Anda di halaman 1dari 13

RESUME

KONSEP DASAR IPS SD 2


TENTANG
“ILMU POLITIK”

OLEH:
Kelompok 1 :

1. DEBY OCTAVIA (18129055)


2. MIFTAHUL FADILLAH (18129281)
3. RIFIA YULIANTI (18129077)
4. ZIKRA ZULFANI (18129339)

SEKSI: 18 BB 04

DOSEN PEMBIMBING:
Dra. Farida.S,M.Si

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
PEMBAHASAN

ILMU POLITIK

A. Pengertian Ilmu Politik


Politik adalah perilaku dasar kehidupan manusia. Politik juga adalah
proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat berwujud
proses pembuatan keputusan (decision making) khususnya dalam negara.
Dengan demikian ilmu politik adalah cabang dari ilmu social yang
berdampingan dengan cabang ilmu social lainnya seperti antropologi, sosiologi,
ekonomi dan psikologi. Ilmu politik yang sama dengan ilmu social lainnya
berobjekkan manusia sebagai kelompok masyarakat. Ilmu tersebut mempelajari
tentang kerjasama manusia untuk mencapai sesuatu.
Secara etimologis, politik berasal dari bahasa yunani “ Polis “ yang
berarti kota berstatus negara. Istilah politik diartikan berbagai macam kegiatan
tujuan-tujuan dari system itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Plato dan
aristoles mengemukakan en dam onia atau the good life ( usaha-usaha mencapai
kehidupan yang baik ).
Disamping itu, politik juga dapat ditilik dari sudut pandang yang
berbeda, yaitu antara lain :
1. Teori klasik Aristoteles, politik adalah usaha yang ditempuh warga negara
untuk mewujudkan kebaikan bersama.
2. Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan
negara.
3. Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapat dan
mempertahankan kekuatan di masyarakat.
4. Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan
kebijakan publik.
Selain dari sudut pandang yang berbeda, para phylosophi tentang ilmu
politik juga memberikan defenisi tentang ilmu politik. Diantaranya:
1. Menurut Bluntschli, Garner dan Frank Goodnow menyatakan bahwa ilmu
politik adalah ilmu yang mempelajari lingkungan kenegaraan.
2. Seely dan Stephen leacock, mengatakan bahwa ilmu politik merupakan ilmu
yang serasi dalam menanggani pemerintahan.
3. Pemikir dari Prancis juga mengeluarkan pendapatnya, Paul Janet menyikapi
ilmu politik sebagai ilmu yang mengatur perkembangan Negara begitu juga
prinsip- prinsip pemerintahan, Pendapat ini didukung juga oleh R.N.
Gilchrist.
4. Lasswell berpendapat, ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari pengaruh
dan kekuasaan.
5. Ossip k.fletchteim dalam foundamental of political sience menegaskan
bahwa ilmu politik adalah ilmu yang khusus mempelajari sifat dan tujuan
dari Negara sejauh Negara merupakan organisasi kekuasaan, beserta sifat
dan tujuan dari gejala-gejala kekuasaan lain yang tidak resmi yang dapat
mempengaruhi Negara(Political Science is that Specialized social Science
that studies the nature and purose of the state so far as it a power
organization and the nature and purpose of other unofficial power phenomen
that are apt to influence the sate).
6. J.Barents berpendapat, Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari kehidupan
Negara yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat.
Dalam konteks memahami politik, yang perlu dipahami adalah
kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik,
proses politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk
tentang partai politik.
Teori politik juga tidak lepas dari pelaksanaan politik, teori politik
merupakan kegiatan mengenai konsep penentuan tujuan politik, bagaimana
mencapai tujuan tersebut serta segala konsekoennya. Dalam teori politik ada
beberapa bahasan, antara lain filsafat politik, konsep tentang sistem politik,
negara, masyarakat, kedaulatan, kekuasaan, legitimasi, lembaga negara,
perubahan sosial, pembangunan politik, perbandingan politik, dsb.
Secara teoritis, ilmu politik terbagi atas dua, yaitu :
1. Valuational artinya ilmu politik berdasarkan moral dan norma politik. Teori
valuational ini terdiri dari filsafat politik, ideologi dan politik sistematis.
2. Non valuational artinya ilmu politik hanya sekedar mendeskripsikan dan
mengkomparasikan satu peristiwa dengan peristiwa lain tanpa
mengaitkannya dengan moral atau norma.
Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala yang teratur
dalam kehidupan masyarakat dengan pemusatan perhatian pada perjuangan
manusia mencapai atau mempertahankan kekuasaan guna mencapai apa yang
diinginkan.

B. Ruang Lingkup dan Bidang Kajian Ilmu Politik


Dengan berkembangnya ilmu politik menjadi disiplin ilmu pengetahuan
yang berdiri sendiri, beberapasarjana ilmu politik berusaha mencoba
mengungkapkan bidang garapan atau ruang lingkup ilmu politik. Dari pendapat
beberapa sarjana politik mengungkapkan bahwa ruang lingkup ilmu politik
meliputi bidang-bidang yang sangat luas. Namun demikian, pada intinya ilmu
politik dapat meliputi:
1. Filsafat dan teori politik.
Filsafat ilmu politik mencari penjelasan yang berdasarkan ratio.Ia
melihat jelas adanya hubungan antara sifat dan hakekat dari alam semesta
dengan sifat dan hakekat dari kehidupan politik di dunia fana ini. Pokok
pikiran dari filsafat ilmu politik ialah bahwa persoalan yang menyangkut
alam semesta harus dipecahkan dulu sebelum persoalan-persoalan ilmu
politik yang kita alami sehari-hari dapat ditanggulangi.
Teori adalah generalisasi yang abstrak mengenai beberapa
phenomena.Dalam menyusun generalisasi itu teori selalu memakai konsep-
konsep.Konsep itu lahir dalam pikiran manusia dan karena itu bersifat
abstrak, sekalipun fakta-fakta dapat di pakai sebagai batu loncatan.
Teori politik adalah bahasan dan generalisasi dari phenomena yang
bersifat politik. Dengan kata lain teori politik adalah bahasan dan renungan
atas:
a. Tujuan dari kegiatan politisi.
b. Cara-cara mencapai tujuan.
c. Kemungkinan-kemungkinan dan kebutuhan-kebutuhan yang
ditimbulkan oleh situasi politik yang tertentu.
d. Kewajiban-kewajiban yang di akibatkan oleh tujuan politik itu.

2. Struktur dan lembaga politik


Lembaga-lembaga politik merupakan kajian terhadap lembaga-lembaga
politik khususnya peranan konstitusi, eksekutif, birokrasi, yudikatif, partai
politik dan sistem pemilihan yang mula-mula mendorong pembentukan
formal jurusan-jurusan ilmu politik di banyak universitas pada akhir abad
ke-19.
Lembaga politik merupakan suatu badan yang mengkhususkan diri pada
pelaksanaan kekuasaan dan wewenang, berkaitan dengan kehidupan politik,
menyangkut tujuan dari keseluruhan masyarakat agar tercapai suatu
keteraturan dan tata tertib kehidupan dalam bermasyarakat.
Lembaga politik dalam suatu negara yang menganut pola pemisahan
kekuasaan biasanya terdiri atas legislatif (parlemen, berwenang membuat
undang-undang), eksekutif (pemerintah, melaksanakan undang-undang), dan
yudikatif (peradilan, berfungsi mengawasi pelaksanaan undang-undang).
Adapun peran serta fungsi dari lembaga politik adalah sebagai berikut :
a. Menjaga keamanan dan integritas masyarakat.
b. Melaksanakan kesejahteraan umum.
c. Memelihara ketertiban di dalam wilayahnya, berkaitan dengan
kehidupan politik.
d. Sebagai saluran bagi anggota masyarakat untuk melakukan mobilitas
sosial ke atas (social climbing).
e. Sebagai penentu kepemilikan salah satu kriteria dalam stratifikasi
sosial, yakni kekuasaan.

Lembaga politik meliputi :

a. Undang- Undang Dasar


b. Pemerintah Nasional
c. Pemerintah lokal dan daerah
d. Fungsi ekonomi dan sosial dari pemerintah
e. Perbandingan lembaga-lembaga politik

3. Partai politik dan organisasi masyarakat


Partai politik pertama-tama lahir di negara-negara Eropa Barat. Dengan
meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu
diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik
telah secara spontan dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat di
satu pihak dan pemerintah di pihak lain.
Sebuah partai politik adalah organisasi politik yang menjalani ideologi
tertentu atau dibentuk dengan tujuan khusus. Definisi lainnya adalah
kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi,
nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk
memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik – (biasanya)
dengan cara konstitusionil – untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan
mereka.

4. Partisipasi warga negara dalam ilmu politik


Kegiatan seseorang dalam partai politik merupakan suatu bentuk
partisipasi politik. Partisipasi politik mencakup semua kegiatan sukarela
melalui mana seseorang turut serta dalam proses pemilihan tak langsung
dalam pembentukan kebijaksanaan umum. Kegiatan ini mencakup kegiatan
memilih dalam pemilihan umum dan sebagainya.

C. Pendekatan Dalam Ilmu Politik


Dalam kajian ilmu politik dapat digunakan dengan dua pendekatan, yaitu
pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif:
1. Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang
menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung, yang
bersifat deskriptif analitik, menekankan proses, bersifat induktif.
2. Pendekatan kuantitatif mencoba untuk memelihara diri mereka dari
pengaruh koleksi data. Instrumennya yang variasi seperti; melalui tes,
menggunakan metode statistik untuk meneliti data dan menyimpulkan
sebagai hasil penelitian. Dengan kata lain, peneliti kuantitatif mencoba
hal-hal yang bersifat obyektif dan sesuatu yang diteliti bersifat deduktif.

Berikut ini terdapat dua pendekatan dalam ilmu politik, yaitu:

1. Pendekatan Teori Behavioral


Sistem Politik David Easton (1953), seorang ilmuwan politik dari
Harvard University, memperkenalkan pendekatan analisa sistem sebagai
metode terbaik dalam memahami politik. Sebagai pendukung setia aliran
behavioralisme, Easton berusaha keras mengantarkan politik menjadi ilmu
setara dengan ilmu alam dengan mengembalikannya ke dalam kaidah-kaidah
saintifik seperti generalisasi, abstrak, validitas, dan sebagainya untuk
mengukur tingkah laku politik seseorang. Hasrat kuat untuk memunculkan
politik sebagai ilmu pengetahuan (science) ditempuh dengan cara
menciptakan model abstrak, mempolakan rutinitas dan proses politik secara
umum.
Easton memandang sistem politik sebagai tahapan pembuatan keputusan
yang memiliki batasan (misal, semua sistem politik mempunyai batas yang
jelas) dan sangat luwes (berubah sesuai kebutuhan). Model sistem politik
terdiri dari fungsi input, berupa tuntutan dan dukungan; fungsi pengolahan
(conversion); dan fungsi output sebagai hasil dari proses sistem politik.
Keuntungan metode ini terdapat pada keistimewaannya menggabungkan
berbagai aspek dan elemen politik ke dalam teori analisa sistem. Proses
penggabungan akan membuka peluang untuk melembagakan aneka realitas
politik yang rumit dan kemudian mensistemasikannya dalam sistem, tanpa
melupakan politik yang sifatnya multidimensi.
Namun demikian, teori Easton memiliki beberapa kelemahan, antara lain
karena: (1) sifatnya yang mutlak; (2) teori menjunjung tinggi kestabilan,
kemudian gagal menjelaskan mengapa sistem dapat hancur atau konflik; (3)
teori menolak setiap kejadian atau masukan dari luar yang akan mendistorsi
sistem. Dengan kata lain, pendangan Easton menyarankan bahwa setiap
sistem politik dapat diisolasi dari yang lainnya (lihat otonomi, kedaulatan);
(4) teori ini mengingkari keberadaan suatu negara; (5) teori bersifat
mekanistik, dengan demikian melupakan diferensiasi sistem yang timbul
akibat variasi.
2. Pendekatan Teori Struktural-Fungsional
Sistem Politik Di tahun 1970-an, ilmuwanpolitik Gabriel Almond dan
Bingham Powell memperkenalkan pendekatan struktural-fungsional untuk
membandingkan sistem politik (comparative politics). Mereka berargumen
bahwa memahami suatu sistem politik, tidak hanya melalui institusinya (atau
struktur) saja, melainkan juga fungsi mereka masing-masing. Almond (1999)
mendefinisikan sistem sebagai suatu obyek, memiliki bagian yang dapat
digerakan, berinteraksi di dalam suatu lingkungan dengan batas tertentu.
Sedangkan sistem politik merupakan suatu kumpulan institusi dan lembaga
yang berkecimpung dalam merumuskan dan melaksanakan tujuan bersama
masyarakat ataupun kelompok di dalamnya. Pemerintah atau negara
merupakan bagian dari pembuat kebijakan dalam sistem politik.
Pendekatan struktural-fungsional sistem disusun dari beberapa
komponen kunci, termasuk kelompok kepentingan, partai politik, lembaga
eksekutif, legislatif, birokrasi, dan peradilan. Menurut Almond, hampir
seluruh negara di jaman moderen ini memiliki keenam macam struktur
politik tersebut. Selain struktur, Almond memperlihatkan bahwa sistem
politik terdiri dari berbagai fungsi, seperti sosialisasi politik, rekrutmen, dan
komunikasi. Oleh karena itu penggabungan antara pendekatan analisa
sistem, pendekatan struktural-fungsional dengan sejarah akan melengkapi
pemahaman kita akan sistem politik Indonesia yang sedang dipelajari.
Sehingga struktur dan fungsi terkandung dalam sistem politik sekarang:
partai politik; kelompok kepentingan; lembaga eksekutif, lembaga legislatif;
jajaran birokrasi; dan lembaga pengadilan dapat kita prediksi
kecenderungannya di masa mendatang.
D. Konsep-Konsep Dasar Ilmu Politik
Istilah negara muncul pertama kali pasa abad ke-15 di Eropa Barat,
istilah ini berasal dari kata staat (bahasa Belanda dan Jerman). Pengertian negara
seperti dikemukakan oleh F. Iswara, yaitu bahwa negara adalah suatu organisasi
politik teritorial suatu bangsa yang mempunyai kedaulatan.
Kedaulatan yang artinya bahwa pemerintah mempunyai wewenang dan
kekuasaan untuk mengatur dan membina kehidupan berbangsa dan bernegara
dan ditaati oleh seluruh rakyat. Dalam mewujudkan tujuan nasional negara
digerakkan oleh pemerintahan yang berdaulat dalam bentuk-bentuk demokrasi.
1. Pemerintah yang Berdaulat
Pemerintah sebagai salah satu unsur negara adalah gabungan seluruh alat
perlengkapan negara, oleh karena itu pemerintah haruslah berdaulat.
Kedaulatan pemerintah ini dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Berdaulat kedalam, artinya pemerintah mempunyai wewenang dan
kekuasaan untuk mengatur dan membina kehidupan berbangsa dan
bernegara dan ditaati oleh seluruh rakyat.
b. Berdaulat keluar, artinya pemerintah mempunyai wewenang dan
kekuasaan untuk mengadakan hubungan dan kerjasama dengan negara
lain, baik kerjasama politik, ekonomi, sosal budya serta melindungi
keselamatan dan kedaulatan negara dari segala ancaman baik yang
datang dari luar maupun dari dalam negeri.
Ada tiga macam pengertian pemerintah, yaitu:
a. Pemerintah sebagai gabuangan seluruh badan kenegaraan atau gabungan
seluruh alat perlengkapan negara dalam arti luas, yaitu meliputi legislatif,
eksekutif, dan yudikatif.
b. Pemerintah sebagai kepala negara atau badan kenegaraan tertinggi yang
berkuasa memerintah didalam wilayah-wilayah negara.
c. Pemerintah sebagai dasar eksekutif, presiden dibantu oleh para menteri-
menteri dan kabinet-kabinet.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa setiap pemerintah suatu negara harus
berdaulat penuh kedalam dan keluar agar negara dapat berdiri tegak selamanya.
2. Bentuk-Bentuk Demokrasi
Demokrasi berasal dari kata demos yang berarti rakyat dan cratos yang
berarti pemerintahan. Jadi, suatu pemerintahan dikatakan demokratis apabila
pemerintahan ada di tangan rakyat. Demokrasi dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Demokrasi formal, adalah demokrasi yang menjujung tinggi persamaan
dalam bidang politik. Tanpa disertai upaya untuk mengurangi atau
menghilangkan kesenjangan dalam bidang ekonomi. Semua orang
dianggap sederajat dan mempunyai hak yang sama, baik hak memilih,
mengeluarkanpendapat,menjadi wakil rakyat, serta hak menjadi menteri.
b. Demokrasi material, adalah demokrasi yang menitik beratkan pada
usaha-usaha untuk menghilangkan perbedaan dalam bidang ekonomi
sedangkan di bidang politik kurang mendapat perhatian.
c. Demokrasi gabungan, adalah demokrasi yang menggabungkan
demokrasi formal dan demokrasi material dengan menghilangkan
keburukan dan menggunakan kebaikannya.

Cara penyaluran kehendak rakyat demokrasi dapat dibedakan menjadi


beberapa jenis berikut.
a. Demokrasi langsung, yaitu rakyat secara langsung mengemukakan
kehendaknya delam rapat akbar di lapangan terbuka yang dihadiri oleh
seluruh rakyat.
b. Demokrasi perwakilan, yaitu rakyat menyalurkan kehendak atau
pendapatnya melalui perwakilannya yang duduk di “Dewan Perwakilan
Rakyat”.
c. Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum, demokrasi ini
gabungan dari demokrasi langsung dan demokrasi perwakilan. Rakyat
memilih wakil-wakilnya untuk duduk di “Dewan Perwakilan Rakyat”
tetapi dikontrol oleh pengaruh rahyat melalui sistem “Referendum” dan
“Inisiatif rakyat”.
3. Sistem Pemerintahan Negara RI Menurut UUD 1945
Mengenai sistem pemerintahan negara Indonesia dapat diketahui dalam
penjelasan UUD 1945, yang dikenal dengan tujuh kunci pokok sistem
pemerintahan.
a. Indonesia ialah Negara yang berdasarkan atas hokum (Rechstaat) tidak
berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machsstaat).
b. Sistem konstitusional. Pemerintah berdasarkan sistem konstitusi (hokum
dasar)tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tak terbatas).
c. Presiden ialah penyelenggara pemerintah Negara penjelasan UUD 1945
lebih lanjutmenyetarakan dalam menjalankan pemerintahan Negara
kekuasaan dan tanggung jwab adalah di tanggan presiden.
d. Presiden tidak beertanggung jawab kepda Dewan Perwakilan Rakyat.
Disamping preside nada Dewan Perwakilan Rakyat. Presiden
harus mendapatkan persetujuan DPR untuk membuat UUD dan untuk
menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara.
e. Menteri Negara ialah pembantu presiden dan tidak bertanggung jawab
kepada DPR.
f. Kekuasaan kepala Negara tidak terbatas. Walaupun kepala Negara
(presiden) tidak bertanggung jawab kepada DPR, ia bukan “dictator”
atau kekuasaan tidak terbatas.

4. Lembaga-lembaga Tinggi Negara


Dari bagan tersebut dapat kita ketahui hubungan antara Pancasila dan
sistem UUD 1945 dengan lembaga-lembaga Tinggi Negara. Seperti yang
tergambar dalam bagan tersebut, lembaga tinggi Negara adalah:
a. Majelis Perwakilan Rakyat (MPR)
b. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
c. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
d. Presiden
e. Mahkamah Agung (MA)
f. Mahkamah Konstitusi (MK)

Hubungan ilmu politik dengan ilmu sosial lainnya.


Sejarah, Sosiologi, dan Ilmu Politik

Ilmu politik terkait erat dengan sejarah karena pola-pola masa lalu memberikan
petunjuk ke masa depan. Tidak ada panduan yang lebih baik untuk memahami masa
kini dan memprediksi masa depan selain dengan mempelajari peristiwa-peristiwa di
masa lalu dan mengekstrapolasi mereka ke masa depan. Misalnya, ketika para ilmuwan
politik mencoba memprediksi arah yang mungkin diambil, yang diambil oleh ekonomi
politik global, mereka akan mengandalkan sejarah untuk memprediksi perilaku politik.

Selanjutnya, ilmu politik terkait erat dengan sosiologi karena kedua cabang berusaha
mempelajari perilaku manusia dalam kelompok. Sedangkan sosiologi mempelajari
seluruh masyarakat, ilmu politik berkaitan dengan sistem politik yang merupakan
bagian dari masyarakat yang lebih besar. Studi tentang interaksi antara rakyat dan
negara adalah sesuatu yang bertujuan untuk dilakukan oleh sosiologi dan ilmu politik
dan karenanya, ada hubungan simbiosis antara sosiologi dan ilmu politik.

Filsafat, Psikologi, dan Ilmu Politik

Aspek selanjutnya adalah hubungannya dengan filsafat. Karena perilaku politik dan
pemerintahan dipelajari dalam kerangka filsafat politik yang berkaitan dengan gagasan
abstrak tentang peran negara dan hubungan rakyat dan negara dengan penekanan pada
pemahaman konsep-konsep kesejahteraan publik dan kebaikan sosial yang lebih besar,
baik ilmu politik maupun filsafat memiliki landasan bersama dalam aspek-aspek ini.

Disiplin ilmu sosial terakhir yang dipilih adalah psikologi dan karena disiplin ini
mempelajari perilaku manusia dalam masyarakat, ada titik temu antara ilmu politik dan
psikologi karena mereka berdua peduli dengan pemeriksaan mengapa orang-orang
dalam ekonomi politik yang lebih besar berperilaku seperti yang mereka lakukan
DAFTAR RUJUKAN

Budiarjo, Miriam. 1993. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka


Utama.
Varma, SP. 1992. Teori Politik Modern. Jakarta: Rajawali Pers.
Supardan,Dadang. 2008. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai