Disusun oleh :
Ahmad Ardi Yusuf (20030347)
Ahmad Taufiqul Majid (20010102)
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Hak Asasi Manusia (HAM)
2. Apa prinsip HAM
3. Apa dasar hukum yang melandasi ditegakkannya HAM
4. Apa landasan Hukum Penegakkan HAM dalam UUD 1945
5. Apa bentuk-bentuk penindasan terhadap HAM
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan, serta menyusun dan menjelaskan rumusan masalah diatas,
tujuannya yaitu :
1. Mengetahui pengertian dari Hak Asasi Manusia (HAM)
2. Mengetahui prinsip HAM
3. Mengetahui dasar hukum yang melandasi ditegakkannya HAM
4. Mengetahui landasan Hukum Penegakkan HAM dalam UUD 1945
5. Mengetahui bentuk-bentuk penindasan terhadap HAM
BAB II
PEMBAHASAAN
A. Pengertian dari Hak Asasi Manusia (HAM)
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat diganggu gugat keberadaannya.
Hak-hak tersebut telah dibawa sejak lahir dan melekat pada diri manusia sebagai
makhluk Tuhan. Setiap manusia memiliki derajat dan martabat yang sama. Pada masa
yang lalu, manusia belum mengakui akan adanya derajat manusia yang lain sehingga
mengakibatkan terjadinya penindasan antara manusia yang satu dengan yang lainnya.
Contoh yang paling kongkret dapat dilihat pada penjajahan dari satu bangsa ke bangsa
yang lain. Indonesia yang dijajah dengan sangat tidak berperikemanusiaan oleh kaum
kolonialisme dengan menindas, dan menyengsarakan bangsa ini. Sehingga, dilakukan
perjuangan terus menerus untuk tetap mempertahankan hak asasi manusia yang
dimilikinya.
Jika berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, dinyatakan bahwa hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh negara hukum, pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Hak asasi manusia yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, adalah (Winarno: 2008):
1. Hak untuk hidup,
2. Hak untuk berkeluarga,
3. Hak mengembangkan diri,
4. Hak keadilan,
5. Hak kemerdekaan,
6. Hak berkomunikasi,
7. Hak keamanan,
8. Hak kesejahteraan,
9. Hak perlindungan.
B. Prinsip HAM
Prinsip-Prinsip Hak Asasi Manusia, sebagai berikut:
1. Bersifat Universal (universality)
Beberapa moral dan nilai-nilai etik tersebar di seluruh dunia. Negara dan
masyarakat di seluruh dunia seharusnya memahami dan menjunjung tinggi hal ini.
Universalitas hak berarti bahwa hak tidak dapat berubah atau hak tidak dialami
dengan cara yang sama oleh semua orang
2. Martabat Manusia (human dignity)
Hak asasi merupakan hak yang melekat, dan dimiliki setiap manusia di dunia.
Prinsip HAM ditemukan pada pikiran setiap individu, tanpa memperhatikan umur,
budaya, keyakinan, etnis, ras, jender, orienasi seksual, bahasa, kemampuan atau
kelas sosial. setiap manusia, oleh karenanya, harus dihormati dan dihargai hak
asasinya. Konsekuensinya, semua orang memiliki status hak yang sama dan
sederajat dan tidak bisa digolong-golongkan berdasarkan tingkatan hirarkis
3. Kesetaraan (equality)
Konsep kesetaraan mengekspresikan gagasan menghormati martabat yang melekat
pada setiap manusia. Secara spesifik pasal 1 DUHAM menyatakan bahwa : setiap
umat manusia dilahirkan merdeka dan sederajat dalam harkat dan martabatnya.
4. Non diskriminasi (non-discrimination)
Non diskriminasi terintegrasi dalam kesetaraan. Prinsip ini memastikan bahwa tidak
seorangpun dapat meniadakan hak asasi orang lain karena faktor-faktor luar, seperti
misalnya ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan
lainnya, kebangsaan, kepemilikan, status kelahiran atau lainnya
5. Tidak dapat dicabut (inalienability)
Hak-hak individu tidak dapat direnggut, dilepaskan dan dipindahkan.
6. Tak bisa dibagi (indivisibility)
HAM-baik hak sipil, politik, sosial, budaya, ekonomi-semuanya bersifat inheren,
yaitu menyatu dalam harkat martabat manusia. Pengabaian pada satu hak akan
menyebabkan pengabaian terhadap hak-hak lainnya. Hak setiap orang untuk bisa
memperoleh penghidupan yang layak adalah hak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi:
hak tersebut merupakan modal dasar bagi setiap orang agar mereka bisa menikmati
hak-hak lainnya seperti hak atas kesehatan atau hak atas pendidikan.
7. Saling berkaitan dan bergantung (interrelated and interdependence)
Pemenuhan dari satu hak seringkali bergantung kepada pemenuhan hak lainnya,
baik secara keseluruhan maupun sebagian. Contohnya, dalam situasi tertentu, hak
atas pendidikan atau hak atas informasi adalah saling bergantung satu sama lain.
Oleh karena itu pelanggaran HAM saling bertalian; hilangnya satu hak mengurangi
hak lainnya.
8. Tanggung jawab negara (state responsibility)
Negara dan para pemangku kewajiban lainnya bertanggung jawab untuk menaati
hak asasi. Dalam hal ini, mereka harus tunduk pada norma-norma hukum dan
standar yang tercantum di dalam instrumen-instrumen HAM. Seandainya mereka
gagal dalam melaksanakan tanggung jawabnya, pihak-pihak yang dirugikan berhak
untuk mengajukan tuntutan secara layak, sebelum tuntutan itu diserahkan pada
sebuah pengadilan yang kompeten atau adjudikator (penuntu) lain yang sesuai
dengan aturan dan prosedur hukum yang berlaku.
C. Dasar hukum yang melandasi ditegakkannya HAM
Latar belakang sejarah hak asasi manusia, pada hakikatnya, muncul karena inisiatif
manusia terhadap harga diri dan martabatnya, sebagai akibat tindakan sewenang-wenang
dari penguasa, penjajahan, perbudakan, ketidakadilan, dan kezaliman (tirani).
Selanjutnya perkembangan upaya penegakan hak asasi manusia mulai bermunculan di
negara-negara eropa dan amerika sampai dikeluarkannya Atlantic Charter pada masa
Perang Dunia II oleh F.D. Roosevelt dengan istilah The Four Freedom-nya yang berisi
Bahwa setiap manusia dijamin negara dalam empat kebebasan, yaitu kebebasan
mengeluarkan pendapat, kebebasan beribadah kepada Tuhan dengan cara masing-
masing, hak untuk bebas dari kekurangan dan kemiskinan serta kebebasan dari
ketakutan.
Penegakan HAM di dunia internasional semakin banyak dan diperkuat dengan
dirumuskannya naskah Universal Declaration Of Human Right pada tanggal 10
Desember 1948, yang berisi tentang hak-hak asasi manusia, sehingga pada tanggal 10
Desember sering diperingati sebagai hari hak asasi manusia.
Isi pokok dari deklarasi tersebut tertuang dalam Pasal 1 yang menyatakan “Sekalian
orang dilahirkan merdeka dan mempunyai marabat dan hakhak yang sama. Mereka
dikaruniai akal dan budi, dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.”
(dalam Sunarso: 2008).
BAB III
KESIMPULAN
Daftar Pustaka
Ananta Toer, Pramoedya. 1998. Hoakiau Di Indonesia. Jakarta: Garba Budaya
http://www.komnasperempuan.or.id/wp-content/uploads/2009/07/UU-No.26-Th.2000-
Pengadilan-HAM.pdf. Diakses pada tanggal 17 September 2013
Nur’aini, Atikah, dkk. 2006. Potret Buram HAM Indonesia. Jakarta: Pusdokinfo Komnas HAM