Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang. Pemahaman tentang ideologi dewasa ini jarang dipahami sebagai ilmu mengenai gagasan atau idea tetapi ideologi sebagai orientasi politik yang berfokus pada perolehan kekuasaan. Padahal ideologi lebih pada bagaimana mengelola kekuasaan itu sendiri, kekuasaan adalah alat untuk menerapkan idiologi tersebut. Saat ini pancasila sebagai idiologi perlu dikembangkan sebagai ideologi terbuka dalam kehidupan berbangsa, dan bernegara. Membumikan Pancasila bukan hanya membutuhkan gerakan moral, tetapi perlu adanya transformasi ideologi menjadi sebuah ilmu sesuai dengan perkembangan dinamika kemasyarakatan dan kebangsaan. Sebagai Ilmu, idiologi mengandung dua makna Sebagai produk ilmu, yaitu

pengetahuan yang sudah terkaji kebenarannya dalam bidang tertentu dan tersusun dalam suatu sistem. Serta sebagai suatu proses,: menunjuk pada kegiatan akal budi manusia untuk memperoleh pengetahuan dlm bidang tertentu secara sistematis. Untuk itulah mengapa penulis mengangkat makalah dengan tema Pancasila sebagai ideologi terbuka. Dengan tujuan agar lebih banyak yang memahami makna dari Ideologi itu sendiri, serta alasan mengapa Pancasila dijadikan Ideologi Negara.

BAB II LANDASAN TEORI

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia yang berada di situs www.diknas.go.id, Ideologi berasal dari Kata idea = gagasan atau cita-cita dan logos = ilmu. Jadi ideologi adalah ilmu tentang cita-cita atau gagasan, yaitu ilmu yang mengajarkan tentang bagaimana mewujudkan cita-cita. Pengertian ideologi jarang dipahami sebagai ilmu mengenai gagasan atau idea sebagaimana pernah dikatakan oleh de Tracy. Tetapi ideologi sebagai gagasan atau udea yang tujuannya bersifat politik. Berdasarkan dari id.wikipedia.org, Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan oleh Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan "sainstentang ide". Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu (bandingkan Weltanschauung), secara umum (lihat Ideologi dalam kehidupan sehari hari) dan beberapa arah filosofis (lihat Ideologi politis), atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan untama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap pemikiran politik mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang eksplisit.(definisi ideologiMarxisme). Dari coenpontoh.wordpress.com, Secara etimologi (sejarah kata), ideologi berasal dari kata idea = pikiran, dan logos = ilmu. Jadi secara tertulis, ideologi berarti studi tentang gagasan, pengetahuan kolektif, pemahaman-pemahaman, pendapat-pendapat, nilai-nilai, prakonsepsi-prakonsepsi, pengalaman-pengalaman, dan atau ingatan tentang informasi sebuah kebudayaan dan juga rakyat individual. Filsuf Perancis, Antoine Destutt de Tracy (1754-1836), yang pertama kali menciptakan istilah Ideologi pada 1796, mendefinisikan ideologi sebagai ilmu tentang pikiran manusia (sama seperti biologi dan zoologi yang merupakan ilmu tentang spesies) yang mampu menunjukkan jalan yang benar menuju masa depan.

BAB III PEMBAHASAN

3.1

Ciri-ciri ideologi yang terbuka


Ideologi terbuka memiliki cirri-ciri tertentu, beberapa diantaranya adalah Digali

budaya bangsa Bukan sebagai dogma atau mitos, sehingga sebagai Ideologi dapat di buktikan fakta/kebenarannya. Lalu isinya tidak operasional Dinamis, berkembangan sesuai aspirasi, pemikiran serta akselerasi dari masyarakat dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan bangsanya sehingga layak menjadi suatu Ideologi. Daniel Bell menyatakan ideologi sebagai sistem keyakinan yang memo tivasi orang atau kelompok masyarakat untuk bertindak dengan cara tertentu sebagaimana diajarkan oleh ideologi tersebut. Pancasila sebagaimana tersebut dalam pembukaan UUD 45 merupakan suatu cara bagaimana bangsa Indonesia mewujudkan cita-cita dan tujuan dibentuknya negara, dalam pemahaman tersebut maka Pancasila dapat dimaknai sebagai idiologi negara.

3.2

Berdasar Substansinya, ideologi adalah :

3.2.1 Ilmu Empiris, ditujukan untuk memperoleh pengetahuan faktual tentang kenyataan aktual, dan karena itu bersumber pada empirik atau pengalaman. 3.2.2 Ilmu Teoritis, ilmu yang ditujukan untuk memperoleh & mengubah pengetahuan. Produknya digunakan untuk membantu memecahkan masalah dan meningkatkan kesejahteraan. 3.2.3 Ilmu Praktis yang mempelajari aktivitas penerapan itu sendiri sebagai obyeknya. Tujuannya untuk mengubah keadaan, atau menawarkan penyelesaian thd masalah konkret.

3.2.4 Ideologi Implisit, yaitu Pandangan dasar yang ada, menjadi dasar perilaku kehidupan sosial dan politik, dan tidak dirumuskan secara eksplisit merupakan ideologi yang bersifat implicit. Misalnya masyarakat Jawa memiliki cita-cita dan keyakinan yang tercermin dalam pandangannya mengenai jagad gedhe (makrokosmos) dan jagad cilik (mikrokosmos). Alam semesta sebagai jagad gedhe yang memiliki supranatural, dan manusia sebaai jagad cilik yang harus tunduk dan patuh terhadap jagad gedhe. Raja, manusia tertentu memiliki supranatural yang harus ditaati dan tunduk karena memiliki kelebihan dari manusia biasa 3.2.5 Ideologi terbuka, yaitu Pandangan dasar yang ada, menjadi dasar perilaku kehidupan sosial dan politik, dan tidak dirumuskan secara eksplisit merupakan ideologi yang bersifat implisit Misalnya masyarakat Jawa memiliki cita-cita dan keyakinan yang tercermin dalam pandangannya mengenai jagad gedhe (makrokosmos) dan jagad cilik (mikrokosmos). Alam semesta sebagai jagad gedhe yang memiliki supranatural, dan manusia sebaai jagad cilik yang harus tunduk dan patuh terhadap jagad gedhe. Raja, manusia tertentu memiliki supranatural yang harus ditaati dan tunduk karena memiliki kelebihan dari manusia biasa

3.3

Makna Pancasila
3.3.1 Arti dan Makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya makhluk lain

diciptakan oleh penciptanya. Pencipta itu adalah kausa prima yang mempunyai hubungan dengan yang diciptakannya. Manusia sebagai makhluk yang dicipta wajib melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya.

3.3.2

Arti dan Makna Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Manusia ditempatkan sesuai dengan harkatnya. Hal ini berarti bahwa manusia mempunyai derajat yang sama di hadapan hukum. Sejalan dengan sifat universal bahwa kemanusiaan itu dimiliki oleh semua bangsa, maka hal itupun juga kita terapkan dalam kehidupan bangsa Indonesia. Sesuai dengan hal itu, hak kebebasan dan kemerdekaan dijunjung tinggi.

3.3.3

Arti dan Makna Sila Persatuan Indonesia

Makna persatuan hakekatnya adalah satu, yang artinya bulat, tidak terpecah. Jika persatuan Indonesia dikaitkan dengan pengertian modern sekarang ini, maka disebut nasionalisme. Oleh karena rasa satu yang sedemikian kuatnya, maka timbulah rasa cinta bangsa dan tanah air. 3.3.4 Arti dan Makna Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan

dalam Permusyawaratan/Perwakilan Perbedaan secara umum demokrasi di barat dan di Indonesia yaitu terletak pada permusyawarata. Permusyawaratan diusahakan agar dapat menghasilkan keputusankeputusan yang diambil secara bulat. Kebijaksaan ini merupakan suatu prinsip bahwa yang diputuskan itu memang bermanfaat bagi kepentingan rakyat banyak. 3.3.5 Arti dan Makna Sila Keadila Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Keadilan berarti adanya persamaan dan saling menghargai karya orang lain. Jadi seseorang bertindak adil apabila dia memberikan sesuatu kepada orang lain sesuai dengan haknya. Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat. 3.3.6 Pentingnya Paradigma dalam Pembangunan

