denpasar Timur. Polisi memeriksa sejumlah saksi, yaitu Margareth (ibu
angkat Angeline), Antonius (pembantu sekaligus penjaga rumah), dan
seorang penghuni kontrakan milik Margareth bernama Susianna. Polda Bali
memperluas pencarian di seluruh perbatasan Bali, Banyuwangi, dan Nusa
Tenggara Barat. Mereka juga memeriksa rumah Margareth tiga kali.
Pemeriksaan pertama dan kedua selalu dihalangi pemilik rumah.
4. 24 Mei 2015
Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait mengunjungi rumah
Margareth pada malam hari. Arist menengok kamar tidur Margareth yang juga
sering dipakai Angeline. Menurut Arist, rumah itu tak layak huni karena acak-
acakan, kotor, dan bau kotoran hewan. Margareth memelihara puluhan anjing
dan ayam di rumahnya. Di kamar tidur, Arist mencium bau anyir yang
berbeda dengan bau kotoran hewan. "Tidak ada seprei terpasang dan
2
ruangannya bau anyir," ujar Arist. Kecurigaan itu segera dilaporkan kepada
polisi.
6. 9 Juni 2015
Guru SD Negeri 12 Sanur Bali, tempat Angeline sekolah, menggelar
sembahyang di depan Pura Penyimpangan Batu Bolong, di depan rumah
Angeline. Persembahyangan digelar untuk meminta petunjuk paranormal.
Mereka mengaku mendengar suara Angeline.
7. 10 Juni 2015
Polisi menemukan jasad Angeline di pekarangan rumah Margareth. Angeline
ditemukan dikubur pada kedalaman setengah meter, dengan pakaian lengkap
dan tangan memeluk boneka. Tubuhnya dililit seprei dan tali.
3
Pada tanggal 14 Juni 2015, Kepolisian Daerah Bali menetapkan ibu angkat
Angeline, Margriet Megawe, sebagai tersangka dalam kasus dugaan pelantaran anak
dan menempatkannya di tahanan Mapolda Bali.
Pada tanggal 28 Juni 2015, Margriet ditetapkan sebagai tersangka dalam
kasus pembunuhan berdasarkan tiga alat bukti, yaitu pengakuan Agus, bukti-bukti
kedokteran forensik RS Sanglah, dan hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) oleh
tim forensik Polresta Denpasar, Inafis (Indonesia Automatic Finger Print
Identification System) Polda Bali, dengan bantuan Inafis Mabes Polri. Dari bukti-
bukti tersebut Margriet diduga menjadi otak pembunuhan, dan Agus hanya
membantu menguburkan jasad Engeline. Namun tim pengacara tersangka Margriet
mempermasalahkan penetapan tersangka Margriet terkait kasus pembunuhan
Engeline dan mendaftarkan gugatan praperadilan di Pengadilan Negeri Denpasar
pada tanggal 2 Juli 2015.
Pada tanggal 6 Juli 2015, Polresta Denpasar menggelar rekonstruksi pembunuhan
Engeline di Tempat Kejadian Perkara di Jalan Sedap Malam 26 Denpasar dihadiri dua
tersangka.
Tanggal 29 Juli 2015, praperadilan yang diajukan Margriet ditolak oleh
Pengadilan Negeri Denpasar. Hakim tunggal Achmad Peten Sili menilai bahwa pihak
pemohon, Margriet, melalui kuasa hukumnya, Hotma Sitompoel & Associates, tidak
bisa membuktikan dalil-dalil permohonannya bahwa termohon (Polda Bali) dalam
menetapkan tersangka (Margriet) tidak didasari adanya alat bukti yang sah adalah
argumentasi yang tidak beralasan.
Pada tanggal 7 September 2015, berkas perkara tentang pembunuhan
Engeline dinyatakan sudah lengkap (P21) dan diserahkan ke Kejaksaan Negeri
Denpasar bersama dengan dua tersangkanya untuk segera dilimpahkan ke
pengadilan. Dalam berkas tersebut, tertera sejumlah pasal yang disangkakan kepada
Margriet yaitu pasal pembunuhan berencana, pembunuhan, penganiayaan
mengakibatkan korban meninggal, dan penelantaran anak.
4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasal yang akan dikenakan cukup berat yakni pembunuhan berencana Pasal
340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Pidana yang dijatuhkan maksimal pidana
penjara seumur hidup bahkan pidana mati. Pelaku tidak akan bebas apabila ada
bukti dan saksi yang memberatkan.
Pandangan penulis tentu berpijak pada ketentuan yang ada. Jika dalam
ketentuan Undang-undang ditentukan pidana mati sekalipun, maka itu berarti pidana
mati tersebut dapat diterapkan pada pelaku. Namun meskipun pidana mati sebagai
pidana yang paling berat, bukan menjadi suatu jaminan bahwa kasus lain sejenis
kasus Angeline terjadi di kemudian hari.
B. Saran
Saran yang terpenting adalah bagaimana pencegahan agar tidak ada lagi
anak-anak yang bernasib seperti Angeline. Bagaimana dia mengalami penyiksaan
dan penelantaran namun tidak ada satupun orang yang melaporkan kejadian
tersebut, yang pada akhirnya akan berakhir tragis. Setelah kejadian baru mereka
memberikan pengakuan bahwa telah terjadi penyiksaan dan penelantaran.
5
6