Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

HUKUM TATA NEGARA


Created by : Tirza Mariani Claudya(1840050042)

Kasus Pelanggaran HAM Yang Tak Kunjung Usai


(Kasus Munir)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan


Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang dimiliki manusia sejak ia
lahir yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapapun. Hak-hak
ini berisi tentang kesamaan atau keselarasan tanpa membeda-bedakan suku,
golongan, keturunanan, jabatan dan lain sebagainya antara setiap manusia yang
hakikatnya adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan.
Jika kita melihat perkembangan HAM di Negara ini ternyata masih banyak
pelanggaran HAM yang sering kita temui. Mulai dari pelanggaran kecil yang
berkaitan dengan norma hingga pelanggaran HAM besar yang bersifat kriminal dan
menyangkut soal keselamatan jiwa. Untuk menyelesaikan masalah ini perlu adanya
keseriusan dari pemerintah menangani pelanggaran-pelanggaran yang terjadi dan
menghukum individu atau oknum terbukti melakukan pelanggaran HAM. Selain itu
masyarakat juga perlu mengerti tentang HAM dan turut menegakkan HAM mulai
dari lingkungan sosial tempat mereka tinggal hingga nantinya akan terbetuk
penegakan HAM tingkat nasional.
Adapun contoh dari pelanggaran HAM di Indonesia adalah kasus Munir. Kasus
Munir menjelaskan bahwa Hak warga Negara untuk memperoleh kebenaran belum
dipenuhi oleh pemerintah. Oleh karena itu, penulis mengambil judul “Pelanggaran
HAM yang Tak Kunjung Usai”.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia dan UU nomor berapa yang
berkaitan dengan Hak Asasi Manusia?
2. Kasus seperti apa yang termasuk pelanggaran Hak Asasi Manusia?
3. Mengapa pelanggaran Hak Asasi Manusia tak kunjung usai?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan ditulisnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Hak Asasi Manusia dan Undang-Undangnya.
2. Untuk mengetahui kasus yang berkaitan dengan pelanggaran Hak Asasi Manusia.
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia dan
solusinya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hak Asasi Manusia


2.1.1 Pengertian Hak Asasi Manusia
Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia mendefinisikan hak
asasi manusia sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Suproatnoko (2008;125), hak asasi manusia adalah hak dasar milik
manusia, bersifat universal sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa sejak hidup dalam
kandungan atau rahim, dan hak kodrati atau asasi yang tidak dapat dipisahkan dari
eksistensi pribadi manusia itu sendiri.
2.1.2 Hak Asasi Manusia dalam UU No. 39 Tahun 1999
Hak asasi manusia di Indonesia didasarkan pada falsafah dan ideology pancasila,
pembukaan UUD 1945, batang tubuh UUD 1945, UU No. 39 Tahun 1999 tentang
hak asasi manusia, dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan hak asasi
manusia.
UU No. 39 Tahun 1999 mencantumkan asas-asas dasar hak asasi manusia
diantaranya:
Beberapa asas dasar hak asasi manusia yang tercantum dalam UU No. 39 Tahun
1999 adalah:
a. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan
hokum yang adil serta mendapat kepastian hokum dan perlakuan yang sama di
depan hukum.
b. Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar
manusia, tanpa diskriminasi.
c. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi dan persamaan di hadapan hukum, hak untuk tidak dituntut atas dasar
hokum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apa pun dan oleh siapa pun.
d. Setiap orang diakui sebagai pribadi yang berhak menuntut dan memperoleh
perlakuan serta perlindungan yang sama sesuai dengan martabat
kemanusiaannya di depan hukum.
e. Setiap orang berhak mendapat bantuan dan perlindungan yang adil dan
pengadilan yang objektif dan tidak berpihak.
Secara operasional hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia Indonesia dalam
UU No. 39 Tahun 1999 meliputi:
a. Hak hidup (Pasal 9),
b. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan (Pasal 10),
c. Hak mengembangkan diri (Pasal 11-16),
d. Hak memperoleh keadilan (Pasal 17-19),
e. Hak atas kebebasan pribadi (Pasal 20-27),
f. Hak atas rasa aman (Pasal 28-35),
g. Hak atas kesejahteraan (Pasal 36-42),
h. Hak turut serta dalam pemerintah (Pasal 43-44),
i. Hak wanita (Pasal 45-51), dan
j. Hak anak (Pasal 52-66)

Pelaksanaan hak asasi manusia juga menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan
kewajiban dan tanggung jawab pemerintah, yaitu:
a. Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi,
menegakkan, dan memajukan hak asasi manusia yang diatur dalam undang-
undang ini, peraturan perundang-undangan lain, dan hokum internasional tentang
hak asasi manusia yang diterima oleh Negara Republik Indonesia.
b. Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah meliputi langkah implementasi yang
efektif dalam bidang hukum, politik, ekonomi, social, budaya, pertahanan-
keamanan negara, dan bidang lain.
c. Hak dan kebebasan yang diatur dalam undang-undang ini hanya dapat dibatasi
oleh dan berdasarkan undang-undang, semata-mata untuk menjamin pengakuan
dan penghormatan terhadap hak asasi manusia serta kebebasan dasar orang lain,
kesusilaan, ketertiban umum, dan kepentingan bangsa.
d. Tidak satu ketentuan pun dalam undang-undang ini boleh diartikan bahwa
pemerintah, partai politik, golongan, atau pihak mana pun dibenarkan
mengurangi, merusak, atau menghapuskan hak asasi manusia atau kebebasan
dasar yang diatur dalam undang-undang.
2.2 Kasus Pelanggaran HAM
Adapun contoh kasus pelanggaran HAM di Indonesia adalah kasus Munir sang
pejuang Hak Asasi Manusia. Ia lahir di Malang, Jawa Timur pada tanggal 8
Desember 1965 tepatnya di Kota Batu. Munir merupakan seorang aktivis dan
pejuang HAM Indonesia Munir mendirikan Komosi untuk Orang Hilang dan Korban
Kekerasan (KontraS).
Berikut adalah kronologis pembunuhan Munir hingga proses pengadilan
tersangka pembunuh Munir.

Pada 6 September 2004 Munir menuju Amsterdam untuk melanjutkan studi


program master (S2) di Universitas Utrecth Belanda. Munir naik pesawat Garuda
Indonesia GA-974 pada pukul 21.55 WIB menuju Singapura untuk kemudian transit
di Singapura dan terbang kembali ke Amsterdam. Tiba di Singapura pada pukul
00.40 waktu Singapura. Kemudian pukul 01.50 waktu Singapura Munir kembali
terbang dan menuju Amsterdam. Tiga jam setelah pesawat GA-974 take off dari
Singapura, awak kabin melaporkan kepada pilot Pantun Matondang bahwa seorang
penumpang bernama Munir yang duduk di kursi nomor 40 G menderita sakit. Munir
bolak balik ke toilet. Pilot meminta awak kabin untuk terus memonitor kondisi
Munir. Munir pun dipindahkan duduk di sebelah seorang penumpang yang kebetulan
berprofesi dokter yang juga berusaha menolongnya. Penerbangan menuju
Amsterdam menempuh waktu 12 jam. Namun dua jam sebelum mendarat 7
September 2004, pukul 08.10 waktu Amsterdam di bandara Schipol Amsterdam, saat
diperiksa, Munir telah meninggal dunia. Pada tanggal 12 November 2004
dikeluarkan kabar bahwa polisi Belanda (Institut Forensik Belanda) menemukan
jejak-jejak senyawa arsenikum setelah otopsi. Hal ini juga dikonfirmasi oleh polisi
Indonesia. Belum diketahui siapa yang telah meracuni Munir, meskipun ada yang
menduga bahwa oknum-oknum tertentu memang ingin menyingkirkannya.

Salah satunya adalah kebencian para penguasa orde baru terhadap gerakan
‘human right’ Munir. Mereka “penguasa” yang telah semena-mena menindas,
membunuh, dan membantai rakyat kecil mendapat perlawanan keras dari Munir.
Munir tanpa lelah terus mencari fakta dan realita untuk mengungkap kasus-kasus
pembantaian orang dan rakyat yang tidak berdosa. Meskipun dirinya dan
keluarganya menerima berbagai ancaman pembunuhan, Munir tetap melangkahkan
perjuangannya dengan darah jadi taruhannya.

