Anda di halaman 1dari 12

MINI RESEARCH HUKUM DAM HAM

KEBIJAKAN PEMENUHAN HAK ATAS KESEHATAN

DISUSUN OLEH

NAMA: IGNATIUS RHADITE P.B /8111416175

FRANS JOSUA NAPITU /8111416166


FAHRUL IKBAL ROSYID /8111416148
MUHAMMAD AFIS S /8111416144
GESSA HARIMURTI I /8111416145
ROMBEL :03
DOSEN :SARU ARIFIN S.H.,Ll.m.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017
PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara hukum yang dinamis (Welfare state, negara kesejahteraan)
yang memiliki asas-asas hukum diantaranya adalah asas penyelenggaraan kepentingan umum.
Berdasarkan asas ini, segenap aparat pemerintah dituntut untuk melakukan kegiatan-kegiatan
yang menuju pada penyelenggaraan kepentingan umum dan dapat memberikan perlindungan
hukum bagi masyarakat.1 Adanya ketentuan mengenai kesejahteraan sosial dalam UUD NRI
Tahun 1945, merupakan pengejawantahan konsep negara kesejahteraan (welvaart staat
atau welfare state), negara turut serta secara aktif untuk kesejahteraan rakyatnya (welfare
state)2, atau dikenal dengan nama verzorgingsstaat atau disebutnya sociale rechsstaat
(negara hukum sosial), di mana negara dituntut untuk mewujudkan kesejahteraan dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya.3
Tugas negara dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial salah satunya hak
masyarakat atas kesehatan. Hak masyarakat untuk hidup sehat merupakan hak dasar yang harus
dijamin. Karena kesehatan merupakan bagian dari kebutuhan primer setiap manusia. Kondisi
sehat badan dan jiwa akan memungkinkan setiap manusia untuk melakukan aktifitas dan
karyanya. Kesehatan merupakan pula bagian dari kebutuhan menuju hidup sejahtera.4
Sudah menjadi konsensus dalam konstitusi Indonesia bahwa hak atas kesehatan
merupakan hak mendasar bagi manusia. Falsafah dasar dari jaminan hak atas kesehatan
sebagai HAM merupakan raison detre kemartabatan manusia (human dignity).5
Kesehatan adalah hak fundamental setiap manusia. Karena itu setiap individu, keluarga
maupun masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan
pemerintah bertanggung jawab mengatur dan melindungi agar masyarakat terpenuhi hak
hidup sehatnya termasuk masyarakat miskin yang tidak mampu.Untuk menjamin agar hak
kesehatan dapat dipenuhi, UUD NRI Tahun 1945, Pasal 34 ayat (3) yang berbunyi: Negara

1
C.S.T. Kansil, 2002, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum di Indonesia. Jilid I, Balai Pustaka, Jakarta, hlm.
22.
2
Bachsan Mustafa, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara,Alumni, Bandung, 1982., hlm. 22-23
3
Rudy Hendra Pakpahan dan Eka N.A.M.Sihombing,Tanggung Jawab Negara Dalam Pelaksanaan Jaminan
Sosial (Responsibility State in The Implementation of Social Security),Jurnal Legislasi Indonesia (Indonesian
Journal of Legislation),Vol. 9 No. 2 -Juli 2012., hlm. 168
4
Fredy Tengker, 2007, Hak Pasien, Mandar Maju: Bandung hlm.34
5
Majda El Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM: Mengurai Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya,Rajawali Pers,
Jakarta, 2008., hlm. 152
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan
umum yang layak.6

6
Pasal 34 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945, berbunyi: Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
BATANG TUBUH

Hasil mini research


Sebagai propinsi dengan jumlah penduduk sebesar 32,40 juta atau 15% dari penduduk
Indonesia, permasalahan kesehatan yang berhubungan dengan kepadatan penduduk masih
menjadi masalah utama di Jawa Tengah. Permasalahan tersebut antara lain angka kematian ibu
dan bayi, angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh beberapa penyakit menular
seperti Demam Berdarah, HIV/AIDS, TB Paru dan masih adanya penduduk miskin yang belum
memiliki jaminan kesehatan. Adapun jaminan yang telah dikembangkan di beberapa
kabupaaten/kota cenderung untuk pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas atau rujukan di
Rumah Sakit setempat.Hal ini belum dapat menjaminrujukan rumah sakit antar
Kabupaten/Kota atau ke Rumah sakit rujukan dengankelas yang lebih tinggi, padahal
pembiayaan kesehatan tidak mungkin selamanya
bertumpu pada pemerintah (www.jatengprov.go.id, 2013).
Untuk mendukung program kesehatannya, Jawa Tengah telah menerbitkan Peraturan
Daerah nomor 5 tahun 2009 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS dan Perda nomor 10 tahun
2009 tentang Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) Provinsi Jawa Tengah dan saat ini sedang
dalam tahap penyusunan Peraturan Gubernur. Adapun program selanjutnya adalah kenaikan
anggaran di mana anggaran yang bersumber dari APBD Provinsi Jawa Tengah sektor
kesehatan pada tahun 2009 sebesar lebih kurang 680,6 Milyar yang terbagi di 8 SKPD atau
sekitar 13,03 %, pada tahun 2010 akan ditingkatkan menjadi Rp. 716,3 Milyar atau sekitar 14%
dari APBD Provinsi Jawa Tengah, sedangkan dana dekonsentrasi program kesehatan di Jawa
Tengah tahun 2013 sekitar 46 Milyar (Berita SKPD, 20013).
Kota Semarang sebagai salah satu ibukota propinsi di Indonesia yang terletak di
Pulau Jawa, dikenal sebagai Ibukota Propinsi Jawa Tengah yang kerapkali masuk dalam daftar
tujuan migrasi bagi para pendatang untuk singgah,menetap sementara waktu untuk alasan
bekerja, belajar, bahkan untuk menetapselamanyaHal ini menyebabkan Kota Semarang masuk
ke dalam lima wilayah terpadat di Jawa Tengah. Sebagai wilayah dengan kepadatan penduduk
yangcukup tinggi, Kota Semarang sudah tentu menghadapi berbagai permasalahan
kependudukan termasuk masalah kesehatan.Dalam usaha meningkatkan kualitas penduduk,
maka salah satu cara yangpenting adalah dengan meningkatkan pelayanan kesehatan bagi
seluruhmasyarakat. Untuk mengatasi masalah kesehatan, pemerintah Kota Semarang juga
mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara lebih merata, KotaSemarang
mempunyai 9 rumah sakit umum, 53 Puskesmas, Posyandu yang menyebar di seluruh wilayah,
Dokter Praktek, Bidan praktek dan masih banyak sarana dan prasarana lainnya, sehingga setiap
orang dapat memperoleh pelayanan kesehatan dengan mudah (www.semarang.go.id, 2009).
Pelayanan kesehatan yang lebih merata di Kota Semarang dapatdimanfaatkan secara
optimal oleh masyarakat yang ditunjukkan pada Tabel 1.1. Dari Tabel 1.1 menunjukkan bahwa
penggunaan pelayanan kesehatan di Kabupaten / Kota di Jawa Tengah, khususnya upaya
kesehatan yang dilakukan pemerintah berkisar rata-rata 60.21 %, dengan penggunaan layanan
kesehatan tertinggi terletak di Kota Semarang (110.99 %) dan yang terendah di Kabupaten
Semarang (20.76 %).
Penggunaan layanan kesehatan yang dimaksud adalah penggunaan berdasarkan
cakupan layanan kesehatan dari pemerintah setempat
seperti penerima Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat), Jamkesda (Jaminan Kesehatan
Daerah), Askes (Asuransi Kesehatan), Astek (Asuransi Tenaga Kerja) dan Jamkeskin (Jaminan
Kesehatan Keluarga Miskin) yang kesemuanya mayoritas adalah masyarakat menengah,
menengah kebawah dan
masyarakat miskin.
Maka dari itu, penggunaan layanan kesehatan yang melebihi 100 % berarti penggunaan
layanan kesehatan pada daerah tersebut melebihi akupan yang telah disusun. Sedangkan untuk
nilai 100% sudah terjadi penggunaan layanan kesehatan yang optimal / sesuai cakupan layanan,
dengancatatan nilai presentase tersebut sudah mengalami pembulatan. Kabupaten Semarang
memiliki karakteristik yang hampir sama dengan kabupaten lain di pulau jawa yakni
dominannya wilayah pedesaan, tetapi di sisi lain penggunaan layanan kesehatan di Kabupaten
Semarang adalah yang terkecil (20.76 %) dibanding penggunaan layanan kesehatan di
