Anda di halaman 1dari 13

BAB 2 PEMBAHASAN

PENGERTIAN ILMU POLITIK DAN RUANG LINGKUP ILMU POLITIK

a.Pengertian ilmu politik


Istilah politik (politics) sering dikaitkan dengan bermacam-macam kegiatan dalam
sistem politik maupun negara yang menyangkut proses penentuan tujuan sampai
dalam melaksanakan tujuan tersebut, juga menyangkut pengambilan keputusan
(decision making) tentang apakah yang menjadi tujuan sistem politik yang
menyangkut seleksi antara beberapa alternatif serta penyusunan untuk membuat
skala prioritas dalam menentukan tujuan-tujuan itu.

Berikut beberapa definisi politik menurut beberapa ahli :

Baca Juga

 Makalah Karakteristik Civil Society (masyarakat madani)


 Tuntutan Hak menurut para ahli
 Makalah Pra Peradilan Lengkap
(1) Brendan O’Leary dalam buku Pengantar Ilmu Sosial (2000;788) ilmu politik
merupakan disiplin yang sistematis mengenai politik dan kekuasaan. Selanjutnya ia
mengemukakan bahwa ilmu politik mungkin lebih tepat diberi label politikologo.
(2) Roger F. Soltau dalam buku Pengantar Ilmu Sosial (1961:4), menyatakan: Ilmu
politik adalah kajian tentang negara, dan lembaga-lembaga yang akan
melaksanakan tujuan-tujuan itu;hubungan antara negara dengan warga negaranya
serta dengan negara-negara lain.
(3) J. Barents dalam buku Pengantar Ilmu Sosial (1965:23) mengemukakan: Ilmu
politik adalah ilmu tentang kehidupan negara yang merupakan bagian dari
kehidupan masyrakat; ilmu politik mempelajari negara-negara itu melakukan
tugasnya-tugasnya.
(4) Deliar Noer. Laswel dalam buku Pengantar Ilmu Sosial (1950:240)
mengemukakan: ilmu politik sebagai disiplin empiris pengkajian tentang
pembentukan dan pembagian kekuasaan, serta tindakan politik seperti yang
ditampilkan seseorang dalam perspektif kekuasaan.
(5) Robson dalam buku Pengantar Ilmu Sosial (1954:24) mengemukakan: ilmu
politik adalah ilmu yang memfokuskan dalam masyarakat,  yaitu sifat hakiki, dasar,
proses, ruang lingkup,  dan hasilnya. Fokus perhatian seorang sarjana ilmu politik
tertuju pada perjuangan untuk mencapai atau mempertahankan kekuasaan,
melaksanakan kekuasaan atau pengaruh atas orang lain, atau menentang
pelaksanaan kekuasaan itu.
(6) Delier Noer dalam buku Pengantar Ilmu Sosial (1965:56)  mengemukakan: Ilmu
politik memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah kekuasaan dalam
kehidupan bersama atau masyarakat.
(7) Karl W. Deutsch. Mitchell dalam buku Pengantar Ilmu Sosial (1969:4-5)
mengemukakan: Ilmu polotik adalah pengambilan keputusan kolektif atau
pembuatan kebijakan politik untuk suatu keseluruhan masyrakat.
Jadi dapat di simpulkan pengertian ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari suatu
segi khusus kehidupan masyarakat yang menyangkut soal kekuasaan.

b.Ruang lingkup ilmu politik


Ruang lingkup ilmu politik sangat luas,sub bidang ilmu politik meliputi:

1.Bidang Teori Politik


a.Teori politik(political theory)
b.sejarah perkembangan ide-ide politik(history of political ideas)

2.Bidang Lembaga Politik


a.Undang-undang dasar(constitution)
b.Pemerintah negara(national goverment)
c.Pemerintah daerah(local goverment)
d.Administrasi negara(public administrasion)
e.Perbandingan lembaga politik(comparative political institution)

3.Bidang kepartaian, Golongan dan pendapat umum


a.Partai-partai politik(political parties)
b.Golongan dan organisasi(group and association)
c.Partisipasi warga negara dalam pemerintah(participation of the citizen in the
goverment)

4.Bidang Hubungan Internasional


a.Politik internasional(international politics)
b.Organisasi dan administrasi international(international organizational and
administration)
c.Hukum internasional(international law)

Ruang lingkup ilmu politik berkembang semakin luas mencakup kebijaksanaan


pemerintah, politik ekonomi negara, pembangunan politik, komputerisasi politik,
perimbangan politik, filsafat politik dan psikologi poltik dalam penguasaan massa.
Maka terlihat ruang llingkup yang begitu luas dan untuk lebih jelasnya sebagai
berikut:

1.Bidang Kebijaksanaan Pemerintah


a.pengambilan keputusan pemerintah
b.sistem pendelegasian wewenang
c.hubungan pusat dan daerah

2.Bidang Ekonomi Politik


a.Politik perdagangan dunia
b.Globalisasi ekonomi
c.Kutub-kutub ekonomi yang berpengaruh

3.Bidang Sosiologi Politik


a.Politik perdaganngan dunia
b.Pengkajian interest group
c.Telaah budaya politik

4.Bidang Psikologi Politik


a.Teori penguasaan massa
b.Teori-teori demokrasi
c.Normalisasi kehidupan masyarakat
5.Bidang Filsafat Politik
a.Etika poltik
b.Estetika politik
c.Logika politik

6.Bidang Pelayanan Politik


a.Administrasi pemerintah daerah dan pusat
b.Teori-teori organisasi
c.Manajemen pemerintah

7.Bidang Aturan Politik


a.Perubahan dan pembentukan konstitusi
b.Legitimasi kekuasaan
c.Peraturan-peraturan daerah dan pusat

2.2 TUJUAN DAN FUNGSI ILMU POLITIK


Ilmu politik memiliki sifat ambigu, mendua, dan paradoks. Dalam ilmu politik
terkandung rasa campuran ingin tahu, menarik, jijik, bernafsu, serakah, dan sifat-
sifat positif bergalau dengan negatif. Tetapi, sebagaimana kita butuh akan
keindahan, kemesraan, kesenangan, kekuasaan, dan keagungan sebagai pemimpin
dan penakluk di muka bumi ini, kita perlu tahu dan merasakan hal-hal yang terlarang
pada satu masalah, kita pun membutuhkan kontroversi dari masalah lain. Tidak
aneh dalam mempelajari ilmu politik membangkitkan perasaan yang mendalam.

Sebagai sebuah disiplin ilmu, ruang lingkup ilmu politik lebih luas dan umum dari
pada ideologi apapun. Akan tetapi secara khusus untuk memahami nilai-nilai
demokrasi, hal itu begitu tampak, terutama di Amerika Serikat dan negara-negara
Barat lainnya yang mengunggulkan cita-cita demokrasi dalam praktik-praktik
kelembagaan.

David Apter dalam bukunya yang berjudul Introduction to political analisis,


menganalogikan ilmu politik dengan seks (apter,1996:5). Sebagaimana seks, politik
menjadi suatu pokok kajian yang dihindari dalam masyararakat sopan. Akan tetapi
sebagaimana kita butuh keindahan ,kemesraan, kesenangan, kekuasaan, dan
keanggunan sebagai pemimpin dan penakluk di muka bumi ini, kita perlu tahu dan
merasakan hal-hal yang terlarang dalam suatu masalah, kita pun membutuhkan
kontroversi dari masalah lain. Tidak aneh jika dalam mempelajari ilmu politik
membangkitkan perasan-perasaan yang mendalam seperti rasa cinta, malu, marah
dll.
Kita telah menciptakan lembaga-lembaga tertentu untuk mengendalikan dan
menyalurkan nafsu itu, di antara yang satu dalam kehidupan berkeluarga dan
kekerabatan, yang lain dalam kekuasaan yang terorganisasi. Kedua tipe ini
menujukkan suatu kesinambungan rumun manusia dan kesinambungan rumpun
komunitas. Keduanya adalah Sesutu yang pokok dalam kehidupan terorganisasi.

Sebagai sebuah disiplin ilmu, ruang lingkup ilmu politik lebih luas dan umum dari
ideologi apapun. Akan tetapi, secara khusus untuk memahami nilai-nilai demokrasi,
hal itu begitu tampak, terutama di Amaerika Serikat dan Negara-negara barat lainya.
Prespektif Intelektual, sebagaimana kita memaklumi bahwa sebenarnya tujuan
politik adalah tindakan politik. Untuk mencapainya, diperlukan pembelajaran untuk
memperbesar kepekaan pembelajar sehingga ia dapat bertindak. Agar dapat
bertindak dengan baik secara politik, orang perlu mempelajari asas dan seni politik
dan nilai-nilai yang di anggap penting oleh masyarakat, seperti bagaimana nilai-nilai
di wujudkan dalam lembaga-lembaga, serta taktik ataupun strategi apa yang di
gunakan untuk bertindak? Dengan demikian, orang belajar bagaimana kekuasaan
dapat di jinakan oleh prometheceus, dan diabdikan kepada tujuan manusia yang
positif. Dalam pembelajaranya pun sudah mengenal metode yang bersifat kritis .
Tujuanya tidak lain untuk menelaah kesalahan–kesalahan yang di buat oleh para
penguasa dan berusaha untuk mengurangi ketidaktahuan dari mereka yang
dikuasai. Walaupun ajaran kritis tersebut pada prinsipnya bersifat intelektual dapat
dengan mudah menjadi subversive terhadap penguasa dan merangsang timbulnya
perdebatan politik. Dengan demikian, tidak dapat di hindari  bahwa pembeklajaran
politik bersifat politis dan guru-guru politik merupakan aktivis. Jadi, prespektif
inteklektual dalam politik prespektif yang mempergunakan diri sendiri sebagai titik
tolak. Sebab prespektif itu bertolak dan di bangun berdasarkan apa yang dianggap
salah oleh individu maka pemikiran individu itu yang memperbaikinya.
Prespektif Politik, maksudnya adalah bahwa pandangan intelektual mengenai politik
tidak hanya berbeda dengan pandangan politisi. Bedanya politisi lebih bersikap
“segera” (yang ada kini disini, daripada hal-hal yang teoritis, sedangkan intelektual
dapat menjadi politisi jika ia mampu memasukan masalah politik dalam pelayanan
suatu kepentingan atau tujuan. Sebagai contoh sebuah kasus dengan adanya
sistem pemilihan langsung di Indonesia. Banyak intelektual yang bersdia menjadi
calon legislative dan eksekutif pusat dan daerah. Dengan kampanye yang bergaya,
dalam waktu singkat mereka mempersiapkan dan menggunakan strategi itu dari
yang biasanya menjadi sangat teoritis mendadak berubah dalam sesuatu kerangka
kerja yang bersifat praktik.

