Anda di halaman 1dari 6

Artikel Ilmiah PPKN

Warisan Pembawa Maut

Disusun Oleh :
Sifra Angeline
XII IPA 3 / 30

SMA Negeri 14 Bandung


2020
BAB 1
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

HAM atau Hak Asasi Manusia adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang
menyatakan bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya karena ia adalah seorang
manusia. Hak asasi manusia berlaku kapanpun, di manapun, dan kepada siapapun, sehingga
sifatnya universal. HAM pada prinsipnya tidak dapat dicabut. HAM diatur dalam UUD 1945
pasal 28 : 1, tap MPR no XVII 1998, UU no 39 th. 1999, dll.

Warisan pembawa maut ini merupakan pelanggaran HAM yang terjadi di Bali, dengan
menewaskan anak perempuan bernama Engeline. Awalnya, kakak angkat Engeline memposting
bahwa Engeline hilang di laman facebooknya dan ternyata membuat banyak simpati orang –
orang / viral. Hingga akhirnya polisi mulai mencari Engeline. Salah satu kecurigaan polisi adalah
Ibu angkatnya, karena sudah 3 kali pemeriksaan, ibu angkatnya selalu menolak jika rumahnya
diperiksa. Pada pemeriksaan selanjutnya, polisi dapat masuk . Mereka melihat rumah yang tak
layak huni dan bau anyir. Hingga akhirnya polisi menemukan jasad Engeline dikubur di
pekarangan rumah.

Akhirnya, Margriet Christina Megawe, Ibu angkat Engeline, dijatuhi hukuman seumur
hidup dalam persidangan Senin, 29 Februari 2016. Ia dihukum melanggar perlindungan anak
dan pembunuhan berencana. Sedangkan Agus Tay,Tukang kebun yang membantu
menyembunyikan korban, divonis 10 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Denpasar. Dan
warga Bali banyak yang berbela sungkawa dan berduka cita dengan memberi karangan bunga
dan acara RIP Engeline.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa dasar hukum dan pengertian HAM?

2. Apa faktor penyebab kasus pelanggaran HAM?

3. Apa latar belakang terjadi pembunuhan ini?

4. Apa saja pasal – pasal yang dijatuhkan kepada tersangka?

5. Apa peran dan solusi pemerintah dalam kejadian ini?


6. Bagaimana cara agar tak ada lagi pelanggaran HAM?

BAB 2

Pembahasan

Dasar hukum HAM adalah UU no 39 tahun 1999 pasal 1 ayat 1, dengan pengertian Hak
Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai mahluk Tuhan yang Maha Esa dan merupakan anugrahNya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Faktor penyebab pelanggaran
HAM ada 2 yaitu, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal artinya berdasar dari diri
sendiri, contohnya sifat egoism, kurangnya toleransi diri, dendam/benci/sirik/iri, suka rasis dan
mendiskriminasi orang lain. Sedangkan faktor eksternal, berasal dari luar diri. Contohnya
penyalahgunaan kekuasaan, penyalahgunaan teknologi, ketidaktegasaan apparat, kesenjangan
sosial,dll.

Latar belakang terjadi kasus Engeline adalah ayah angkatnya sangat sayang ke Engeline,
hingga membuat anak – anaknya merasa tidak diperhatikan dan cemburu. Ayahnya selalu
mementingkan Engeline, hal ini membuat Margriet marah. Hingga sebelum ayahnya meninggal,
dia membagikan warisan, dimana warisan ini diberikan kepada Engeline. Lalu ayahnya
meninggal. Setelah ayahnya meninggal, jadi sering terjadi kekerasan kepada Engeline. KPAI
sempat mendatangi kediaman Margareth, tetapi kedatangannya ditolak. Sehingga dilihat dari
faktor penyebabnya, kasus ini termasuk faktor internal.

Engeline dibunuh oleh Margriet, dan tukang kebun Agus Tay membantu dalam
menyembunyikan jasad nya. Akhirnya Margriet Christina Megawe, dijatuhi hukuman seumur
hidup dalam persidangan Senin, 29 Februari 2016. Ketua majelis hakim, Edward Harris Sinaga,
mengatakan Margriet dijatuhi vonis hukuman karena melanggar Pasal 340 KUHP tentang
pembunuhan berencana.  Kedua, Margriet dinyatakan melanggar Pasal 76i juncto Pasal 88
Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Ketiga, melanggar Pasal
76b juncto Pasal 77B UU RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Keempat, Pasal
76a huruf a juncto Pasal 77 UU RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
Lalu Agus Tay divonis 10 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Denpasar, Senin, 29
Februari 2016, dalam perkara pembunuhan gadis cilik Angeline. terdakwa terbukti bersalah
membantu pembunuhan untuk menyembunyikan kematian jenazah. hakim memutuskan
perbuatan terdakwa melanggar Pasal 340 KUHP, Pasal 56 KUHP tentang membantu
pembunuhan berencana dan Pasal 181 KUHP tentang berperan serta ikut melakukan
penguburan jenazah korban.

Peran pemerintah dalam kasus ini adalah mendatangkan menteri pemberdayaan


perempuan dan perlindungan anak, lalu KPAI juga mendatangkan lagi rumah Margriet, dan
polisi – polisi dikerahkan untuk penyelidikan kasus Engeline. Solusi dari pemerintah adalah akan
mengadopsi strategi yang sudah diberlakukan di Jawa Barat yaitu one student one safe family.

Cara pencegahan HAM adalah dengan mengedukasi masyarakat bahwa HAM adalah
hak utama setiap orang dan tidak boleh direnggut atau dicampuri oleh siapapun. Selain edukasi,
hukuman harus semakin dipertegas lagi, artinya hukuman yang tidak viralpun, hukumannya
harus sama. Lalu komisi – komisi HAM harus semakin was – was dengan apa yang terjadi
dengan kejadian ini dan dengan kejadian lainnya. Dan yang terakhir adalah edukasi diri sendiri,
dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa, mengetahui solusi dari
kekurangan diri, belajar yang giat dan lain – lain.

Tersangka :

Engeline
Pekarangan rumah margriet masyarakat Bali melakukan upacara untuk
mendoakan Engeline
BAB 3
Penutup
3.1. Kesimpulan

Anak perempuan berumur 8 tahun bernama Engeline ditemukan tewas dikubur di pekarangan
rumah setelah berita hilangnya viral di media sosial. Berita hilangnya ini, mendapat perhatian
KPAI, Komnas HAM, menteri pemberdayaan perempuan dan anak, dan lain-lain. Setelah
ditelusuri dan diselidiki polisi, ternyata Ia dibunuh oleh ibu angkatnya, Margriet dan Agus Tay,
tukang kebun rumahnya. Hal ini disebabkan oleh amarah, cemburu, iri, dan warisan yang ayah
angkatnya berikan kepada Angeline, bukan kepada anak kandungnya dan kepada istrinya.
Akhirnya atas perbuatan Margriet, ia ditangkap dan mendapat hukuman penjara seumur hidup.
Sedangkan Agus Tay dihukum 10 tahun penjara karena membantu menyembunyikan /
mengubur jenazah.

3.2. Saran

Saran saya adalah pemerintah dan komisi – komisi perlindungan lebih fok us lagi tentang
masalah sepeti ini. Dan juga hukuman yang diberikan harus setimpal dengan apa yang dia
lakukan. Selain itu, saran saya harus adanya pembelajaraan edukasi tentang HAM dan moral
yang matang sejak dini sehingga taka da lagi kejadian sejak dini. Lalu sebagai manusia sosial dan
bermasyarakat, kita dapat memberi tahu dan melapor kepada pihak berwajib jika adanya
kejanggalan dan kecurigaan yang dialami seseorang.

Anda mungkin juga menyukai