kabupaten lain di pulau Jawa.Ketersediaan fasilitas kesehatan yang ada, bukan berarti membuat
Kota Semarang telah terlepas dari masalah kesehatan.
Selain pelayanan kesehatan yang melebihi cakupan, beberapa kasus penyakit menjadi
bukti bahwa penanganan masalah kesehatan harus semakin serius diperhatikan. Kasus Demam
Berdarah Dengue (DBD) dan flu burung atau Avian Influenza (AI) pada tahun 2008 menjadi
catatan permasalahan kesehatan di Kota Semarang. Untuk kali pertama, DBD hampir
menembus angka 5.000 kasus dalam setahun dan disebut-sebut sebagai yang tertinggi dalam
15 tahun terakhir. Walaupun belum ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), jumlah
kasus DBD pada 2008 meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan 2007 yang tercatat hanya
2.998 kasus dan jika dibandingkan dengan tahun 2006, jumlah kasus DBD tahun 2008
meningkat hampir tiga kali lipat (www.suaramerdeka.com, ).Kalau DBD belum sampai pada
status KLB, tidak demikian halnya dengan kasus flu burung, penyakit ini untuk pertama kalinya
telah memakan korban warga Kota Semarang (www.suaramerdeka.com). Selain dua kasus
tersebut, permasalahan kesehatan di Kota Semarang yang perlu diwaspadai ketika musim
pancaroba adalah penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan diare. Penderita kedua
penyakit ini pada musim pancaroba biasanya akan mengalamipeningkatan. Peningkatan ini
terlihat dari peningkatan penderita yang menjalani
Perawatan di rumah sakit RSUD Kota Semarang dan Rumah Sakit Roemani. Data
menunjukkan bahwa pada bulan Oktober 2008, RSUD Kota Semarang telah menangani 78
pasien diare dan 380 pasien ISPA yang melakukan rawat jalan,sedangkan Rumah Sakit
Roemani menangani 6 pasien penderita diare dan 18 pasien penderita tifus Fakta-fakta ini
setidaknya dapat dijadikan motivasi bagi peningkatan pelayanan kesehatan di Kota
Semarang.Biaya operasional Puskesmas yang tidak memadai terlihat dari alokasi anggaran
kesehatan di Kota Semarang yang cenderung menurun.
Alokasi anggaran kesehatan untuk Kota Semarang pada tahun 2008 lebih kecil daripada
alokasi tahun sebelumnya (2007). Jumlah alokasi itu di tahun 2008 adalah sebesar Rp 97,6
miliar, sedang untuk tahun 2007 adalah Rp 98,7 miliar. Anggaran untuk Dinas Kesehatan Kota
Semarang yang pada tahun 2009 sebesar Rp 50,1 miliar menurun menjadi hanya Rp 36,5 miliar
pada tahun anggaran 2010 .
Kekurangan tenaga kesehatan terutama di daerah terpencil di Indonesia terjadi juga di
Kota Semarang. Jumlah tenaga medis di Kota Semarang masih jauh dari angka ketercukupan,
sebagaimana yang ditargetkan dalam Program Indonesia Sehat tahun 2010 oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Program Indonesia Sehat Tahun 2010 mentargetkan rasio
ketersediaan dokter umum untuk setiap 100.000 penduduk adalah 40, sementara untuk Kota
Semarang rasio ini baru 18,36Dengan jumlah Puskesmas yang terdapat di 37 lokasi dan
Puskesmas Pembantu di 33 lokasi, Kota Semarang telah berusaha memberikan pelayanan
kesehatan yang menjangkau seluruh masyarakat Kota Semarang yang berjumlah 1.506.924
jiwa (BPS Kota Semarang, 2009). Fungsi dan peran Puskesmas di Kota Semarang ini akan
semakin esensial bila melihat berbagai kasus penyakit yang telah menjadi sorotan utama
masalah kesehatan.
Hasil Observasi Kelompok
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar masyarakat yang
penyediaanya wajib diselenggarakan oleh Pemerintah sebagaimana telah diamanatkan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 pasal 28 H ayat (1) setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan pasal
34 ayat (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan umum yang
layak. Salah satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang
diselenggarakan oleh pemerintah yaitu puskesmas. Fasilitas pelayanan kesehatan ini
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat dalam membina peran serta
masyarakat, juga memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat. Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas
pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Pelayanan kesehatan yang
diberikan puskesmas adalah pelayanan kesehatan menyeluruh yang meliputi pelayanan:
pengobatan, pencegahan, peningkatan kesehatan, dan pemulihan kesehatan. Pelayanan
tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak membedakan jenis kelamin dan golongan
umur.

Dalam hal ini puskesmas dituntut untuk selalu meningkatkan keprofesionalan dari para
pegawainya serta meningkatkan fasilitas atau sarana kesehatanya untuk memberikan
kepuasan kepada masyarakat pengguna jasa layanan kesehatan pemerintah. Semakin
ketatnya persaingan serta pelanggan yang semakin selektif dan berpengetahuan
mengharuskan puskesmas selaku salah satu penyedia jasa layanan kesehatan masyarakat
untuk selalu meningkatkan kualitas pelayananya. Untuk dapat meningkatkan kualitas
pelayanan, terlebih dahulu harus diketahui apakah pelayanan yang telah diberikan kepada
pasien atau pelanggan selama ini telah sesuai dengan harapan atau belum. Puskemas
sebagai penyedia layanan kesehatan masyarakat di tingkat pertama memiliki 3 fungsi
pokok dalam menjalankan pelayananya, yaitu: sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat strata pelayanan kesehatan
strata pertama.

HASIL OBSERVASI

Kelompok kami melakukan research dengan melakukan observasi ke Pusat Kesehatan


Masyarakat (PUSKESMAS) daerah Kelurahan Sekaran yang beralamat di Jl. Raya Sekaran
Gg. Rambutan No 44, Puskesmas sendiri merupakan layanan pemerintahan yang mengurusi
kesehatan masyarakat dalam lingkup terendah atau pertama karena berada di kelurahan atau
kecamatan dari suatu daerah sehingga keterjangkauan kepada masyarakat menjadi lebih
mudah. Puskesmas Sekaran memiliki beberapa program dan agenda sesuai fungsi yang
dimiliki puskesmas pada umum nya yaitu seperti Pos Pelayanan terpadu (POSYANDU),
Program ASI Eksklusif, Forum Kesehatan keluarga, sosialisasi kesehatan dan budaya hidup
sehat, termasuk di dalam nya tentang lingkungan, program puskesmas membangun desa dan
lain sebagainya. Disamping itu juga melakukan layanan kesehatan yang beroperasi setiap hari
senin-jumat antara pukul 08.00-15.00 WIB. Dilihat dari domisili nya memang pengguna
layanan terbanyak dari Puskesmas disini adalah masyarakat desa sekitar,karena keterjangkauan
jarak, keterjangkauan biaya dan pelayananya yang tidak kalah prima dengan Rumah sakit besar
menjadikan warga masyarakat tidak bisa mengalihkan tujuanya saat sedang sakit, selain itu
tidak sedikit pula mahasiswa UNNES yang menggunakan jasa layanan kesehatan Puskesmas
ini.

Memang dalam pelayananya masih terdapat beberapa kekurangan seperti fasilitas yang
kurang lengkap dan kurang memadai, sedikitnya tenaga dokter yang tersedia maupun yang
bekerja disitu sampai dengan pelayananya yang terkesan lama, hal itu lah yang kelompok kami
coba tanyakan kepada seorang ibu bernama Susi yang kebetulan sedang menunggu pelayanan
di puskesmas, beliau mengeluhkan lamanya pelayanan untuk imunisasi saja butuh waktu 1 jam
sampai dengan di layani medis pada saat itu, selain itu terkadang perawat yang berjaga kurang
ramah dalam memberikan pelayanan karena terlalu Lelah bekerja sehingga pasien merasa
kurang nyaman, tapi disamping itu ibu Susi masih merasa puas dan percaya terhadap pelayanan
yang diberikan Puskesmas Sekaran.