Singkatnya, dunia politisi adalah dunia hari ini dan hari esok yang dekat, sedangkan
kaum intelektual menaruh perhatian dalam tiga dimensi yaitu hari kemarin, hari ini
dan hari esok. Keputusan-keputusan dari politisi di uji dalam kenyataan tanggapan
public yang keras.
Suara lebih dahulu sedangkan asas belakangan. Jika tujuan pertama politisi adalah
memperoleh kekuasaan maka kaidah kedua adalah mempertahankan kekuasaan.
Tidak usah heran sebagian politisi, termasuk yang terbaik dan tercedik sekalipun
sering melakukan hal-hal yang mengerikan, karena itu tidak usah heran pula jika
politisi adalah orang yang selalu optimis yang seantiasa tergugah oleh
kemungkinan-kemungkinan yang dapat di peroleh dari kekuasaan (apter,1996:20).
Prespektif ilmu politik, dalam hal ini politik di pandang sebagai ilmu Pendirian ini
memandang terhadap kebutuhan ke depan, untuk meramalkan akibat tindakan
politik maupun kebijaksanaan para politisi. Jika para politisi memandang politik
sebagai pusat kekuasaan public, kaum intelektual memandang politik sebagai
perluasan pusat moral dari diri. Dengan demikian, sebagai ilmu menaruh perhatian
pada dalil-dalil keabsahan, percobaan, hukum ,keragaman, dan pembentukan asas-
asas yang universal (apter,1996:21).

2.3 HUBUNGAN ILMU POLITIK DENGAN ILMU-ILMU SOSIAL LAINNYA


Hubungan ilmu politik dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain, hubungan yang erat
dengan ilmu ynag lain. Sedangkan dalam proses pengembangannya ilmu politik
dengan ilmu yang lainnya adalah saling bergandengan, dalam arti saling mengisi.

1.Hubungan Ilmu Politik dan Ilmu Sosiologi


Keterkaitannya dapat dilihat pada hubungan dimana sosiologi banyak membantu
memahami latar belakang, susunan, dan pola kehidupan sosial dari berbagai
golongan dan kelompok dalam masyarakat. Sebab menggunakan pengertian
konsep, generalisasi, serta teori ilmu sosiologi, para ahli ilmu politik dapat
mengetahui sampai dimana susunan san stratifikasi sosial itu dapat memengaruhi
ataupun dipengaruhi oleh keputusan kebijaksanaan, sumber-sumber kewenangan
politik, kontrol sosial, perubahan sosial, maupun corak dan sifat keabsahan politik.

Selain itu, baik sosiologi maupun politik mempelajari institusi makro seperti negara.
Hanya saja, sosisologi menganggap negara itu sebagai salah satu lembaga
pengendalian sosial. Hal itu wajar karena dalam sosiologi masyarakat yang
sederhana maupun kompleks, senantiasa terdapat kecenderungan untuk
menimbulkan proses pengaturan atau pola-pola pengendalian tertentu yang formal
maupun tidak formal. Disamping itu, sosiologi melihat bahwa negara pun sebagai
salah satu asosiasi dalam masyarakat dan memerhatikan bagaimana sifat dan
kegiatan anggota asosiasi itu memengaruhi sifat dan aktivitas negara. Dengan
demikian, sosiologi dan ilmu politik memiliki persamaan pandangan bahwa negara
dapat dianggap, baik sebagai asosiasi maupun sebagai sistem pengendalian. Hanya
saja bagi ilmu politik negara  merupakan objek penelitian pokok, sedangkan, dalam
sosiologi negara hanya merupakan salah satu dari banyak asosiasi dan lembaga
pengendalian dalam masyarakat.

2.Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Antropologi


Hubungan ini tampak pada pengertian-pengertian dan teori-teori tentang kedudukan
serta peranan satuan sosial budaya yang lebih kecil dan sederhana. Kita tahu
bahwa antropologi memusatkan perhatian pada masyarakat dan kebudayaan di
desa-desa dan pedalaman, sedangkan sosiologi lebih memusatkan perhatian pada
kehidupan masyarakat kota yang lebih banyak dipengaruhi oleh perkembangan
ekonomi dan teknologi modern.lambat laut antropologi dan sosiologi saling
memengaruhi baik dalam obyek penelitian maupun dalam pembinaan.
Sekarang ini, perhatian sarjana ilmu politik terhadap antropologi makin meningkat,
sejalan dengan bertambahnya perhatian dan penelitian tentang kehidupan serta
usaha modernisasi politik di negara-negara baru. Sejalan dengan itu, sekarang ini
pengaruh dalam bidang teori, khususnya dalam menunjukkan perbedaan struktur
sosial serta pola-pola kebudayaan yang berbeda-beda pada tia-tiap masyarakat,
antropologi telah pula berpengaruh dalam bidang metodollogi penelitian ilmu politik.
Salah satu pengaruh yang amat berguna dan terkenal yang kini sering dipakai dalam
penelitian ilmu politik ialah metode participant observer atau peserta pengamat. Cara
penelitian ini mendorong para peneliti ilmu politik untuk mengamati fenomena-
fenomena kehidupan sosial yang sifatnya “dari dalam” masyarakat menjadi objek
penelitiannya. Ternyata dari model penelitian ini, para ahli ilmu politik dapat
mengembangkan pembinaan teori-teori atas dasar kenyataan konkret yang dialami
dan diamatinya sendiri secara grounded theory.

