Anda di halaman 1dari 15

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK ASASI ANAK DAN PEREMPUAN YANG

MENJADI KORBAN KEKERASAN


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas ujian tengah semester

Mata Kuliah : Hukum Perlindungan Perempuan dan Anak

Dosen Pengampu : Meyer Tandenan, SH., MH

Oleh :

Arya Nupulo

(192032038)

JURUSAN HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

IAIN SULTAN AMAI GORONTALO

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Larar Belakang
Dewasa ini kemajuan dalam penegakan hukum mendapatkan dukungan
seluruhbangsa di dunia. Kemajuan tersebut dapat diketahui dari banyaknya
instrumenhukum nasional dan internasional yang digunakan untuk
mendukungterciptanya tujuan hukum berupa kedamaian dan ketertiban di
masyarakat.Tujuan yang ingin dicapai oleh hukum tersebut sangat diharapkan
untukmemberikan perlindungan hukum bagi hak-hak individu dan hak-hakmasyarakat
dari perbuatan yang mengahancurkan sendi-sendi kemanusiaandalam sejarah peradaban
manusia.
Isu hak asasi manusia (selanjutnya disingkat HAM) adalah isu utama yang
sedang dibahas oleh bangsa-bangsa di seluruh dunia. Dari sekian banyak halpokok
yang banyak disoroti oleh bangsa-bangsa di seiuruh dunia adalah perbuatan
kekerasan terhadap perempuan sebagai salah modus operandikejahatan.
Dalam Pasal 5 ayat 3 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
AsasiManusia (HAM) dijelaskan bahwa setiap orang yang termasuk
kelompokmasyarakat yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan
lebihberkenaan dengan kekhususannya. Kelompok masyarakat yang rentan adalah orang
lanjut usia, anak-anak, fakir miskin, wanita hamil, dan penyandang cacat.
Anak memiliki karakteristik yang spesifik dibandingkan dengan orang
dewasadan merupakan salah satu kelompok rentan yang haknya masih terabaikan,
olehkarena itu hak anak menjadi penting untuk diprioritaskan. Anak yang
berhadapandengan hukum (melanggar hukum pidana) yang kemudian diproses berarti
anakharus berhadapan dengan proses peradilan pidana, yaitu suatu rangkaian
kesatuan(continuum) yang menggambarkan peristiwa-peristiwa yang maju secara
teratur:mulai dari penyidikan, penangkapan, penahanan, penuntutan, diperiksa
olehpengadilan, diputus oleh hakim, dipidana dan akhirnya kembali ke masyarakat.
Munculnya stigma tidak saja menyulitkan anak untuk melakukan resosialisasi,melainkan
juga akan menghambat tumbuh kembang anak dan bahkan cita-citaserta harapan
anak di masa yang akan datang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah faktor terjadinya kekerasan terhadap anak dan perempuan?
2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap hak asasi anak dan perempuan
terhadap korban kekerasan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui terjadinya kekerasan terhadap anak dan perempuan
2. Untuk menetahui perlindungan hukum terhadap hak asasi anak dan perempuan
terhadap korban kekerasan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah HAM di Indonesia


Dari Indonesia tidak ada tokoh-tokoh yang diakui secara internasional sebagai
pelopor HAM.Namun bukan berarti di Indonesia tidak ada perjuangan untuk menegakkan
HAM. Perjuaanganmenegakkan HAM dimulai sejak adanya penjajahan di Indonesia.
Perjuangan ini tidak semata-mata hanya perlawanan mengusir penjajah, namun lebih
jauh dari itu pada dasarnya jugamerupakan perjuangan untuk menegakkan HAM.
Indonesia mengalami penjajahan berabad-abad. Pada masa itu banyak sekali
pelanggaran HAMseperti penculikan, kerja paksa, pembantaian, penyiksaan, pemindasan,
kesewang-wenanganyang merupakan fenomena umum yang terjadi. Tidak ada
kebebasan keadilan, perasaan,rasa aman, yang terjadi adalah ekploitasi besar-besaran
terhadap manusia dan kekayaan alamIndonesia untuk kepentingan penjajah.
.Pada masa penjajahan Belanda masyarakat Indonesia dibedakan menjadi tiga
strata sosial. Pembedaan kela-kelas dalam masyarakat ini mempunyai implikasi yang
luas. Ada diskriminasidi segala bidang kehidupan ekonomi, politik, soaial, pendidikan
dan hukum. Ketiga strata sosial itu adalah: masyarakat Eropa sebagai kelas pertama,
masyarakat Timut Asing (China, India Arab) sebagai kelas dua dan masyarakat
Irlander sebagai masyyarakat kelas tiga. Perlakuan manusia yang didasarkan pada
diskriminasi inilah yang bertentangan dengan harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk Tuhan yang sederajat. Kondisi semacam ini mendorong tokoh-tokoh pejuang
untuk mengangkat senjata. Tonggak-tonggak sejarah perjuangan HAM adalah sebagai
berikut :
1. Kebangkitan nasional (20 mei 1908)
2. Sumpah pemuda (28 oktober 1928)
3. Proklamasi Kemerdekaan (17 Agustus 1945); merupakan puncak perjuangan
untuk menghapuskan penjajahan dengan penetapan Undang-undang Dasar
1945 yang didalamnya terkandung pengakuan HAM.
4. . UUD RIS dan UUDS 1950 secara implicit mencantumkan konsep HAM
5. Siding Umum MPRS tahun 1966 menetapkan Ketetapan MPRS Nomor
XIV/MPRS/1966 tentang Pembentukan Panitia Ad Hock untuk menyiapkan
dokumen rancangan Piagam HAM dan Hak serta Kewajiban Warga Negara.
Namun setelah meletusnya G30S/PKI masalah ini tertunda
6. Tahun 1993 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 dibentuk
Komisi Hak Asasi Manusia.
7. Perumusan HAM mencapai kemajuan dengan dimasukkan masalah ini dalam
GBHN 1998
8. Siding Istimewa MPR 1998 telah berhasil merumuskan Piagam HAM secara
ekplisit lewat Ketetapan MPR-RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang
Pandangan dan Sikap Bangsa Indonesia Terhadap HAM
9. Ketetapan MPR Nomor XVII ini dijabarkan dalam Undang-undang RI Nomor
39 Tahun 2000 sebagai Hukum Positif bagi pelaksanaan HAM di Indonesia

B. HAM Secara Konseptual


Konsep tentang HAM bangsa Indonesia dapat diruntut sejak Proklamasi Kemerdekaan:
1. Proklamasi
Sebagai pernyataan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia berimplikasi
kebebasan bagirakyatnya. Kemerdekaan dan kebebasan inilah merupakan unsur
dasar HAM.
2. Pembukaan UUD 1945
Pada alenia pertama dinyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak
segala bangsa. MenurutProf. Notonagoro setiap bangsa sebagai kesatuan
golongan manusia merupakan diri pribadimempunyai hak kodrat dan hak moril
untuk berdiri sebagai pribadi atau hidup bebas. Jika adabangsa yang tidak
merdeka hal ini bertentangan dengan kodrat manusia. Lebih jauh lagidijelaskan
dalam alinea ke empat, dimana terdapat Pancasila sebagai fundamen moral
negara.Sila kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung ajaran tentang
kemanusiaan dan keadilanyang merupakan unsur-unsur HAM
3. Pancasila
Konsep HAM dalam Pancasila bertumpuh pada ajaran sila ke dua yang
adil dan beradap dalam kesatua dan sila-sila yang lain. Konsep ham dalam
pancasila ini lebih mendasar jika dijelaskan dalam tatanan filosofis. Pemahaman
pancasila sebagai filsafat bertikitk tolak dari hakekat kodrat manusia sebagai
manusia individu dan sosial. Konsep HAM mempertahankan lewajiban sosial
dalam masyarakat. Kebebasan dalam pancasila adalah kebebasan dalam
keseimbangan antara hak dan kewajiban antara manusia sebgai individu dan
sosial, manusia sebgai makhluk mandiri dan makhluk tuhan serta keseimangan
jiwa dan raga.

C. Pengertian Kekerasan
Menurut WHO, kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan,
ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang
(masyarakat) yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar atau
trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan, atau perampasan hak.
Kekerasan dapat diartikan sebagai perbuatan yang menyebabkan cedera atau
matinya orang lain danmenyebabkan kerusakan fisik pada orang lain. Kekerasan yang
mengakibatkan terjadinyakerusakan adalah kekerasan yang bertentangan dengan hukum.
Oleh karena itu, kekerasan dapat dikatakan sebuah kejahatan.
Ada empat sifat kekerasan yang dapat diidentifikasi, yaitu: pertama, kekerasan
terbuka (overt) yaitu kekerasan yang dapat dilihat seperti perkelahian. Kedua, kekerasan
tertutup (covert) yaitu kekerasan tersembunyi atau tidak dilakukan langsung seperti
perilaku mengancam. Ketiga, kekerasan agresif yaitu kekerasan yang tidak untuk
perlindungan tetapi untuk mendapatkan sesuatu. Keempat, kekerasan defensif yaitu
kekerasan yang dilakukan sebagai tindakan perlindungan diri.

D. Faktor-Faktor Kekerasan Terhadap Anak


Terjadinya kekerasan terhadap anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor Internal
a. Berasal dalam diri anak
Terjadinya kekerasan terhadap anak dapat disebabkan oleh kondisi dan
tingkah laku anak. Kondisi anak tersebut misalnya : Anak menderita
gangguan perkembangan, ketergantungan anak pada lingkungannya, anak
mengalami cacat tubuh, retardasi mental, gangguan tingkah laku, anak yang
memiliki perilaku menyimpang dan tipe kepribadian dari anak itu sendiri.
b. Keluarga/orang tua
Faktor orang tua atau keluarga memegang peranan penting terhadap terjadinya
kekerasan pada anak. Beberapa contoh seperti orang tua yang memiliki
pola asuh membesarkan anaknya dengan kekerasan atau penganiayaan,
keluarga yang sering bertengkar mempunyai tingkat tindakan kekerasan
terhadap anak yang lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga yang tanpa
masalah, orangtua tunggal lebih memungkinkan melakukan tindakan
kekerasan terhadap anak karena faktor stres yang dialami orang tua tersebut,
orang tua atau keluarga belum memiliki kematangan psikologis sehingga
melakukan kekerasan terhadap anak, riwayat orang tua dengan kekerasan

2. Faktor Eksternal
a. Linkungan luar
Kondisi lingkungan juga dapat menjadi penyebab terjadinya kekerasan terhadap
anak, diantaranya seperti kondisi lingkungan yang buru pada masa kecil juga
memungkinkan melakukan kekerasan pada anaknya. terdapat sejarah penelantaran
anak, dan tingkat kriminalitas yang tinggi dalam lingkungannya
b. Media massa
Media masa merupakan salah satu alat informasi. Media massa telah menjadi
bagiandari kehidupan manusia sehari – hari dan media ini tentu mempengaruhi
penerimaan konsep, sikap, nilai dan pokok moral. Seperti halnya dalam media
cetak menyediakan berita – berita tentang kejahatan, kekerasan, pembunuhan.
Kemudian media elektronik seperti radio, televisi, video, kaset dan film sangat
mempengaruhi perkembangan kejahatan yang menampilkan adegan kekerasan,
menayangkan film action dengan perkelahian, acara berita kriminal,
penganiayaan, kekerasan bahkan pembunuhan dalam lingkup keluarga. Pada
hakekatnya media massa memiliki fungsi yang positif, namun kadang dapat
menjadi negatif.
c. Budaya
Budaya yang masih menganut praktek – praktek dengan pemikiran bahwa status
anakyang dipandang rendah sehingga ketika anak tidak dapat memenuhi harapan
orangtua maka anak harus dihukum. Bagi anak laki – laki, adanya nilai dalam
masyarakat bahwa anak laki – laki tidak boleh cengeng atau anak laki – laki harus
tahan uji. Pemahaman itumempengaruhi dan membuat orangtua ketika
memukul, menendang, atau menindas anak adalah suatu hal yang wajar untuk
menjadikan anak sebagai pribadi yang kuat dan tidak boleh lemah

E. Faktor-Faktor kekerasan pada wanita


1. Faktor Budaya Masyarakat
Budaya yang mendudukan laki-laki sebagai makhluk superior danperempuan
sebagai makhluk inferior (lemah). Selain itu pemahaman yang keliru terhadap
ajaran agama sehingg amenganggap laki-laki boleh menguasai perempuan. Kekerasan
jugadapat terjadi karena peniruan anak laki-laki yang hidup bersamaayah yang suka
memukul, biasanya akan meniru perilaku ayahnya(Mufidah 2004:150 dalam Eni
Purwaningsih ,2008:30-31). Kekerasan pada perempuan tak lepas dari
konsepfeminin dan maskulin yang merupakan indikator gender yang ada pada
sebagian besar masyarakat di dunia. Konsep femininmemberi identitas pada
perempuan sebagai makhluk yangemosional, lemah, memiliki kemampuan terbatas,
dan figur yang harus dibantu dan dilindungi karena keterbatasannya.
Sementarakonsep maskulin memberi identitas pada laki-laki sebagai figuryang
rasional,dominan, dan kuat secara fisik sehingga mampumengambil keputusan dan
bahkan memiliki hak mengontrol femininity.
Seperti pada kasus yang dialami oleh seorang wanita di SulawesiUtara
sejak dia pacaran hingga menikah selalu mengalamikekerasan. Suaminya selalu
melakukakan tindakan tersebut lantaranadanya kesalahan sepele yang dilakukan
istrinya. Dia kerap dibenturkan ketembok, ditendang, dipukul dan dadanya diinjak-
injak Istrinya mengatakan bahwa suaminya memang ringan tangan(Mardi, 2015).
Diman ketika seseorang melakukan tindakankekerasan terhadap pasangannya adalah
perbuatan yang dianggapumum. Tindakan tersebut dilakukan oleh suami karena
wujuddari sebuah peran seorang suami di dalam keluarga.
Nilai dan norma budaya yang tertanam di masyarakat dalam haltersebut
dapat menimbulkan adanya ketidakseimbangan antara laki-laki dan perempuan.
Sehingga beranjak dari ketidakseimbangan inimenjadi salah satu faktor penyebab
seseorang melakukakantindakan kekerasan terhadap perempuan. Begitu pula pada
normayang berlaku di dalam masyarakat dimana sesorang istri tidak pantas menetang
suami(dalam ajaran agama).Maka dari ituseorang suami dapat melakukan segala
sesuatu tanpa ada larangan,namun hal tersebut lebih banyak dimasyarakat lebih
kepadamelakukan tindakan kekerasan terhadap perempuan.
2. Faktor Lingkungan Sosial
Kondisi tempat tinggal dan lingkungan pergaulan kadangkalamembawa
warna tersendiridalam kehidupan seseorang.Lingkungan merupakan kondis yang
mempengaruhikarakter/tindakan seseorang.Lingkungan sosial lebih erathubungannya
dengan analisis sosiologi, sebab timbulnya kejahatanditentukan oleh pengaruh
lingkungan sosial, lingkungan fisik. dan keturunan sebagai ruang studi sosiologi.
Pengaruhlingkungan sosial ini kemudian dapat melahirkan perspektifinteraksionis
dan sosiologi kriminalitas yang tidak hanyamemandang kepada pelaku tindakan
kriminalitas sebagai titiksentralnya, tetapi juga hukum dan pelembagaannya.
Untuk intudalam mencari sebab tidak cukup hanya menitikberatkan ada pelaku
kejahatannya (Suwarno dan Pairul Syah, 2013: 25)
3. Faktor Ketidakpatuhan Istri Trhadap Suami
Perempuan yang tidak menuruti kemauan suami ternyata rentanmenjadi
obyek sasaran kekerasan. Survei menunjukkankekerasan yang dialami akibat
ketidakpatuhan ini dapat berupakekerasan fisik, psikis, pemerkosaan, kekerasan
seks lainya,penelantaran, dan lain-lain. Dari seluruh kekerasan psikis misalnya,sekitar
10,7 persen akibat perempuan dianggap tidak patuh.Sedang dari seluruh tindak
kekerasan fisik,sekitar 21 persen diantaranya terjadi akibat perempuan dianggap tidak
patuh. Wawancara dalam studi lanjutan juga menemukan seorangperempuan
pernah dipukul suaminya karena tidak mematuhiaturan yang mensyaratkan agar ia
meminta izin dulu jika pergi kerumah orang tuanya (Badan Pusat Statistik dan
KementrianNegara Pemberdayaan Perempuan RI, 2007:40-41). Pada berita harian
online Radar Lampung (2015) seorang suamiyaitu VT (34).Warga Jl.P. Buton
Raya, Gunungsulah,Sukarame, dia telah memukul sang istri, NK. Suami NK
memang temperamental dan sering melakukan kekerasan. NKbahkan pernah
ditendang dan ditampar hingga membentur tembokdan menyeretnya ke dalam
ruangan yang lorong ada kamarnya.Kejadian ini salah satunya di karenakan NK
meminta tolong VTmengerik badan karena tidak sehat. Namun, VT menolak
danmalah menyuruh anaknya, hal ini menimbulkan cekcok mulut.Setelah itu, NK
minta maaf. Namun, VT malah minta cerai. Hal inimenimbulkan cekcok mulut
hingga VT yang emosi mendorongtubuh dan menampar wajah NK. Merasa tidak
terima atasperlakuan sang suami NK melaporkan kasus ini ke kantor polisi.
4. Faktor Persoalan Ekonomi Rumah Tangga
Semakin mahalnya kebutuhan sehari-hari dapat memicu keretakandalam rumah
tangga. Gaji suami yang tidak mencukupi untukmemenuhi kebutuhan. Uang yang
dapat memicu timbulnyaperselisihan dan permasalahan. Seorang kepala rumah
tangga merasa tertekan dengan kesulitan untuk mencukupi kebutuhan, mungkin akan
melakuka kekerasan kepadaanggota rumah tangganya. Seperti pada kasus yang
terjadi diSurabaya, seorang ayah yang lama tidak bererja dan tidak memberinafkah
untuk keluarganya. Dia memukul kepala anaknya hingga bersimbah darah, karena
ayahnya tidak terima mendengarpernyataan anak perempuannya (Tribunnews.com,
2015)
5. Faktor Cemburu dan Selingkuh
Kecemburuan merupakan salah satu timbulnya kesalahpahaman,perselisihan
bahkan kekerasan. Pada tahun 2015 di Jawa TimurSeorang suami menyiram
cairan kimia cuka ke muka istrinyahingga mengalami luka bakar, kerena cemburu
melihat istrinyabersama laki-laki lain yaitu rekan kerjanya (Hengky ChandraAgoes,
2015)
F. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak dan Perempuan
1. Pengertian Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak
asasimanusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu di
berikankepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan
olehhukum. Hukum dapat difungsikan untuk mewujudkan perlindungan
yangsifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel, melainkan juga prediktif
danantisipatif. Hukum dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum
kuatsecara sosial, ekonomi dan politik untuk memperoleh keadilan sosial.
Pengertian Perlindungan Hukum Perlindungan hukum adalah memberikan
pengayoman terhadap hak asasimanusia(HAM) yang dirugikan orang lain dan
perlindungan itu di berikankepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak
yang diberikan oleh hukum. Hukum dapat difungsikanmuntuk mewujudkan
perlindungan yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel, melainkan juga
prediktif danantisipatif. Hukum dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum
kuatsecara sosial, ekonomi dan politik untuk memperoleh keadilan sosial terhadap
hak-hak pelanggan dari sesuatu yang mengakibatkan tidakterpenuhinya hak-hak
tersebut
perlindungan anak merupakan usaha dan kegiatanseluruh lapisan masyarakat
dalam berbagai kedudukan dan peranan, yangmenyadari betul pentingnya anak
bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Jikamereka telah matang pertumbuhan fisik
maupun mental dan sosialnya, makatiba saatnya menggantikan generasi
terdahulu.Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk
menciptakankondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya
demi perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar baik fisik, mental, dansosial
perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat,
dengan demikian perlindungan anak diusahakan dalamberbagai bidang kehidupan
bernegara dan bermasyarakat. Kegiatanperlindungan anak membawa akibat hukum,
baik dalam kaitannya denganhukum tertulis maupun hukum tidak tertulis
2. Pengertian Pengertian Anak
Kedudukan anak sebagai generasi muda yang akan meneruskan cita-cita
luhurbangsa, calon-calon pemimpin bangsa di masa mendatang dan sebagaisumber
harapan bagi generasi terdahulu, perlu mendapat kesempatanseluasluasnya untuk
tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secararohani, jasmani dan sosial.
perlindungan anak merupakan usaha dan kegiatanseluruh lapisan masyarakat dalam
berbagai kedudukan dan peranan, yangmenyadari betul pentingnya anak bagi nusa
dan bangsa di kemudian hari. Jika mereka telah matang pertumbuhan fisik maupun
mental dan sosialnya, makatiba saatnya menggantikan generasi terdahulu.
Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk
menciptakankondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya
demiperkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar baik fisik, mental,
dansosial. perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu
masyarakat, dengan demikian perlindungan anak diusahakan dalam berbagai
bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat.Kegiatan perlindungan anak
membawa akibat hukum, baik dalam kaitannya denganhukum tertulis maupun
hukum tidak tertulis.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

a. Perlindungan hukum memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia


(HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu di berikankepada
masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.
Hukum dapat difungsikan untuk mewujudkan perlindungan yang sifatnya
tidak sekedar adaptif dan fleksibel, melainkan juga predikti dan antisipatif.
Hukum dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial,
ekonomi dan politik untuk memperoleh keadilan sosial
b. Perlindungan anak segala usaha yang dilakukan untuk menciptakankondisi
agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya
demiperkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar baik fisik, mental,
dansosial. perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan
dalamsuatu masyarakat, dengan demikian perlindungan anak diusahakan
dalamberbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
Kegiatanperlindungan anak membawa akibat hukum, baik dalam kaitannya
denganhukum tertulis maupun hukum tidak tertulis
c. Perlindungan Hukum Hak Asasi Perempuan di Indonesia Kata hukum dalam
dalam tulisan ini adalah hukum secara normatif, yaitu berupaperaturan
perundang-undangan yang berlaku (hukum positif) yang ditetapkan pada
orde reformasi. Adapun isi perundang-undangan yangdipilih untuk diteliti
dibatasi hanya pada peraturan perundang-undanganyang bertujuan untuk
melindungi hak-hak dasar perempuan. Perjuangankaum perempuan dalam
mencapai kesetaraan dan keadilan yang telahdilakukan sejak dahulu,
ternyata belum dapat mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan
untuk dapat sejajar dengan kaum laki-laki.
B. Saran
a. Perlindungan hukum terhadap perempuan dan anak-anak menjadi suatukeharusan
dilakukan, mengingat perempuan dan anak-anak wajib dilindungi dan mendapatkan
perlindungan sesuai dengan peraturanperundang- undangan yang berlaku di
Indonesia.
b. Seharusnya aparat keamanan lebih meningkatkan fungsi intelegen untukmelindungi
warga masyarakat, pemerintah dengan kekuasaannya lebihmemberikan perhatian
yang berimbang terhadap kesenjangan ekonomi,budaya, politik dengan
mengedepankan pembangunan yang memberikan rasa keadilan dan menyejahterakan
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Fatahillah, 2010, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Tindak


Pidana Keasusilaan Yang Dilakukan Oleh Anak, (skripsi tidak diterbitkan, Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)

Irma Setyowati Soemitro, 1990, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Jakarta, Bumi
aksara

Iskandar Hoesin, “Perlindungan Terhadap Kelompok Rentan (Wanita, Anak,


Minoritas, Suku Terasing, dll) Dalam Perspektif HAM” (makalah disajikan dalam
seminar pembangunan hukum nasional ke VIII Tahun 2003, Denpasar, Bali, 14-18
Juli 2003)
Komnas Perempuan. “Kekerasan Terhadap Perempuan Meluas: Mendesak Negara
Hadir Hentikan Kekerasan Terhadap Perempuan Di Ranah Domestik, Komunitas,
dan Negara”. http://www.komnasperempuan. go.id/wp-
content/uploads/2016/03/Lembar-FaktaCatatanTahunan- -CATAHU-Komnas-
Perempuan-2016. pdf (diakses 20 Juni 2016)

Maidin Gultom, Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam Sopistem


PeradilanPidana Anak di Indonesia, (Bandung: Refika Aditama, 2013)

Muladi, 2005, Hak Asasi Manusia, Hakekat, Konsep dan Implikasinya dalam
Perspektif Hukum danMasyarakat, Refika Aditama Bandung

Nasir Djamil ,2013, Anak Bukan untuk Dihukum, Jakarta, Sinar Grafika

Phillipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya,


PT. Bina Ilmu

Satjipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti

Anda mungkin juga menyukai