Kami mencoba menanyakan kepada petugas yang bekerja disitu dan beliau
menyampaikan dan mengakui bahwa keterbatasan Sumber Daya Manusia,
perlengkapan/fasilitas ssangat berpengaruh terhadap pelayanan yang diberikan terlebih melihat
jumlah populasi masyarakat Sekaran yang sangat banyak sebab terdiri dari mahasiswa UNNES
yang hamper mencapai 40ribu dan masyarakat sekitar yang jumlahnya juga tidak kalah banyak
dengan mahasiswa UNNES. Tetapi hal tersebut tidak menyurutkan niat puskesmas sekaran
untuk melayani masyarakat sesuai tugas dan fungsi yang dimiliki nya, selain itu program-
program yang diberikan oleh puskesmas sekaran kepada masyarakat sekitar juga dirasa sudah
sangat baik dari sisi keterjangkauan.
PENUTUP

Dalam Pasal 34 ayat (3) yang berbunyi: Negara bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Tugas negara dalam
mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial salah satunya hak masyarakat atas kesehatan.
Hak masyarakat untuk hidup sehat merupakan hak dasar yang harus dijamin. Karena kesehatan
merupakan bagian dari kebutuhan primer setiap manusia. Kondisi sehat badan dan jiwa akan
memungkinkan setiap manusia untuk melakukan aktifitas dan karyanya. Kesehatan merupakan
pula bagian dari kebutuhan menuju hidup sejahtera.
Sudah menjadi konsensus dalam konstitusi Indonesia bahwa hak atas kesehatan
merupakan hak mendasar bagi manusia yang harus diakomodir dan dipenuhi.
Pengejawantahan Pemerintah mewujudkan amanat tersebut yaitu dengan melalui program
layanan kesehatan masyarakat yang tertera dalam Jaminan kesehatan nasional dan lain
sebagainya.

Presentase masyarakat yang menerima program layanan kesehatan masyarakat di Jawa


Tengah beragam dan sebenarnya masih terbilang rendah bila dibandingkan dengan jumlah
penduduk Jawa Tengah itu sendiri. Hal ini menunjukan bahwasanya pemeratan layanan
kesehatan ini masing bisa dikatakan belum terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

Puskesmas sebagai kepanjangan tangan maupun penyedia layanan masyarakat di


bidang kesehatan tingkat pertama sangat berperan besar dalam pemberdayaan suatu
masyarakat terutama dalam bidang kesehatan, namun sangat disayangkan bahwasanya masih
terdapat banyak kekurangan dalam pelayananya, seperti Sumber daya manusia maupun sarana
dan fasilitasnya yang kurang menunjang sehingga proses pelayanan pada masyarakat menjadi
tidak optimal, terlebih banyaknya masyarakat yang membuthkan pelayanan jasa kesehatan
masyarakat ini.

Menyikapi hal-hal diatas, perlu adanya koordinasi Bersama dari semua elemen untuk
mewujudkan Indonesia yang sejahtera terutama dalam bidang kesehatan. Peran aktif
pemerintahan dalam melaksanakan amanat konstitusi negara harus benar-benar diwujudkan
dengan baik dan harus didukung oleh semua pihak, kemudian perlu diperhatikan skala prioritas
masyarakat yang benar-benar menjadi prioritas penerima program dan penerima layanan
kesehatan masyarakat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat A. Aziz. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika.

Azrul Azwar. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi Ketiga. Jakarta : Binarupa. Aksara.

C.S.T. Kansil. 2002. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum di Indonesia. Jilid I. Jakarta: Balai
Pustaka.

www.semarang.go.id http://puskesmassekaran2014.blogspot.co.id/ www.jatengprov.go.id

Departemen Kesehatan RI. 2007. Petunjuk Pelaksanaan pengembangan system informasi


kesehatan daerah kabupaten/kota (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 932 tahun 2002).
Jakarta: Cetakan Kedua

Muninjaya.G. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: ECG.

Fredy Tengker. 2007. Hak Pasien. Bandung: PT. Mandar Maju.

Pakpahan, Rudy Hendra. Sihombing, Eka. 2007. Tanggung Jawab Negara Dalam Pelaksanaan
Jaminan Sosial (Responsibility State in The Implementation of Social Security)Jurnal Legislasi
Indonesia (Indonesian Journal of Legislation)

Muhtaj, Majda El. 2008. Dimensi-Dimensi HAM: Mengurai Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya.
Jakarta: Rajawali Pers.

Bachsan Mustafa. 1982. Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara. Bandung: PT Gramedia


indotama.

Anda mungkin juga menyukai