3.Hubungan Sejarah dengan Politik


Sejak dahulu kedua ilmu ini merupakan dua bidang kajian yang penting
kontribusinya dan saling mempengaruhi. Sejarah banyak menyumbangkan fakta-
fakta masa lampau untuk diolah dalam ilmu politik lebih lanjut. Perbedaan antara ahli
sejarah dengan politik, sebenarnya bahwa ahli sejarah selalu menropong masa
lampau yang menjadi sasarannya, sedangkan dalam ilmu politik sasarannya lebih
ditekankan pada masa sekarang dan kedepan atau future oriented. Para ahli ilmu
politik selalu tidak puas hanya mencatat fakta-fakta sejarah sehingga ia akan selalu
mencoba menemukan dalam sejarah pola-pola tingkah laku politik yang dalam
batas-batas tertentu memungkinkanya untuk menyusun suatu pola perkembangan
masa depan dan memberi gambaran bagaimana sesuatu keadaan diharapkan akan
berkembang dalam keadaan tertentu.

4.Hubungan Geografi dengan Ilmu Politik


Hal itu tampak dari beberapa faktor yang menyangkut geografis, seperti bentuk
daratan, perbatasan dengan negara lain, kepadatan penduduk, kesuburan dan
kandungan mineral yang dimilikinya, maupun letak wilayah itu apakah daerah
persimpangan budaya ataukah terpencil, semuanya memiliki pengaruh politik yang
perlu diperhitungkan.
Oleh karena itu, menurut seorang ahli prancis Maurice Duverger dalam The Study of
Politics,struktur geografis yang menyangkut geografi fisik dan sosial bahwa “politik
adalah berada didalam geografinya”Lebih jauh Duverger mengemukakan bahwa
Aristoteles telah merumuskan teori tentang hubungan antara iklim dengan
kebebasan politik. Namun dengan demikian, hubungan ilmu geografi dan ilmu politik
sampai sekarang memiliki keterkaitan yang begitu melekat antar kedua disiplin
tersebut.

5.Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Ekonomi


Ilmu politik dengan ilmu ekonomi sejak dahulu sampai saat ini selalu erat
hubungannya. Kebenaran dalil ini dapat diketahui tanpa menganut pendirian-
pendirian marxisis yang kehidupan sosial pada struktur perekonomian ataupun
pendapat yang menyamakan proses politik dengan proses perekonomian.
Kehidupan politik kehidupan politik dan kehidupan ekonomi selalu saling
memengaruhi, jalin-jalin. Aktivitas-aktivitas politik karena itu amat sulit dipisahkan
daripada aktivitas-aktivitas ekonomi. Kedua aktivitas itu kadang-kadang sejalan, 
saling membantu, kadang juga bertentangan secara diametral. Dalam tindak politik
ada aspek ekonominya, demikian pula struktur perekonomian sesuatu masyarakat
dapat mempengaruhi lembaga politiknya yang sudah ada dan yang akan di
kemudian hari. Jika ilmu politik mengatur kehidupan orang-orang yunani, maka
“oikonomos” mengatur kemakmuran materiil dari warga negara yunani yang bersatu
dalam polis itu. Maka kedua ilmu yang mengatur kehidupan politik dan kemakmuran
materiil dari warga negara polis itu sangatlah erat hubungannya.
Ide-ide ataupun pemikiran yang bertolal dari faktor kelangkaan menyebabkan ilmu
ekonomi berorientasi kuat terhadap kebijaksanaan yang rasional, khususnya
penentuan hubungan antara tujuan dan cara pencapaian tujuan. Implikasi dari ilmu
ekonomi yang berpangkal tolak dari pemikiran faktor kelangkaan telah mendorong
ilmu tersebut bergeser dan berikhtiar kearah ramalan berdasarkan perhitungan yang
saksama sehingga ilmu ekonomi modern dapat terhindar dari pemikiran-pemikiran
yang spekulatif. Hal ini pun sangat berpengaruh pada ilmu politik, untuk lebih
berupaya keras pada pendekatan/metode yang lebih ilmiah. Sebaliknya, dalam
mengajukan kebijaksanaan atas siasat ekonomi, tentunya seorang ahli ekonomi pun
dapat bertanya kepada seorang ahli politik tentang politik manakah yang
palingmungkin disusun untuk mencapai tujuan ekonomi yang diharapkan.begitupun
ahli seorang politik dapat meminta bantuan ahli ekonomi tentang syarat-syarat
ekonomis yang harus dipenuhi untuk memperoleh tujuan-tujuan politis tertentu,
terutama mengenai pembinaan dan pengembanngan kehidupan berdemokrasi.
6.Hubungan Ilmu politik dengan Ilmu Psikologi
Psikologi banyak mempelajari aspek-aspek intern,seperti motivasi, sikap, minat,
karakter, prestasi, dan lain sejenisnya, dan proses mental yang terjadi. Dengan
menggunakan analisis psikologi kita dapat mengetahui bebrapa aspek, seperti latar
belakang pemimpin, apakah dia berhasil atau gagal ditinjau dari aspek individunya.
Spikologi banyak menyingkap masalah yanng tersembunyi, tidak muncul
kepermukaan, tetapi begitu pentin untuk disingkap sebagai bagian kepempimpinan
seseorang.
Ilmu tersebut banyak memberikan informasi tentang sebab-sebab internal yang
sering orang banyak mengabaikannya karena dianggap tidak langsung menjadi
faktor determinan politik.
Dengan demikian baik psikologi umum maupun spikologi sosial sangat berkontribusi
dalam melakukan analisis dan tindakan politik, sebab spikologi umum maupun sosial
pada hakikatnya dapat mengungkap informasi-informasi tersembunyi, baik secara
individu maupun kolektif. Oleh karena itu, tidak aneh jika psikologi dapat
menjelaskan bagaimana kepemimpinan tidak resmi turut menentukan suatu hasil
putusan dalam kebijaksanaan politik dan negara. Selain itu, spikologi dapat
menjelaskan bagaimana attitude dan expectation masyarakat dapat melahirkan
tindakan-tindakan serta tingkah laku yang berpegangang teguh pada tuntutan sosial.

