Disusun Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAYABAYA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi
para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca agar dalam pembuatan makalah selanjutnya kami bisa lebih baik lagi.
Saran yang membangun akan sangat penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai
berikut.
1. Kronologi kasus pembunuhan Angeline.
2. Pelanggaran HAM Angeline.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengakuan tersangka Agus, yang juga dituangkan dalam Berita Acara Penyidikan
(BAP) Rabu 17 Juni 2015, tertulis;
Saksi kedua, Satpam baru di rumah Margriet melalui penunjukkan PT Patriot yang
dipesan oleh Christina (anak Margriet). Dalam keterangan Dewa Putu Raka, yang bekerja
hanya 6 hari dari 4 Juni, bahwa;
Kesaksian ketiga dari Balikpapan, Francky A Marinka. Dia mengaku pernah tinggal
selama 3 bulan dari Desember 2014 sampai Maret 2015. Keterangan memberatkan
adalah;
Kesaksian terakir yang memberatkan, Rahmat Handono yang pernah indekos 3 tahun di
rumah Margriet. Namun, tiga hari jelang dikabarkan Angeline hilang, pria ini tidak lagi
di indekos. Berikut pengakuannya;
Selain keempat saksi tadi, Polisi juga memiliki data keterangan dari saksi AA. Tetapi
hingga kini kejelasan soal siapa AA dan statusnya masih dirahasiakan Polisi.
A. Kesimpulan
Dari kasus ini, kita dapat melihat adanya berbagai kasus pelanggaran Hak Asasi Anak
diantaranya pelecehan seksual, penganiayaan, serta pembunuhan. Selain itu, Angeline juga
dipandang tidak mendapatkan kehidupan yang sejahtera dan pantas untuk ia dapatkan.
Padahal, Ibu angkatnya merupakan seorang yang berkecukupan. Terpampang jelas sekali ini
merupakan pelanggaran terhadap Hak Asasi Anak yang berlapis-lapis. Kasus ini dapat
dikategorikan sebagai pelanggaran berat terhadap Hak Asasi Anak. Kasus ini dapat terjadi
karena kurangnya perhatian dan pengetahuan rakyat Indonesia terhadap hukum
perlindungan anak sehingga pelaku pelanggaran tidak mengetahui konsekuensi yang akan
didapat jika melakukan pelanggaran. Hal ini juga dapat terjadi akibat kurang tegasnya
hukum di Indonesia. Yang dimaksud dengan kurang tegasnya hukum di Indonesia yaitu
salah satunya ketakutan saksi pelanggaran untuk melaporkan kasus pelanggaran kepada
pihak yang berwenang.
B. Saran
Menurut kami, solusi dari kasus pelanggaran Hak Asasi Anak adalah dengan kembali
menegaskan hukum mengenai Hak Asasi Anak, sosialisasi tentang kejahatan terhadap anak,
juga memberikan pengetahuan kepada anak serta cara melindungi diri dari berbagai
kejahatan, mulai dari penculikan,pelecehan, bullying, sampai pembunuhan. Dengan begitu,
diharapkan kejahatan terhadap anak dapat berkurang dan perasaan aman dan nyaman
diantara anak dapat meningkat.