Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN

“ TOKOH PENDIDIKAN YANG BERPENGARUH DI INDONESIA”

Disusun Oleh :

1. Aimi Dwi Yanti Putri (20075217)


2. Hilda Tanjung (20003069)
3. Mutiara Dwi Rahmadhani (20003079)
4. Bela Duwi Nur Hidayati (20003106)
5. Hilza Mussi Faradilla(20075138)

Dosen Pembimbing

Drs. Azman, M.Si

PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS PARIWISATA DAN PERHOTELAN


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat, berkat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Dasar-dasar
Ilmu Pendidikan. Shalawat dan salam senantiasa penulis panjatkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW, yang sangat di teladani umat islam di bumi ini.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan,hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang
kami miliki, namun demikian banyak pula pihak yang telah membantu kami dengan
menyediakan sumber informasi , memberikan masukan pemikiran, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini diwaktu yang
akan datang.

Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan kepada
pembaca pada umumnya. Dengan adanya Makalah ini mudah-mudahan bermanfaat bagi
pembaca dan menambah pengetahuan dan wawasan serta kelak dapat di amalkan kepada
generasi selanjutnya.

Padang,25 April 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER………................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. TujuanPembahasan............................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. KIHAJAR DEWANTARA .................................................................................. 4
B. MUHAMMAD SYAFE'I ..................................................................................... 5
C. KIYAI H AHMAD DAHLAN ............................................................................. 6
D. RAHMAH EL YUNUSIAH ................................................................................. 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………. 8
B. Saran ..................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesungguhnya pendidikan yang kita laksanakan sekarang ini tidaklah terlepas dari usaha-
usaha para tokoh pendidikan yang dahulu telah merintisnya dengan perjuangan yang sangat
berat dan tidak mengenal lelah. Oleh karena itu bila kita berbicara tentang pendidikan yang
kini berlangsung tidaklah arif bila tidak membicarakan sosok dan tokoh-tokoh pendidikan
tersebut, dengan hanya menerima jerih payah dan karya mereka.

Jauh sebelum kemerdekaan RI, banyak tokoh indonesia yang memiliki pemikiran maju,
khususnya dalam bidang pendidikan. Beberapa tokoh pendidikan seperti Ki Hajar Dewantara,
KH Ahmad Dahlan, Mohammad Syafei, Rahmah El Yunusiah merupakan sejumlah tokoh
pendidikan pribumi yang memberikan warna pendidikan sampai saat ini. Tokoh-tokoh
tersebut adalah insan-insan bermartabat yang memperjuangkan pendidikan dan sekaligus
pejuang kemerdekaan yang berjuang melepaskan cengkeraman penjajah dari bumi Indonesia.

Pada dasarnya cukup banyak tokoh pelaku sejarah yang sangat berjasa dalam dunia
pendidikan di Indonesia. Namun, dalam kesempatan ini hanya sebagian yang bisa
dikemukakan, dengan tidak mengurangi dan mengecilkan arti perjuangan dan jasa-jasa tokoh
lain.

Atas dasar inilah penulis menjelaskan pokok bahasan ini dengan tujuan agar para mahasiswa,
mahasiswi dan siapa saja yang terlibat untuk selalu mengenang dan tidak pernah melupakan
karya-karya tokoh-tokoh pendidikan yang memiliki pemikiran maju, dan memberikan warna
pendidikan sampai saat ini. Diharapkan pembahasan ini memberikan perluasan wawasan bagi
mahasiswa dan memberikan penjelasan pemahaman yang lebih baik dari sebelumnya.

B. Rumusan Masalah
1. sebutkan tokoh yang berpengaruh di indonesia?
2. siapaitu Kihajar dewantara?
3. siapa itu Muhammad Syafe'i ?

1
4. siapa itu Kiyai H Ahmad Dahlan ?
5. siapa itu Rahmah El Yunisia ?

C. Tujuan pembahasan
1. Untuk mengetahui tokohyangberpengaruhdiindonesia
2. Untuk mengetahui siapaituKihajardewantara
3. Untuk mengetahui siapaituMuhammadSyafe'i
4. Untuk mengetahui siapaituKiyaiHAhmadDahlan
5. Untuk mengetahui siapaituRahmahElYunisia

BAB II
PEMBAHASAN

A. KIHAJAR DEWANTARA
Ki Hadjar Dewantara adalah bapak pendidikan dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
pertama Indonesia. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat atau lebih dikenal sebagai Ki Hadjar
Dewantara lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889 dari keluarga bangsawan Jawa. Soewardi
adalah anak kelima dari pasangan Pangeran Soeryaningrat dan Raden Ayu Sandiah.
Sementara sang kakek adalah Sri Pakualam III, penguasa di wilayah Kadipaten Pakualaman.
Ia merupakan seseorang mendirikan sebuah sekolah bernama Perguruan Nasional Taman
Siswa atau bisa disebut Taman Siswa. Tanggal kelahirannya diperingati sebagai Hari
Pendidikan Nasional untuk menghormati jasa-jasanya di bidang pendidikan.
Ki Hadjar Dewantara yang terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat
dikenal sebagai tokoh pendidikan di Indonesia. Ketika mendirikan sekolah Taman Siswa, Ki
Hadjar Dewantara menciptakan tiga buah semboyan yang sampai saat ini masih digunakan di
dunia pendidikan. Ketiga semboyan itu adalah ing ngrasa sung taulada, ing madya mangun
karsa, dan tut wuri handayani, depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, dan di
belakang memberi dorongan. Ketiga semboyan peninggalan Ki Hadjar Dewantara itu

2
kemudian menjadi semboyan dalam pendidikan di Indonesia. Bahkan bagian dari semboyan
ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi bagian dari logo Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Awalnya Ki Hadjar Dewantara adalah seorang penulis dan jurnalis yang lalu terjun
sebagai aktivis kebangsaan. Kegiatannya itu menyadarkannya, untuk melawan kolonialisme
harus dimulai dari pendidikan. Kemudian, ia mendirikan sekolah Taman Siswa untuk
menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Soewardi Soeryaningratmendirikan perguruan Taman
Siswa pada tanggal 3 Juli 1922. Sekolah ini bertujuan memberikan kesempatan dan hak
pendidikan yang sama bagi para pribumi jelata Indonesia seperti yang dimiliki para priyayi
atau orang-orang Belanda. Berkat usaha kerasnya, sekolah itu berkembang pesat hingga
memiliki 100 cabang di seluruh Indonesia. Keberadaan sekolah itu memberikan dampak yang
besar bagi pendidikan masyarakat khususnya bumiputra.
Dari Taman Siswa inilah semboyan-semboyan dari Ki Hadjar Dewantara diperkenalkan.
Semboyan itu adalah ing ngrasa taulada yang artinya di depan memberi teladan, ing madya
mangun karsa yang artinya di tengah membangun prakarsa atau menjadi penyemangat, dan
tut wuri handayani yang artinya dari belakang mendukung atau memberi dukungan. Pada
masa pendudukan Jepang perguruan Taman Siswa dibubarkan meskipun memiliki murid
hingga 3000, dan hanya boleh mendirikan sekolah kejuruan. Kemudian, dibentuklah Taman
Tani dan Taman Rini untuk kerumahtanggaan.
Dan setelah proklamasi kemerdekaan, Ki Hadjar Dewantara ditunjuk sebagai Menteri
Pengajaran RI yang pertama oleh Presiden Soekarno. Meski jabatan itu hanya diembannya
selama tiga bulan, ia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan di Indonesia.
Berkat jasa-jasanya di bidang pendidikan, Ki Hadjar Dewantara menerima penghargaan
Doktor Hororis Causa di bidang pendidikan dari Universitas Gadjah Mada. Penghargaan itu
diberikan perguruan tinggi tersebut saat Dies Natalisnya yang ke-7 pada 19 Desember 1956.
Beberapa bulan setelah kematiannya, Presiden Soekarno menganugerahi gelar Pahlawan
Kemerdekaan Nasional sekaligus Bapak Pendidikan Nasional pada Ki Hadjar Dewantara. Ki
Hadjar merupakan pahlawan nasional ke-2 yang dikukuhkan Presiden Sukarno pada 28
November 1959 lewat Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959.
Kemudian pada 20 Mei 1976, ia mendapat gelar Perintis Pers Indonesia yang diberikan oleh
Dewan Pers.

B. MUHAMMAD SYAFE'I

3
Mohammad Syafei lahir tahun 1893 di Ketapang (Kalimantan Barat) dan diangkat jadi
anak oleh Ibarahim Marah Sutan dan ibunya Andung Chalijah, kemudian dibawa pindah ke
Sumatra Barat dan menetap di Bukit Tinggi. Marah Sutan adalah seorang pendidik dan
intelektual ternama. Dia sudah mengajar diberbagai daerah di Nusantara, pindah ke Batavia
pada tahun 1912 dan disini aktif dalam kegiatan penertiban dan Indische Partij.
Pendidikan yang ditempuh Moh. Syafei adalah sekolah raja di Bukit tinggi,dan
kemudian belajar melukis di Batavia (kini Jakarta), sambil mengajar disekolah Kartini. Pada
tahun 1922 Moh. Syafei menuntut ilmu di Negeri Belanda dengan biaya sendiri. Disini ia
bergabung dengan "Perhimpunan Indonesia", sebagai ketua seksi pendidikan.
Di negeri Belanda ini ia akrab dengan Moh. Hatta, yang memiliki banyak kesamaan dan
karakteristik dan gagagasan dengannya, terutama tentang pendidikan bagi pengembangan
nasionalisme di Indonesia. Dia berpendapat bahwa agar gerakan nasionalis dapat berhasil
dalam menentang penjajahan Belanda, maka pendidikan rakyat haruslah diperluas dan
diperdalam. Semasa di negeri Belanda ia pernah ditawari untuk mengajar dan menduduki
jabatan disekolah pemerintah. Tapi Syafei menolak dan kembali ke Sumatara Barat pada
tahun 1925. Ia bertekad bertekad mendirikan sebuah sekolah yang dapat mengembangkan
bakat murid-muridnya dan disesuaikan dengan kebutuhan rakyat Indonesia, baik yang hidup
dikota maupun dipedalaman.

Kontribusi dan Karya

Mohamad Syafei mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Indonesische Nederland
School (INS) pada tanggal 31 oktober 1926. Di Kayu Tanam, sekitar 60 km disebelah Utara
kota Padang. Sekolah ini didirikan diatas lahan seluas 18 hektar dan dipinggir jalan raya
Padang Bukit Tinggi. Ia menolak subsidi untuk sekolahnya,seperti halnya Thawalib dan
Diniyah, tapi ia membiaya sekolah itu dengan menerbitkan buku- buku kependidikan yang
ditulisnya. Sumber keuangan juga berasal dari sumbangan-sumbangan yang diberikan
ayahnya dan simpatisan-simpatisan serta dari berbagai acara pengumpulan dana seperti
mengadakan pertunjukan teater,pertandingan sepak bola, menerbitkan lotere dan menjual
hasil karya seni buatan murid-muridnya. Kelas menggunanakan bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris sebagai pelajaran bahasa asing yang pokok, ditekan pada pelajaran -pelajaran yang
akan terpakai oleh murid-murid apabila mereka kelak kembali.
Pendidikan menurut Syafei memiliki fungsi membantu manusia keluar sebagai
pemenang dalam perkembangan kehidupan dan persaingan dalam penyempurnaann hidup

4
lahir dan batin antar bangsa (Thalib Ibarahim,1978: 25). Disini tampak bahwa pendidikan
berfungsi sebagai ilnstrumen yang digunakan manusia dalam mengarungi evolusi kehidupan.
Manusia tahu kelompok tertentu dalam evolusi kehidupan dapat tersisih atau kalah, seperti
bangsa Indonesia kala itu,karena tingkat kesempurnaan hidup dan bainnya memang berada
pada tingkat yang rendah. Untuk mengatasi halitu,mereka membutuhkan pendidikan yang
tepat.
Manusia dan bangsa yang dapat bertahan ialah manusia dan bangsa yang dapat
mengikuti perkembangan masyarakat atau zamannya. Untuk kepentingan ini ia mengusulkan
konsep sekolah kerja atau sekolah kehidupan atau sekolah masyarakat.

Tujuan Personal Pendidikan

Tujuan pendidikan dan pengajaran adalah membentuk secara terus menerus


kesempurnaan lahir dan batin anak agar anak dapat mengikuti perkembangan masyarakat
yang selalu mengalami perubahan atau kemajuan.Kesempurnaan lahir dan batin ini
ditafsirkan berlainan antar bangsa yang satu dengan bangsa yang lainnya,antar kelompok
masyarakat yang satu dengan yang lainnya.Namun demikia ,setiap bangsa ataau masyarakat
ingin keuar sebagai pemenang dalam perlombaan yang maha seru antara mereka dalam
penyempurnaan hidup lahir dan batin(Thalib Ibrahim 1978:24-25).
Pemikiran Syafei diatas menyarankan kesempurnaan lahir dan batin yang harus selalu
diperbaharui. Hal ini terungkap dalam pemikiran G. Revesz seperti yang dikutip oleh Syafei
:bahwa lapangan pendidikan mesti berubah menurut zamannya,seandainya orang masih
beranggapan,bahwa susunan pendidikan dan pengajaran yang berlaku adalah sebaik-baiknya
dan tidak akan berubah lagi,maka orang atau lembaga yang berpendirian dan berpikir
demikian telah jauh menyimpang dari kebenaran. Demikianlah,tujuan pendidikan berupa
kesempurnaan lahir dan batin,harus selalu terus disempurnakan sesuai dengan tuntutan
perubahan zaman.Dan kesempurnaan yang cocok untuk bangsa Indonesia ? Syafei
mengajukan pemikiran yang masih relevan untuk zaman kita ini.
Manusia yang sempurna lahir dan batin atau aktif kreatif itu,apa saja unsur-unsur atau
aspek-aspeknya? Ia menyatakan bahwa yaitu jiwa dan hati yang terlatih dan otak yang berisi
pengetahuan (Thalib Ibarahim,1978;20 ).Orang yang jiwa dan hatinya terlatih itu
tekun,teliti,rajin,giat,berperhatian,dan apik dalam segala bidang perbuatan. Pelatihan jiwa dan
hati ini diperoleh melalui pelatihan bebuat atau bekerja mengerjakan pekerjaan sehari-hari

5
atau bahkan pekerjaan tangan.Bahkan untuk pengisian otakpun,pelajaran pekerjan tangan
dapat turut dimanfaatkan.
Demikanlah,berdasarkan uraian diatas,tujuan personal pendidikan menurut Syafei dapat
dideskripsikan dengan ringkas sebagai berikut: Manusia yang sempurna lahir dan batin
kekampung halaman dikota -kota kecil dan nagari-nagari di Sumatra Barat.Dengan demikian
pendidikan di sekolah ini meliputi bidang-bidang yaitu Kerajinan (kerajinan tanah liat
,rajutan,rotan,dan seterusnya), Seni (melukis,ukir,tari,drama dan lain lainya),grafika
(percetakan ,mengarang,jurnalistik dan lain-lainya),semua jenis olahraga, dan manajemen.
Saat Indonesia merdeka, Moh,Syafei diangkat menjadi Ketua Badan Penyelidik
Persiapan Kemerdekaan untuk Sumatra dan selanjutnya mendirikan ruang pendidikan dan
kebudayaan diPadang Panjang.
Mohammad Syafei pernah menjadi Menteri Pengajaran dalam Kabinet Syahril II, 12
Maret 1946 -2 Oktober 1946 sera menjadi anggota DPATahun 1968 atas jasa-jasa yang
bersangkutan dibidang pendidikan maka IKIP Padang memberikan gelar Dr.HC.

Filasafat Pendidikan

Nasionalisme
Mohammad Syafei mendasarkan konsep pendidikannya pada nasionalisme dalam arti
konsep dan praktek penyelenggara pendidikan INS kayu tanam didasarkan pada cita-cita
menghidupkan jiwa bangsa Indonesia dengan cara mempersanjatai dirinya dengan alat daya
upaya yang dinamakan aktif kreatif untuk menguasai alam semangat nasionalisme.
Mohammad Syafei dipengaruhi oleh pandangan-pandangan Cipto Mangunkusumo dan
Douwes Dekker dan Perhimpunan di negeri Belanda. Semangan nasionalismenya yang
sedang tumbuh menimbulkan pertanyaan,mengapa bangsa Belanda yang jumlahnya sedikit
dapat menguasai bangsa Indonesia yang jumlahnya sangat besar.Pertanyaan ini dapat
dipecahkan setelah berada dan hidup tengah tengah masyarakat Belanda.Ternyata faktor alam
dan lingkungan masyarakat mempengaruhi jiwa manusia. Bagaimanakah bangsa Indonesia
dapat menguasai alam yangkaya raya dengan berbagai macam mineral,dengan tanah yang
subur?Hal ini dapat terwujud melalui system pendidikan yang dapat mengembangkan jiwa
bangsa yang aktif kreatif.
Dengan sistem ini, anak-anak sejak kecil sudah dilatih mempergunakan akal pikiran
mereka yang didorong olah kemauan yang kuat untuk menciptakan sesuatu yang berguna
bagi kehidupan manusia. Jelas kiranya bahwa nasionalisme Mohammad Syafei adalah

6
nasionalime pragmatis yang didasarkan pada agama,yaitu nasionalisme yang tertuju pada
membangun bangsa melalui pendidikan agara menjadi bangsa yang pandai berbuat untuk
kehidupan manusia atas segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan. Mohammad Syafei
menyatakan bahwa Tuhan tidak sia-sia menciptakan manusia dan alam lainnya.Tiap- tiapnya
mesti berguna,dan kalau ini tidak berguna hal itu disebabkan karena kita yang tidak pandain
menggunakannya.
Developmentalisme
Pandangan pendidikan Mohammad Syafei sangat dipengaruhi oleh aliran
Develomentalisme, terutama oleh gagasan sekolah kerja yang di kembangkan John Dewey
dan George Kerschensteiner, serta pendidikan alam sekitar yang dikembangkan Jan
Ligthar.John Dewey berpendapat bahwa pendidikan bahwa pendidikan terarah pada tujuan
yang tidak berakkhir,pendidikan merupakan sesuatu yang terus berlangsung,suatu
rekonstruksi pengalaman yang terus bertambah. Tujuan pendidikan sebagaimana
adanya,terkandung dalam proses pendidikan, dan seperti cakrawala,tujuan pendidikan yang
dibayangkan ada sebelum terjadinya proses pendidikan ternyata tidak pernah dicapai seperti
cakrawala yang tidak pernah terjangkau.Oleh karena itu,seperti yang dinyatakan oleh John
Dewey, rekonstruksi pengalaman kita harus diarahkan pada mencapai efesiensi sosial, dengan
demikian pendidikan harus merupkan proses sosial.
Sekolah yang baik harus aktif dan dinamis, dengan demikian anak belajar melalui
pengalamannya dalam hubungan dengan orang lain. Sehubungan dengan hal ini,John Dewey
menyatakan bahwa pendidikan anak adalah hidup itu sendiri. Disini pertumbuhannya terus
bertambah, setiap pencapaian perkembangan menjadi batu loncatan bagi perkembangan
selanjutnya. Oleh karena itu,proses pendidikan merupakan salah satu bentuk penyesuain diri
yang terus menerus berlangsung. Dalam proses tersebut berlangsung proses psikologis
(perubahan tingkah laku yang tertuju pada tingkah laku yang canggih,terencana dan
bertujuan) dalam proses sosiologis (perubahan adat istiadat,sikap kebiasaan dan lembaga)
yang tidak terpisahkan.
Pandangan John Dewey bahwa pendidikan harus tertuju pada efesiensi sosial, atau
kemanfaatan pada kehidupan sosial; dan belajar berbuat atau belajar melalui pengalaman
langsung yang lebih dikenal dengan sebutan learning by doing,mempunyai pengaruh besar
terhadap konsep pendidikan Muhammad Syafei. George Kerschensteiner mendirikan Arbeit
schule atau sekolah Aktivitas. Ia mengartikan sekolah aktivitas sebuah sekolah yang
membebaskan tenaga kreatif potensial dari anak. Pada awalnya Kerschensteiner

7
memperkenalkan prinsip aktivitas untuk bidang-bidang industri dan pekerjaan
tangan,kemudian memperluasnya pada aspek-aspek tingkah laku mental dan moral.
Menurut Kerschensteiner, tugas utama pendidikan adalah pengembangan warga Negara yang
baik,dan sekolah aktivitasnya berusaha mendidik warga Negara yang berguna dengan jalan:
1.Membimbing anak untuk bekerja menghidupi dirinya sendiri;
2.Menanamkan dalam dirinya gagasan bahwa setiap pekerjaan mempunyai tempatnya
masing-masing dalam member pelayanan kepada masyarakat.
3.Mengajarkan kepada anak bahwa melalui pekerjaannya,ia akan member sumbangan dalam
turut serta membantu masyarakat untuk kearah suatu kehidupan bersama lebih sempurna.
4.Gagasan dan model sekolah yang dikembangkan Kersschenteiner sangat mempengaruhi
konsep dan praktek pendidikan Mohammad Syafei di INS Kayu Tanam.

Teori Pendidikan

Kurikulum
Kurikulum yang dikembangkan Moh. Syafei merupakan kurikulum untuk pendidikan
dasar.Meskipun demikian,untuk tahun-tahun awal sekolah dasar ia menghendaki kurikulum
nya,berupampendidikan prasekolah. Contohnya kegiatan bermain main dengan pasir,kertas
dan lain-lain mendapat perhatian istimewa. Dengan demikian darisegi ini kurikulum
pendidikan dasar
Beberapa mata pelajaran dibahas Syafei secara khusus, yaitu bahasa
ibu,menggambar,membersihkan sekolah dan kelas, berkebun dan bemain-main.

Metode Pendidikan

Sekolah Kerja
Pemikiran Syafei tentang pendidikan banyak dipengaruhi oleh pemikiran pendidikan
awal abad 20 di Eropa, yaitu pemikiran pendidikan yang dikembangkan berdasarkan konsep
sekolah kerja atau sekolah hidup atau sekolah masyarakat.
Menurut konsep ini sekolah hendaknya tidak mengasingkan diri dari kehidupan masyarakat.
Untuk itu Syafei mengutip pemikiran Guning;" sebagian sekolah,karena kesalahannya sendiri
dan ada pula sebagian yangtidak salah ,telah mengasingkan diri dari kehidupan sejati dan
telah membentuk dunianya sendiri. Mengukur segala-galanya menurut pahamnya
sendiri.Selama hal itu tidak berubah, maka sekolah tidak dapat memenuhi kewajibannya.Ia

8
selalu memaksakan kehendaknya sendiri kepada masyarakat yang seharusnya ia mengabdi
kepada masyarakat. Pada tempatnyalah "Sekolah cara baru "bukan saja menghendaki sekolah
kerja,tetapi akan berubah menjadi "Sekolah hidup" atau "Sekolah Masyarakat".

Pekerjaan Tangan
Berdasarkan pemikiran diatas ia menghendaki guru mengaktifkan pengajaran,
maksudnya membuat murid menjadi aktif dalam proses pengajaran. Metode dari pengajaran
demikan ialah pekerjaan tangan.
Produksi dan Kreasi
Dalam menjelaskan metode tangan ini,ia berkali-kali menggunakan konsep-konsep respsi,
reproduksi,dan produksi atau kreasi. Resepsi produksi adalah metode lama,anak sebagai
obyek dan pasif,serta umumnya verbalistis. Sedangkan metode produksi ini, anak diberi
kesempatan untuk aktif berbuat atau mencipta.
Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman berbuat yang melibatkan emosi, pemikiran, dan
tubuh. Secara umum dapat dikatakan bahwa pengajaran hendaknya mengupayakan aktivitas
seoptimal mungkin pada siswa. Pengajaran jangan terperangkap dan berhenti dalam bentuk
reseptif dan reproduktif.

Dasar pendidikan yang dikembangkan oleh Moh. Syafei adalah kemasyarakatan, keaktifan
,kepraktisan,serta berpikir logis dan rasional. Berkenan dengan itulah maka isi pendidikan
yang dikembangkannya adalah bahan bahan yang dapat mengembangkan pikiran,perasaan,
dan ketrampilan atau yang dikenal dengan istilah 3 H,yaitu Head,Heart dan Hand. Implikasi
terhadap pendidikan adalah :
1. Mendidik anak-anak agar mampu berpikir secara rasional
2. Mendidik anak-anak agar mampu bekerja secara teratur dan bersungguh-sungguh.
3. Mendidik anak anak agar menjadi manusia yang berwatak baik.
4. Menanamkan rasa cinta tanah air.
5. Mendidik anak agar mandiri tanpa tergantung pada orang lain.
Dalam pelajaran, anak hendaknya menjadi subyek (pelaku) bukan dikenai
(obyek).Dengan menjadi subyek seluruh tubuh anak terlibat, juga emosi, dan pemikiran dan
daya khayalnya. Keasyikan emosi, dan spontanitas anak ketika bermain hendaknya dapat
dialihkan ke dalam proses belajar mengajar. Peranan guru adalah sebagai manajer belajar
yang mengupayakan bagaimana menciptakan siatuasi aga siswa menjadi aktif berbuat.
Dengan demikian, guru juga berperan sebagai fasilator belajar yang memperlancar aktivitas