2.4 MAZHAB-MAZHAB ILMU POLITIK


Menurut Apter dalam buku Pengantar Ilmu Politik (1996; 135-443) mazhab-mazhab
ilmu politik terbagi atas 5 mazhab, yaitu mazhab institusionalisme atau 
kelembagaan, behaviorisme, pluralisme atau kemajemukan, strukturalisme, dan
developmentalisme.
1.  Paham Insitusionalisme atau Kelembagaan.
Paham ini berusaha mewujudkan pemecahan-pemecahan  universal dengan
menerjemahkan cita-cita libertarian ke dalam pemerintahan perwakilan. Bagi para
penganut paham kelembagaan, teori-teori politik libertarian timbul dari sejarah 
sebagai tujuan moral yang akan di  mantapkan di dalam partai politik. Inilah tradisi
yang dibangun Plato, dan juga yang diwakili Karl Marx.  Kebanyakan penganut
paham kelembagaan yang mengikuti tradisi pencerahan,ia menolak pemecahan-
pemecahan tuntas seperti ini. Bagi mereka politik adalah terbuka. Konflik diubah
menjadi persaingan damai melalui badan-badan perwakilan dalam pemerintahan
(Popper, 1945).

Ide-ide generatif utama yang diikuti oleh para  penganut paham kelembagaan :
Kekuasaan
Ketertiban  Keadilan
Wewenang  Hukum
Hak  Perwakilan
Kebebasan Persamaan

Demokrasi
 Prinsip-prinsip dasar demokrasi (Apter, 1996; 137)
Kekuasaan adalah kekuatan yang dapat dipakai dan dikendalikan.  Persoalan besar
sejarah adalah mengubah kekuasaan mutlak untuk dapat diubah ke arah demokrasi.
Kekuasaan adalah dasar politik. Dalam demokrasi, pemakaiannya harus sesuai
dengan patokan-patokan kewajaran dan keadilan. Hal ini kemudian tercermin dalam
hukum. Hukum menciptakan wewenang dan memungkinan perwakilan menjadi
sarana pembuatan hukum, jika perwakilan didasarkan persamaan maka ia akan
mendorong kebebasan dan demokrasi itu sendiri. Dalam demokrasi melalui
kedaulatan rakyat , hak menimbulkan wewenang yang didukung oleh hukum.
Hasilnya adalah sebuah sistem ketertiban yang menjadi landasan yang
memungkinkan dijalankannya kekuasaan, serta ditetapkannya asas-asas kewajaran
atau keadilan.