Pembangunan yang sedang digalakkan memerlukan paradigma, suatu kerangka berpikir atau suatu model mengenai bagaimana hal-hal yang sangat esensial dilakukan. Pembangunan dalam perspektif Pancasila adalah pembangunan yang sarat muatan nilai yang berfungsi menajdi dasar pengembangan visi dan menjadi referensi kritik terhadap pelaksanaan pembangunan.

3.3.7

Pancasila sebagai Orientasi dan Kerangka Acuan

 Pancasila sebagai Orientasi Pembangunan Pada saat ini Pancasila lebih banyak dihadapkan pada tantangan berbagai varian kapitalisme daripada komunisme atau sosialisme. Ini disebabkan perkembangan kapitalisme yang bersifat global. Fungsi Pancasila ialah memberi orientasi untuk terbentuknya struktur kehidupan social-politik dan ekonomi yang manusiawi, demokratis dan adil bagi seluruh rakyat.

 Pancasila sebagai Kerangka Acuan Pembangunan

Pancasila diharapkan dapat menjadi matriks atau kerangka referensi untuk membangun suatu model masyarakat atau untuk memperbaharui tatanan social budaya.

3.4

Implementasi Pancasila

Implementasi Pancasila sebagai Paradigma dalam Berbagai Bidang adalah :

3.4.1

Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Pendidikan

Pendidikan nasional harus dipersatukan atas dasar Pancasila. Tak seyogyanya bagi penyelesaian-penyelesaian masalah-masalah pendidikan nasional dipergunakan secara langsung system-sistem aliran-aliran ajaran, teori, filsafat dan praktek pendidikan berasal dari luar.

3.4.2

Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ideologi

Pengembangan Pancasila sebagai ideologi yang memiliki dimensi realitas, idealitas dan fleksibilitas menghendaki adanya dialog yang tiada henti dengan tantangan-tantangan masa kini dan masa depan dengan tetap mengacu kepada pencapaian tujuan nasional dan cita-cita nasional Indonesia.

3.4.3

Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Politik

Ada perkembangan baru yang menarik berhubung dengan dasar Negara kita. Dengan kelima prinsipnya Pancasila memang menjadi dasar yang cukup integrative bagi kelompokkelompok politik yang cukup heterogen dalam sejarah Indonesia modern.

3.4.4

Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi nasional harus juga berarti pembangunan system ekonomi yang kita anggap paling cocok bagi bangsa Indonesia. Dalam penyusunan system ekonomi nasional yang tangguh untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, sudah semestinya Pancasila sebagai landasan filosofisnya.

3.4.5

Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Sosial-Budaya

Pancasila merupakan suatu kerangka di dalam suatu kelompok di dalam masyarakat dapat hidup bersama, bekerja bersama di dalam suatu dialog karya yang terus menerus guna membangun suatu masa depan bersama

3.4.6

Pancasila sebagai Paradigma Ketahanan Sosial

Perangkat nilai pada bangsa yang satu berbeda dengan perangkat nilai pada bangsa lain. Bagi bangsa Indonesia, perangkat nilai itu adalah Pancasila. Kaitan Pancasila dan ketahanan nasional adalah kaitan antara ide yang mengakui pluralitas yang membutuhkan kebersamaan dan realitas terintegrasinya pluralitas.

3.4.7

Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Hukum

Pembangunan hukum bukan hanya memperhatikan nilai-nilai filosofis, asas yang terkandung dalam Negara hukum, tetapi juga mempertimbangkan realitas penegakan hukum dan kesadaran hukum masyarakat.

3.4.8

Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Beragama

Salah satu prasyarat terwujudnya masyarakat modern yang demokratis adalah terwujudnya masyarakat yang menghargai kemajemukan masyarakat dan bangsa serta mewujudkannya sebagai suatu keniscayaan.

3.4.9

Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ilmu dan Teknologi

Pancasila mengandung hal-hal yang penting dalam pengembangan ilmu dan teknologi. Perkembangan IPTEK dewasa ini dan di masa yang akan datang sangat cepat, makin menyentuh inti hayati dan materi di satu pihak, serta menggapai angkasa luas dan luar angkasa di lain pihak, lagi pula memasuki dan mempengaruhi makin dalam segala aspek kehidupan dan institusi budaya

3.5

Pancasila sebagai norma dasar


Pancasila sebagai suatu teks yang termuat dalam pembukaan UUD 45 tidak akan

mengalami perubahan selama negara Indonesia ada, karena pembukaan tersebut merupakan komitmen/perjanjian bagaimana terbentuknya negara Indonesia. Namun nilai-nilai pancasila akan bergerak dinamis mengikuti perkembangan zaman. Indonesia sebagai negara hukum menjadikan Pancasila sebagai norma dasar (grundnorm) yang dijabarkan secara konsisten dan koheran kedalam pasal-pasal batang tubuh UUD 1945. Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum dituangkan dalam peraturan perundang-undangan yang pembentukannya sesuai dengan aspirasi rakyat dan tuntutan yang berkembang di masyarakat. Pancaila sebagai sistem keyakinan yang memotivasi orang, kelompok masyarakat, atau seluruh WNI untuk bertindak atau berperilaku dengan cara terteny sebagaimana diajarkan oleh Pancasila.

3.6

Pancasila Pada Orde Baru


Babak baru dalam sejarah perjuangan bangsa muncul sejalan dengan berakhirnya

pemerintahan Orde Lama. Sebuah kekuatan baru muncul dengan tekad melaksanakan Pancasila dan UUD 45 secara murni dan konsekwen. Semangat tersebut muncul berdasarkan pengalaman sejarah dari pemerintahan sebelumnya yang telah menyelewengkan Pancasila serta menyalahgunakan UUD45 untuk kepentingan kekuasaan. Dari embrio inilah dibangun suatu tatanan Pemerintahan yang disebut Ode Baru. Nama itu dipilih untuk menunjukan bahwa orde ini merupakan tatanan hidup berbangsa dan bernegara yang bertujuan mengoreksi pemerintahan masa lalu dengan janji melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen. Salah satu agenda besar adalah menghilangkan kotak-kotak ideologi politik dalam masyarakat yang menjadi warisan masa lalu dan membangun sistem kekuasaan yang berorientasi kepada kekaryaan. Ideologi kekaryaan ini dikumandangkan untuk membedakan secara lebih jelas dengan pemerintahan sebelumnya yang hanya dianggap bermain pada tataran ideologis, tanpa sesuatu karya yang nyata bagi rakyat banyak. Untuk itu diperlukan stablitas politik sebagai cara melaksanakan karya-karya yang dianggap secara kongkrit dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Salah satu upaya dalam tataran politik misalnya adalah menciptakan sistem politik yang menegarakan semua organisasi sosial dan politik dengan tujuan agar tercapai stabilitas politik. Politik yang stabil dibutuhkan untuk membangun perekonomian yang kacau akibat ketidakstabilan politik masa lalu. Upaya tersebut diawali oleh pemerintah Orde Baru dengan menata struktur politik berdasarkan UUD45 dan mencoba membuat garis pemisah yang jelas antara apa yang disebut supra-struktur politik (kehidupan politik pada tataran negara) dan infra-struktur politik (kehidupan politik pada tataran masyarakat). Dalam dimensi supra-struktur politik, lembaga-lembaga negara secara formal-struktural ditata sehingga hubungan dan kewenangan menjadi lebih jelas dibanding dengan struktur kelembagaan kekuasaan pada masa Orde Lama. Sementara itu, dalam perspektif politik kemasyarakatan pemerintah Orde Baru melakukan restrukturisasi kehidupan kepartaian, dengan terlebih dahulu mendirikan organisasi kekaryaan dengan nama Golongan Karya (Golkar) yang merupakan gabungan dari berbagai macam organisasi masyarakat. Organisasi kekaryaan tersebut ikut pemilihan umum dan memperoleh kemenangan lebih dari 60% dari popular vote. Kemenangan tersebut di samping karena Golkar dijagokan oleh pemerintah, masyarakatpun sudah jenuh dengan permainan politik para elit yang dirasakan tidak pernah mengerti kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Pada tahun-tahun berikutnya, pemilu lebih merupakan seremoni dan pesta politik elit dari pada kompetisi politik. Pemilu yang berlangsung secara rutin dan diatur serta diselenggarakan oleh negara memihak kepentingan penguasa, sehingga sebagaimana diketahui partai yang berkuasa selalu memperoleh kemenangan sekitar 60 persen dari jumlah pemilih dalam setiap pemilihan umum. Sejalan dengan semakin dominannya kekuatan negara, nasib Pancasila dan UUD 1945 tidak banyak berbeda bila dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya. Kedua pemerintahan selalu menempatkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai benda keramat dan azimat yang sakti serta tidak boleh diganggu gugat. Penafsiran dan implementasi Pancasila sebagai ideologi terbuka, serta UUD 1945 sebagai landasan konstitusi berada di tangan negara. Penafsiran yang berbeda terhadap kedua hal tersebu selalu diredam secara t represif, kalau perlu dengan mempergunakan kekerasan. Dengan demikian, jelaslah bahwa Orde Baru tidak hanya memonopoli kekuasaan, tetapi juga memonopoli kebenaran.

Sikap politik masyarakat yang kritis dan berbeda pendapat dengan negara dalam prakteknya diperlakukan sebagai pelaku tindak kriminal atau subversif. Dalam pada itu, penanaman nilai-nilai Pancasila dilakukan secara indoktrinatif dan birokratis. Akibatnya, bukan nilai-nilai Pancasila yang meresap ke dalam kehidupan masyakat, tetapi kemunafikan yang tumbuh subur dalam masyarakat. Sebab setiap ungkapan para pemimpin mengenai nilai-nilai kehidupan tidak disertai dengan keteladanan serta tindakan yang nyata sehingga Pancasila yang berisi nilai-nilai luhur bangsa dan merupakan landasan filosofi untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, bagi rakyat hanyalah omong kosong yang tidak mempunyai makna apapun. Lebih-lebih pendidikan Pancasila dan UUD 1945 yang dilakukan melalui metode indoktrinasi dan unilateral, yang tidak memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat, semakin mempertumpul pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila. Cara melakukan pendidikan semacam itu, terutama bagi generasi muda, berakibat fatal. Pancasila yang berisi nilai-nilai luhur, setelah dikemas dalam pendidikan yang disebut penataran P4 atau PMP ( Pendidikan Moral Pancasila), atau nama sejenisnya, ternyata justru mematikan hati nurani generasi muda terhadap makna dari nilai luhur Pancasila tersebut. Hal itu terutama disebabkan oleh karena pendidikan yang doktriner tidak disertai dengan keteladanan yang benar. Mereka yang setiap hari berpidato dengan selalu mengucapkan kata-kata keramat: Pancasila dan UUD45, tetapi dalam kenyataannya masyarakat tahu bahwa kelakuan mereka jauh dari apa yang mereka katakan. Perilaku itu justru semakin membuat persepsi yang buruk bagi para pemimpin serta meredupnya Pancasila sebagai landasan hidup bernegara, karena masyarakat menilai bahwa aturan dan norma hanya untuk orang lain (rakyat) tetapi bukan atau tidak berlaku bagi para pemimpin. Retorika persatuan kesatuan menyebabkan bangsa Indonesia yang sangat plural diseragamkan. Uniformitas menjadi hasil konkrit dari kebijakan politik pembangunan yang unilateral. Seluruh tatanan diatur oleh negara, sementara itu rakyat tinggal menerima apa adanya. Gagasan mengenai pluralisme tidak mendapatkan tempat untuk didiskusikan secara intensif. Pelajaran yang dapat dipetik adalah, bahwa persatuan dan kesatuan bangsa yang dibentuk secara unilateral tidak akan bertahan lama. Pendidikan ideologi yang hanya dilakukan secara sepihak dan doktriner serta tanpa keteladanan selain tidak akan memperkuat bangsa bahkan dapat merusak hati nurani dan moral generasi muda. Sebab, pendidikan semacam itu hanya menyuburkan kemunafikan.

Pengalaman pahit yang pernah dilakukan pada masa Orde Lama dalam memanfaatkan Pancasila yang hanya retorika politik dan sebagai instrumen menggalang kekuasaan ternyata diteruskan pada masa Orde Baru. Hanya bedanya, pada masa Orde Lama Pancasila dimanipulasi menjadi kekuatan politik dalam bentuk bersatunya tiga kekuatan yang bersumber dari tiga aliran yaitu nasionalisme, komunisme dan agama; sedangkan pada masa Orde Baru Pancasila disalahgunakan sebagai ideologi penguasa untuk memasung pluralisme dan mengekang kebebasan berpendapat masyarakat dengan dalih menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Pada masa Orde Lama ancaman bangsa dan negara adalah neo -kolonialisme, pada zaman Orde Baru ancaman terhadap bangsa dan negara adalah komunisme. Namun pada dasar nya, dalam pespektif politik keduanya sama dan sebangun yaitu bagaimana menjadikan ideologi Pancasila hanya sebagai instrumen penguasa agar kekuasaan dapat dipusatkan pada seorang pemimpin. Hasilnya, pada masa Orde Lama kekuasaan memusat di tangan Pemimpin Besar Revolusi, pada zaman Orde Baru di tangan Bapak Pembangunan. Kekuasaan yang semakin akumulatif dan monopolistik di tangan seorang pemimpin menjadikan mereka juga berkuasa menentukan apa yang dianggap benar dan apa yang dianggap salah. Ukurannya hanya satu: sesuatu dianggap benar kalau hal itu sesuai dengan keinginan penguasa, sebaliknya sesuatu dianggap salah kalau bertentangan dengan kehendaknya.

3.7

Perumusan Pancasila

Pancasila tidak terbentuk dengan Begitu saja, banyak tahap serta perubahan yang di lalui agar Pancasila terbentuk seperti sekarang sehingga menjadi Ideologi Negara. Perubahan di alami oleh Ideologi ini oleh BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

3.7.1 Oleh Muhammad Yamin (29 Mei 1945) 3.7.2 Pada tanggal 28 Mei 1945 itu Badan Penyelidik mengadakan sidangnya yang pertama. Peristiwa ini kita jadikan tonggak sejarah karena pada saat itulah Mr M.bYamin mendapatbkesempatan yang pertama untuk mengemukakan pidatonya diberhadapan sidang Badan Penyelidik, lima asas dasar ntuk Negara Indonesia Merdeka yang diidamkan itu, yakni : 1) Peri Kebangsaan 2) Peri Kemanusiaan 3) Peri Ketuhanan 4) Peri Kerakyatan 5) Kesejahteraan Rakyat

Setelah berpidato, diatas asas yang lima tadi, beliau menyampaikan usul tertulis mengenai Rancangan UUD Republik Indonesia didalam rancangan UUD itu tercantm perumusan lima asas dasar Negara yang berbunyi: 1) Ketuhanan Yang Maha Esa 2) Kebangsaan Persatuan Indonesia 3) Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan. 5) Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia 3.7.3 Oleh Ir. Soekarno (1 Juni 1945)

Ir. Soekarno mengucapkan pada pidatonya dihadapan siding hari ketiga Badan Penyelidik diusulkan juga lima hal untuk menjadi dasar dasar Negara Merdeka: 1. Kebangsaan Indonesia 2. Internasionalisme atau perikemanusiaan 3. Mufakat-atau Demokrat 4. Ketuhanan dan kebudayaan 3.7.4 Piagam Jakarta (22 Juni 1945)

Sembilan tokoh nasional ialah Ir. Soekarno, Drs Moh. Hatta, Mr. A.a.a Maramis dan lain-lain mengadakan perbahasan dan pertemuan untuk membahas pidato serta usul usul mengenai dasar Negara yang telah dikemukakan dalam sidang- sidang Badan Penyelidik. Setelah mengadakan perbahasan maka disusunklah sebuah piagam yang kemudian terkenal dengan nama Piagam Jakarta. Kemudian pada 14 Juli 1945 Piagam Jakarta dapat penerimaan oleh Badan Penyelidik yang berlangsung pada sidangnya yang kedua pada tanggal 14 -15 Juli 1945. Pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah upacara proklamasi kemerdekaan, datang berberapa utusan dari wilayah Indonesia Bagian Timur. Berberapa utusan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Sam Ratulangi, wakil dari Sulawesi 2) Hamidhan, wakil dari Kalimanta 3) I Ketut Pudja, wakil dari Nusa Tenggara 4) Latuharhary, wakil dari Maluku.

Mereka semua berkeberatan dan mengemukakan pendapat tentang bagian kalimat dalam rancangan Pembukaan UUD yang juga merupakan sila pertama Pancasila sebelumnya, yang berbunyi, "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya". Pada Sidang PPKI I, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, Hatta lalu mengusulkan mengubah tujuh kata tersebut menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa". Pengubahan kalimat ini telah dikonsultasikan sebelumnya oleh Hatta dengan 4 orang tokoh Islam, yaitu Kasman Singodimejo, Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku M. Hasan. Mereka menyetujui perubahan kalimat tersebut demi persatuan dan kesatuan bangsa. Dan akhirnya bersamaan dengan penetapan rancangan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 pada Sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia.

BAB V KESIMPULAN
Setiap Negara membutuhkan Ideologi untuk sumber hokum yang menjadi panutan mereka, sumber hukum yang bersifat transparan. Tiap Negara memiliki Ideologinya sendiri yang telah menjadi landasan dari sumber hukum untuk Negara tersebut. Negara Kita pun memiliki Ideologi sendiri sebabgai sumber hukumnya, Pancasila. Dari makalah di atas, telah jelas bahwa Pancasila tidak begitu saja menjadi Ideologi Negara, Pancasila membutuhkan waktu yang lama serta perundingan yang panjang untuk merumuskannya. Orang yang merumuskannya pun tidak sedikit dan Pancasila telah mengalami perubahan-perubahan seiring perbedaan pendapat dari para pengurus BPUPKI itu sendiiri. Namun, hari setelah pembacaan Proklamasi, pada Tanggal 18 Agustus 1945 sidang PPKI telah mengesahkan Pancasila menjadi Ideologi Negara ini. Itulah mengapa Pancasila pantas menjadi Ideologi Negara dan tidak dapat di ubah. Tidak mudah untuk menyusun Pancasil yang singkat a namun mewakili semua pihak Bangsa d Indonesia ini. Itulah Ideologi Negara kita Indonesia, Pancasila.

DAFTAR PUSTAKA

 www.diknas.com  www.slideshare.com  id.wikipedia.com  www.scribd.com  www.setneg.go.id  www.materikuliah.net

Anda mungkin juga menyukai