9
anak dalam belajar. Guru yang demikian dituntut untuk memahami anak sebagai makhluk
yang selalu bergerak dan memahami psikologi belajar,serta psikologi perkembangan.
Mohammad Syafei adalah tokoh pendidikan Nasional yang berasal dari Sumatra Barat,
perjuangan beliau juga dititik beratkan pada bidang pendidikan. Pendidikan yang
ditempuhnya adalah sekolah raja di Bukit tinggi, kemudian belajar melukis diBatavia tahun
1914 dan mengajar disekolah Kartini. Tahun 1922 ia menuntuk ilmu di Negeri Belanda.
Tahun 1925 ia kembali ke tanah air dan bertekad ingin mendirikan sebuah sekolah. Karyanya
yang fundamental adalah mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Indonesische
Nederland School (INS) di Kayu tanam, Sumatra Barat pada tanggal 31 oktober 1926. Saat
Indonesia merdeka ia diangkat menjadi ketua Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan dan
mendirikan ruang pendidikan dan kebudayaan di Padang. Disamping itu Moh.Syafei pernah
diangkat menjadi menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam kabinet Syahril II, serta pernah
menjadi angggota DPA.
Filsafat pendidikan Moh.Syafei mendasarkan konsep pendidikannya pada nasionalisme
dalam arti konsep dan praktek penyelenggara pendidikan INS kayutanam didasarkan pada
cita-cita menghidupkan jiwa bangsa Indonesia dengan cara mempersenjatai dirinya denan alat
daya upaya yang dinamakan akktif kreatif untuk menguasai alam.Pandangan pendidikan
Moh.Syafei sangat dipegaruhi oleh aliran Devolepmentalisme, terutama oleh gagasan sekolah
kerja yang dikembangkan oleh John Dewey dan George Kerschensteiner,serta pendidikan
alam sekira yang dikembangkan oleh Jan Ligthart. Fungsi pendidikan menurut Moh.Syafei
adalah membantu manusia keluar sebagai pemenang dalam perkembangan kehidupan dan
persaingan dalam penyempurnaan hidup lahir dan batin antar bangsa (
ThalibIbrahim,1978:25).
Manusia dan bangsa yang dapat bertahan ialah manusia dan bangsa yang dapat mengikuti
perkembangan masyarakat atau zamannya. Tujuan pendidikan dan pengajaran adalah
membentuk secara terus menerus kesempurnaan lahir dan batin anak dapat mengikuti
perkemangan masyarakat yang selalu mengalami perubahan dan kemajuan. Kurikulum yang
dikembaangkan adalah kurikulum pendidikan dasar dan beberapa mata pelajran yang khusus.
Sedangkan metode pendidikannya adalah sekolah kerja,pekerjaan tangan dan produksi kreasi.
Dasar pendidikan yang dikembangkannya adalah kemasyarakatan,keaktifan, kepraktisan serta
berpikir logis dan rasional. Mendidik anak agar mampu bekerja secara teratur dan
bersungguh-sungguh,menjadi anak yang berwatak baik dan mandiri. Dalam pelajaran anak
diperlakukan sebagai subyek bukan obyek. Guru berperan sebagai manajer belajar
menciptakan situasi agar siswa aktif berbuat.

10
C. KIYAI H AHMAD DAHLAN
K.H Ahmad Dahlan adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang lahir di daerah
bernama Kauman, yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1868. Pria yang lahir dengan nama
kecil Muhammad Darwis ini adalah putra keempat dari tujuh bersaudara dengan ayah
bernama KH Abu Bakar. Ibu beliau bernama Siti Aminah yang merupakan putri dari H.
Ibrahim yang pada masa itu digunakan sebagai penghulu Kesultanan Ngayogyakarta
Hadiningrat. Beliau adalah menciptakan ke-12 dari salah seorang walisongo yang terkemuka
dalam mendakwahkan Islam di daerah Gresik yang bernama Maulana Malik Ibrahim.
Sejak kecil KH Ahmad Dahlan memang sangat antusias untuk berdakwah. Ia
menunaikan haji ketika beliau masih berusia 15 tahun dan menetap di kota Mekah selama 5
tahun. Selama di Mekah, beliau memperdalam ilmu agama dan juga A dengan Muhammad
Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha, dan Ibnu Taimiyah yang memiliki pemikiran-pemikiran
pembaharu dalam Islam.
Pada tahun 1888 beliau kembali ke kampung halaman dan mengubah nama beliau dari
Muhammad Darwis menjadi Ahmad Dahlan. Beliau kembali ke Mekkah dan menetap selama
dua tahun di sana pada tahun 1903. Selama dua tahun di Mekkah, beliau sempat berguru
kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga merupakan guru dari KH Hasyim Asyari, Pendiri NU .
Sekembalinya beliau dari Mekkah pada tahun 1912, beliau menyiapkan Muhammadiyah
di kampung halamannya, Kauman, Yogyakarta. Baru pada tahun 1921 Muhammadiyah diberi
izin oleh pemerintah untuk menentukan cabangnya di daerah lain. Selain mendirikan
Muhammadiyah, beliau juga berjasa berdedikasi berbagai usaha yang bergerak di bidang
pelayanan masyarakat. Beliau wafat pada tanggal 23 Februari 1923.

Peran KH Ahmad Dahlan Dalam Pendidikan

Membicarakan pendidikan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pemikiran dan


perjuangan KH Ahmad Dahlan. Mengapa demikian ?, Karena KH Ahmad Dahlan sang
pendiri Muhammadiyah itu telah dikenal sebagai peletak dasar pendidikan modern di
Indoneia. KH Ahmad Dahlan telah memainkan peran yang sangat penting dan strategis dalam
melakukan modernisasi pendidikan Islam di Indonesia.
Gagasan KH Ahmad Dahlan tentang pendidikan berawal dari ketidakpuasan ketika
melihat adanya dualisme sistem pendidikan, yaitu sistem pendidikan Islam yang berbasis di
pesantren-pesantren dan sistem pendidikan sekuler (Barat) yang berbasis di sekolah-sekolah

11
yang dikelola oleh pemerintah kolonial Belanda. KH Ahmad Dahlan memandang kedua jenis
pendidikan tersebut dengan kaca mata independen. Ia tidak cenderung kepada salah satunya,
tetapi melihat segi-segi posistif dari kegagalan. KH Ahmad Dahlan memberikan hasil yang
tinggi terhadap ilmu pengetahuan yang ada di sekolah Belanda, tetapi tidak mengurangi nilai
dan penghargaan yang utuh terhadap ilmu-ilmu agama yang terdapat dalam lembaga-lembaga
pendidikan pesantren.
Agaknya keinginan untuk mengompromikan segi-segi positif dari kedua jenis pendidikan
di atas bagian, di samping untuk mengatasi yang terjadi dalam masyarakat, KH Ahmad
Dahlan mencetuskan ide-ide dan pemikirannya yang kemudian menjadi dari sistem
pendidikan Muhammadiyah. Pemikiran tersebut bisa dilihat dari karya nyatanya di lembaga-
lembaga pendidikan Muhammadiyah yang didirikannya. Model pendidikan Muhammadiyah
ini kemudian diadopsi dan dijadikan model sistem pendidikan nasional.
Sekolah pertama yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan adalah Madrasah Ibtidaiyah
Diniyah Islamiyah pada tanggal 11 Desember 1911 di Kauman Yogyakarta. Sekolah pertama
yang didirikan KH Ahmad Dahlan dibuka di rumah sakit dengan sistem Barat, memakai
meja, kursi, dan papan tulis. Materi pelajaran yang diberikan termasuk materi agama yang
biasa di pesantren dan materi umum yang biasa di sekolah Belanda. Munir Mulkhan
menyebutkan bahwa “sekolah tersebut dikelola secara modern dengan metode dan kurikulum
baru: antara lain ilmu pengetahuan yang berkembang pada awal abad 20,”
Arbiah Lubis mengelompokkan pemikiran KH Ahmad Dahlan dalam pendidikan yang
didasarkan pada dua hal pokok, yaitu memasukkan agama ke dalam lembaga pendidikan
Barat dan melakukan pembaharuan sistem pendidikan dengan mengompromikan antara
sistem pendidikan Islam dan Barat. Yang pertama dilakukan terutama dalam kapasitasnya
sebagai guru di sekolah pemerintah Belanda dan yang kedua terletak di sekolah sendiri yang
kemudian dinamakan sekolah Muhammadiyah.
Steenbrink also Melihat hal bahwa di ANTARA Pemikiran pokok Ahmad Dahlan hearts
Pendidikan Adalah: Pertama , memasukkan Pelajaran agama Ke hearts Lembaga Pendidikan
Barat. Perbandingan pelajaran agama pada sekolah itu berkisar antara 10% - 15% dari seluruh
kurikulumnya. Kedua , penerapan sistem pendidikan Barat dalam lembaga pendidikan.
Sistem pendidikan Barat yang dimaksud di sini adalah cara yang diterapkan di lembaga
pendidikan kolonial Belanda dalam beberapa komponen pendidikan, sehingga melahirkan
sistem pendidikan baru yang merupakan kompromi antara sistem pendidikan kolonial dengan
sistem pendidikan tradisional. sistem pendidikan baru inilah yang menjadi ciri khas sistem

12
pendidikan Muhammadiyah (Karel A. Steenbrink , Pesantren Madrasah Sekolah. Jakarta:
LP3ES, 1989, hal. 54-55).
Asrofie dalam studinya “Kyai Haji Ahmad Dahlan; Pemikiran dan Kepemimpinannya ”
mencatat bahwa:
“Dalam kesibukannya memberikan pelajaran agama di sekolah pemerintah, ia mendirikan
sekolah yang bernama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah di rumah adat. Ini terjadi pada
tahun 1911. Sekolah menggunakan sistem Barat, memakai meja, kursi dan papan tulis.
Diberikan pula pelajaran umum dan pelajaran agama di dalam kelas. Pada waktu itu anak-
anak Kauman masih dalam pembelajaran dengan sistem sekolah. Dia mengadakan
modernisasi dalam bidang pendidikan Islam, dari sistem pondok yang hanya diajar secara
perorangan menjadi kelas dan ditambah dengan pelajaran umum ”(Yusron Asrofi, Kyai Haji
Ahmad Dahlan: Pemikiran dan Kepemimpinannya , Yogyakarta, 1983, 51).
Ahmad Jainuri menyatakan bahwa berdirinya lembaga pendidikan Muhammadiyah yang
mempunyai sasaran utama. Pertama , untuk memberantas buta huruf, melayani masyarakat
luas, sejalan dengan usaha ini adalah mengembangkannya kursus untuk mengkaji Islam dan
berbagai materi yang saling berkaitan, termasuk kemampuan berorganisasi. Semua kegiatan
ini menumbuhkan semangat membaca dan akhirnya berimplikasi pada berbagai publikasi
seperti koran, majalah dan buku-buku yang menjamur pada tahun 1920 dan 1930-an. Kedua,
mendirikan sekolah-sekolah Muhammadiyah. Untuk mewujudkannya, Ahmad Dahlan
mengambil langkah awal dengan mendirikan sekolah (madrasah) yang terletak di rumah adat
sendiri untuk memberikan pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak tetangganya yang tidak
mampu atau tidak punya akses pada sekolah-sekolah.
Lebih lanjut Ahmad jainuri bahwa pendirian madrasah ibtidaiyah diniyah ini mampu
mengakomodasi kebutuhan masyarakat dalm pesan wawasan dan pendidikan. Pendidikan di
madrasah ini disain oleh Ahmad Dahlan untuk memberikan pengetahuan agama dan
sekaligus pengetahuan umum. Kurikulum madrasah ibtidaiyah diniyah dalam banyak hal
kurikulum sekolah pemerintah, dengan menekankan pengetahuan praktisdari ilmu-ilmu
modern. Sekolah ideal ini kemudian dikembangkan oleh Muhammadiyah dan di dirikan di
daerah Yogyakarta selatan, didesain untuk melahirkan manusia yang berbudi baik,
berpengetahuan dalam ilmu agama dan sekuler, dan mau bekerja untuk kemajuan
masyarakatnya. (Achmad Jainuri, Idiologi Kaum Reformis, Melacak Pandangan Keagamaan
Muhammadyah Periode Awal, LPAM, Surabaya, 2002, 195-200).
Abuddin Nata menyatakan bahwa Ahmad Dahlan memiliki pandangan yang sama dengan
Ahmad Khan (Tokoh Pembaharu Islam India) mengenai pentingnya persona. Akhmad

13
Dahlan menganggap bahwa pesanan kepribadian ssebagai target penting dari tujuan
pendidikan. Ia berpendapat bahwa tak seorang pun dapat mencapai kebesaran di dunia ini dan
di akhirat kecuali mereka yang memiliki kepribadian yang baik. Dalam studinya lebih lanjut,
Abuddin Nata menyatakan sebagai berikut:
Ahmad Dahlan juga berpandangan bahwa pendidikan harus membekali siswa dengan
keterampilan dan keterampilan yang diperlukan untuk pembangunan materi. Oleh karena itu
pendidikan yang baik adalah pendidikan yang sesuai dengan masyarakat di mana siswa itu.
Dengan pendapat kaumnya yang demikian itu, sebenarnya Ahmad Dahlan mengkritik
kritikus yang menjalankan model pendidikan yang diwarisi secara turun-temurun tanpa
mencoba melihat relevansinya dengan perkembangan jaman. ” (Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh
Pembaharu Pendidikan Islam di Indonesia , PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, 102).
Pemikiran KH Ahmad Dahlan yang seperti itu merupakan respon pragmatis terhadap
kondisi ekonomi umat Islam Indonesia yang tidak menguntungkan, sebagi akibat
ketidakmampuan umat Islam membuka akses ke sektor-sektor pemerintah atau perusahaan-
perusahaan swasta. Situasi yang demikian itu menjadi perhatian Ahmad Dahlan, yang
kemudian ia berusaha untuk memperbarui sistem pendidikan umat Islam. Ahmad Dahlan
sadar, bahwa tingkat partisipasi umat Islam yang rendah pada sektor-sektor pemerintah itu
karena kebijakan pemerintah kolonial yang menutup peluang bagi Muslim untuk masuk. Oleh
KH Ahmad Dahlan berusaha memperbaikinya dengan memberikan pencerahan karena
pentingnya pendidikan yang sesuai dengan perkembangan jaman bagi kemajuan bangsa.
Berdasarkan kajian di atas, terlihat bahwa KH Ahmad Dahlan menggunakan pendekatan
korektif terhadap umat Islam. Dalam pandangannya muslim tradisional terlalu
menitikberatkan pada aspek spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Sikap semacam ini
mengalami kejadian kelumpuhan dan bahkan kemunduran Dunia Islam, sementara kelompok
yang lain mengalami kemajuan di bidang ekonomi. KH Ahmad Dahlan terobsesi dengan
kekuatan sistem pendidikan Barat seperti terlihat pada sekolah-sekolah Belanda. Sistem
pendidikan yang dikembangkan oleh KH Ahmad Dahlan mengikuti pola Barat dengan
memberikan peningkatan pada nilai-nilai Islam yang berkemajuan.
Dengan demikian, peran KH Ahmad Dahlan dalam bidang pendidikan adalah upaya
mengompromikan beberapa unsur positif dari sistem pendidikan Islam dan sistem pendidikan
Barat. Model pendidikan ini, dibuktikan dengan karyanya yang nyata, yaitu lembaga-lembaga
pendidikan Muhammadiyah di seluruh Nusantara, yang kini dapat mencapai puluhan ribu,
mulai PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah, sampai dengan Pendidikan Tinggi
Muhammadiyah. Majulah Pendidikan Muhammadiyah dan Jayalah Indonesia.

14
D. RAHMAH EL YUNUSIAH
Nama Rahmah El-Yunusiah tidak tercatat sebagai salah satu nama pahlawan nasional.
Namanya juga masih asing didengar dan belum banyak dikenal di dunia pendidikan. Tidak
semasyhur nama besar pahlawan wanita seperti Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, ataupun Raden
Ajeng Kartini. Meskipun begitu, perjuangannya dalam dunia pendidikan tidak dapat
diragukan lagi. Sebuah nama besar seorang Rahmah El-Yunusiah yang lahir pada tanggal 1
Rajab 1318 Hijriyah atau 20 Desember 1900 di jalan Lubuk Mata Kucing, Kanagarian, Bukit
Surungan, Padang Panjang, tanah Minangkabau.
Rahmah El Yunusiyyah (lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, 20 Desember 1900 –
meninggal di Padang Panjang, 26 Februari 1969 pada umur 68 tahun) adalah seorang tokoh
pembaharu pendidikan Islam di Indonesia. Dia merupakan pendiri sekolah Diniyyah Puteri di
Padang Panjang, Sumatera Barat. Rahmah merupakan adik dari Zainuddin Labay El-Yunusy,
yang juga merupakan seorang pembaharu pendidikan Islam di Indonesia.
Rahmah lahir dari pasangan Moh. Yunus dan Rafiah dari suku Minang. Ayahnya
merupakan seorang ulama besar yang menjabat sebagai kadi di Pandai Sikek, Tanah Datar.
Kakeknya Imanuddin merupakan seorang ahli ilmu falak dan pemimpin Tarekat
Naqsyabandiyah.
Sejak kecil Rahmah sudah ditinggal ayahnya. Ia dibesarkan dan diasuh oleh ibu dan
kakak-kakaknya. Lingkungannya yang taat kepada ajaran agama, telah membentuk
kepribadiannya untuk menjadi seorang yang sabar dan berpendirian teguh.
La menilai bahwa kaum perempuan sebagai tiang negara gerakan pembaharuan menjadi
ladang bagi mestinya mendapatkan pendidikan yang baik sebagai halnya kaum lelaki.
Keterbelakangan pendidikan kaum perempuan ini menurutnya berakar dari persoalan
pendidikan dan melalui bidang ini dapat terselesaikan. Semangat untuk mengangkat harkat
kaum muslimah ini rupanya telah terpatri tegas menyebutkan: “Menuntut ilmu itu dengan
mendapat landasan yang kokoh dalam ajaran Islam yang secara kaum perempuan tidak
mendapatkan ilmu yang memadai, maka bahaya akan datang dalam lingkungan masyarakat,
Namun jika pendidikan yang diberikan kepada mereka itu keliru, maka tidak sedikit pula
malapetaka yang akan menimpa bagi segenap masyarakat manusia. Berhubung dengan itu
maka pendidikan terhadap kaum wanita hendaknya disertai dengan berbagai macam
kebijaksanaan, tidak boleh dilakukan secara serampangan.
Pandangan Rahmah El-Yunusiah terhadap perempuan terlihat jelas berpangkal dari
ajaran Islam. Fakta sosial tentang adanya ketimpangan atau penindasan yang kadang terjadi

15
di kalangan masyarakat Islam lebih banyak terjadi disebabkan oleh praktik dan tradisi
masyarakat yang bersangkutan, ketimbang oleh ajaran Islam. Pandangan demikian tentu
berbeda dengan konsep kesetaraan gender yang dipahami oleh kalangan feminis radikal yang
menganggap bahwa ajaran Islam adalah sumber budaya patriarkhis, oleh karena itu ajaran
Islam itu sendiri adalah salah karena menampakkan misogyny (bias gender) dan harus
dikoreksi. Rahmah menilai bahwa posisi kaum perempuan dalam Islam cukup sentral, dalam
hal ini tidak ada perbedaan dengan kaum laki-laki. Perbedaan peran memang ada, namun hal
ini bukan merupakan wilayah yang kemudian dijadikan pembenaran sebagai bukti adanya
suatu diskriminasi. la hanya berupaya memperbaiki kondisi kaumnya melalui bidang
pendidikan, sebab dalem menurutnya wanita pada akhirnya akan berperan sebagai seorang
ibu. Ibu merupakan madrasah awal bagi anak-anaknya sebelum terhubung dengan alam
pandang (worldview) yang lebih luas di lingkungan sekitarnya. Melalui ibu inilah corak
pandang dan kepribadian awal seorang anak akan terbentuk. Oleh karena itu menjadi penting
bagi Rahmah untuk memberikan bekal bagi kaum perempuan ilmu-ilmu agama dan ilmu
terkait lJainnya sehingga bisa memiliki pengetahuan yang sama dengan mitra sejajarnya,
kaum lelaki. Di sini pula akan terbentuk pandangan bahwa wanita merupakan tiang negara
dan penentu masa depan bangsa.
Diniyah School Putri atau Madrasah Diniyah li al-Banat
Berbekal dari perjalanan hidupnya dalam mencari ilmu dan berguru kepada tokoh-tokoh
ulama besar, maka timbullah keinginan kuat dari Rahmah untuk mencerdaskan kaum
perempuan. Rahmah merasa kaum muslimah harus mendapatkan hak pendidikan. Namun
sudah menjadi kenyataan umum pada waktu itu bahwa yang mendirikan dan
menyelenggarakan dunia pendidikan adalah kaum pria. Di Pulau Jawa misalnya semua
pesantren didirikan oleh kaum pria. Apalagi pada masa itu adat sangat kuat di Minangkabau.
Tapi Rahmah El- Yunusiyah dapat menunjukkan kepada masyarakat dan kepada dunia,
bahwa wanita dapat berbuat sebagaimana halnya kaum pria.
Visi Rahmah tentang peran perempuan adalah peran dengan beberapa segi: sebagai
pendidik, pekerja sosial demi kesejahteraan masyarakat, teladan moral, muslim yang baik dan
juru bicara untuk mendakwahkan pesan-pesan Islam.
Lembaga pendidikan ini telah menjadi bukti dari perjuangan pembaharuan pendidikan yang
dilakukan Rahmah. Yang pada awalnya perempuan hanya memperoleh pendidikan dasar
namun karena perjuangannya dalam mendirikan lembaga pendidikan diniyah putri,
perempuan dapat mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Dan dapat dilihat
dampaknya, posisi perempuan telah meningkat derajatnya. Perempuan dapat mengakses

16
pendidikan dengan mudah dan menjadi tokoh publik yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan
sosial masyarakat.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan Diniyah Putri ternyata tidak hanya didengar
dalam lingkup nasional saja, tapi sudah tersiar sampai luar negeri. Negeri terhadap pola
pendidikan Diniyyah Putri diperoleh dari Malaysia, Singapura dan bahkan juga Negara-
negara Timur Tengah. Pada tahun 1955, Rektor Al-Azhar University, Syekh Abdur Rahman
Taj datang mengunjungi Perhatian luar Diniyyah Putri dan menyatakan kekagumannya dan
tertarik dengan sistem pembelajaran khusus yang ada di sekolah tersebut. Tidak lama setelah
kunjungan tersebut, kampus Islam tertua di dunia itu membuka pendidikan khusus
Perempuan yang bernama kulliyyât al-banåt. Waktu itu memang, Al Azhar belum memiliki
sekolah pendidikan khusus perempuan. Begitu berkesan dunia internasional terhadap Rahmah
El-Yunusiyah yang telah memperjuangkan kaum perempuan dalam memperoleh hak
pendidikan. Langkah konkret yang dilakukannya dengan membangun lembaga pendidikan
khusus perempuan yang ternyata dapat menjadi acuan bagi universitas terkemuka vang dunia
internasional sekelas Al-Azhar Mesir untuk mendirikan khusus pula bagi perempuan. Maka
tidak berlebihan bila sosok Rahmah disematkan sebagai tokoh pembaharu pendidikan bagi
perempuan yang sepanjang usianya dalam dunia pendidikan. Sebagai penghargaan terhadap
prestasinya, kemudian Al-Azhar mengundang Rahmah El- Yunusiah untuk berkunjung ke
perguruan tinggi tersebut pada tahun 1956. Dalam kunjungan itu, Rahmah mendapat gelar
kehormatan agama yang pendidikan oman telah mendedikasikan tertinggi yang diberikan
dalam rapat senat guru besar Al-Azhar, dengan nama “Syaikhah”. Gelar istimewa yang
diberikan hanya untuk orang-orang yang ahli.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banyak tokoh indonesia yang memiliki pemikiran maju, khususnya dalam bidang
pendidikan. Beberapa tokoh pendidikan seperti Ki Hajar Dewantara, KH Ahmad Dahlan,
Mohammad Syafei, Rahmah El Yunusiah merupakan sejumlah tokoh pendidikan pribumi
yang memberikan warna pendidikan sampai saat ini. Tokoh-tokoh tersebut adalah insan-insan

17
bermartabat yang memperjuangkan pendidikan dan sekaligus pejuang kemerdekaan yang
berjuang melepaskan cengkeraman penjajah dari bumi Indonesia.

Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh yang sangat identik dengan pendidikan di


Indonesia. Dia dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Hari lahirnya diperingati sebagai
Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya pun dipakai oleh Departemen Pendidikan RI sebagai
jargon, yaitu tut wuri handayani.

K.H. Ahmad Dahlan adalah seorang tokoh Islam yang giat memperjuangkan umat Islam
juga melalui bidang pendidikan. Dia adalah tokoh pendiri organisasi Muhammadiyah pada
tahun 1912 di Yogyakarta.

Mohammad syafei yang menempuh pendidikan sampai ke Belanda dengan biaya


sendiri, kemudian ia pulang dengan menerapkan ilmunya dengan membangun sekolah yang
di beri nama INS kayutanam. Dan dimana sekolah itu berkembang dengan terbangunnya
asrama dengan kapasitas 300 orang dan tiga perumahan guru

Nama Rahmah El Yunusiah tidak tercatat sebagai salah satu nama pahlawan
nasional.Nama nya juga masih asing didengar dan belum banyak dikenal didunia
pendidikan.Tidak semasyhur nama besar pahlawan wanita seperti Cut Nyak Dien,Dewi
Sartika,atau pun Raden Ajeng Kartini.Meskipun begitu,perjuangannya dalam dunia
pendidikan tidak dapat diragukan lagi.Sebuah nama besar seorang Rahmah El-Yunusiah yang
lahir pada tanggal 1 Rajab 1318 Hijriyah atau 20 Desember 1900 dijalan Lubuk Mata
Kucing,Kanagarian,BukitSurungan,Padang Panjang,tanah Minangkabau.

B. Saran
Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi
kita semua umumnya kami pribadi.Yang baik datangnya dari Allah, dan yang
buruk datangnya dari kami. Dan kami sadar bahwa makalah kami ini jauh dari
kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami
mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun, untuk perbaikan
makalah-makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/67289344/Biografi-Mohammad-Syafei

18
https://kompaspedia.kompas.id/baca/profil/tokoh/ki-hadjar-dewantara

Kulsum,KendarUmi.2020.KiHadjarDewantara.Kompaspedia.com

Efendi. D. (2015). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Padang: Universitas Negeri Padang.

Isnaini. S. R. (2016). Ulama Perempuan Dan Dedikasinya Dalam Pendidikan Islam (Telaah
Pemikiran Rahmah El-Yunsiiyah). Jurnal Pendidikan Agama Islam. Volume 4 Nomor 1.
Diakses 25 April 2021

Salam, Yunus (1968).Riwayat Hidup KHA. Dahlan. Amal dan perjuangannya. Jakarta: Depot
Pengadjara Muhammadijah.

Kutojo, Sutriso, Mardanas Safwan (1991). K.H. Ahmad Dahlan: riwayat hidup dan
perjuangannya.Bandung:Angkasa.

Ricklefs, M.C. (1994). A History of Modern Indonesia Since c. 1300, 2nd ed.Staford: staforrd
University press.

Vickers, Adrian (2005). A History of Modern Indonesia. NEW York: Cambridge University
Press. ISB 0-521-54262-2

19

Anda mungkin juga menyukai