Selanjutnya, lembaga-lembaga pemerintahan ini terbagi menjadi tiga wewenang


yaitu sebagai berikut :
a. Badan Legislatif
Badan ini merupakan pengawas terpenting terhadap kekuasaan yang nyata maupun
potensial. Badan ini terdiri atas wakil-wakil rakyat. Badan legislatif jarang
mengusulkan rancangan undang-undang khusus. Namun mereka, meninjau,
mengkritik, mengusulkan perubahan, memperbaiki, dan sering menolak rancangan
undang-undang.
b. Badan Eksekutif
Badan ini bertanggung jawab yakni melaksanakan keinginan-keinginan rakyat dan
bertindak atas nama rakyat. Semakin banyak dukungan yang diperoleh eksekutif
dari rakyat, maka semakin efektif tindakan-tindakannya, dan begitu pula sebaliknya.
Eksekutif harus memimpin, tapi harus tanggap juga terhadap rakyat.
c. Badan Yudikatif
Badan ini berupa pengadilan tinggi yang berfungsi sebagai wasit agung untuk
masalah-masalah penafsiran konstitusional. Pengadilan semacam ini mewkili asas
mengenai lembaga yudikatif agung yang independen.
2. Paham Behaviorisme atau Tingkah Laku
Perhatian  utama paham tingkah laku terletak pada hubungan antara pengetahuan
politik dengan tindakan politik, termasuk bagaimana proses pembentukan pendapat
politik, bagaimana kecakapan politik diperoleh, dan bagaimana cara orang
mengetahui peristiwa-peristiwa politik. Kategori-kategori itu biasanya dianggap
sebagai ideologi, atau sistem kepercayaan yang menciptakan pola-pola tingkah laku
yang penuh makna (Apter; 210).
Akar-akar pemikiran paham tingkah laku tersebut dimulai dari filsuf skeptis David
Hume. Yang terpenting adalah John Dewey (1859- 1952) yang berusaha
mengembangkan filsafat praktis mengenai kebenaran yang tidak didasarkan pada
prinsip-prinsip ideal, melainkan pada observasi terhadap pengalaman yang
kemudian  lebih dikenal sebagai paham Instrumentalisme. Paham ini memandang
kebenaran sebagaimana tersusun dan teruji dalam  pengalaman.
16
Instrumentalisme Behavioral seolah-olah memberikan inspirasi baru mengenai
kehidupan politik sebagai cara belajar bermasyarakat yang dicapai melalui
pengalaman eksperimen-eksperimen, kaum behavioralis bekerja dari bawah ke atas.
Teori-teori mereka lahir dari teori proses belajar. Pengalaman pada masa kanak-
kanak,dampak pendidikan terhadap sikap, dan pembentukan pendapat umum,
semuanya merupakan fokus penelitian kaum behavioral (Apter, 1996; 213). Dan
tokoh yang pertamakali menggunakan metode ini adalah Graham Wallas (1858-
1932). Ia merasa kesal dengan penekanan Fabian Society (di mana ia sebagai
anggotanya) terhadap penjelasan masalah manusia, yang sering melihatnya dari
aspek ekonomi semata-mata. Wallas menghendaki mereka mempelajari politik untuk
melihat fakta-fakta lain dari sisi perilaku manusia.
3.  Paham Pluralisme atau Kemajemukan
Paham ini dibangu atas dasar perpaduan paham kelembagaan (Institusionalisme)
dan paham tinkah laku (Behavioralisme). Seperti paham institusionalisme,
pluralisme menekankan partisipasi partai sebagai penghubung antara masyarakat
dengan pemerintah, dengan demikian membentuk postulat hubungan-hubungan
dinamis tertentu di antara mereka. Misalnya, mengenai kapansuatu kenaikan dalam
jumlah atau keefektifan lingkup keterlibatan politik mengubah secaara berarti tingkat
pemusatan pengaambilan keputusan pertanggungan, dan aspek-aspek lain
pembuatan kebijasanaan pemeintah. Seperti behaviorisme, pluralisme menekankan
sikap aktif politik dan proses belajar menyesuaikan melalui partisipasi publik pada
berbagai tingkat politik dalam berbagai tingkat politik dalam berbagai badan-badan
sosial dan politik.
Paham ini pun menekankan proses di atas struktur, serta lebih sedikit perhatiaannya
terhadap bagaimana kerja badan-badan pemerintah, legislatif, dan komite-komite,
jika dibandingkan dengan bagaimana pembagian kekuasaan di antara berbagai
kelompok, baik publik maupun swasta.

4. Paham Strukturalisme
Paham ini berbeda jauh dengan pluralisme yang kajian politiknya bersifat
kontemporer. Sedangkan dalam paham strukturalisme ini sebenarnya kurang
dikenal dan lebih kompleks karena bersifat interdisipliner. Paham ini berasal dari
linguistik, antropologi, filsafat, dan sosiologi. Strukturalisme pada hakikatnya
menyusun potensi fungsi-fungsi yang terdapat dalam politik. Fungsi-fungsi politik
mempunyai nama-nama  lain seperti informasi, komunikasi dan agregasi.
Ada 3 bentuk strukturalisme dari banyak bentuk yang ada, yakni strukturalisme
metode kontradiksi dan metode keseimbangan :
-  Menekankan tentang konflik bersifat dialektis dimana nenek moyangnya adalah
Karl Marx.
- Menekankan keseimbangan (keharmonisan) yang bersifat fungsional pengaruh
dari Emile      Durkheim.
-  Berkaitan dengan linguistik yang didirikan oleh Ferdinand de Saussure.
Kaidah-kaidah yang mengatur penggunaan isyarat, mirip kaidah permaianan catur
adalah struktur. Perhatian lain adalah menunjukkan bagaimana kaidah-kaidah
diambil dari pikiran manusia. Dalam kehidupan sosial dan politik, kaidah-kaidah itu
dapat diterapkan  kepada timbal balik pertukaran seperti tanggung jawab. Kaidah-
kaidah normatif yang mengatur hubungan-hubungan sosial adalah ide-ide politik
dalam masyarakat manusia, struktur-struktur secara fungsional berkaitan dengan
kelangsungan hidup masyarakat itu sendiri. Kepada sub-sub unitnya dan kepada
anggota individual maupun kepada keseluruhan.
5. Paham Developmentalisme (Perkembangan)
Dasar pemikiran developmentalisme,  maupun janjinya teleologi pertumbuhan,
merupakan sebuah ideologi bahwa  pertumbuhan itu sendiri merupakan sejarah
yang  diperankan dalam seperangkat tahapan setiap tahapan memilikikategorinya
sendiri. Teori unlinear menganggap perkembangan tidak terelakan. Dalammodel
unlinear, modernisasi adalah sebuah proses. Seperti arus barang dan jasa dalm
kehidupan ekonomi, bisnis bergerak ketempat dimana keuntungan akan
diperoleh,modernisasi terjadi dimana ia paling  mudah diterima atau dikehendaki.

Terdapat beberapa metode dalam developmentalisme yakni:


1. Metode indeks adalah sifat-sifat umum perekonomian yang telah maju
diabtraksikan sebagai jenis ideal dan kemudian diabndingkan dengan ciri-ciri tipikal
yang sama idealnya dari perekonomian dan masyarakat miskin. Dengan cara ini,
perkembangan dipandang sebagai transformasi dari suatu tipe kepada tipe yang
lain.
2. Pandangan akulturasi proses perkembangan barat mendifusikan pengetahuan,
keahlian, organisasi, nilai-nilai, teknologi, dan model bagi suatu bangsa miskin
hingga dalam jangka waktu tertentu, kebudayaan dan personaliannya menjadi
sesuatu yang komunitas atlantik secara ekonomi berhasil.
3. Analisis terhadap proses seperti yang kini sedang menguasai bangsa-bangsa
yang dikatakan terbelakang. Pendekatan ini menjurus kepada hipotesis-hipotesis
berskala lebih kecil, hingga suatu pandangan retrospektif, dan suatu penilaian penuh
terhadap konteks politik sosial dan kultural perkembangan.
2.5 SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU POLITIK
Lahirnya Ilmu Politik secara formal  memang sejak abad ke-19, namun sangat
beragam dari mana memulai lahirnya Ilmu Politik itu. Menurut Budiardjo dalam buku
Pengantar Ilmu Politik (2000;2) secara resmi politik diakui sebagai disiplin ilmu sejak 
berdirinya Ecole Libre des Science Politiques di Paris tahun1870, dan London
Shcool of Economic and Political Science tahun 1895. Ilmu politik diawali dengan
baik pada masa yunani kuno, membuat peningkatan pada masa romawi, tidak terlalu
berkembang di zaman pertengahan sedikit berkembang di zaman renaissance dan
penerangan, membuat beberapa perkembangan subtansial pada bad ke-19 dan
kemudian berkembang sangat pesat pada abad ke-20 karena ilmu politik mendapat
karakteristik tersendiri.
Ilmu politik sebagai pemikiran mengenai Negara sudah di mulai pada tahun
450S.S.M seperti dalam karya hedorotus ,plato,aristoteles, dan lainya. Dibeberapa
pusat kebudayaan asia, Seperti Hindia dan Cina telah terkumpul beberapa karya
tulis bermutu. Tulisan-tulisan India terkumpul dalam kesustateraan dharmasastra
dan arthasastra, berasal kira-kira dari tahun 500S.M . Di antara filsuf terkenal dari
Cina ada konfisius, menisius dan shan yang (350S.M)

19
Di Indonesia sendiri ada beberapa karya tulis tentang kenegaraan, misalnya
Negarakertagama sekitar abad ke-13 dan bahad tanah jawi. Kesustateraan di
Negara-negara asia mulai mengalami kemunduran karena terdesak oleh pemikiran
barat yang di bawa oleh negara-negara dari barat.
Di Negara-negara benua eropa seperti bahasan mengenai politik pada abad ke-18
dan ke-19 banyak di pengaruhi oleh ilmu hukum, karena itu ilmu politik hanya
berfokus kepada Negara Selain itu ilmu hukum, pengaruh ilmu sejarah dan filsafat
pada ilmu politik masih terasa hingga perang dunia ke-II.
Di amerika serikat terjadi perkembangan berbeda, karena berkeinginan untuk
membebaskan diri dari tekanan yuridis, dan lebih mendasarkan diri pada
pengumpulan data empiris. Perkembangan selanjutnya bersama dengan
perkembangan sosiologi dan psikologi. Sehingga dua cabang ilmu tersebut sangat
mempengaruhi ilmu politik. Perkembangan selanjutnya berjalan sangat cepat dapat
di lihat dengan didirikanya American political associtation pada 1904.
Perkembangan politik setelah perang dunia ke-II leih pesat. Misalnya di Amsterdam,
belanda, didirikan falkutas ilmu sosial dan ilmu politik waktu penelitian tentang
Negara belanda masih di dominasi oleh fakultas hukum. Di Indonesia didirikan
fakultas ilmu sosial dan ilmu politik seperti universitas RIAU, perkembanganI lebih
pesat. Misalnya di Amsterdam, belanda, didirikan falkutas ilmu sosial dan ilmu politik
waktu penelitian tentang Negara belanda masih di dominasi oleh fakultas hukum. Di
Indonesia didirikan fakultas ilmu sosial dan ilmu politik seperti universitas RIAU,
perkembangan ilmu politik sangat dipengaruhi oleh ilmu hukum. Karena ilmu hukum
sangat mauju pada saat itu. Sekarang konsep-konsep ilmu politik yang baru sudah
mulai diterima oleh masyarakat.
Di Negara-negara eropa timur pendekatan tradisional dari segi sejarah, filsafat dan
hukum masih berlaku hingga saat ini. Setelah keruntuhan komunisme ilmu politik
berkembang pesat, dilihat dengan di tambahnya pendekatan-pendekatan yang
tengah berkembang di Negara-negara barat pada pendekatan tradisional.
Perkembangan ilmu politik di sebabkan oleh dorongan kuat beberapa badan
internasional seperti UNESCO. UNESCO pada tahun 1948 melakukan survei
mengenai ilmu politik di kira-kira 30 negara kemudian proyek ini di bahas oleh
beberapa ahli di prancis dan menghasilkan buku Conteporancy political science
pada tahun 1948.
Selanjutnya UNESCO bersama internasional political science associtation (IPSA)
yang mencangkup 10 negara. Pada tahun 1952 hasil penelitian di bahas di suatu
konferensi di Cambridge, inggris dan hasilnya disusun oleh W.A. Robson dari londen
school of economics and political science dalam buku nthe university teaching of
political science.buku ini di terbitkan di terbitkan di UNESCO. Karya ini di tunjuk
untuk membina perkembangan ilmu politik dan mempertemukan pandangan yang
berbeda-beda.
20
2.6 Metode Penelitian Ilmu Politik
Metode penelitian yang digunakan dalam ilmu politik meliputi metode induksi dan
deduksi. Metode induksi adalah serangkaian strategi ataupun prosedur penarikan
kesimpulan umum yang diperoleh berdasarkan  proses pemikiran setelah mengkaji
peristiwa-peristiwa yang bersifat khusus atas dasar fakta teoritis yang khusus ke
yang umum. Biasanya penggunaan metode induksi lebih banyak digunakan dalam
penelitian kualitaf. Selanjutnya, menurut Iswara(1974:57) yang termasuk dalam
metode induksi tersebut mencakup metode deskriptif.
a. Metode deskriptif adalah sebagian prosedur pengkajian masalah-masalah politik
untuk memberikan gambaran terhadap kenyataan yang ada sekarang ini secara
akurat.
b. Metode analisis menekankan pada penelaahan secara mendalam terhadap
masalah-masalah politis yang disusun secara sistematis dengan memperlihatkan
hubungan fakta satu dengan lainnya.
c. Metode evaluatif merupakan serangkaian usaha penelaahan fenomena politik
yang bersifat menentukan terhaadap yang dikumpulkan dengan dasar pada norma-
norma ataupun ide-ide yang abstrak.
d. Metode klasifikasi adalah metode yanng melandaskan pada penggolongan atau
pengelompokan objek-objeknya secara teratur yang masing-masing menunjukkan
hubungan timbal balik.
e. Metode pertandingan merupakan metode kajian politik yang menitikberatkan pada
studi persamaan dan perbedaan atas dua objek telaahan,dengan maksud untuk
memperdalam maupun menambah pengetahuan.
The Liang Gie (1999:116) bahwa beberapa metode penelitian ilmu politik yang
banyak digunakan adalah metode:
a. Metode observsi, diartikan secara luas karena pengertian pengamatan tidak
sekadar pengamatan langsung tetapi juga dapat tidak langsung  terhadap fenomena
politik.
b. Metode analisis, adalah suatu metode dengan serangkaian tindakan dan
pemikiran yang disengaja untuk menelaah sesuatu hal yang secara mendalam
ataupun terinci terutama dlam mengkaji bagian-bagian dari suatu totalitas.
Maksudnya, untuk mengetahui ciri masing-masing bagian hubungan satu sama lain,
serta peranaannya dalam totalitas yang dimaksud.
c. Metode deskriptif, merupakan metode yang secara mendalam memberikan
gambaran politik terhadap kondisi realitasnya.
d. Metode klasifikasi, secara umum metode ini menggambrkan adanya
pengelompokan ataupun penggolongan objek kajian secara teratur untuk
memudahkan pencarian adanya hubungan timbal balik.biasanya menurut Ciarke
(Isaak, 1975:42) mencakup:
1. Penggolongan harus masuk akal.
2. Harus ada pengelompokan yang cukup untuk semua data.
3. Harus tidak ada pengelompokan yang overlapping.
4. Harus hanya ada satu basis penggolongan.
e. Metode pengukuran, merupakan metode untuk mengidentifikasi besar kecilnya
objek atau fenomena yang diteliti,baik yang menggunakan alat khusus maupun
tidak.
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Secara etimologis politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis, yang berarti nagara
kota. Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari suatu segi khusus kehidupan
masyarakat yang nenyangkut soal kekuasaan.

3.2. Saran
Saran dari penyusun adalah dengan adanya makalah ini mahasiswa atau pembaca
dapat mengerti dan memahami tentang ilmu politik.

3.3 Daftar pustaka


Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Syafi’ie, Inu Kencana. 2000. Ilmu Politik. Jakarta: Rineka Cipta.
Syafi’ie, Inu Kencana. 2005. Politik. Jakarta: Mandar Maju.
Suyatno. 2006. Ilmu Politik. Salatiga: Widya Sari Press Salatiga.
Hasan, Hamid. 2008. Sejarah Ilmu Politik. Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai