Anda di halaman 1dari 27

TUGAS RESUME

BUKU DASAR-DASAR ILMU POLITIK


PROF. MIRIAM BUDIARDJO

MOH. HAFREE AKBAR H. BALADRAF


28.1203
D5

FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN


INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
BAB I
SIFAT, ARTI, DAN HUBUNGAN ILMU POLITIK DENGAN ILMU PENGETAHUAN

1. Perkembangan dan Definisi Ilmu Politik

Di Yunani Kuno pemikiran mengenai negara sudah mulai ada sejak tahun 450 S.M. di India dan
China ± 350-500 S.M telah banyak tulisan politik yang bermutu. Di Indonesia pun ± abad ke 13-15
Masehi sudah ada karya tulis mengenai sejarah dan kenegaraan. Sayangnya pemikiran tentang
politik di negara-negara Asia mengalami kemunduran karena terdesak pemikiran Barat. Di negara
Eropa bahasan mengenai politik banyak dipengaruhi ilmu hukum. Di Inggris ilmu poltik dianggap
termasuk filsafat. Pada tahun 1904 Amerika Serikat mendirikan American Political Science
Assosiation (APSA).

Setelah Perang Dunia II selesai, perkembangan ilmu politik semakin cepat. Di Amsterdam,
Belanda didirikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sejak tahun 1947. Di Indonesia pun didirikan
fakultas serupa.

UNESCO mengadakan survei di 30 negara mengenai kedudukan ilmu politik. UNESCO bersama
Internasional Political Science Association (IPSA) mengadakan penelitian di 10 negara barat
kemudian membahas laporannya pada tahun 1952. Hal 5-7

2. Ilmu Politik Sebagai Ilmu Pengetahuan (Science)

Karakteristik ilmu pengetahuan adalah tantangan untuk menguji hipotesis melalui eksperimen
yang dapat dilakukan alam keadaan terkontrol. Jika definisi ini dipakai sebagai patokan, ilmu politik
dan ilmu sosial lainya tidak memenuhi syarat. Karena ilmu politik dan ilmu sosial lainnya yang diteliti
adalah manusia dan manusia itu sendiri perilakunya tidak dapat diamati dalam keadaan terkontrol.

Sarjana ilmu politik di Paris (1948) mengatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah keseluruhan
dari pengetahuan yang terkoordinasi mengenai pokok pemikiran tertentu. Pendekatan perilaku
(behavioral approach) muncul dalam dekade 1950-an. Namun 10 tahun kemudia banyak pula yang
megkritik pendekatan tersebut. Dan muncullah kelompok pasca-perilaku. Dalam perkembangan
selanjutnya muncul pendapat bahwa pendapat behavioralis, dalam usaha meneliti perilaku manusia,
terlalu meremehkan negara beserta lembaga-lembaganya padahal pentingnya lembaga-lembaga itu
tidak

3. Definisi Ilmu Politik

Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari politik atau kepolitikan. Politik menjadi sangat
penting karena sejak dahulu kala masyarakat mengatur kehidupan kolektif dengan baik mengingat
masyarakat sering menghadapi terbatasnya sumber daya alam, atau perlu dicari satu cara distribusi
sumber agar semua warga merasa bahagia dan puas. Usaha itu dpat dilakukan dengan berbagai cara
meskipun bertentangan satu dengan yang lainnya. Kesimpulannya, bahwa politik dalam suatu
negara berkaitan dengan masalah kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan publik, dan alokasi
atau distribusi.
Konsep- konsep pokok politik :

1) Negara

Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi yang sah
dan ditaati oleh rakyatnya.

2) Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk


mempengaruhi perilaku seseorang atau kelomppok lain, sesuai dengan keinginan para pelaku.

3) Pengambilan Keputusan

Keputusan adalah hasi dari membuat pilihan di antara beberapa alternatif, sedangan istilah
pengambilan keputusan menunjuk pada proses yang terjad sampa keputusan itu tercapai.

4) Kebijakan Umum

Kebijakan adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil olehseorang pelaku atau kelompok politik,
dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk mencapai tujuan itu. Tujuan yang dicapai melalui usaha
bersama, dan perlu rencana-rencana yang mengikat, yang dituang dalam kebijakan oleh pihak yang
berwenang, dalam hal ini pemerintah.

5) Pembagian atau Alokasi

Pembagian dan alokasi ialah pembagian dan penjatahan nilai-niai dalam masyarakat. Sarjana
menekankan bahwa pilitik adalah membagikan dan mengalokasikan nilai-nilai secara mengikat. Nilai
ini dapat bersifat abstrak atau bisa juga bersifat konkret.

4. Bidang-Bidang Ilmu Politik

1) Teori politik

a. Teori politik

b. Sejarah perkembangan ide-ide politik

2) Lembaga-lembaga politik

a. Undang-undang dasar

b. Pemerintah nasional

c. Pemerintah daerah dan lokal

d. Fungsi ekonomi dan sosial dari pemerintah

e. Perbandingan lembaga-lembaga politik


3) Partai-partai, golongan-golongan, dan pendapat umum

a. Partai-partai politik

b. Golongan-golongan dan asosiasi-asosiasi

c. Partisipasi warga negara dalam pemerintah dan administrasi

d. Pendapat umum

4) Hubungan internasional

a. Politik internasional

b. Organisasi-organisasi dan adminstrasi internasional

c. Hukum internasional

5. Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Pengetahuan Lain

· Sejarah

Sejarah merupakan alat penting bagi ilmu politik, oleh karena penyumbang bahan, yaitu data dan
fakta dari masa lampau untuk diolah lebih lanjut. Untuk kita di Indonesia mempelajari sejarah dunia
dan sejarah Indonesia khususnya merupakan suatu keharusan. Sejarah dipelajari untuk diambil
pelajarannya agar kita tidak terjebak dalam masalah-masalah yang sama.

· Filsafat

Filsafat adalah usaha untuk secara rasional dan sistematis mencari pemecahan atau jawaban atas
persoalan-persoalan yang menyangkut alam semesta dan kehidupan manusia. Filsafat menyagkut
kehidupan politik terutama mengenai sifat hakiki, asal mula, dan nilai dari negara. Dalam pandangan
filsuf Yunani Kuno, filsafat poitik juga mencakup dan erat hubungannya dengan moral filosofis atau
etika. Filsafat politik juga membahas masalah politik dengan berpedoman pada suatu sistem nilai
dan norma tertentu.

· Hubungan ilmu politik dengan ilmu-ilmu sosial lain

o Sosiologi

Sosiologi membantu sarjana politik dalam memahami latar belakang, susunan dan pola kehidupan
sosial dari berbagai golongan dan kelompok masyarakat. Mengenai masalah perubahan dan
pembaruan, sosiologi menyumbang pengertian akan adanya perubahan dan pembaruan dalam
masyarakat. Baik politik ataupun sosiologi mempelajari negara. Sosiologi menganggap negara
sebagai salah satu lembaga pengendalian sosial. Sedangkan ilmu politik menganggap negara
merupakan objek penelitian pokok.

o Antropologi
Antropologi menyumbang pengertian dan teori tetang kedudukan serta peran berbagai satuan
sosial-budaya yang lebih kecil dan sederhana. Antropologi juga mempengaruhi dalam bidang
metodelogi penelitian ilmu politik.

o Ilmu Ekonomi

Ilmu ekonomi dikenal sebagai ilmu sosila yang sangat planning-oriented, pengaruhnya meluas pada
politik. Dengan pesatnya perkembangan ilmu ekonomi modern, khususya ekonomi internasional,
kerjasama antar ilmu politik dengan ilmu ekonomi makin dibutuhkan untuk menganalisis siasat-
siasat pembangunan sosial.

o Psikologi sosial

Psikologi sosial adalah pengkhususan psikologi yang mempelajari hbungan timbal balik antara
manusia dengan masyarakat, khususnya faktor yang mendorong manusia untuk berperan dalam
ikatan kelompok atau golongan. Bidang psikologi umumnya memusatkan perhatian pada kehidupan
perorangan. Analisis sosial politik secara makro dapat diisi dan diperkuat dengan analisis bersifat
mikro.

o Geografi

Faktor-faktor yang berdasarkan geografi, seperti perbatasan strategis, desakan penduduk, daerah
pengaruh juga mempengaruhi politik. Geografi mempengaruhi karakter dan kehidupan nasional dari
rakyat.

o Ilmu hukum

Mengatur dan melaksanakan undang-undang adalah kewajiban negara. Jika ahli hukum melihat
negara semata-mata sebagai lembaga atau organisasi hukum, maka seorang ahli ilmu politik
memandang negara sebagai asosiasi atau sekelompok manusia yang bertindak untuk mencapai
tujuan bersama. Mengenai perbedaan antara impu politik dan ilmu negara, Herman Heller teah
menyimpulkan beberapa pendapat dalam Encyclopaedia of the Social Science.
BAB II
KONSEP-KONSEP POLITIK

1. Teori Politik

Teori adalah generalisasi yang abstrak mengenai beberapa fenomena. Dalam menyusun generalisasi,
teori selalu menggunakan konsep-konsep. Konsep aalah abstrak dari atau mencerminkan ppersepsi-
persepsi mengenai realitas, atas dasar kosep atau seperangkat konsep dapat disusun atau
dirumuskan generalisasi. Generalisasi adalah proses melalui mana suatu observasi mengenai satu
fenomena tertentu berkembang menjadi suatu observasi mengenai lebih dari satu fenomena. Teori
politik adalah bahasan dan generalisasi dari fenomena yang bersifat politik. Ada teori non-valutional
adapula teori valuanational.

2. Masyarakat

Masyaarakat adalah keseluruhan antara hubungan-hubungan antar manusia. Manusia


mempunyai naluri untuk hidup sebagai anggota kelompok. Di dalam kehidupan beerkelompok dan
falam hubungannya dengan manusia lainya, pada dasarnya manusia menginginkan beberapa nilai.
Dengan adanya nilai dan kebutuhan yang harus dilayani itu, maka manusia menjadi beberapa
anggota dari beberapa kelompok.

3. Negara

Negara adalah organisasi yang dalam suatu wilayah dapat memaksakan kekuasaanya secara
sah terhadap semua golongan kekuasaan lainya dan menetapkan tujuan dai kehidupan bersama itu.
Dalam rangka ini ada 2 tugas pokok yaitu mengendalikan dan mengatur gejala gejala sosial yang
asosial serta mengorganisir dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan-golongan kearah
tercapainya tujuan dari masyarakat keseluruhannya.

· Sifat-Sifat Negara

Setiap negara umumnya mempunyai sifat-sifat berikut:

 Sifat memaksa.
 Sifat memonopoli.
 Sifat mencakup semua.

· Unsur-Unsur Negara

1) Wilayah.
2) Penduduk.
3) Pemerintah.
4) Kedaulatan.

· Tujuan dan Fungsi Negara

Tujuan negara Republik Indonesia tencantum dalam Undang-Undang Dasar 1945.


Beberapa fungsi mutlak negara:

o Melaksanakan penertiban

o Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat

o Pertahanan

o Menegakkan keadilan

4. Konsep Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk


mempengaruhi perilaku seseorang atau kelomppok lain, sesuai dengan keinginan para pelaku.
Sumber kekuasaan dapat berupa kedudukan, kekayaan, atau kepercayaan. Ada beberapa istilah
mengenai kekuasaan. Seperti legitimasi dan otoritas atau wewenang. Wewenang adalah kekuasaan
yang bersifat formal. Legitimasi seiring juga disebut keabsahan, yakni keyakinan anggota-anggota
masyarakat bahwa wewenang yang ada pada seseorang, kelompok atau penguasa adalah wajar dan
patut dihormati. Konsep yang selalu dibahas dengan kekuasaan adalah pengaruh.
BAB III
BERBAGAI PENDEKATAN DALAM ILMU POLITIK

1. Pengantar

Mengamati kegiatan poitik dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung perspektif atau
kerangka acuan yang kita pakai. Istilah pendekatan mencakup standar atau tolak ukur yang dipakai
untuk memilih masaah, menentukan data mana yang akan diteiti dan data mana yang akan
dikesampingkan. H. 71

2. Pendekatan

· Pendekatan Legal/Institusional

Disebut juga pendekatan tradiional yang berkembang pada abad 19 sebelum perang dunia II.
Pendekatan tradisional ni mencakup unsur legal maupun unsur institusional. Peneliti tradisional
tidak mengkaji apakah lembaga itu memang terbetuk dan berfungsi seperti yang dirumuskan
didalam naskah resmi dsb. Pendekatan tradisional lebih sering bersifat normatif dengan
mengasumsikan norma demokrasi barat. Pendekatan ini cenderung untuk mendesak konsep
kekuasaan dari kedudukan sebagai suatu faktor penentu.

· Pendekatan Perilaku

Salah satu pemikirannya adalah tidak ada gunanya membahas lembaga formal, karena tidak banyak
memberi informasi tentang proses politik sebenarnya. Mereka pada umumnya meneliti tidak hanya
pada perilaku dan kegiatan manusia, melainkan juga orientasnya terhadap kegiatan tertentu.
Pendekatan perilaku menampilkan ciri khas revousioner yaitu suatu orientasi kuat untuk lebih
mengilmiahkan politik. Ada lagi cirinya, pandangan bahwa masyarakat dapat dilihat sebagai suatu
sistem sosial dan negara sebagai suatu sistem politik yang menjadi subsistem dari sistem nasional.

· Pendekatan Neo-Marxis

kebanyakan kalangan Neo-marxis berasal dari kalangan borjuis yang cendikiawan. Disatu pihak
mereka menolak komunisme dari Uni Soviet, tetapi mereka juga tidak setuju dengan aspek dari
masyarakat kapitalis di mana mereka berada. Salah satu kelemahan pemikiran Neo-Marxis adalah
bahwa mereka mempelajari Marx dalam keadaan dunia yang sudah banyak berubah. Fokus analisis
Neo-Marxis adalah kekuasaan serta konflik yang terjadi dalam negara. Bagi mereka, konflik
antarkelas merupakan proses dialektis paling penting dalam mendorong perkembangan masyarakat
dan semua gejala politik harus dilihat dalam rangka koflik antar kelas ini.

· Teori Ketergantungan (Dependency Theory)

Adalah kelompok yang mengkhususkan penelitiannya pada hubungan antara negara Dunia Pertama
dan Dunia Ketiga. Kelompok ini berpendapat bahwa imperialisme masih hidup tetapi dalam bentuk
lain yaitu dominasi ekonomi dari negara kaya terhadap negara yang kurang maju.
· Pendekatan Pilihan Rasional (Ratonal Choice)

Pengikut ini mencanangkan bahwa mereka telah meningkatkan ilmu politik menjadi ilmu yang
benar-benar science. Inti dari politik menurut mereka adalah individu sebagai aktor terpenting
dalam dunia politik. Optimalisasi kepentingan dan efisiensi merupakan inti dari rational choice.
Pendekatan ini sangat berjasa untuk mendorong usaha kuantifikasi dalam ilmu politik dan
mengembangkan sifat empiris yang dapat dibuktikan kebenarannya.

· Pendekatan Institusionalisme Baru

Pendekatan institusionalisme muncul karena penyimpangan dari institusionalisme lama. Inti dari
institusionalisme baru dirumuskan oleh Robert E. Goodin. Pendekatan ini menjadi sangat penting
bagi negara yang baru membebaskan diri dari cengkraman suatu reim yang otoriter. Bagi
penganutnya, inti masalahnya adalah bagaimana membentuk istitusi yang dapat menghimpun
secara efektif sebanyak mungkin preferensi dari para aktor untuk menentukan kepentingan kolektif.
Perbedaan dengan istitusionalisme yang lama adalah perhatian institusionalisme yang baru lebih
tertuju pada analisis ekonomi, kebijakan fisikal dan moneter. H. 72-100.
BAB IV
DEMOKRASI

Ada banyak konsep mengenai demokrasi, seperti; demokrasi konstitusional demokraasi parlementer
dan lain-lain. Demokrasi yang dianut Indonesia adalah Demokrasi berdasarkan pancasila.

 Sejarah Perkembangan

Sistem demokrasi yang ada di negara-kota (city-state) Yunani Kuno merupakan demokrasi
langsung. Dalam negara modern demokrasi tidak berjalan langsung, tetapi demokrasi berdasarkan
perwakian. Dilihat dari sudut pandang Abad Pertengahan (600-1400) menghasilkan suatu dokumen
yang penting, yaitu Magna Charta (Piagam Besar) 1215. Magna Charta merupakan semi koontrak
antara beberapa bangsawan dan Raja John dari Inggris di mana untuk pertama kali seorang raja yang
berkkuasa mengikat diri untuk mengakui dan menamin beberapa hak dan privileges dari
bawahannya sebagai imbalan untuk penyerahan dana bagi keperluan perang dan sebagainya.

Reinassance adalah aliran yang dihidupkan kembali minat kepada kesusastraan dan kebudayaan
Yunani Kuno yang selamaa Abad Pertengahan telah disisihkan.timbul pula gagasan mengenai perlu
adanya kebebasan beragama serta ada garis pemisah yang tegas antara soal agama dan soal
keduniawian khususnya di bidang pemerintahan. Ini dinamakan “pemisah antara gereja dan negara”.
Monarki-monarki absolut ini telah muncul pada masa 1500-1700. Raja absolut mengangga dirinya
berhak atas takhtanya berdasarkan konsep Hak Suci Raja (Divine Right of Kings). Pendobrakan
terhadap kedudukan raja-raja absolut ini didasarkan atas suatu teori rasionalistis yang umumnya
dikenal sebagai social contract. Paada hakikatnya teori-teori kontrak sosial merupakan usaha untuk
mendobrak dasar dari pemerintahan absolut dan menetapkan hak-hak politik rakyat. Montesquieu
menyusun sistem uang dapat menjamn hak-hak politik, yang kemudian dikenal dengan Trias Politika.

1) Demokrasi Konstitusional Abad ke-19 Negara Hukum Klasik

Akibat dari keinginan untuk menyelenggarakan hak-hak politik secara efektif maka timbulah cara
untuk membatasi kekuasaan pemerintah dengan suatu konstitusi. Dalam gagasan konstitusionalisme
undang-undang dasar dipandang sebagai suatu lembaga yag mempunyai fungsi khusus, yaitu
menentukan dan membatasi kekuasaan pemerintah di satu pihak, dan di pihak lain menjamin hak
asasi warga negaranya. Negara dianggap penjaga malam yang sempit ruang geraknya, tidak hany di
bidang politik tetapi di bidang ekonomi.

2) Demokrasi Konstitusional Abad ke-20: Rule of Law yang Dinamis

Gagasan bahwa pemerintah hanya sebagai penjaga malam lambat laun berubah menjadi gagasan
bahwa pemerintah bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyat dan karenanya harus mengatur
kehidupan ekonomi dan sosial. International Commission of Jurists dalam konferensinya
memperluas konsep mengenai Rule of Law yag dinamakan the dynamic aspectscof the rule of law in
the modern age. Konsep dinamis mengenai rule of law dibanding rule of law abad ke-19 sudah jauh
berbeda. Untuk melaksanakan nilai-nilai demokrasi perlu diselenggarakan beberapa lembaga
sebagai berikut:
1. Pemerintah yang bertanggung jawab

2. Suatu dewan perwakilan rakyat yang mewakili golongan dan kepentingan masyarakat dan yang
dipilih dengan pemilihan umum yang bebas dan rahasia dan atas dasar sekurangnya dua calon untuk
setiap kursi.

3. Suatu organisasi politik yang mencakup satu atau lebih partai politik.

4. Pers dan media massa yang bebas untuk menyatakan pendapat.

5. Sistem peradilan yang bebas untuk menjamn hak-hak asasi dan mempertahankan keadilan. H.

3) Perkembangan Demokrasi di Asia: Pakistan dan Indonesia

· Pakistan

Pada tahun 1947 Pakistan terdiri atas dua bagian, Pakistan Barat dan Pakistan Timur.
Pakistan Timur lebih banyak penduduknya, tetapi mayoritas pegawai negeri. Pakistan Barat lebih
pesat lebih maju ekonominya. Presiden Ayub Khan berpendapat bahwa sistem parlementer kurang
cocok untuk Pakistan yang 80% rakyatnay masih buta huruf. Pada bulan juni 1962 mulai berlaku
Demokrasi Dasar di Pakistan. Selanjutnya dalam undang-undang dasar ditetapkan adanya seorang
presiden sebagai Kepala Eksekutif yang tidak dapat dijatuhkan oleh dewan perwakilan rakyat selama
masa jabatan tahun. Ada yang berpendapat bahwa sistem pemerintahan yang kemudian dianut
oleh Pakistan adalah sistem semi-presidensial. Uud pakistan mengatur bahwa presiden memegang
apa yang dinamakan sebagai reserve power. Sejak tahun 1990 terjadi ketidakstabilan politik di
Pakistan di mana presiden dan perdana menteri berkonflik.

· Indonesia

o Masa Republik Indonesia I (1945-1959): Masa Demokrasi Konstitusional

Sistem parlementer yang berlaku sebulan sesudah kemerdekaan diproklamirkan dan


kemudia diperkuat dalam Undang-Undang Dasar 1949 dan 1950, ternyata kurang cocok untuk
indonesia meskipun dapat berjalan secara memuaskan dalam beberapa negara Asia lain. Karena
lemahnya benih-benih demokrasi sistem parlementer memberi peluang untuk dominasi partai-
partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat.

Faktor-faktor semacam ini ditambah dengan tidak adanya anggota-anggota partai-partai yang
tergabung dalam konstituante untuk mencapai konsensus mengenai dasar negara untuk undang-
undang dasar baru, mendorong Ir.Soekarno sebagai presiden untuk mengeluarkan dekrit Presiden 5
Juli yang menentukan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian masa
demokrasi berdasarkan sistem parlementer berakhir.

o Masa Republik Indonesia II (1959-1965): Masa Demokrasi Terpimpin

Ciri-ciri periode ini ialah dominasi dari presiden, terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya
pengaruh komunis, dan meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik.
o Masa Republik Indonesia III (1965-1998): Masa Demokrasi Pancasila

Landasan formal dari periode ini ialah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, serta Ketetapan-
Ketetapan MPRS. Di bidang politik, dominasi Presiden Soeharto telah membuat presiden menjadi
penguasa mutlak karena tidak ada satu institusi/lembaga pun yang dapat menjadi pengawas
presiden dan mencegah melakukan penyelewengan kekuasaan.

o Masa Republik Indonesia IV (1998-Sekarang): Masa Reformasi

Tumbangnya Orde Baru membuka peluang terjadinya reformasi politik dan demokratisasi di
Indonesia. Pengalaman Orde Baru mengajarkan kepada bangsa Indonesia bahwa pelanggaran
terhadap demokrasi membawa kehancuran bagi negara dan penderitaan rakyat. Oleh karena itu
bangsa Indonesia bersepakat untuk sekali lagi melakukan demokratisasi, yakni proses
pendemokrasian sistem politik Indonesia sehingga kebebasan rakyat terbentuk,kedaulatan rakyat
dapat ditegakkan, dan pengawasan terhadap lembaga eksekutif dapat dilakukan oleh lembaga wakil
rakyat (DPR). H. 127-135

BAB V

KOMUNISME, DEMOKRASI MENURUT TERMINOLOGI KOMUNISME, DAN PERKEMBANGAN POST-


KOMUNISME

1. Ajaran Karl Marx

Karl Marx (1818-1883) dari Jerman berpendapat bahwa masyarakat tidak dapat diperbaiki secara
timbal sulam dan harus diubah secara radikal melalui pendobrakan sendi-sendinya. Menurut Karl
max “semua filsafat hanya menganalisa masyarakat tetapi masalah sebenarnya adalah bagaimana
mengubahnya”. Dari ajaran Hegel, Marx mengambil dau unsur yaitu gagasan mengenai terjadinya
pertentangan antar segi-segi yang berlawanan dan gagasan bahwa semua berkembang terus. Pokok
materialisme dialektis dipakai oleh Marx untuk menganalisa masyarakat mulai dari permuaan zaman
sampai masyarakat di mana Marx berada. Masyarakat komunis yang dicita-citakan Marx merupakan
masyarakat di mana tidak ada kelas sosial, d mana unsur manusia dibedakan dari keterkaitannya
kepada milik pribadi, dan di mana tidak ada eksploitasi, penindasan serta paksaan. H. 139-145

2. Perkembangan Marxisme-Leninisme di Uni Soviet

Beberapa gagasan Lennin ialah: pertama, melihat pentingnya peranan kaum petani dalam
menyelenggarakan revolusi (marx hanya kaum buruh); kedua, melihat peranan suatu partai politik
yang militant untuk memimpin kaum proletar (marx berpendapat kaum proletar akan bangkit
sendiri) dan merumuskan cara-cara merebut kekuasaan; ketiga, melihat imprealisme sebagai gejala
yang memperpanjang hidup kapitalisme (marx berpendapat bahwa kapitalisme pada puncak
perkembangannya akan menemui ajalnya dan diganti oleh komunisme), sehingga kapitalisme
sampai saat ini belum mati. Karangan-karangan Stalin ynag terkenal adalah Dasar-Dasar Leninisme
(Foundations of Leninism, 1924) dan Problema-Problema Leninisme (Problems of Leninism, 1926).
Menurut Khruschev, perang dapat dihindari dan bukan lagi tak terelakkan. Lalu, membuka
kemungkinan untuk hidup berdampingan dengan negara yang berlainana sistem sosialnya.
Khruschev digantikan Leonid Brezhnev pada tahun 1964. Dan brezhnev digantikan oleh Mikhail
Gorbachev sejak tahun 1985. Vladimir Putin terpilih menggantikan Boris Yeltsin sebagai pejabat
Presiden sejak tanggal 1 Januari 2000. H. 146-152

3. Pandangan mengenai Negara dan Demokrasi

Golongan komunis selalu bersikap ambivale terhadap negara. Negara dianggapnya sebagai suatu
alat pemaksa yang akan melenyap sendiri dengan munculnya masyarakat komunis. Dan dikatakan
bahwa negara hanya merupakan suatu lembaga transisi yang dipakai dalam perjuangan untuk
menindas lawan-lawan dengan kekerasan. Demokrasi menurut Lennin: “demokrasi untuk mayoritas
dari rakyat dan penindasan dengan kekerasan terhadap kaum pengisap dan penindas, dengan jalan
menyingkirkan mereka dari demokrasi. Komunisme tidak hanya merupakan sistem politik tetapi
juga mencerminkan suatu gaya hidup yang berdasarkan nilai-nilai tertentu. Yaitu, gagasan monoisme
(sebagai lawan dari pluralisme), kekerasan dipandang sebagai alat yang sah dan harus dipakai untuk
mencapai komunisme, negara merupakan alat untuk mencapai komunisme. H. 152-156

4. Demokrasi Rakyat

Menurut peristilahan komunis, demokrasi rakyat adalah bentuk khusus demokrasi yang
memenuhi fungsi diktator proletar. Menurut Geologi Dimitrov, demokrasi rakyat merupakan arah
dalam masa transisi yang bertugas untuk menjamin peran negara kearah sosalisme.di negara-negara
Eropa Timur secara resmi dapat terdapat sistem multi-partai dengan kedudukan serta peranan
partai komunis yang dominan. Ciri-ciri demokrasi rakyat berbentuk dua: a. Suatu wadah front
persatuan yang merupakan landasan kerja sama dari partai komunis dengan golongan-golongan
lainnya dalam penguasa; b. Penggunaan beberapa lembaga pemerintahan di negara yang lama. Yang
menarik untuk dipelajari adalah mengapa ada negara komunis yang bisa bertahan dan mengapa
lebih banyak yang runtuh. H. 157-161

5. Demokrasi Nasional

Pada tahun 1960, dalam pertemuan ke-81 partai komunis di Moskow gagasan Khruscev
dirumuskan secara lebih terperinci dan dicetuskan suatu pola baru yaitu demokrasi nasional yang
dianggap suatu tahapan dalam perkembangan negara demokrasi borjuis menjadi demokrasi rakyat
sebagai suatu dictator proletariat. Pada tahun 1964 disadari bahwa konsep Demokrasi Nasional tidak
realistis , karena beberapa negara yang tadinya dianggap sudah matang terbentuknya Demokrasi
Nasional ada yang tidak memperlihatkan kemajuan ke arah demokrasi rakyat. Stratei Uni Soviet yang
menyandarkan diri pada konsep demokrasi nasional yang dapat disesuaikan menurut keadaan
rupanya berhasil. H. 161-164.

6. Kritik terhadap Komunisme dan Runtuhnya Kekuasan Komunis

Kecaman terhadap komunisme dating baik dari kalangan non komunis dan anti komunis maupun
dari dunia komunis itu sendiri. Dari dunia komunis terutama ditujukan kepada unsur pemaksaan dan
kekerasan, kepada pembatasan atas kebebasan-kebebasan politik, seperti menyatakan pendapat,
dan kepada diabaikannya martabat perorangan untuk “kepentingan umum” yang pada hakikatnya
ditentukan dan dirumuskan suatu elit yang kecil. Dari dalam Uni Soviet sendiri terdengar pula suara
kritik dan perbedaan pendapat dari kelompok kecil cendikiawan yang bergerak bidang kesusastraan
dan ilmiah. H. 164-165

BAB VI

UNDANG-UNDANG DASAR

1. Pengantar

Terjemahan dari kata conctituantion dengan kata UUD memang sesuai dengan kebiasaan Orang
Belanda dan Jerman. Sebenarnya ada kesukaran atau kekurangan dengan pemakaian istilah UUD,
yakni kita langsung membayangkan suatu naskah tertulis. Padahal istilah constitution bagi banyak
sarjana ilmu politik merupakan sesuatu yang lebih luas, yaitu keseluruhan dari peraturan-peraturan
baik yang tertulis,maupun yang tidak yang mengatur secara mengikat cara-cara pemerintahan
diselenggarakan dalam suatu masyarakat. H. 169

2. Sifat dan Fungsi Undang-Undang Dasar

Menurut sarjana hukum E.C.S. Wade dalam buku Constitutional Law, UUD adalah: “Naskah yang
memaparkan rangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintah suatu negara dan
menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut”. Jadi, pada pokoknya dasar dari setiap
sistem pemerintah diatur dalam suatu UUD. Definisi UUD dari sudut pandang filsafat diberikan oleh
Richard S. Kay seorang ahli yang lebih kontemporer. H. 169-171

3. Konstitusionalisme

Ide pokok dari konstitusionalisme adalah bahwa pemerintah perlu dibatasi kekuasaannya, agar
penyelenggaraannya tidak bersifat sewenang-wenang. Dianggap bahwa suatu UUD adalah jaminan
utama untuk melindungi warga dari perlakuan yang semena-mena. Konsep Rule of Law dan
Rechsstaat merupakan ini dari demokrasi konstitusional. Menurut Walter F. Murphy
konstitusionalisme sangat menjujung tinggi kehormatan dan harga diri manusia sebagai prinsip
utamanya. Dalam perkembangan selanjutnya ketentuan yang ada dalam Magna Charta dirasa perlu
dipertegas dan diperluas. Pada tahun 1679 parllemen menerima habeas corpus Act . pada tahun
1689 parlemen menerima Bill of Rights yang menjamin Habeas Corpus dan menetapkan beberapa
hak bagi rakyat. Bill of right diproklamirkan paada tahun 1778. Di Amerika pada tahun 1776
disumuskan pula Declaration of Independence yang merupakan tulang punggung hak kebebasan
individu. H. 171-177

4. Ciri-ciri Undang-Undang Dasar

Walaupun UUD satu Negara berbeda dengan negara lain, kalau diperhatikan secara cermat ada ciri-
ciri yang sama, yaitu biasanya memuat ketentuan-ketentuan mengenai soal-soal sebagai berikut:

· Organisasi Negara

· Hak-hak asasi manusia

· Prosedur mengubah UUD (amandemen)


· Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD.

· Merupakan aturan hukum yang tertinggi yang mengikat semua warga negara dan lembaga
negara tanpa terkecuali.

Mukadimah undang-undang dasar sering memuat cita-cita rakyat dan asas-asas ideologi negara. H.
177-179

5. Undang-Undang Dasar dan Konvensi

Konvensi adalah aturan perilaku kenegaraan yang didasarkan tidak pada undang-undang melainkan
pada kebiasaan-kebiasaan ketatanegaraan dan presiden. Konvensi hanya bisa dipakai jika
sebelumnya ada sejarah praktiknya. Untuk dapat mengerti sungguh-sungguh mengenai arti dan
maksud UUD suatu negara, perlu dipelajari juga bagaimana terjadinya naskah itu, dan dalam suasana
apakah naskah UUD itu dibuat. Dengan demikian dapatlah kita lebih mengerti maksud suatu UUD
serta aliran pikiran yang mendasarinya. H. 179-180

6. Pergantian Undang-Undang Dasar

pergantian undang-undang terjadi jika undang-undang yang ada dianggap tidak lagi
mencerminkan konstelasi politik atau tidak lagi memenuhi harapan dan aspirasi rakyat. Di negara-
negara komunis pergantian UUD mencerrminkan tercapainya tahap tertentu dalam perjuangan
mencapai masyarakat komunis. Lazimnya memang setiap pergantian UUD mencerminkan anggapan
bahwa perubahan konstitusional yang dihadapi begitu fundamental, sehingga mengadakan
amandemen saja terhadap UUD yang sedang berlaku dianggap tidak memadai. H. 181-182

7. Perubahan Undang-Undang Dasar (Amandemen)

Selain pergantian secara menyeluruh, tidak jarang pula negara mengadakan perubahan sebagian
dari UUD-nya. Perubahan ini dinamakan amandemen. UUD biasanya memuat prosedur untuk
menampung hasrat melakukan perubahan parsial tersebut. Pada umumnya dianggap bahwa suatu
UUD tidak boleh terlalu mudah diubah, oleh karena hal itu akan merendahkan arti simbolis UUD itu
sendiri. Di lain pihak hendaknya jangan pula terlalu sukar untuk mengadakan amandemen, supaya
mencegah generasi mendatang merasa terlalu terkekang dan karenanya bertindak di luar UUD.
Umumnya prosedur amandemen disetiap negara yaitu: 1. Melalui sidang badan legislatif; 2.
Referendum atau plebisit; 3. Negara-negara bagian dalam negara federasi; 4. Musyawarah khusus.
H. 182-183

8. Supremasi Undang-Undang Dasar

Karena dibuat secara istimewa, maka UUD dapat dianggap sesuatu yang luhur. Ditinjau dari sudut
politis, dapat dikatakan bahwa undang-undang dasar sifatnya lebih sempurna dan lebih tinggi
daripada undang-undang biasa. H. 184-185

9. Undang-Undang Dasar Tidak Tertulis dan Undang-Undang Dasar Tertulis

· Undang-Undang Dasar Tidak Tertulis


Salah satu UUD yang dewasa ini dianggap tak tertulis ialah UUD inggris. UUD ini disebut tak tertulis
karena tidak merupakan satu naskah, tetapi jika diselidiki benar-benar, ternyata bahwa sebagian
terbesar UUD inggris itu terdiri atas berbagai bahan tertulis berupa dokumen-dokumen resmi.

· Undang-Undang Dasar Tertulis

Amerika Serikat: UUD Amerika Serikat yang disusun pada tahun 1787 dan diresmikan pada tahun
1789, merupakan naskah yang tertua di dunia. Hak asasi warga negara tercantum dalam suatu
naskah tersendiri yang dinamakan Bill Of Rights. Di samping itu ada beberapa ketentuan
ketatanegraan yang tidak termuat dalam UUD. Ketentuan-ketentuan konstitusional Amerika Serikat
terdapat ppada : naskah UUD, sejumlah undang-udang, sejumlah keputusan MA berdasarkan hak
menguji. H. 186-192

10. Undang-Undang Dasar yang Fleksibel dan Undang-undang Dasar yang Kaku

· Undang-Undang Dasar yang Fleksibel

Selandia Baru: Di Selandia Baru perubahan dari negara federal menjadi negara kesatuan dalam
tahun 1876, dilakukan dengan undang-undang biasa; begiyu pula pembubaran Majelis Tinggi dalam
tahun 1951. Dalam ketentuang-ketentuan konstitusional Selandia Baru yang berupa naskah
dikatakan secara eksplisit bahwa Parlemen boleh bertindak dengan leluasa termasuk mengubah
UUD. Inggris: gaasan mengenai UUD yang fleksibel berdasarkan konsep supremasi parlemen.

· Undang-Undang Dasar yang Kaku

Kebanyakan UUD menentukan perlunya partisipasi dari beberapa badan lain di samping Parlemen
untuk mengambil keputusan semacam ini. H. 193-194

11. Undang-Undang Dasar Indonesia

Dari sejarah ketatatnegaraan Indonesia diketahui bahwa UUD yang berlaku telah beberapa kali
berganti, yaitu dari UUD 1945, kemudian diganti UUD RIS 1949, lalu berganti lagi dengan UUD
Sementara 1950, dan akhirnya kembali ke UUD 1945. UUD yang kini berlaku itu juga telah
mengalami beberapa amandemen. Rumusan UUD cukup memberikan kerangka konstitusional untuk
dipakai dalam menghadapi masa depan. H. 194-207

BAB VII

HAK-HAK ASASI MANUSIA

1. Pengantar

Seperti diketahui masalah hak asasi manusia serta perlindungan terhadapnya merupakan bagian
penting dari demokrasi. Dengan meluasnya konsep dalam konteks golbalisasi dewasa ini, masalah
hak asasi manusia menjadi isu yang hangat dibicarakan di hampir semua belahan dunia. Sekarang ini
kita membedakan tiga generasi hak asasi.

1) Hak sipil yang sudah lama dikenal dan selalu diasiosiasikan dengan pemikiran di negara-negara
Barat

2) Hak ekonomi, sosial, budaya, yang gigih diperjuangkan oleh negara komunis

3) Hak atas perdamaian dan hak atas pembangunan. H. 211-213

2. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Eropa

Di Eropa Barat pemikiran mengenai hak asasi berawal dari abad ke-17 dengan timbulnya konsep
Hukum Alam serta hak-hak alam. Akan tetapi, sebenarnya beberapa abad sebelumnya, yaitu pada
Zaman Pertengahan, masalah hak manusia sudah mulai mencuat di Inggris. pada abad ke-17 dan ke-
18 pemikiran mengenai hak asasi manusia maju dengan pesat. John Locke mengatakan bahwa “life,
liberty and property” serta “goverment by consent”. H. 213-215

3. Hak Asasi Manusia pada Abad ke-20 dan Awal Abad ke-21

Dalam perkembangan berikutnya terjadi perubahan dalam pemikiran mengenai hak asasi, antara
lain terjadinya depresi besar sekita tahun 1929 hingga 1934, yang melanda sebagian besar dunia.
Presiden Amerika Serikat, Roosevelt pada 1941 mermuskan Emapt Kebebasan, yaitu kebebasan
berbicara dan menyatakan pendapat, kebebasan beragama, kebebasan dari ketakutan, dan
kebebasan dari kemiskinan. Kebetulan sistem ekonomi kapitalis yang berlaku, terutama sesudah
Perang Dunia II, berhasil meningkatkan produksi sehingga membawa kemakmuran bagi rakyat. Di
Rusia pada tahun 1917 telah terjadi revolusi menentang kekuasan Tsar.

· Dekalarasi Universal Hak Asasi Manusia (1948)

Deklarasi Universal dimaksud dengan pedoman sekaligus standar minimum yang dicita-citakan oleh
seluruh umat manusia. Maka dari itu berbagai hak dan kebebasan dirumuskan secara sangat luas,
seolah-olah bebas tanpa batas. Pada 1948 Universal Declaration of Human Rghts diterima 48 negara.

· Dua Kovenan Internasional

Ditentukan pula bahwa setiap hak akan dijabarkan, dan prosedur serta aparatur pelaksanaan dan
pengawasan dirumuskan secra rinci. Juga diputuskan untuk menyusun dua perjanjian (kovenan)
yakni, yang pertama mencakup hak politik dan sipil, dan yang kedua meliputi hak ekonomi, sosial,
dan budaya. Dengan demikian, setiap negara memperoleh kesempatan memilih salah satu atau
kedua-duanya.

· Perdebatan dalam Forum PBB

Salah satu kesukaran adalah perbedaan sifat antara hak politik dan hak ekonomi, yang kadang-
kadang menuju ke suatu ‘ketegangan’ antara dua jenis hak asasi ini. Perbedaan lain ialah, jika
pelaksaan hak politik memerlukan dibatasinya peran pemerintah, maka untuk melaksanakan hak
ekonomi tidak cuckup hanya melalui perundang-undangan saja. Pada hakikatnya, konvenan hanya
merumuskan kewajiban bagi negara masing-masing untuk mengikat kesejahteraan rakyatnya, dan
tidak dimaksudkan untuk mengadakan sanksi.

· Pembatasan dan Konsep Non-Derogable

Pelaksanaan beberapa hak politik secara khusus diberi pembatasan yaitu perundang-undangan yang
menyangkut ketertiban dan keamanan nasional dalam negara masing-masing. Hak atas kebebasan
mempunyai dan mengeluarkan pendapat dinyatakan terbatas oleh undang-undang nasional yang
berlaku untuk a) menghormati hak dan nama baik orang lain, dan b) untuk menjaga keamanan
nasional atau ketertiban umum atau kesehatan atau kesusilaan umum (pasal 19).

· Masalah Ratifikasi

Meratifikasi suatu perjanjian berarti bahwa negara yang bersangkutan mengikat diri untuk
melaksanakan ketentuan-ketentuan perjanjian dan bahwa ketentuan0ketentuan itu menjadi bagian
dari hukum nasionalnya.

· Hak dan Kewajiban

Dalam bagian sebelumnya mengenai hak asasi, telah diuraikan bahwa dalam pasal 29 dan Deklarasi
Hak Asasi Manusia maupun dalam beberapa pasal Kovenan Hak Sipil dan Politik, mengenai hak
mengeluarkan pendapat telah juga disebutkan bahwa di samping hak juga ada kewajiban terhadap
masyarakat, terutama untuk mematuhi undang-undang yang mengatur keamanan dan kesusilaan
masyarakat. H. 213-232

4. Peran Negara-Negara Dunia Ketiga

Pada dasawarsa 1980-an, berkat usaha Dunia Krtiga dicanangkan “generasi ketiga hak asasi”, yaitu
hak atas perdamaian dan hak atas pembangunan.

· African (Banjul) Charter on Human and People

· Cairo declaration on Human Right in Islam

Berisi hak untuk hidup, hak untuk memperoleh keadilan, hak persamaan, kewajiban untuk
memenuhi apa yang sesuai dengan hukum serta hak untuk tidak patuh kepada apa yang tidak sesuai
dengan hukum, hak kebebasan, hak kebebasan kepercayaan, hak untuk menyatakan kebenaran, hak
mendapatkan perlindungan terhadap penindasan karna perbedaan agama, hak mendapatkan
kehormatan dan nama baik, hak ekonomi, dan hak untuk memiliki.

· Singapore White Paper on Shared Values (1991)

· Bangkok Declaration

· Vienna Declaration and programer of Action (1993)

h. 232-245

5. Hak Asasi pada Awal Abad ke-21

Pada awal abad ke-21 suasana yang melatarbelakangi kampanye internasional untuk memajukan
hak asasi secara global, kadang-kadang dinamakan Revolusi Hak Asasi, telah mengalami pukulan
berat, terutama sesudah Peristiwa 11 September 2011 di New York, perang terhadap Afganistan,
dan invasi tentara koalisi Amerika Serikat dan Inggis terhadap Irak. H. 245-246

6. Hak Asasi Manusia di Indonesia


Hak asasi manusia di Indonesia dibagi beberapa masa: masa demokrasi parlementer; masa
demokrasi terpimpin; masa demokrasi pancasila; masa reformasi. Ada pula hak asasi perempuan
serta amandemen II UUD 1945. Hak asasi manusia di Indonesia telah mengalami pasang surut.
Sesudah dua periode represi (rezim Soekarno dan Soeharto), reformasi berusaha memajukan hak
asasi. Akan tetapi dalam kenyataannya harus menghadapi tidak hanya pelanggaran hak secara
vertikal, tetapi juga horisontal. Pelaksanaan hak politik mengalami kemajuan, tetapi pelaksanaan hak
ekonomi masih belum dilaksanakan secara memuaskan. H. 246-243

BAB VIII

PEMBAGIAN KEKUASAAN NEGARA SECARA VERTIKAL DAN HORIZONTAL

1. Pengantar

Secara vertikal : yaitu pembagian kekuasaan menurut tingkatnya dan dalam hal ini yang dimaksud
ialah pembagian kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintahan

Secara horizintal : yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsinya secara horizontal. Pembagian ini
menunjukkan pembedaan antara fungsi-fungsi pemerintahan yang bersifta legislatif, eksekutif, dan
yudikatif yang lebih dikenal sebagai Trias Politika atau pembagian kekuasaan. H. 267

2. Perbandingan Konfederasi, Negara Kesatuan, dan Negara Federal

· Konfederasi (L.Oppenheim) : Konfederasi terdiri dari beberapa negara yang berdaulat penuh
yang untuk memperthankan kemerdekaan ekstern dan intern, bersatu atas dasar perjanjian
internasional yang diakui dengan menyelenggarakan beberapa alat perlengkapan tersendiri yang
mempunyai kekuasaan tertentu terhadap anggota konfederasi, tetapi tidak terhadap warga negara
negara-negara itu.

· Negara Kesatuan (C.F.Strong) : Negara kesatuan ialah bentuk negara di mana wewenang
legislatif tertinggi dipusatkan dalam satu badan legislatif nasional/pusat. Kekuasaan terletak pada
pemerintah pusat dan tidak pada pemerintah daerah.

· Negara Federal (C.F.Strong) : Salah satu ciri negara federal ialah bahwa ia mencoba
menyesuaikan dua konsep yang sebenarnya bertentangan, yaitu kedaulatan negara federal dalam
keseluruhannya dan kedaulatan negara bagian. Penyelenggaraan kedaulatan ke luar dari negara-
negara bagian diserahkan sama sekali kepada pemerintah federal, sedangkan kedaulatan ke dalam
dibatasi. H. 267- 275

3. Beberapa Contoh Integrasi dalam Sejarah

Amerika : Dalam abad ke-18 ada 13 negara yang berdaulat; kemudian bersekutu dalam perang
melawan inggris, dan dalam tahun 1781-1789 mengadakan konfederasi; mulai tahun 1789
merupakan negara federal. H. 276

4. Beberapa Macam Negara Federal


Boleh dikatakan bahwa tidak ada dua negara federal yang sama. Menurut C.F.Strong, perbedaan-
perbedaan itu terdapat dalam dua hal:

I. Cara bagaimana kekuasaan dibagi antara pemerintah federal dan pemerintah negara-
negara bagian.

II. Badan mana yang mempunyai wewenang untuk menyelesaikan perselisihan yang timbul
antara pemerintah federal dan pemerintah negara-negara bagian.

Negara federal seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet. H. 276-80

5. Perkembangan Konsep Trias Politika: Pemisahan Kekuasaan Menjadi Pembagian Kekuasaan

Trias Politika adalah anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan. Trias
Politika adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan ini sebaiknya tidak diserahkan
kepada orang yang sama untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa.

Pemerintah juga berkecimpung di bidang yudikatif ( misalnya di Indonesia dalam sengketa


perumahan, dalam konflik-konflik pajak). Begitu pula dalam menfsirkan undang-undang, pemerintah
juga “membuat” undang-undang. Oleh karena keadaan yang tersebut di atas, maka ada
kecenderungan untuk menfasirkan Trias Politika tidak lagi sebagai “pemisahan kekuasaan”, tetapi
sebagai “Pembagian Kekuasaan”.

Di Indonesia tidak menganut paham separation of power tetapi division of power. H. 281-291

BAB IX

BADAN EKSEKUTIF, LEGISLATIF, DAN YUDIKATIF

1. Badan Eksekutif

Kekuasaan eksekutif biasanya dipegang oleh badan eksekutif. Di negara-negara demokratis badan
eksekutif biasanya terdiri atas kepala negara seperti raja atau presiden, beserta menteri-menterinya.
Badan eksekutif dalam arti yang luas juga mencakup para pegawai negeri sipil dan militer. Jumlah
anggota badan eksekutif jauh lebih kecil daripada jumlah anggota legislatif, biasanya berjumlah 20
atau 30 orang.

Wewenang Badan Eksekutif :

1) Administratif : kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang dan peraturan perundangan


lainnya dan menyelenggrakan administrasi negara.

2) Legislatif : membuat rancangan undang-undang dan membimbingnya dalam badan perwakilan


rakyat sampai menjadi undang-undang.

Adapun beberapa macam badan eksekutif


· Sistem parlementer dengan parliementary executive

· Sistem presidensial dengan fixed executive atau non-parliemantary executive.H. 295-315

2. Badan Legislatif

Badan Legislatif atau Legislature mencerminkan salah satu fungsi badan itu, yaitu legislate, atau
membuat undang-undang. C.F.Strong : Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan yang mayoritas
anggota dewasa dari sutu komunitas politik berpartisipasi atas dasar sistem perwakilan yang
menjamin bahwa pemerintah akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya kepada
mayoritas itu.Dengan berkembangnya gagasan bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, maka badan
legislatif menjadi badan yang berhak menyelenggarakan kedaulatan itu dengan jalan menentukan
kebijakan umum dan menuangkannya dalam undang-undang.

Fungsi Badan Legislatif :

Fungsi Legislasi

Funsgi Kontrol

Fungsi Lainnya

3. Badan Yudikatif

Suatu studi mengenai kekuasaan yudikatif sebenarnya lebih bersifat teknis yuridis dan termasuk
bidang ilmu hukum daripada bidang ilmu politik, kecuali di beberapa negara di mana Mahkamah
Agung memainkan peranan politik berdasarkan konsep “judicial review”.

Akan tetapi dari perkembangannya telah kita ketahui bahwa doktrin pemisahan kekuasaan yang
mutlak dan murni tersebut tidak mungkin dipraktikkan di zaman modern karena tugas negara dalam
abad ini sudah demikian kompleksnya, sehingga doktrin itu diartikan sebagai pembagian kekuasaan;
artinya hanya fungsi pokoknya yang dipisahkan, sedangkan selebihnya letiga cabang kekuasaan itu
terjalin satu sama lain.

BAB X

PARTISIPASI POLITIK

1. Sifat dan Definisi Partipasi Politik

Sebagai definisi umum dapat dikatakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau
kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan
memilih pimpinan negara, dan secara langsung atau tidak langsung, memengaruhi kebijakan
pemerintah.

2. Partsipasi Politik di Negara Demokrasi

Biasanya diadakan pembedaan jenis partisipasi menurut frekuensi dan intensitasnya. Orang yang
mengikuti kegiatan secara tidak intensif, yaitu kegiatan yang tidak banyak menyita waktu dan yang
biasanya tidak berdasarkan prakarsa sendiri ( seperti memberikan suara dalam pemilihan umum)
besar sekali jumlahnya. Sebaliknya, kecil sekali jumlahnya orang yang secara aktif dan sepenuh
waktu melibatkan diri dalam politik.

3. Partisipasi Politik di Negara Otoriter

Di negara-negara otoriter seperti komunis pada masa lampau, partisipasi massa umumnya diakui
keajarannya, karena secara formal kekuasaan ada di tangan rakyat. Akan tetapi tujuan utama
partisipasi massa dalam masa pendek masyarakat adalah merombak masyarakat yang terbelakang
menjadi masyarakat modern, produktif, kuat, dan berideologi kuat.

4. Partisipasi Poliik di Negara Berkembang

Negara-negara berkembang yang non-komunis menunjukkan pengalaman yang berbeda-beda.


Kebanyakan negara baru ini ingin cepat mengadakan pembangunan untuk mengejar
keterbelakangannya, karena dianggap bahwa berhasil-tidaknya pembangunan banyak bergantung
pada partisipasi rakyat.

5. Partisipasi Politik Melalui New Social Movements (NSM) dan Kelompok-Kelompok Kepentingan

Salah satu sebab adalah bahwa orang mulai menyadari bahwa suara satu orang (misalnya dalam
pemilihan umum) sangat kecil pengaruhnya, terutama di negara-negara yang penduduknya
berjumlah besar. Melalui kegiatan menggabungkan diri dengan orang lain menjadi suatu kelompok,
diharapkan tuntutan mereka akan lebih didengar oleh pemerintah.

6. Beberapa Jenis Kelompok

· Kelompok Anomi : Kelompok-kelompok ini tidak mempunyai organisasi, tetapi individu-


individu yang terlibat merasa mempunyai perasaan frustrasi dan ketidakpuasan yang sama.

· Kelompok Nonasosional : Kelompok kepentingan ini tumbuh berdasarkan rasa solidaritas pada
sanak saudara, kerabat, agama, wilayah, kelompok etnis, dan pekerjaaan.

· Kelompok Institusional : Kelompok-kelompok formal yang berada dalam atau bekerja sama
secara erat dengan pemerintah seperti birokrasi dan kelompok militer.

· Kelompok Asosiasional : Terdiri atas serikat buruh, kamar dagang, asosiasi etnis dan agama.

· Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Indonesia : Di indonesia LSM sepada dengan NSM serta
kelompok kepentingannya, dan dalam banyak hal terinspirasi oleh koleganya dari luar negeri.
Ideologi serta cara kerjanya pun banyak miripnya. Umumnya LSM lahir sebqagai cerminan dari
kebangkitan kesadaran golongan masyarakat menengah terhadap kemiskinan dan ketidakadilan
sosial.

BAB XI

PARTAI POLITIK
1. Pengantar

Partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta atau berpartisipasi dalam
proses pengelolaan negara. Dewasa ini partai politik sudah sangat akrab di lingkungan kita.

2. Sejarah Perkembangan Partai Politik

Partai politik pertama-tama lahir di negara-negara Eropa Barat. Pada awal perkembangannya, pada
akhir dekade 18-an di negara-negara Barat seperti Inggris dan Prancis, kegiatan politik dipusatkan
pada kelompok-kelompok politik dalam parlemen. Kegiatan ini mula-mula bersifat elitis dan
aristokratis, mempertahankan kepentingan kaum bangsawan terhadap tuntutan-tuntutan raja.

Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan serta
diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik telah lahir secara spontan dan berkembang
menjadi penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di lain pihak.

3. Definisi Partai Politik

Carl J.Friedrich : Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan
tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintah bagi pimpinan partainya
berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil
serta materiil.

4. Fungsi Partai Politik

Di negara demokrasi partai relatif dapat menjalankan fungsinya sesuai harkatnya pada saat
kelahirannya, yakni menjadi wahana bagia warga negara untuk berpartisipasi dalam pengelolaan
kehidupan bernegara dan memperjuangkan kepentingannya di hadapan penguasa. Sebaliknya di
negara otoriter partai tidak dapat menunjukkan harkatnya, tetapi lebih banyak menjalankan
kehendak penguasa.

5. Klasifikasi Sistem kepartaian

Di atas telah dibahas bermacam-macam jenis partai. Akan tetapi beberapa sarjana menganggap
perlu analisis ini ditambah dengan meneliti perilaku partai-partai sebagai bagian dari suatu sistem,
yaitu bagaimana partai politik berinteraksi satu sama lain dan berinteraksi dengan unsur-unsur lai
dari sistem itu.

Analisis semacam ini dinamakan “sistem kepartaian” pertama kali dibentangkan oleh Maurice
Duverger dalam bukunya Political Parties. Duverger mengadakan klasifikasi menurut tiga kategori,
yaitu sistem partai-tunggal, sistem dwi-partai, dan sistem multi-partai.

6. Benarkah Pengaruh Partai Politik Turun?

Mengapa kemunduran ini terjadi? Ada beberapa sebab yang dapat dikemukakan, anatara lain partai
dan parlemen dianggap tidak lagi mewakili rakyat banyak. Hal itu disebabkan karena kehidupan
politik modern telah menjadi begitu kompleks dengan bertumbuhnya golabalisasi di bidang ekonomi
dan bidang-bidang lainnya, baik nasional maupun internasional. Akibatnya, baik partai maupun
parlemen tidak mampu menyelesaikan beragam masalah.
7. Partai Politik di Indonesia

Di indonesia kita terutama mengenal sistem multi-partai, sekalipun gejala partai-tunggal dan dwi-
partai tidak asing dalam sejarah kita. Sistem yang kemudian berlaku berdasarkan sustem tiga
orsospol dapat dikategorikan sebagai sistem multi-partai dengan dominasi satu partai. Tahun 1998
mulai masa Reformasi, Indonesia kembali ke sistem multi-partai (tanpa dominasi satu partai).

Periode pemerintahan

Sistem pemerintahan

Sistem partai

1908-1942

Zaman kolonial

Sistem multi-partai

1942-1945

Zaman pendudukan Jepang

Partai politik dilarang

17 Agustus- 14 Nopember 1945

Sist. Presidensial; UUD 1945

Satu partai PNI

14 Nopember 1945- Agustus 1949

Sist. Parlementer; UUD 1945

Sist. Multi-partai

1949-1950

Sist. Parlementer; UUD RIS

Sist. Multi-partai

1950-1959

Sist. Parlementer; UUD 1950

Sist. Multi-partai

1959-1965

Demokrasi terpimpin; UUD 1945

10 partai yang diakui


1965-1998

Demokrasi pancasia; UUD 1945

Sist. Multi-partai

21 Mei 1998- sekarang

Reformasi ; UUD 1945 yang diamandemen

Sist. Multi-partai

h.422-427

BAB XII

SISTEM PEMILIHAN UMUM

1. Sistem Pemilihan Umum

Dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem pemilihan umum dengan berbagai variasinya,
akan tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok, yaitu:

Single-member Constituency ( satu daerah pemilihan memilih satu wakil; biasanya disebut Sistem
Distrik).

Multi-member Constituency ( satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil; dinamakan Sistem
Perwakilan Berimbang atau Sistem Proporsional.

Disamping itu ada beberapa varian seperti Block Vote, Alternative Vote, sistem Dua Putaran atau
Two-Round System, Sistem Paralel, Limited Vote, Single Non-Transferable Vote,Mixed member
proportional, dan Single Transferable Vote.

h.461-466

2. Keuntungan dan Kelemahan Kedua Sistem

Keuntungan Sistem Distrik :

Sistem ini lebih mendorong ke arah integrasi partai-partai politik karena kursi yang diperebutkan
dalam setiap distrik pemilihan hanya satu.

Fragmentasi partai dan kecenderungan membentuk partai baru dapat dibendung.

Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih dapat dikenal pleh komunitasnya, sehingga
hubungan dengan konstituen lebih erat.

Bagi partai besar sistem ini menguntungkan karena melalui distortion effect dapat meraih suara
pemilih lain.

Lebih mudah bagi suatu partai untuk mencapai kedudukan mayoritas dalam parlemen.
Sistem ini sederhana dan murah untuk diselenggrakan.

Kelemahan Sistem Distrik :

Sistem ini kurang memperhatikan kepentingan partai-partai kecil dan golongan minoritas.

Sistem ini kurang representatif dalam arti bahwa partai yang calonnya kalah dalam suatu distrik
kehilangan suara yang telah mendukungnya.

Sistem distrik dianggap kurang efektif dalam masyarakat yang plural.

Ada kemungkiinan si wakil cenderung untuk lebih memperhatikan kepentingan distrik serta warga
distriknya, daripada kepentingan nasional.

Keuntungan Sistem Proporsional :

Sistem proporsional dianggap representatif.

Sistem proporsioanal dianggap lebih demokratis dalam arti lebih egalitarian karena praktis tanpa ada
distorsi.

Kelemahan sistem Proporsioanal :

Sistem ini kurang mendorong partai-partai untuk berintegrasi atau bekerja sama satu sama lain.

Sistem ini mempermudah fragmentasi partai.

Memberikan kedudukan yang kuat pada pimpinan partai.

Wakil yang terpilih kemungkinan renggang ikatannya dengan konstituennya.

Karena banyaknya partai yang bersaing, sulit bagi suatu partai untuk meraih mayoritas dalam
parlemen. H. 46-469

3. Gabungan Sistem Distrik dan Sistem Proporsional

Dewasa ini Jerman menggabung kedua sistem dalam pemilihan umumnya. Setengah dari parlemen
dipilih melalui dengan sistem distrik dan setengah lagi dpilih dengan sistem proporsional. Setiap
pemilih mempunyai dua suara; pemilih memilih calon atas dasar sistem distrik ( sebagai suara
pertama ) dan pemilih itu memilih partai atas dasar sistem proporsional ( sebagai suara kedua ).
Negara yang melakukan sistem gabungan adalah swedia, Italia dan Indonesia. H. 472-473

4. Sistem Pemilihan umum di Indonesia

Sejak kemerdekaan hingga tahun 2004 bangsa indonesia telah menyelenggarakan sembilan
kali pemilihan umum, yaitu pemilihan umum : 1955,1971,1977,1982,1987,1992,1997,1999, dan
2004. Dalam pengalaman sebanyak itu, pemilihan umum 1955 dan 2004 mempunyai kekhususan
atau keistimewaan dibanding dengan yang lain. Semua pemilihan umum tersebut tidak
diselenggarakan dalam situasi yang vacuum, melainkan berlangsung dalam lingkungan yang turut
menentukan hasil pemilihan umum itu sendiri. Dari pemilihan umum-pemilihan umum tersebut juga
dapat diketahui adanya upaya untuk mencari sistem pemilihan umum yang cocok untuk indonesia.

1955

Sistem proporsional.

1971-1999

Sistem propoprsional dengan stelsel daftar tertutup

2004

Unuk pemilu DPD dengan sistem distrik. Untuk pemilu DPR dan DPRD dengan sistem proporsional
dengan stelsel daftar terbuka

h. 473

Anda mungkin juga menyukai