Baca Juga
Sebagai sebuah disiplin ilmu, ruang lingkup ilmu politik lebih luas dan umum dari
pada ideologi apapun. Akan tetapi secara khusus untuk memahami nilai-nilai
demokrasi, hal itu begitu tampak, terutama di Amerika Serikat dan negara-negara
Barat lainnya yang mengunggulkan cita-cita demokrasi dalam praktik-praktik
kelembagaan.
Sebagai sebuah disiplin ilmu, ruang lingkup ilmu politik lebih luas dan umum dari
ideologi apapun. Akan tetapi, secara khusus untuk memahami nilai-nilai demokrasi,
hal itu begitu tampak, terutama di Amaerika Serikat dan Negara-negara barat lainya.
Prespektif Intelektual, sebagaimana kita memaklumi bahwa sebenarnya tujuan
politik adalah tindakan politik. Untuk mencapainya, diperlukan pembelajaran untuk
memperbesar kepekaan pembelajar sehingga ia dapat bertindak. Agar dapat
bertindak dengan baik secara politik, orang perlu mempelajari asas dan seni politik
dan nilai-nilai yang di anggap penting oleh masyarakat, seperti bagaimana nilai-nilai
di wujudkan dalam lembaga-lembaga, serta taktik ataupun strategi apa yang di
gunakan untuk bertindak? Dengan demikian, orang belajar bagaimana kekuasaan
dapat di jinakan oleh prometheceus, dan diabdikan kepada tujuan manusia yang
positif. Dalam pembelajaranya pun sudah mengenal metode yang bersifat kritis .
Tujuanya tidak lain untuk menelaah kesalahan–kesalahan yang di buat oleh para
penguasa dan berusaha untuk mengurangi ketidaktahuan dari mereka yang
dikuasai. Walaupun ajaran kritis tersebut pada prinsipnya bersifat intelektual dapat
dengan mudah menjadi subversive terhadap penguasa dan merangsang timbulnya
perdebatan politik. Dengan demikian, tidak dapat di hindari bahwa pembeklajaran
politik bersifat politis dan guru-guru politik merupakan aktivis. Jadi, prespektif
inteklektual dalam politik prespektif yang mempergunakan diri sendiri sebagai titik
tolak. Sebab prespektif itu bertolak dan di bangun berdasarkan apa yang dianggap
salah oleh individu maka pemikiran individu itu yang memperbaikinya.
Prespektif Politik, maksudnya adalah bahwa pandangan intelektual mengenai politik
tidak hanya berbeda dengan pandangan politisi. Bedanya politisi lebih bersikap
“segera” (yang ada kini disini, daripada hal-hal yang teoritis, sedangkan intelektual
dapat menjadi politisi jika ia mampu memasukan masalah politik dalam pelayanan
suatu kepentingan atau tujuan. Sebagai contoh sebuah kasus dengan adanya
sistem pemilihan langsung di Indonesia. Banyak intelektual yang bersdia menjadi
calon legislative dan eksekutif pusat dan daerah. Dengan kampanye yang bergaya,
dalam waktu singkat mereka mempersiapkan dan menggunakan strategi itu dari
yang biasanya menjadi sangat teoritis mendadak berubah dalam sesuatu kerangka
kerja yang bersifat praktik.
Singkatnya, dunia politisi adalah dunia hari ini dan hari esok yang dekat, sedangkan
kaum intelektual menaruh perhatian dalam tiga dimensi yaitu hari kemarin, hari ini
dan hari esok. Keputusan-keputusan dari politisi di uji dalam kenyataan tanggapan
public yang keras.
Suara lebih dahulu sedangkan asas belakangan. Jika tujuan pertama politisi adalah
memperoleh kekuasaan maka kaidah kedua adalah mempertahankan kekuasaan.
Tidak usah heran sebagian politisi, termasuk yang terbaik dan tercedik sekalipun
sering melakukan hal-hal yang mengerikan, karena itu tidak usah heran pula jika
politisi adalah orang yang selalu optimis yang seantiasa tergugah oleh
kemungkinan-kemungkinan yang dapat di peroleh dari kekuasaan (apter,1996:20).
Prespektif ilmu politik, dalam hal ini politik di pandang sebagai ilmu Pendirian ini
memandang terhadap kebutuhan ke depan, untuk meramalkan akibat tindakan
politik maupun kebijaksanaan para politisi. Jika para politisi memandang politik
sebagai pusat kekuasaan public, kaum intelektual memandang politik sebagai
perluasan pusat moral dari diri. Dengan demikian, sebagai ilmu menaruh perhatian
pada dalil-dalil keabsahan, percobaan, hukum ,keragaman, dan pembentukan asas-
asas yang universal (apter,1996:21).
Selain itu, baik sosiologi maupun politik mempelajari institusi makro seperti negara.
Hanya saja, sosisologi menganggap negara itu sebagai salah satu lembaga
pengendalian sosial. Hal itu wajar karena dalam sosiologi masyarakat yang
sederhana maupun kompleks, senantiasa terdapat kecenderungan untuk
menimbulkan proses pengaturan atau pola-pola pengendalian tertentu yang formal
maupun tidak formal. Disamping itu, sosiologi melihat bahwa negara pun sebagai
salah satu asosiasi dalam masyarakat dan memerhatikan bagaimana sifat dan
kegiatan anggota asosiasi itu memengaruhi sifat dan aktivitas negara. Dengan
demikian, sosiologi dan ilmu politik memiliki persamaan pandangan bahwa negara
dapat dianggap, baik sebagai asosiasi maupun sebagai sistem pengendalian. Hanya
saja bagi ilmu politik negara merupakan objek penelitian pokok, sedangkan, dalam
sosiologi negara hanya merupakan salah satu dari banyak asosiasi dan lembaga
pengendalian dalam masyarakat.
Ide-ide generatif utama yang diikuti oleh para penganut paham kelembagaan :
Kekuasaan
Ketertiban Keadilan
Wewenang Hukum
Hak Perwakilan
Kebebasan Persamaan
Demokrasi
Prinsip-prinsip dasar demokrasi (Apter, 1996; 137)
Kekuasaan adalah kekuatan yang dapat dipakai dan dikendalikan. Persoalan besar
sejarah adalah mengubah kekuasaan mutlak untuk dapat diubah ke arah demokrasi.
Kekuasaan adalah dasar politik. Dalam demokrasi, pemakaiannya harus sesuai
dengan patokan-patokan kewajaran dan keadilan. Hal ini kemudian tercermin dalam
hukum. Hukum menciptakan wewenang dan memungkinan perwakilan menjadi
sarana pembuatan hukum, jika perwakilan didasarkan persamaan maka ia akan
mendorong kebebasan dan demokrasi itu sendiri. Dalam demokrasi melalui
kedaulatan rakyat , hak menimbulkan wewenang yang didukung oleh hukum.
Hasilnya adalah sebuah sistem ketertiban yang menjadi landasan yang
memungkinkan dijalankannya kekuasaan, serta ditetapkannya asas-asas kewajaran
atau keadilan.
4. Paham Strukturalisme
Paham ini berbeda jauh dengan pluralisme yang kajian politiknya bersifat
kontemporer. Sedangkan dalam paham strukturalisme ini sebenarnya kurang
dikenal dan lebih kompleks karena bersifat interdisipliner. Paham ini berasal dari
linguistik, antropologi, filsafat, dan sosiologi. Strukturalisme pada hakikatnya
menyusun potensi fungsi-fungsi yang terdapat dalam politik. Fungsi-fungsi politik
mempunyai nama-nama lain seperti informasi, komunikasi dan agregasi.
Ada 3 bentuk strukturalisme dari banyak bentuk yang ada, yakni strukturalisme
metode kontradiksi dan metode keseimbangan :
- Menekankan tentang konflik bersifat dialektis dimana nenek moyangnya adalah
Karl Marx.
- Menekankan keseimbangan (keharmonisan) yang bersifat fungsional pengaruh
dari Emile Durkheim.
- Berkaitan dengan linguistik yang didirikan oleh Ferdinand de Saussure.
Kaidah-kaidah yang mengatur penggunaan isyarat, mirip kaidah permaianan catur
adalah struktur. Perhatian lain adalah menunjukkan bagaimana kaidah-kaidah
diambil dari pikiran manusia. Dalam kehidupan sosial dan politik, kaidah-kaidah itu
dapat diterapkan kepada timbal balik pertukaran seperti tanggung jawab. Kaidah-
kaidah normatif yang mengatur hubungan-hubungan sosial adalah ide-ide politik
dalam masyarakat manusia, struktur-struktur secara fungsional berkaitan dengan
kelangsungan hidup masyarakat itu sendiri. Kepada sub-sub unitnya dan kepada
anggota individual maupun kepada keseluruhan.
5. Paham Developmentalisme (Perkembangan)
Dasar pemikiran developmentalisme, maupun janjinya teleologi pertumbuhan,
merupakan sebuah ideologi bahwa pertumbuhan itu sendiri merupakan sejarah
yang diperankan dalam seperangkat tahapan setiap tahapan memilikikategorinya
sendiri. Teori unlinear menganggap perkembangan tidak terelakan. Dalammodel
unlinear, modernisasi adalah sebuah proses. Seperti arus barang dan jasa dalm
kehidupan ekonomi, bisnis bergerak ketempat dimana keuntungan akan
diperoleh,modernisasi terjadi dimana ia paling mudah diterima atau dikehendaki.
19
Di Indonesia sendiri ada beberapa karya tulis tentang kenegaraan, misalnya
Negarakertagama sekitar abad ke-13 dan bahad tanah jawi. Kesustateraan di
Negara-negara asia mulai mengalami kemunduran karena terdesak oleh pemikiran
barat yang di bawa oleh negara-negara dari barat.
Di Negara-negara benua eropa seperti bahasan mengenai politik pada abad ke-18
dan ke-19 banyak di pengaruhi oleh ilmu hukum, karena itu ilmu politik hanya
berfokus kepada Negara Selain itu ilmu hukum, pengaruh ilmu sejarah dan filsafat
pada ilmu politik masih terasa hingga perang dunia ke-II.
Di amerika serikat terjadi perkembangan berbeda, karena berkeinginan untuk
membebaskan diri dari tekanan yuridis, dan lebih mendasarkan diri pada
pengumpulan data empiris. Perkembangan selanjutnya bersama dengan
perkembangan sosiologi dan psikologi. Sehingga dua cabang ilmu tersebut sangat
mempengaruhi ilmu politik. Perkembangan selanjutnya berjalan sangat cepat dapat
di lihat dengan didirikanya American political associtation pada 1904.
Perkembangan politik setelah perang dunia ke-II leih pesat. Misalnya di Amsterdam,
belanda, didirikan falkutas ilmu sosial dan ilmu politik waktu penelitian tentang
Negara belanda masih di dominasi oleh fakultas hukum. Di Indonesia didirikan
fakultas ilmu sosial dan ilmu politik seperti universitas RIAU, perkembanganI lebih
pesat. Misalnya di Amsterdam, belanda, didirikan falkutas ilmu sosial dan ilmu politik
waktu penelitian tentang Negara belanda masih di dominasi oleh fakultas hukum. Di
Indonesia didirikan fakultas ilmu sosial dan ilmu politik seperti universitas RIAU,
perkembangan ilmu politik sangat dipengaruhi oleh ilmu hukum. Karena ilmu hukum
sangat mauju pada saat itu. Sekarang konsep-konsep ilmu politik yang baru sudah
mulai diterima oleh masyarakat.
Di Negara-negara eropa timur pendekatan tradisional dari segi sejarah, filsafat dan
hukum masih berlaku hingga saat ini. Setelah keruntuhan komunisme ilmu politik
berkembang pesat, dilihat dengan di tambahnya pendekatan-pendekatan yang
tengah berkembang di Negara-negara barat pada pendekatan tradisional.
Perkembangan ilmu politik di sebabkan oleh dorongan kuat beberapa badan
internasional seperti UNESCO. UNESCO pada tahun 1948 melakukan survei
mengenai ilmu politik di kira-kira 30 negara kemudian proyek ini di bahas oleh
beberapa ahli di prancis dan menghasilkan buku Conteporancy political science
pada tahun 1948.
Selanjutnya UNESCO bersama internasional political science associtation (IPSA)
yang mencangkup 10 negara. Pada tahun 1952 hasil penelitian di bahas di suatu
konferensi di Cambridge, inggris dan hasilnya disusun oleh W.A. Robson dari londen
school of economics and political science dalam buku nthe university teaching of
political science.buku ini di terbitkan di terbitkan di UNESCO. Karya ini di tunjuk
untuk membina perkembangan ilmu politik dan mempertemukan pandangan yang
berbeda-beda.
20
2.6 Metode Penelitian Ilmu Politik
Metode penelitian yang digunakan dalam ilmu politik meliputi metode induksi dan
deduksi. Metode induksi adalah serangkaian strategi ataupun prosedur penarikan
kesimpulan umum yang diperoleh berdasarkan proses pemikiran setelah mengkaji
peristiwa-peristiwa yang bersifat khusus atas dasar fakta teoritis yang khusus ke
yang umum. Biasanya penggunaan metode induksi lebih banyak digunakan dalam
penelitian kualitaf. Selanjutnya, menurut Iswara(1974:57) yang termasuk dalam
metode induksi tersebut mencakup metode deskriptif.
a. Metode deskriptif adalah sebagian prosedur pengkajian masalah-masalah politik
untuk memberikan gambaran terhadap kenyataan yang ada sekarang ini secara
akurat.
b. Metode analisis menekankan pada penelaahan secara mendalam terhadap
masalah-masalah politis yang disusun secara sistematis dengan memperlihatkan
hubungan fakta satu dengan lainnya.
c. Metode evaluatif merupakan serangkaian usaha penelaahan fenomena politik
yang bersifat menentukan terhaadap yang dikumpulkan dengan dasar pada norma-
norma ataupun ide-ide yang abstrak.
d. Metode klasifikasi adalah metode yanng melandaskan pada penggolongan atau
pengelompokan objek-objeknya secara teratur yang masing-masing menunjukkan
hubungan timbal balik.
e. Metode pertandingan merupakan metode kajian politik yang menitikberatkan pada
studi persamaan dan perbedaan atas dua objek telaahan,dengan maksud untuk
memperdalam maupun menambah pengetahuan.
The Liang Gie (1999:116) bahwa beberapa metode penelitian ilmu politik yang
banyak digunakan adalah metode:
a. Metode observsi, diartikan secara luas karena pengertian pengamatan tidak
sekadar pengamatan langsung tetapi juga dapat tidak langsung terhadap fenomena
politik.
b. Metode analisis, adalah suatu metode dengan serangkaian tindakan dan
pemikiran yang disengaja untuk menelaah sesuatu hal yang secara mendalam
ataupun terinci terutama dlam mengkaji bagian-bagian dari suatu totalitas.
Maksudnya, untuk mengetahui ciri masing-masing bagian hubungan satu sama lain,
serta peranaannya dalam totalitas yang dimaksud.
c. Metode deskriptif, merupakan metode yang secara mendalam memberikan
gambaran politik terhadap kondisi realitasnya.
d. Metode klasifikasi, secara umum metode ini menggambrkan adanya
pengelompokan ataupun penggolongan objek kajian secara teratur untuk
memudahkan pencarian adanya hubungan timbal balik.biasanya menurut Ciarke
(Isaak, 1975:42) mencakup:
1. Penggolongan harus masuk akal.
2. Harus ada pengelompokan yang cukup untuk semua data.
3. Harus tidak ada pengelompokan yang overlapping.
4. Harus hanya ada satu basis penggolongan.
e. Metode pengukuran, merupakan metode untuk mengidentifikasi besar kecilnya
objek atau fenomena yang diteliti,baik yang menggunakan alat khusus maupun
tidak.
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Secara etimologis politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis, yang berarti nagara
kota. Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari suatu segi khusus kehidupan
masyarakat yang nenyangkut soal kekuasaan.
3.2. Saran
Saran dari penyusun adalah dengan adanya makalah ini mahasiswa atau pembaca
dapat mengerti dan memahami tentang ilmu politik.