Orang pertama yang menjadi tersangka pertama pembunuhan Munir (dan


akhirnya terpidana) adalah Pollycarpus Budihari Priyanto. Selama persidangan,
terungkap bahwa pada 7 September 2004, seharusnya Pollycarpus sedang cuti. Lalu
ia membuat surat tugas palsu dan mengikuti penerbangan Munir ke Amsterdam. Aksi
pembunuhan Munir semakin terkuat tatkala Pollycarpus ‘meminta’ Munir agar
berpindah tempat duduk dengannya. Sebelum pembunuhan Munir, Pollycarpus
menerima beberapa panggilan telepon dari sebuah telepon yang terdaftar oleh agen
intelijen senior. Dan pada akhirnya, 20 Desember 2005 Pollycarpus BP dijatuhi vonis
20 tahun hukuman penjara. Meskipun sampai saat ini, Pollycarpus tidak mengakui
dirinya sebagai pembunuh Munir, berbagai alat bukti dan skenario pemalsuan surat
tugas dan hal-hal yang janggal. Namun, timbul pertanyaan, untuk apa Pollycarpus
membunuh Munir. Apakah dia bermusuhan atau bertengkar dengan Munir. Tidak
ada historis yang menggambarkan hubungan mereka berdua.

Selidik demi selidik, akhirnya terungkap nomor yang pernah menghubungi


Pollycarpus dari agen Intelinjen Senior adalah seorang mantan petinggi TNI, yakni
Mayor Jenderal (Purn) Muchdi Purwoprandjono. Mayjen (Purn) Muchdi PR pernah
menduduki jabatan sebagai Komandan Koppassus TNI Angkatan Darat yang
ditinggali Prabowo Subianto (pendiri Partai Gerindra). Selain itu, ia juga pernah
menjabat sebagai Deputi Badan Intelijen Indonesia.

Muchdi PR ditangkap pada 6 Juni 2008. Lalu ia disidangkan di Pengadilan


Negeri Jakarta Selatan dan pada awal Desember 2008, jaksa penuntut umum (JPU)
kasus pembunuhan Munir menuntut Muchdi PR dihukum 15 tahun penjara. Muchdi
PR terbukti menganjurkan dan memberikan sarana kepada terpidana Pollycarpus
Budihari Priyanto untuk membunuh Munir.

Jaksa juga memaparkan sejumlah fakta yang terungkap dari keterangan saksi,
barang bukti, dan keterangan terdakwa selama 17 kali sidang. Di antaranya adalah
surat dari Badan Intelijen Negara yang ditujukan kepada Garuda Indonesia pada Juni
2004 yang merekomendasikan Pollycarpus sebagai petugas aviation security. Hal
tersebut sangat tidak wajar karena Badan Intelijen Negara ikut campur urusan bisnis
Garuda hingga merekomendasikan Pollycarpus untuk ikut terbang bersama Munir.
Jaksa juga menunjuk bukti transaksi panggilan dari nomor telepon yang diduga milik
Pollycarpus ke nomor yang diduga milik Muchdi, atau sebaliknya, yang tercatat
dalam call data record. Selain itu, dalam persidangan Muchdi PR memberikan
keterangan berubah-ubah dan beberapa kali bertindak tidak sopan.

Usaha para jaksa membongkar kasus pembunuhan dan menuntut pelaku


pembunuh kandas ditangan majelis hakim PN Jakarta Selatan yang diketuai Suharto.
Tanggal tanggal 31 Desember 2008, majelis hakim menvonis bebas Muchdi Pr atas
keterlibatannya dalam pembunuhan aktivis HAM – Munir.

2.3 Pelanggaran HAM yang Tak Kunjung Usai


Kasus munir merupakan contoh lemahnya penegakkan HAM di Indonesia.
Kasus Munir juga merupakan hasil dari sisa-sisa pemerintahan orde baru yang saat
itu lebih bersifat otoriter. Seharusnya kasus Munir ini dijadikan suatu pelajaran untuk
bangsa ini agar meninggalkan cara-cara yang bersifat otoriter karena setiap manusia
atau warga Negara memiliki hak untuk memperoleh kebenaran, hak hidup, hak
memperoleh keadilan, dan hak atas rasa aman. Sedangkan bangsa Indonesia saat ini
memiliki sistem pemerintahan demokrasi yang seharusnya menjunjung tinggi HAM
seluruh masyarakat Indonesia.
Pemerintah hingga saat ini masih kurang tegas dalam menangani kasus
pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia. Hal itu dikarenakan kurang ketatnya
peraturan perundang-undangan dalam menangani kasus pelanggaran HAM. Dan
pemerintah kurang disiplin melaksanakan undang-undang yang telah ditetapkan,
sehingga terdapat kesan kelonggaran bagi pelaku pelanggaran HAM.
Selain hal tersebut, kasus munir merupakan suatu kejahatan yang dicurigai
dilakukan oleh penguasa sebelumnya, sehingga terkesan pemerintah sekarang
menutup-nutupi “borok” pemerintah sebelumnya agar nama baik pemerintahan tidak
tercemar.
Seharusnya pemerintah menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya untuk
memberikan Hak-hak yang diimiliki seluruh masyarakat yang tertuang dalam UUD
1945, batang tubuh UUD 1945, UU No. 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia,
dan UU No. 26 Tahun 2000.
Dalam UU No. 39 Tahun 1999 menyebutkan bahwa pemerintah menjamin Hak
untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani,
hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan
persamaan di hadapan hukum, hak untuk tidak dituntut atas dasar hokum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apa pun dan oleh siapa pun. Hal diatas sangat bertentangan dengan hal yang diterima
munir sebagai warga Negara yang hanya ingin memperjuangkan kebenaran atas
ketidak adilan yang terjadi pada masa pemerintahan orde baru, sehingga dengan
dibunuhnya munir sudah jelas merupakan salah satu kasus pelanggaran HAM.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Hak Asasi Manusia(HAM) merupakan anugerah yang diberikan Tuhan Yang


Maha Esa kepada seluruh manusia dan tak ada satupun orang pun yang dapat
mengganggu gugat, tidak terkecuali pemerintah. Jadi sudah sepatutnya pemerintah
memberikan apa yang seharusnya rakyat miliki yang diantaranya adalah hak untuk
mendapatkan keadilan dan kebenaran.
Hak Asasi Manusia(HAM) sendiri juga telah diatur didalam UU No. 39 Tahun
1999 yang isinya mengenai hak-hak yang dimiliki rakyat di Indonesia yaitu Hak
hidup, Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, Hak mengembangkan diri, Hak
memperoleh keadilan, Hak atas kebebasan pribadi, Hak atas rasa aman, Hak atas
kesejahteraan, Hak turut serta dalam pemerintah, Hak wanita dan Hak anak
Dengan begitu kasus Munir merupakan pelanggaran HAM yang harus di jadikan
pelajan untuk bangsa ini kedepannya agar lebih menghargai HAM itu sendiri. Untuk
itu diperlukan perhatian pemerintah yang mendalam dan pemahaman yang lebih dari
seluruh rakyat agar dapat bersama-sama menegakkan HAM di bangsa yang kita
cintai ini.

SARAN
 Pemerintah harus mengungkap kasus Munir dan menegakkan keadilan,
masalah ini harus dituntaskan agar tidak ada lagi aktivis HAM yang dibunuh
atau disiksa karena perjuangannya.
 Juga sikap sadar akan pentingnya HAM harus ditingkatkan agar di masa
depan nanti tidak ada lagi pelanggaran HAM.
DAFTAR PUSTAKA

Azainil.2011.Pendidikan Kewarganegaraan.Universitas Mulawarman:Samarinda


http://www.komisiinformasi.go.id/assets/data/arsip/UU_Nomor_39_tentang_HAM.p
df <dilihat:minggu,6 November 2011>
http://sumberpencarianartikel.com/kronologis-kasus-munir/ <dilihat:minggu,6
November 2011>
http://nasional.kompas.com/read/2008/06/19/22025444/kronologi.kasus.pembunuhan
.munir <dilihat:minggu,6 November 2011>

Anda mungkin juga menyukai