Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENEGAKKAN HAK ASASI


MANUSIA
Dosen Pembimbing : Zaenal Arifin, M.S.I

Disusun oleh :
Ahmad Ardi Yusuf (20030347)
Ahmad Taufiqul Majid (20010102)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL HUSAIN


SYUBBANUL WATHON MAGELANG 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang
sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih
dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum
reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan
kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM
pada diri kita sendiri. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah
tentang HAM. Maka dengan ini penulis mengambil judul “Perlindungan dan
penegakkan Hak Asasi Manusia”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Hak Asasi Manusia (HAM)
2. Apa prinsip HAM
3. Apa dasar hukum yang melandasi ditegakkannya HAM
4. Apa landasan Hukum Penegakkan HAM dalam UUD 1945
5. Apa bentuk-bentuk penindasan terhadap HAM

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan, serta menyusun dan menjelaskan rumusan masalah diatas,
tujuannya yaitu :
1. Mengetahui pengertian dari Hak Asasi Manusia (HAM)
2. Mengetahui prinsip HAM
3. Mengetahui dasar hukum yang melandasi ditegakkannya HAM
4. Mengetahui landasan Hukum Penegakkan HAM dalam UUD 1945
5. Mengetahui bentuk-bentuk penindasan terhadap HAM

BAB II
PEMBAHASAAN
A. Pengertian dari Hak Asasi Manusia (HAM)
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat diganggu gugat keberadaannya.
Hak-hak tersebut telah dibawa sejak lahir dan melekat pada diri manusia sebagai
makhluk Tuhan. Setiap manusia memiliki derajat dan martabat yang sama. Pada masa
yang lalu, manusia belum mengakui akan adanya derajat manusia yang lain sehingga
mengakibatkan terjadinya penindasan antara manusia yang satu dengan yang lainnya.
Contoh yang paling kongkret dapat dilihat pada penjajahan dari satu bangsa ke bangsa
yang lain. Indonesia yang dijajah dengan sangat tidak berperikemanusiaan oleh kaum
kolonialisme dengan menindas, dan menyengsarakan bangsa ini. Sehingga, dilakukan
perjuangan terus menerus untuk tetap mempertahankan hak asasi manusia yang
dimilikinya.
Jika berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, dinyatakan bahwa hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh negara hukum, pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Hak asasi manusia yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, adalah (Winarno: 2008):
1. Hak untuk hidup,
2. Hak untuk berkeluarga,
3. Hak mengembangkan diri,
4. Hak keadilan,
5. Hak kemerdekaan,
6. Hak berkomunikasi,
7. Hak keamanan,
8. Hak kesejahteraan,
9. Hak perlindungan.

B. Prinsip HAM
Prinsip-Prinsip Hak Asasi Manusia, sebagai berikut:
1. Bersifat Universal (universality)
Beberapa moral dan nilai-nilai etik tersebar di seluruh dunia. Negara dan
masyarakat di seluruh dunia seharusnya memahami dan menjunjung tinggi hal ini.
Universalitas hak berarti bahwa hak tidak dapat  berubah atau hak tidak dialami
dengan cara yang sama oleh semua orang
2. Martabat Manusia (human dignity)
Hak asasi merupakan hak yang melekat, dan dimiliki setiap manusia di dunia.
Prinsip HAM ditemukan pada pikiran setiap individu, tanpa memperhatikan umur,
budaya, keyakinan, etnis, ras, jender, orienasi seksual, bahasa, kemampuan atau
kelas sosial. setiap manusia, oleh karenanya, harus dihormati dan dihargai hak
asasinya. Konsekuensinya, semua orang memiliki status hak yang sama dan
sederajat dan tidak bisa digolong-golongkan berdasarkan tingkatan hirarkis
3. Kesetaraan (equality)
Konsep kesetaraan mengekspresikan gagasan menghormati martabat yang melekat
pada setiap manusia. Secara spesifik pasal 1 DUHAM menyatakan bahwa : setiap
umat manusia dilahirkan merdeka dan sederajat dalam harkat dan martabatnya.
4. Non diskriminasi (non-discrimination)
Non diskriminasi terintegrasi dalam kesetaraan. Prinsip ini memastikan bahwa tidak
seorangpun dapat meniadakan hak asasi orang lain karena faktor-faktor luar, seperti
misalnya ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan
lainnya, kebangsaan, kepemilikan, status kelahiran atau lainnya
5. Tidak dapat dicabut (inalienability)
Hak-hak individu tidak dapat direnggut, dilepaskan dan dipindahkan.
6. Tak bisa dibagi (indivisibility)
HAM-baik hak sipil, politik, sosial, budaya, ekonomi-semuanya bersifat inheren,
yaitu menyatu dalam harkat martabat manusia. Pengabaian pada satu hak akan
menyebabkan pengabaian terhadap hak-hak lainnya. Hak setiap orang untuk bisa
memperoleh penghidupan yang layak adalah hak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi:
hak tersebut merupakan modal dasar bagi setiap orang agar mereka bisa menikmati
hak-hak lainnya seperti hak atas kesehatan atau hak atas pendidikan.
7. Saling berkaitan dan bergantung (interrelated and interdependence)
Pemenuhan dari satu hak seringkali bergantung kepada pemenuhan hak lainnya,
baik secara keseluruhan maupun sebagian. Contohnya, dalam situasi tertentu, hak
atas pendidikan atau hak atas informasi adalah saling bergantung satu sama lain.
Oleh karena itu pelanggaran HAM saling bertalian; hilangnya satu hak mengurangi
hak lainnya.
8. Tanggung jawab negara (state responsibility)
Negara dan para pemangku kewajiban lainnya bertanggung jawab untuk menaati
hak asasi. Dalam hal ini, mereka harus tunduk pada norma-norma hukum dan
standar yang tercantum di dalam instrumen-instrumen HAM. Seandainya mereka
gagal dalam melaksanakan tanggung jawabnya, pihak-pihak yang dirugikan berhak
untuk mengajukan tuntutan secara layak, sebelum tuntutan itu diserahkan pada
sebuah pengadilan yang kompeten atau adjudikator (penuntu) lain yang sesuai
dengan aturan dan prosedur hukum yang berlaku.
C. Dasar hukum yang melandasi ditegakkannya HAM
Latar belakang sejarah hak asasi manusia, pada hakikatnya, muncul karena inisiatif
manusia terhadap harga diri dan martabatnya, sebagai akibat tindakan sewenang-wenang
dari penguasa, penjajahan, perbudakan, ketidakadilan, dan kezaliman (tirani).
Selanjutnya perkembangan upaya penegakan hak asasi manusia mulai bermunculan di
negara-negara eropa dan amerika sampai dikeluarkannya Atlantic Charter pada masa
Perang Dunia II oleh F.D. Roosevelt dengan istilah The Four Freedom-nya yang berisi
Bahwa setiap manusia dijamin negara dalam empat kebebasan, yaitu kebebasan
mengeluarkan pendapat, kebebasan beribadah kepada Tuhan dengan cara masing-
masing, hak untuk bebas dari kekurangan dan kemiskinan serta kebebasan dari
ketakutan.
Penegakan HAM di dunia internasional semakin banyak dan diperkuat dengan
dirumuskannya naskah Universal Declaration Of Human Right pada tanggal 10
Desember 1948, yang berisi tentang hak-hak asasi manusia, sehingga pada tanggal 10
Desember sering diperingati sebagai hari hak asasi manusia.
Isi pokok dari deklarasi tersebut tertuang dalam Pasal 1 yang menyatakan “Sekalian
orang dilahirkan merdeka dan mempunyai marabat dan hakhak yang sama. Mereka
dikaruniai akal dan budi, dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.”
(dalam Sunarso: 2008).

D. Landasan Hukum Penegakkan HAM dalam UUD 1945


1. Pembukaan UUD’45 Alinea Pertama
Dalam alinea pertama yang berbunyi “…Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu
adalah hak segala bangsa…” maka dapat disimpulkan bahwa bangsa Indonesia telah
mengakui adanya hak untuk merdeka dan mendapatkan kebebasan.
2. Pembukaan UUD’45 Alinea Keempat
Dalam alinea keempat memuat lima sila Pancasila, salah satunya yaitu sila kedua
yang berbunyi “Kemanusian yang adil dan beradab”. Sila kedua Pancasila tersebut
merupakan landasan idiil akan pengakuan dan jaminan hak asasi manusia di
Indonesia.
3. Batang Tubuh UUD’45
Pada masa orde baru rumusan hak-hak asasi manusia diatur dari Pasal 27 sampai
Pasal 34 UUD’45. Selanjutnya setelah masa reformasi dikarenakan rumusan tentang
HAM pada masa orde hanya disusun secara garis besar saja, setelah terjadi
amandemen pertama UUD’45, pasal yang mengatur tentang HAM tertuang pada
beberapa Pasal sebagai berikut:
 Pasal 27 tentang hak kesamaan derajat di mata hokum, hak atas pekerjan dan
penghidupan yang layak, serta hak bela negara
 Pasal 28 tentang hak berserikat dan berkumpul serta mengeluarkan pendapat
 Pasal 28 A tentang hak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya
 Pasal 28 B tentang hak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
 Pasal 28 C tentang hak mengembangkan diri
 Pasal 28 D tentang hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian
hukum, berkerja, memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan, dan
status kewarganegaraan.
 Pasal 28 E tentang hak memeluk dan beribadah menurut agamanya, memilih
pendidikan, pekerjaan, kewarganegaraan, tempat tinggal, meninggalkan dan
kembali ke wilayah negara.
 Pasal 28 F tentang hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi.
 Pasal 28 G tentang hak atas perlindung pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
harta benda, rasa aman, ancaman ketakutan, penyiksaan atau perlakuan
merendahkan, dan suaka politik dari negara lain.
 Pasal 28 H tentang hak hidup sejahtera lahir dan batin, tempat tinggal, mendapat
lingkungan hidup, layanan kesehatan, kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memdapat kesempatan dan manfaat yang sama, imbalan jaminan social, dan hak
milik pribadi.
 Pasal 28 I tentang pengukuhan kesolid-an hak asasi manusia, bebas dari perlakuan
diskriminatif, perlindungan dari tindakan diskriminatif, penghormatan identitas
budaya dan masyarakat tradisional, tanggung jawab pemerintah atas HAM, dan
penguatan jaminan HAM dalam peraturan perundang-undangan.
 Pasal 28 J tentang menghormati HAM orang lain, dan setiap warga negara tunduk
pada undang-undang yang menjamin terlaksananya hak orang lain.
 Pasal 29 tentang jaminan memeluk agamanya masing-masing dan beribadat.
 Pasal 30 ayat 1 tentang hak dan kewajiban dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.
 Pasal 31 tentang hak dan kewajiban mendapatkan pendidikan, serta pemerintah
wajib membiayainya.
 Pasal 32 ayat 1 tentang pemajuan kebudayaan nasional dan jaminan kebebasan
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budaya.
 Pasal 33 tentang perekonomian berdasarkan asas kekeluargaan; cabang produksi
yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara; bumi, air, dan
kekayaan alam yang ada dalam wilyah negara dikuasai oleh negara dan digunakan
sepenuhnya untuk kemakmuran rakyat.
 Pasal 34 tentang fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
4. Peraturan perundang-undangan
 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia
Adapun hak-hak asasi manusia yang tertuang antara lain sebagai berikut:
- Hak untuk hidup (Pasal 4)
- Hak untuk berkeluarga (Pasal 10)
- Hak untuk mengembangkan diri (Pasal 11-16)
- Hak untuk memperoleh keadilan (Pasal 17-19)
- Hak atas kebebasan pribadi (Pasal 20-27)
- Hak atas rasa aman (Pasal 28-35)
- Hak atas kesejahteraan (Pasal 36-42)
- Hak turut serta dalam pemerintahan (Pasal 43-44)
- Hak wanita (Pasal 45-51)
- Hak anak (Pasal 52-66)
- Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM

E. Bentuk-bentuk penindasan terhadap HAM

BAB III
KESIMPULAN

Daftar Pustaka
Ananta Toer, Pramoedya. 1998. Hoakiau Di Indonesia. Jakarta: Garba Budaya

http://www.voaindonesia.com. Diakses pada tanggal 17 September 2013

http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_39_99.html. Diakses pada tanggal 17 September 2013

http://www.komnasperempuan.or.id/wp-content/uploads/2009/07/UU-No.26-Th.2000-
Pengadilan-HAM.pdf. Diakses pada tanggal 17 September 2013

https://id.wikipedia.org/wiki/Empat_Kebebasan. Diakses tahun 2020

Kusumaatmadja, Mochtar. 2003. Pengantar Hukum Internasional. Bandung: Alumi

Nur’aini, Atikah, dkk. 2006. Potret Buram HAM Indonesia. Jakarta: Pusdokinfo Komnas HAM

Sunarso, dkk. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: UNY Press

Winarno. 2008. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan (Panduan Kuliah Perguruan


Tinggi). Jakarta: PT Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai