PEMBAHASAN
Mewujudkan Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara
( Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani)
Ki Hajar Dewantara menyebut tujuan Pendidikan Indonesia secara garis besar dengan
membagi fasa pendidikan menjadi tiga perkembangan, yaitu :
a. Hamemayu Hayuning Sariro, yang berarti pendidikan berguna bagi
yang bersangkutan, keluarganya, sesamanya, dan lingkungannya. Disini
sangat jelas apa arti manusia sebagai makhluk individu dan sosial.
b. Hamemayu Hayuning Bongso, yang berarti pendidikan berguna bagi
bangsa , negara, dan tanah airnya. Butir ini juga ditekankan di panca
darma Ki Hadjar dan 10 Pedoman Guru.
c. Hamemayu Hayuning Bawono, yang berarti pendidikan berguna bagi
masyarakat yang lebih luas lagi yaitu dunia atau masyarakat global.
KI Hajar Dewantara merupakan pendiri Taman Siswa. Asas Taman Siswa
dirumuskan pada Tahun 1922, yang sebagian besar merupakan asas perjuangan untuk
menentang penjajahan Belanda pada waktu itu. Asas Taman Siswa ini direvisi pada
Tahun 1974 menjadi Dasar-dasar Taman Siswa, agar sesuai dengan tuntutan zaman
yang baru. Dasar-dasar ini diberi nama Panca Darma, dengan isi sebagai berikut:
1. Kemanusiaan, yaitu berupaya menghargai dan menghayati sesama manusia
dan makhluk Tuhan lainnya. Meningkatkan kesucian jiwa dan cinta kasih.
2. Kebangsaan, ialah bersatu dalam suka dan duka, dan tidak boleh bertentangan
dengan kemanusiaan.
3. Kebudayaan, yaitu kebudayaan nasional harus dilestarikan dan
dikembangkan. Untuk itu Dewantara mengemukakan konsep Tri Kon yaitu:
1) Kontinu, kebudayaan nasional harus dikembangkan secara terus
menerus.
2) Konsentrasi, kebudayaan itu harus berpusat pada kebudayaan bangsa
Indonesia. Terhadap kebudayaan asing haruslah selektif.
3) Konvergensi, kebudayaan-kebudayaan asing yang sudah diseleksi
diintegrasikan ke dalam kebudayaan-kebudayaan asli bangsa
Indonesia.
4. Kodrat alam, manusia adalah bagian dari alam, maka manusia harus dibina
dan berkembang sesuai dengan kodrat alam.
5. Kemerdekaan/kebebasan, setiap anak harus diberi kesempatan bebas
mengembangkan diri sendiri. Mereka perlu mendisiplinkan diri sendiri untuk
mengejar nilai-nilai hidup sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat.(Pidatra, 2007:128)
Metode Among ini memiliki orientasi pendidikan ke arah siswa, atau kini lebih
populer disebut student centered. Pendidik memberikan peluang bagi anak untuk
mengembangkan kreatifitasnya dan inisiatif dalam menghadapi atau mengerjakan
sesuatu. Pendidik tidak lepas tanggung jawab begitu saja, tetapi masih terus
memantau perkembangan anak sampai anak tersebut benar-benar sudah mandiri.
Inilah maksud KH Dewantara yang mengatakan bahwa metode Among adalah
metode pendidikan yang berjiwa kekeluargaan yang bersendikan kodrat alam dan
kemerdekaan.
b) Tri Sakti Jiwa
Salah satu konsep budaya Ki Hajar Dewantoro dikenal dengan ”Konsep Trisakti
Jiwa” yang terdiri dari cipta, rasa, dan karsa. Maksudnya, untuk melaksanakan segala
sesuatu maka harus ada kombinasi yang sinergis antara hasil olah pikir, hasil olah
rasa, serta motivasi yang kuat di dalam dirinya. kalau untuk melaksanakan segala
sesuatu itu hanya mengandalkan salah satu diantaranya saja maka kemungkinan akan
tidak berhasil.
Ajaran-ajaran Karakter dan Budaya Ki Hajar Dewantara
1) Trihayu
Selain yang sudah disebutkan di atas, konsep pengembangan budaya Ki Hajar
dikenal dengan ”Konsep Trihayu” yang terdiri dari mamayu hayuning sarira, mamayu
hayuning bangsa, dan mamayu hayuning bawana. Maksudnya, apapun yang diperbuat
oleh seseorang itu hendaknya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi
bangsa, dan bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya. Kalau perbuatan
seseorang hanya menguntungkan dirinya saja maka akan terjadi sesuatu yang sangat
individualistik.
2) Trilogi Kepemimpinan
Dan yang menjadi semboyan pendidikan sampai saat ini adalah ”Konsep Trilogi
Kepemimpinan” yang terdiri dari Ing Ngarsa Sung Taladha, Ing Madya Mangun
Karsa, dan Tut Wuri Handayani. Maksudnya, ketika berada di depan harus mampu
menjadi teladan, ketika berada di tengah-tengah harus mampu membangun semangat,
dan ketika berada di belakang harus mampu mendorong orang-orang dan pihak-pihak
yang dipimpinya.
3) Tri Pantang
Konsepsi kebudayaan Ki Hajar yang sangat moralis tertuang dalam ”Konsep Tri
Pantang” yang terdiri dari pantang harta, praja, dan wanita. Maksudnya, kita dilarang
menggunakan harta orang lain secara tidak benar (misal korupsi),
menyalakangunakan jabatan (misal kolusi), dan bermain wanita (misal
menyeleweng). Ketiga pantangan ini hendaknya tidak dilanggar.
A. Peran Sekolah
Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar
peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan karakter
peserta didik. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada
setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-
nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan
konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter
tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan
pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
Kegiatan ekstra kurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan
salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu
akademik peserta didik. Kegiatan Ekstra Kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di
luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan
dan berkewenangan di sekolah. Melalui kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan
prestasi peserta didik.
Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau
pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan
karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan
pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi,
nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian,
pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen terkait lainnya.Dengan demikian,
manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam pendidikan
karakter di sekolah.
B. Peran Keluarga
Rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan watak dan
pendidikan karakter pertama dan utama mestilah diberdayakan kembali. Sebagaimana
disarankan Phillips, keluarga hendaklah kembali menjadi “school of love”, sekolah
untuk kasih sayang (Phillips 2000). Dalam perspektif Islam, keluarga sebagai “school
of love” dapat disebut sebagai “madrasah mawaddah wa rahmah, tempat belajar yang
penuh cinta sejati dan kasih sayang.