Anda di halaman 1dari 10

Makalah Pendidikan Kewarganegaraan Hak Asasi Manusia dan Kaitannya dalam PBB

Kelompok : 3 Disusun oleh :


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Septianto Mawardikha (105090401111003) Fauzhia Rahmasari (105090407111007) M.Rizkhy Rakhmanto (105090401111013) Lalu Samsul Ahmadi (105090406111001) Zella Novita (105090407111005) Rumaningsih (105090407111003) Amelia Tri Mirnasari (105090401111009) Ginalistya P (105090401111005)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2011

KATA PENGANTAR

Berkat karunia Tuhan Yang Maha Esa, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang bertemakan HAM dan PBB. Maka, puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Nya. Makalah ini disusun dengan tujuan utama memaparkan materi tentang HAM lebih dalam. Apa pengertian tentang HAM, macam-macam HAM, HAM internasional maupun HAM di Indonesia. Tujuan lain dari makalah ini adalah manyelesaikan tugas kuliah dari dosen. Guna meningkatkan mutu dan relevansi makalah ini, kami mengambil bahan dari berbagai sumber yang sudah tercantum di daftar pustaka. Makalah ini juga mempertimbangkan perkembangan HAM yang ada di Indonesia maupun di dunia. Sekiranya makalah ini mampu menjadi salah satu rujukan yang memadai dan berguna bagi para pembacanya. Demikian makalah ini kami buat dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh. Kami selaku penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Bila ada kekurangan mohon dimaklumi, bila ada pernyataan yang salah mohon dimaafkan. Kami selaku penulis menerima kritik dan saran dari para pembaca.

Malang, Oktober 2011

Tim Penulis

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Dalam penggunaan hak itu sendiri, sering kali terjadi pelanggaran. Dalam kasus yang dibahas adalah hak asasi manusia. Hak asasi manusia merupakan hak yang dimiliki setiap orang saat lahir ke dunia. Pelanggaran hak asasi manusia banyak diabaikan dan tidak dipedulikan, padahal hak asasi manusia juga ada dalam PBB atau Perserikatan Bangsa-Bangsa.

1.2 Tujuan
Pembuatan makalah ini yang bertemakan tentang hak asasi manusia dan PBB diantaranya adalah megetahui lebih banyak tentang apa arti sesungguhnya HAM dan seberapa penting HAM itu sendiri. Dalam makalah ini, kita lebih memfokuskan kepada HAM dan bagaimana HAM itu terdapat di dalam PBB. Selain tujuan diatas, kita juga ingin memaparkan kepada pembaca lebih dalam tentang hak asasi manusia.

BAB II PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian HAM
Hak adalah kewenangan untuk bertindak. Kewenangan tersebut bisa muncul karena pemberian orang lain, aturan hukum, pemberian masyarakat, atau negara.Namun ada pula hak yang bukan merupakan pemberian pihak lain. Itulah hak asasi manusia (HAM). HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1 butir 1 UU No, 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Pasal 1 butir 1 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia). HAM bersifat kodrati, artinya, hak itu dimiliki oleh setiap manusia karena statusnya sebagai manusia. Setiap orang memilikinya. Ciri-ciri pokok HAM antara lain: HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia secara otomatis. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama,etnis, pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah Negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM (Mansyur Fakih, 2003).

2.2 Macam-macam HAM


Secara umum, HAM biasa dibedakan menjadi dua macam berdasarkan dua instrumen internasional, yaitu Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik (The International Covenant on Civil and Politicial Rights) dan Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (The International Covenant on Economics, Social, and Cultural Rights). Adapun kedua hak tersebut adalah :
a. HAM yang berkenaan dengan kehidupan sipil dan politik.

Hak ini pada umumnya merupakan hak-hak yang mewajibkan suatu negara agar menahan diri dari tindakan atau campur tangan terhadap kehidupan individuindividu atau kelompok-kelompok masyarakat (misalnya : hak untuk hidup, hak atas

kesamaan di muka peradilan, dan sebagainya). Atau bisa pula hak-hak yang mewajibkan suatu negara untuk bertindak (misalnya : hak atas bantuan hukum, hak mendapatkan pelayanan umum, dan sebagainya).
b. HAM yang berkenan dengan kehidupan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya.

Hak ini pada umumnya merupakan hak yang mewajibkan negara menyediakan sarana-prasarana karena individu tidak bisa menyediakannya sendiri (misalnya : hak memperoleh pekerjaan, hak jaminan sosial, dan sebagainya).

Menurut Frans Magnis Suseno, HAM dibedakan menjadi empat macam, yaitu :
1. Hak-hak asasi negatif atau liberal

Hak ini pada dasarnya menuntut agar kemandirian setiap orang atas dirinya sendiri dihormati oleh pihak lain. Hak ini diperjuangkan untuk melindungi kehidupan pribadi seseorang terhadap campur tangan negara dan kekuatan sosial terhadap kehidupan seseorang.
2. Hak asasi aktif atau demokratis

Inti dari hak asasi ini adalah bahwa setiap orang memiliki hak untuk turut serta menentukan arah perkembangan masyarakat tempat ia hidup. Hak ini menentang pandangan bahwa hak untuk menentukan perkembangan masyarakat hanya dimiliki oleh kelompok tertentu.
3. Hak asasi positif

Hak positif justru menuntut prestasi-prestasi tertentu dari negara. Hak asasi positif didasarkan pada pandangan tentang tugas dan kewajiban negara. Pada hakikatnya negara tidak bertugas untuk mengurusi dirinya sendiri. Negara bertugas melayani masyarakat. Maka, masyarakat berhak menuntut pelayanan dari negara.
4. Hak asasi sosial

Hak ini pada dasarnya merupakan hak warga negara untuk memperoleh keadilan di bidang ekonomi dan budaya. Termasuk dalam hak asasi sosial, antara lain adalah hak atas jaminan sosial, hak atas pekerjaan, hak atas tempat dan jenis pekerjaaan, hak atas upah yang wajar, hak atas perlindungan terhadap pengangguran, hak untuk membentuk serikat kerja yang bebas dan lain sebagainya.

2.3 HAM Secara Internasional


Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sebagai organisasi tertinggi dunia juga mengatur tentang masalah HAM. Ketentuan-ketentuan tentang HAM diatur dalam piagam PBB, misalnya terdapat dalam ketentuan-ketentuan berikut : a. Pasal 1 tentang kebebasan fundamental bagi semua orang tanpa pemedaan ras, jenis kelamin, bahasa maupun agama. b. Pasal 55 tentang hak asasi dalam bisang ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan. c. Pasal 56 tentang pelaksaan dalam pencapaian tujuan dalam pasal 55. Dalam Piagam PBB berkali-kali diulang bahwa PBB akan mendorong, mengembangkan, dan mendukung penghormatan secara Universal dan efektif hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan pokok bagi semua tanpa membedakan suku, gender, bahasa, dan agama. Organisasi Buruh Sedunia (ILO) yang bertugas memperbaiki syarat-syarat bekerja dan Disamping itu, ada dua badan khusus PBB yang juga menangani HAM hidup para buruh. Badan yang kedua adalah UNESCO yang mempunyai tugas meningkatkan kerja sama antarbangsa melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Pada tanggal 16 desember 1966, disahkan Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights dan Internasional Covenant on Civil and Political Rights. Pejanjian Internasional mengenai hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya yang mulai berlaku sejak tanggal 3 Januari 1976. Perjanjian ini berupaya meningkatkan dan melindungi tiga kategori hak, yaitu sebagai berikut. 1. Hak untuk bekerja. 2. Hak atas perlindungan social. 3. Hak atas pendidikan dan hak untuk menikmati manfaat kebebasan kebudayaan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Pejanjian ini juga melarang perampasan sewenang-wenang atas kehidupan, penyiksaan, perlakuan atau hukuman yang kejam atau merendahkan martabat, perbudakan, kerja paksa, penangkapan dan penahanan secara sewenang-wenang dan lain-lainnya.

2.4 HAM di Indonesia


Di Indonesia, praktik perlindungan HAM melalui beberapa instrumen nasional, salah satunya UUD 1945. Ketentuan-ketentuan dalam UUD 1945 merupakan hukum tertinggi di Indonesia, hak-hak yang diatur dalam ketentuan tersebut meliputi : a. Pasal 28 A tentang hak hidup b. Pasal 28 B tentang hak berkeluarga dan hak anak c. Pasal 28 C tentang hak memajukan dan mengembangkan diri

d. Pasal 28 D 1 tentang hak pengakuan dan jaminan perlindungan dan kepastian hukum e. Pasal 28 D 2 tentang hak untuk bekerja serta mendapatkan perlakuan yang adil f. Pasal 28 D 3 tentang hak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan g. Pasal 28 D 4 tentang hak atas status kewarganegaraan Untuk berbagai kasus pelanggaran HAM, Indonesia memiliki pengadilan HAM di Indonesia. Keberadaan pengadalian HAM di Indonesia diatur dengan Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus yang berada dalam lingkup Peradilan Umum. Pengadilan HAM berkedudukan di tingkat kabupaten atau daerah kota yang daerah hukumnya meliputi daerah hukum Pengadilan Negri yang bersangkutan. Pengadilan HAM khusus mengadili pelanggaran HAM berat, yaitu kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. a. Kejahatan genosida : setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama. b. Kejahatan kemanusiaan : perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahui bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil., Tidak jarang dalam penegakkan HAM di suatu negara memiliki kinerja yang kurang baik. Jika suatu negara sudah tidak mampu atau tidak bersedia melakukan proses hukum terhadap suatu kejahatan HAM, Mahkamah Internasional memberlakukan yurisdiksinya. Prinsip yang mendasari bekerjanya Mahkamah Internasional adalah Mahkamah Internasional merupakan pelengkap bagi yuridiksi pidana nasional (bukan pengganti). Itu berarti, Mahkamah Internasional mendahulukan sistem peradilan nasional. Intinya, Mahkamah Internasional ada untuk mendorong terselenggaranya sistem peradilan nasional yang independen dan efektif.

2.5 Peranan dalam Penegakan HAM 2.5.1 Peran Serta Individual


Peran serta yang dimaksud di sini adalah kesediaan untuk melibatkan diri secara sukarela dalam proses penegakan HAM. Semakin masyarakat aktif berpartisipasi dalam penegakan HAM, kondisi HAM semakin baik. Sebaliknya, semakin pasif masyarakat, kondisi HAM semakin memburuk. Karena itu, setiap warga negara yang baik akan berupaya berpartisipasi dalam penegakan HAM.

Partisipasi tersebut bisa dilakukan dalam berbagai bentuk pilihan tindakan, antara lain adalah: a. Berperilaku sesuai nilai-nilai HAM dimanapun kita berada b. Berusaha memahami berbagai instrumen HAM
c. Mengamati dan mendiskusikan berbagai perkembangan kebijakan HAM dan

peristiwa pelanggaran HAM d. Turut serta membangun opini publik melalui media massa mengenai wacana kasus HAM e. Bersedia menyatakan solidaritas dalam bentuk tindakan nyata untuk membantu korban pelanggaran HAM

2.5.2 Peran Serta Organisasional


Peran serta organisasional adalah kesediaan untuk melibatkan diri secara aktif dalam organisasi-organisasi sukarela yang bergerak dalam upaya penegakan HAM. Organisasi tersebut umumnya disebut Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Keberadaan organisasi semacam itu amat penting. Hal itu setidaknya karena upayaupaya individual saja tidak mencukupi dan diperlukan upaya-upaya bersama warga masyarakat. Di Indonesia ada berbagai organisasi sukarela yang bergerak dalam penegakan HAM, antara lain Kontras, Imparsial, YLBHI, PBHI dan ELSAM.

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain. HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.

3.2 Saran
Penanganan kasus pelanggaran HAM belum ditangani dengan baik. Masih banyak kasus pelanggaran HAM yang menggantung dan tidak terselesaikan dengan sempurna. Seperti kasus Munir yang sampai saat ini tidak tahu apa sebab dan siapa pelaku dibalik kematiannya. Hukum di negara ini belum adil serta masih terdapat pihak-pihak berwenang yang ikut campur. Sebaiknya hukum di Indonesia bisa lebih ditegakkan dalam menangani kasus HAM sehingga kebenaran sesungguhnya dapat terungkap dengan jelas.

DAFTAR PUSTAKA
Baut Paul S. dan Harman K, Beny. 1988. Kompilasi Deklarasi Hak Asasi Manusia. Jakarta : Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia. Fakih, Mansour ; Indrianto, Antonius M., Prasetyo, Eko. 2003. Menegakkan Keadilan dan Kemanusiaan. Yogyakarta : Insist Press. Suteng , Bambang dkk. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai