Anda di halaman 1dari 7

A.

Hakikat Keterampilan Berbicra


1. Keterampilan Berbicara
Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide,
pikiran, isi, hati) seseorang kepada orang lain (Haryadi dan Zamzani, (2000:72)
dalam Taufina (2016:91)). Pengertian secara khusus banyak dikemukaka oleh para
ahli. (Tarigan (2008:15) dalam Taufina (2016:91)) misalnya, mengemukakan bahwa
berbicara adalah, “Kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengekpresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan dan
perasaan”.
Menurut Sulastri, (2008: 13) dalam Mabruri (2017:113), Berbicara merupakan
kegiatan komunikasi lisan yang melibatkan dua orang atau lebih dan para
partisipannya berperan sebagai pembicara maupun yang member reaksi terhadap apa
yang didengarnya serta memberi kontribusi dengan segera .
Sedangkah menurut Kusuma, (2009:18) dalam Mabruri (2017:114), Berbicara
merupakan suatu aktivitas komunikasi yang penting dalam kehidupan manusia
normal. Dengan berbicara maka manusia bisa saling berkomunikasi, menyatakan
pendapat, menyampaikan maksud dan pesan, serta mengungkapkan perasaan.
Utari dan Nababan (1993:45 dalam Taufina (2016: 91) juga menyatakan bahwa
keterampilan berbicara adalah, “pengetahuan bentuk-bentuk bahasa dan makna-
makana bahasa, serta kemampuan untuk menggunakannya pada saat kapan dan
kepada siapa.” Sementara itu, Ibrahim (2001:36) dalam Taufina (2016:91)
memberikan pengertian bahwa keterampilan berbicara dalah, “keterampilan bertutur
dan menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi, situasi, serta norma-norma berbahasa
dalam masyarakat yang sebenarnya.
Nurgiyantoro, (2001: 276) dalam Darmuki dan Hariyadi, (2019:259) menyatakan
Hasil penyimakan merupakan dasar keterampilan berbicara, dari proses menyimak
inilah seseorang mulai belajar berbicara. Kemampuan berbicara seseorang akan baik
jika aktivitas menyimaknya juga dilalui dengan baik pula.
Arsjad dan Mukti, (1988:17) dalam Mabruri (2017:114), Berbicara merupakan
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk
mengekpresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan
Berbicara merupakan komunikasi verbal secara lisan dan langsung antara
penutur dan mitra tutur yang bisa juga dengan menggunakan media komunikasi audio
atau audiovisual agar gagasan itu dapat dipahami (Eric, 2008: 3 dalam Darmuki dan
Hariyadi, (2019:258)
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan
berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata dan
menggunakan bahasa lisan sesuai dengan fungsi, situasi, serta norma-norma
berbahasa sebagai aktivitas untuk mengekspresikan, menyatakan, dan menyampaikan
pikiran, gagasan, serta perasaan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan penyimak dalam masyarakat yang sebenarnya.

B. Faktor-faktor yang mempengarui menyimak.

Untuk dapat menjadi pembicara yang baik dalam suatu gelar wicara,
apakah dia sebagai pewawancara, pemandu acara, atau narasumber, ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk keefektifan berbicara, yaitu
faktor kebahasaan dan nonkebahasaan (Arsjad dan Mukti, 1988; 17 dalam
Mabruri (2017:120)). Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.

1. Faktor Kebahasaan

Faktor-faktor kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara meliputi


ketepatan ucapan atau pelafalan, penempatan tekanan atau intonasi, pilihan
kata atau diksi, dan ketepatan sasaran pembicaraan.

(a) Ketepatan Ucapan

Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi


bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat
mengalihkan perhatian pendengar. Pembicara sebaiknya menggunakan kalimat
efektif agar memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Susunan
kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian
sehingga menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbulkan
akibat. Pola ucapan dan artikulasi yang digunakan tidak terlalu sama. Masing-
masing mempunyai gaya bahasa yang berubah-ubah sesuai dengan pokok
pembicaraan, perasaan, dan sasaran. Contoh penyimpangan yang akan
mengganggu keefektifan berbicara adalah kata pemerintah menjadi pemrintah,
materi menjadi matri, Indonesia menjadi Endonesia, dan Cirebon menjadi
Cerbon. Ketidaktepatan ucapan atau pelafalan ini akan menyebabkan
perbedaan makna bagi pendengar.

(b) Intonasi

Kesesuaian penggunaan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang tepat


akan menjadi daya tarik tersendiri dalam berbicara, bahkan menjadi faktor
penentu Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan
penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai akan menyebabkan
masalah yang dibahas menjadi menarik. Sebaliknya, walaupun topiknya
menarik, tetap penyampaian datar atau monoton pembicaraan menjadi tidak
menarik.

(c) Pilihan Kata (Diksi)

Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya


dapat dimengerti pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan termotivasi
dan lebih paham kalau kata-kata yang digunakan kata-kata yang sudah
dikenal.Pendengar akan lebih tertarik dan senang mendengarkan kalau
pembicara beberbira dengan jelas dalam bahasa yang dikuasainya, baik sebagai
perorangan maupun sebagai pembicara. Selain itu, pilihan kata juga
disesuaikan dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa kita berbicara.

2. Faktor Nonkebahasaan

Keefektifan berbicara dalam gelar wicara tidak hanya didukung oleh


faktor kebahasaan, tetapi juga ditentukan oleh faktor nonkebahasaan. Faktor
nonkebahasaan sangat memengaruhi keefektifan berbicara, seperti
kelengkapan acara yang akan disampaikan, kesesuaian isi dengan topik
diskusi, pandangan mata, gerak-gerik dan mimik yang tepat, dan kelancaran
berbicara.

(a) Kelengkapan Acara yang Akan Disampaikan

Gelar acara yang akan disampaikan harus lengkap sesuai dengan topik diskusi
dan perannya masing-masing. Untuk yang menjadi pewara (pemandu acara)
dan narasumber harus menyiapkan materi diskusi yang meliputi pendahuluan,
isi, dan penutup. Apabila ada salah satu aspek dihilangkan, maka acara tersebut
akan terasa janggal.

(b) Kesesuaian Isi dengan Topik Diskusi

Supaya pendengar dan pembicara benar-benar terlibat dalam suatu diskusi,


maka pembicaraan yang disampaikan harus sesuai isi dengan topik diskusi
yang berlangsung. Pembicaraan formal menuntut persiapan topik yang
baikuntuk memudahkan keberanian dan kelancaran. Jadi, penguasaan isi topik
ini sangat penting, bahkan merupakan faktor utama dalam berbicara.

(c) Pandangan Mata


Supaya pendengar dan pembicara betul-betul terlibat dalam kegiatan berbicara,
pandangan mata sangat membantu. Aturlah pandangan ke semua arah atau
lawan bicara agar komunikasi dapat terlihat alamiah dan menarik Pandangan
yang hanya tertuju pada satu arah, seperti ke atas, ke samping, atau menunduk
akan menyebabkan pendengar merasa kurang diperhatikan dan kurang
dihargai.

(d) Gerak-Gerik dan Mimik yang Tepat

Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat menunjang keefektifan berbicara.


Hal-hal yang penting selain menggunakan tekanan, biasanya dibantu dengan
gerak tangan dan mimik. Hal ini dapat menghidupkan komunikasi dan dapat
menarik perhatian pendengar sehingga terlihat tidak kaku. Akan tetapi
gerakgerik yang berlebihan akan mengganggu keefektifan berbicara.

(e) Kelancaran

Pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar untuk


menangkap isi pembicaraan. Hindarkan bunyi-bunyian yang mengganggu
seperti ee, oo, aa, dan sebagainya. Tingkat kenyaringan suara disesuaikan
dengan situasi, tempat, dan jumlah pendengar agar semua pendengar bisa
mendengar dengan jelas

C. Tujuan Berbicara
Seseorang dapat mengidentifikasi tujuan seseorang berbicara ketika
memperhatikannya berbicara. Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2011:242-243)
dalam Taufina (2016:94), “Program pengajaran keterampilan berbicara harus mampu
memberikan kesempatan kepada setiap individu mencapai tujuan keterampilan
berbicara mencakup: kemudahan berbicara, kejelasan, tanggung jawab, membentuk
pendengaran yang kriti, dan membentuk kebiasaan.” Sedangkan Santosa (2006:187)
dalam Taufina (2016:94) menyatakan tujuan berbicara adalah (1) memberitahukan,
melaporkan, menginformasikan, (2) menghibur, dan (3) membujuk, mengajak,
meyakinkan atau menggerakkan.
Novi (2006:187) dalam Taufina (2016:94-95) berpendapat bahwa, “Tujuan
berbicara adalah untuk menginformasikan, untuk melaporkan sesuatu hal kepada
pendengar , sesuatu tersebut dapat berupa menjelaskan suatu proses, menguraikan,
menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan.” Resmini, (2006:127) dalam Taufina
(2016:95) juga mengemukakan bahwa, “Saat berbicara ada tiga tujuan yang hendak
dicapai yaitu: (1) mengekspresikan pemikiran dan ide secara verbal, (2) memuaskan
audience (3) mendapatkan reward dari aktivitas berbicara.”
Menurut Tarigan (1991:134-135) dalam Taufina (2016:95-96) , “Tujuan
berbicara dapat dibedakan atas lima golonga, yaitu: menghibur, menginformasikan,
menstimulasikan, meyakinkan, danmenggerakka.”
1. Menghibur
Sesuai dengan namanya, berbicara untuk tujuan menghibur para pendengar,
pembicara menarik perhatian pendengar dengan berbagai cara seperti humor,
sponstanitas, menggairahkan, kisah-kisah jenaka, petualangan, dan lain-lain.
Humor yang orisini dalam gerak-gerik, cara berbicara dan menggunakan kata
atau kalimat akan menawan pembicara. Tujuan berbicara untuk menghibur
biasanya dilakuka oleh pelawak, pemain dagelan seperti Srimulat, pembawa
acara, penghibur, dan lain-lain. Suasana pembicaraan biasanyasanta, rileks,
penuh canda, dan menyenangkan.
2. Menginformasikan
Berbicara untuk tujuan menginformasikan dan untuk melaporkan, dilaksanakan
bila seorang ingin:
a. Menjelaskan sesuatu proses.
b. Menguraikan, menafsirkan, atau menginterpretasikan sesuatu hal.
c. Memberi, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan.
d. Menjelaskan kaitan, hubungan, relasi antara benda, hal atau peristiwa.
3. Menstimulasikan
Berbicara untuk menstimulasikan pendenga jauh lebih kompleks dari berbicara
untuk menghibur atau berbicara untuk menginformasikan, sebab pembicara harus
pintar merayu, mempengaruhi, atau meyakinkan pendengarnya. Ini dapat
tercapai jika pembicara benar-benar mengetahui kemauan, minat, inspirasi,
kebutuhan, dan cita-cita pendengarnya. Berdasarkan keadaan itulah pembicara
membakar semangat dan emosi pendengar sehingga pada akhirnya pendengar
tergerak untuk mengerjakan apa-apa yang dikehendaki pembicara.
4. Meyakinkan
Berbicara untuk meyakinka pendengar akan sesuatu dapat dilakukan dengan
meyakinkan pendengarnya. Pendengar akan tampak yakin dilihat dari sikap
pendengar. Seperti sikap menolak menjadi menerima.
5. Menggerakkan
Berbicara yang mampu menggerakan diperlukan pembicara yang berwibawa,
panutan, atau tokoh idola masyarakat. Dengan kepandaiannya dalam berbicara,
kemampuan membakar emosi, kecakapan memanfaatkan situasi, ditambah
penguasaannya terhadap ilmu jiwa massa, pembicara dapat menggerakkan
pendengarannya.

D. Jenis-jenis Berbicara

Anda mungkin juga menyukai