KELAS : XI AK
PEMBIMBING JULFI SH
TAHUN AJARAN
2017 / 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
II
Halaman Judul..................................................................................................I
Kata Pengantar.................................................................................................II
Daftar Isi..........................................................................................................III
Pendahuluan....................................................................................................IV
A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Permasalahan
Isi......................................................................................................................V
Penutup...........................................................................................................VI
A.Kesimpulan
B.Saran
Daftar Pustaka................................................................................................VII
IV.Pendahuluan
III
A. LATAR BELAKANG
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia sejak
manusia masih dalam kandungan sampai akhir kematiannya. Di di dalamnya tidak
jarang menimbulkan gesekan-gesekan antar individu dalam upaya pemenuhan HAM
pada dirinya sendiri. Hal inilah yang kemudian bisa memunculkan pelanggaran
HAM seorang individu terhadap individu lain,kelompok terhadap individu, ataupun
sebaliknya.
Setelah reformasi tahun 1998, Indonesia mengalami kemajuan dalam bidang
penegakan HAM bagi seluruh warganya. Instrumen-instrumen HAM pun didirikan
sebagai upaya menunjang komitmen penegakan HAM yang lebih optimal. Namun
seiring dengan kemajuan ini, pelanggaran HAM kemudian juga sering terjadi di
sekitar kita. Untuk itulah kami menyusun makalah yang berjudul “Pelanggaran Hak
Asasi Manusia Di Indonesia”,untuk memberikan informasi tentang apa itu
pelanggaran HAM.
C. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan judul makalah ini “Pelanggaran Hak Asasi Manusia” , maka
masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Apa pengertian pelanggaran HAM ?
2. Apa saja macam-macam pelanggaran HAM?
3. Apa contoh pelanggaran HAM di Indonesia?
4. Bagaimana upaya penyelesaian kasus pelanggaran HAM?
B. TUJUAN PERMASALAHAN
Tujuan dari mengangkat materi ini tentang kasus hak asasi manusia di
Indonesia yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian pelanggaran HAM.
2. Untuk mengetahui macam-macam pelanggaran HAM.
3. Untuk mengetahui contoh pelanggaran HAM di Indonesia.
4. Upaya penyelesaian kasus pelanggaran HAM.
V.Isi
IV
A. PENGERTIAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA
2. Kejahatan Kemanusiaan
Kejahatan kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan berupa serangan
yang ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil seperti pengusiran
penduduk secara paksa, pembunuhan,penyiksaan, perbudakkan dll.
- Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :
1. Pemukulan
V
2. Penganiayaan
3. Pencemaran nama baik
4. Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya
5. Menghilangkan nyawa orang lain
1. Pembantaiaan Rawagede
Pembantaian Rawagede merupakan pelanggaran HAM yang terjadi penembakan dan
pembunuhan penduduk kampung Rawagede (sekarang Desa Balongsari, Rawamerta,
Karawang, Jawa Barat) oleh tentara Belanda tanggal 9 Desember 1945 bersamaan
dengan Agresi Militer Belanda I. Akibatnya puluhan warga sipil terbunuh oleh
tentara Belanda yang kebanyakan dibunuh tanpa alasan yang jelas. Tanggal 14
September 2011, Pengadilan Den Haaq menyatakan pemerintah Belanda bersalah
dan harus bertanggung jawab dengan membayar ganti rugi (kompensasi) kepada
keluarga korban pembantaian Rawagede.
VI
Kasus Marsinah terjadi pada 3-4 Mei 1993. Seorang pekerja dan aktivitas wanita PT
Catur Putera Surya Porong, Jatim. Peristiwa ini berawal dari aksi mogok yang
dilakukan oleh Marsinah dan buruh PT CPS. Mereka menuntun kepastian pada
perusahaan yang telah melakukan PHK mereka tanpa alasan. Setelah aksi demo
tersebut, Marsinah malah ditemukan tewas 5 hari kemudian. Ia tewas di kawasan
hutan Wilangan, Nganjuk dalam kondisi mengenaskan dan diduga menjadi korban
pelanggaran HAM berupa penculikan, penganiayaan dan pembunuhan. Penyelidikan
masih belum menemukan titik terang hingga sekarang.
7. Kasus Bulukumba
Kasus Bulukumba merupakan kasus yang terjadi pada tahun 2003. Dilatar belakangi
oleh PT. London Sumatra (Lonsum) yang melakukan perluasan area perkebunan,
namun upaya ini ditolak oleh warga sekitar. Polisi Tembak Warga di Bulukumba.
Anggota Brigade Mobil Kepolisian Resor Bulukumba, Sulawesi Selatan, dilaporkan
menembak seorang warga Desa Bonto Biraeng, Kecamatan Kajang, Bulukumba,
Senin (3 Oktober 2011) sekitar pukul 17.00 Wita. Ansu, warga yang tertembak
tersebut, ditembak di bagian punggung. Warga Kajang sejak lama menuntut PT
London mengembalikan tanah mereka.
VII
militer mulai melakukan operasi dengan menangkap anggota komunis, menyiksa
dan membunuh mereka. Sebagian banyak orang berpendapat bahwa Soeharto
diduga kuat menjadi dalang dibalik pembantaian 1965 ini. Dikabarkan sekitar satu
juta setengah anggota komunis meninggal dan sebagian menghilang. Ini jelas murni
terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia.
VIII
Bernadus Irmawan, Muzamil Joko P, Abdullah dan Sigit Prasetyo. Kemudian
kejadian kedua di kenal dengan nama Tragedi semanggi II yang terjadi pada tanggal
24 September 1999 yang memakan 5 orang korban meninggal yaitu Salim Ternate,
Denny Yulian, Yap Yun Hap, Zainal dan Fadli.
Kasus Marsinah terjadi pada 3-4 Mei 1993. Seorang pekerja dan aktivitas wanita PT
Catur Putera Surya Porong, Jatim.
Peristiwa ini berawal dari aksi mogok yang dilakukan oleh Marsinah dan buruh PT
CPS. Mereka menuntun kepastian pada perusahaan yang telah melakukan PHK
mereka tanpa alasan. Setelah aksi demo tersebut, Marsinah malah ditemukan tewas
5 hari kemudian. Ia tewas di kawasan hutan Wilangan, Nganjuk dalam kondisi
mengenaskan dan diduga menjadi korban pelanggaran HAM berupa penculikan,
penganiayaan dan pembunuhan. Penyelidikan masih belum menemukan titik terang
hingga sekarang.
IX
17. Aksi Bom Bali 2002
Peristiwa ini terjadi pada tahun 2002. Sebuah bom diledakkan di kawasan Legian
Kuta, Bali oleh sekelompok jaringan teroris.
Kepanikan sempat melanda di penjuru Nusantara akibat peristiwa ini. Aksi bom bali
ini juga banyak memicu tindakan terorisme di kemudian hari.
Peristiwa bom bali menjadi salah satu aksi terorisme terbesar di Indonesia. Akibat
peristiwa ini, sebanyak ratusan orang meninggal dunia, mulai dari turis asing hingga
warga lokal yang ada di sekitar lokasi.
Peristiwa ini dipicu oleh warga sekitar yang melakukan demonstrasi pada
pemerintah dan aparat yang hendak melakukan pemindahan makam keramat Mbah
Priok. Para warga yang menolak dan marah kemudian melakukan unjuk rasa, hingga
memicu bentrok antara warga dengan anggota polisi dan TNI.
Dalam peristiwa ini diduga terjadi pelanggaran HAM dimana terdapat ratusan
korban meninggal dunia akibat kekerasan dan penembakan.
X
Munir Said Thalib adalah aktifis HAM yang pernah menangani kasus-kasus
pelanggaran HAM. Munir lahir di Malang, tanggal 8 Desember 1965. Munir
meninggal pada tanggal 7 September 2004 di dalam pesawat Garuda Indonesia
ketika ia sedang melakukan perjalanan menuju Amsterdam, Belanda. Spekulasi
mulai bermunculan, banyak berita yang mengabarkan bahwa Munir meninggal di
pesawat karena dibunuh, serangan jantung bahkan diracuni. Namun, sebagian orang
percaya bahwa Munir meninggal karena diracuni dengan Arsenikum di makanan
atau minumannya saat di dalam pesawat.
Kasus ini sampai sekarang masih belum ada titik jelas, bahkan kasus ini telah
diajukan ke Amnesty Internasional dan tengah diproses. Pada tahun 2005,
Pollycarpus Budihari Priyanto selaku Pilot Garuda Indonesia dijatuhi hukuman 14
tahun penjara karena terbukti bahwa ia merupakan tersangka dari kasus
pembunuhan Munir, karena dengan sengaja ia menaruh Arsenik di makanan Munir
dan meninggal di pesawat.
21. Pembantaian Santa Cruz (1991)
Kasus ini masuk dalam catatan kasus pelanggaran HAM di Indonesia, yaitu
pembantaian yang dilakukan oleh militer atau anggota TNI dengan menembak
warga sipil di Pemakaman Santa Cruz, Dili, Timor-Timur pada tanggal 12 November
1991. Kebanyakan warga sipil yang sedang menghadiri pemakaman rekannya di
Pemakaman Santa Cruz ditembak oleh anggota militer Indonesia. Puluhan
demonstran yang kebanyakkan mahasiswa dan warga sipil mengalami luka-luka dan
bahkan ada yang meninggal. Banyak orang menilai bahwa kasus ini murni
pembunuhan yang dilakukan oleh anggota TNI dengan melakukan agresi ke Dili, dan
merupakan aksi untuk menyatakan Timor-Timur ingin keluar dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) dan membentuk negara sendiri.
XI
kekerasan yang dialami perempuan yang terjadi dari ratusan kekerasan seputar
diberlakukannya Daerah Operasi Militer selama ini tidak pernah terungkap.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan informasi ini tidak diketahui oleh
masyarakat luas dan dunia
internasional seperti :
Korban pemerkosaan terutama di Aceh, sering dianggap aib dan memalukan.
Akibatnya korban atau keluarga selalu berusaha untuk menutupi kejadian tersebut.
Adanya ancaman dari pelaku untuk tidak "mengungkap" kejadian tersebut
kepada orang lain, karena pelakunya aparat yang sedang bertugas di daerah
tersebut, membuat korban/keluarga selalu berada dalam kondisi diintimidasi.
Penderitaan dan trauma yang dialami oleh korban sangat mendalam,
sehingga sangat sulit bagi korban untuk menceritakan pengalaman buruknya,
apalagi kepada orang yang tidak terlalu dikenalnya.
Adanya ancaman dari pihak-pihak tertentu terhadap orang ataupun LSM
yang mendampingi korban.
25. Pembantaian Rawagede
Pembantaian Rawagede merupakan pelanggaran HAM yang terjadi penembakan dan
pembunuhan penduduk kampung Rawagede (sekarang Desa Balongsari, Rawamerta,
Karawang, Jawa Barat) oleh tentara Belanda tanggal 9 Desember 1945 bersamaan
dengan Agresi Militer Belanda I. Akibatnya puluhan warga sipil terbunuh oleh
tentara Belanda yang kebanyakan dibunuh tanpa alasan yang jelas. Tanggal 14
September 2011, Pengadilan Den Haaq menyatakan pemerintah Belanda bersalah
dan harus bertanggung jawab dengan membayar ganti rugi kepada para keluarga
korban pembantaian Rawagede.
XII
meningkatkan pemerintah, Kejaksaan Agung harus mengambil langkah strtegis.
Demikian juga keberadaan Komnas HAM dan pihak lainnya untuk sama-sama
mencari solusi penyelesaiann kasus ini. Tanpa itu semua, sepertinya kita masih
harus menunngu bagaimana akhir dari tragedy Trisakti.
Namun ada beberapa cara lagi yang menurut saya bisa dilakukan untuk mengatasi
kasus pelanggaran HAM pada kasus Trisakti ini.
[ Pertama, pemerintah melalui Komnas HAM, harus menyelidiki dengan seksama
apa yang terjadi saat itu, siapa yang menembaki mahasiswa itu dan mengapa mereka
harus ditembaki. Komnas HAM harus segera menuntaskannya agar kepercayaan
bangsa Indonesia terhadap pemerintahnya tidak hilang akibat janji-janji kosong
mengenai tindakan lanjut dari tragedi di Trisakti.
[ Kedua, tidak hanya Komnas HAM, pemerintah pun harus mendukung
penyelesaian kasus ini, yaitu dengan mendukung Komnas HAM dalam investigasi
dengan menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam investigasi.
Parapejabat tinggi militer pun harus mendisiplinkan mereka yang saat itu bertugas
“menjaga ketertiban massa”, karena ternyata mereka membunuh empat mahasiswa
dengan peluru bermesiu, bukan peluru karet. Dan suatu hal yang tidak biasa
menertibkan massa dengan peluru karet.
[ Saat penyelidikan usai, giliran lembaga yudikatif kita untuk mengadili dengan
adil tiap mereka yang bertanggung jawab akan aksi kekerasan dan penembakan yang
terjadi. Jangan sampai keputusan yang diambil tidak sebanding denagn perbuatan
mereka.
[ Bila ternyata Komnas HAM dan pemerintah ternyata tidak sanggup melakukan
penegakan HAM di Indonesia, masyarakat kita harus meminta lembaga yang lebih
tinggi lagi, yaitu PBB, untuk mengambil alih kasus ini sebelum kasus ini kadaluarsa
dan ditutup sehingga mengecewakan masyarakat Indonesia.
[ Yang terakhir yang dapat saya uraikan agar menjadi suatu cara untuk mengatasi
terulangnya kejadian ini adalah pembenahan akan jiwa pemerintah agar menghargai
hak-hak asasi dari warga Indonesia, melalui mengusahakn secara maksimal agar hak
mereka untuk hidup dijunjung tinggi, begitu pula hak asasi lain seperti hak mereka
untuk memperoleh penghidupan yang layak, perekonomian yang baik, kebebasab
individu diakui sesuai nilai Pancasila yangberkembang dalam masyarakat. Maka
pemerintah Indonesia harus memperbaiki hidup bangsa ini.
XIII
VI.Penutup
A. KESIMPULAN
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan
kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu
hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM
orang lain. Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-
undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili
dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan
melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang
pengadilan HAM.
B. SARAN
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak
oleh orang lain. Jadi dalam menjaga HAM kita.
XIV
VII.Daftar Pustaka
http://upilbos.blogspot.com/2017/07/kasus-pelanggaran-ham.html
https://fuadmahfuddin13.wordpress.com/2014/03/18/makalah-pelanggaran-
ham/
XV