Untuk dapat menjadi pembicara yang baik dalam suatu gelar wicara,
apakah dia sebagai pewawancara, pemandu acara, atau narasumber, ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk keefektifan berbicara, yaitu
faktor kebahasaan dan nonkebahasaan (Arsjad dan Mukti, 1988; 17 dalam
Mabruri (2017:120)). Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.
1. Faktor Kebahasaan
(b) Intonasi
2. Faktor Nonkebahasaan
Gelar acara yang akan disampaikan harus lengkap sesuai dengan topik diskusi
dan perannya masing-masing. Untuk yang menjadi pewara (pemandu acara)
dan narasumber harus menyiapkan materi diskusi yang meliputi pendahuluan,
isi, dan penutup. Apabila ada salah satu aspek dihilangkan, maka acara tersebut
akan terasa janggal.
(e) Kelancaran
C. Tujuan Berbicara
Seseorang dapat mengidentifikasi tujuan seseorang berbicara ketika
memperhatikannya berbicara. Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2011:242-243)
dalam Taufina (2016:94), “Program pengajaran keterampilan berbicara harus mampu
memberikan kesempatan kepada setiap individu mencapai tujuan keterampilan
berbicara mencakup: kemudahan berbicara, kejelasan, tanggung jawab, membentuk
pendengaran yang kriti, dan membentuk kebiasaan.” Sedangkan Santosa (2006:187)
dalam Taufina (2016:94) menyatakan tujuan berbicara adalah (1) memberitahukan,
melaporkan, menginformasikan, (2) menghibur, dan (3) membujuk, mengajak,
meyakinkan atau menggerakkan.
Novi (2006:187) dalam Taufina (2016:94-95) berpendapat bahwa, “Tujuan
berbicara adalah untuk menginformasikan, untuk melaporkan sesuatu hal kepada
pendengar , sesuatu tersebut dapat berupa menjelaskan suatu proses, menguraikan,
menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan.” Resmini, (2006:127) dalam Taufina
(2016:95) juga mengemukakan bahwa, “Saat berbicara ada tiga tujuan yang hendak
dicapai yaitu: (1) mengekspresikan pemikiran dan ide secara verbal, (2) memuaskan
audience (3) mendapatkan reward dari aktivitas berbicara.”
Menurut Tarigan (1991:134-135) dalam Taufina (2016:95-96) , “Tujuan
berbicara dapat dibedakan atas lima golonga, yaitu: menghibur, menginformasikan,
menstimulasikan, meyakinkan, danmenggerakka.”
1. Menghibur
Sesuai dengan namanya, berbicara untuk tujuan menghibur para pendengar,
pembicara menarik perhatian pendengar dengan berbagai cara seperti humor,
sponstanitas, menggairahkan, kisah-kisah jenaka, petualangan, dan lain-lain.
Humor yang orisini dalam gerak-gerik, cara berbicara dan menggunakan kata
atau kalimat akan menawan pembicara. Tujuan berbicara untuk menghibur
biasanya dilakuka oleh pelawak, pemain dagelan seperti Srimulat, pembawa
acara, penghibur, dan lain-lain. Suasana pembicaraan biasanyasanta, rileks,
penuh canda, dan menyenangkan.
2. Menginformasikan
Berbicara untuk tujuan menginformasikan dan untuk melaporkan, dilaksanakan
bila seorang ingin:
a. Menjelaskan sesuatu proses.
b. Menguraikan, menafsirkan, atau menginterpretasikan sesuatu hal.
c. Memberi, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan.
d. Menjelaskan kaitan, hubungan, relasi antara benda, hal atau peristiwa.
3. Menstimulasikan
Berbicara untuk menstimulasikan pendenga jauh lebih kompleks dari berbicara
untuk menghibur atau berbicara untuk menginformasikan, sebab pembicara harus
pintar merayu, mempengaruhi, atau meyakinkan pendengarnya. Ini dapat
tercapai jika pembicara benar-benar mengetahui kemauan, minat, inspirasi,
kebutuhan, dan cita-cita pendengarnya. Berdasarkan keadaan itulah pembicara
membakar semangat dan emosi pendengar sehingga pada akhirnya pendengar
tergerak untuk mengerjakan apa-apa yang dikehendaki pembicara.
4. Meyakinkan
Berbicara untuk meyakinka pendengar akan sesuatu dapat dilakukan dengan
meyakinkan pendengarnya. Pendengar akan tampak yakin dilihat dari sikap
pendengar. Seperti sikap menolak menjadi menerima.
5. Menggerakkan
Berbicara yang mampu menggerakan diperlukan pembicara yang berwibawa,
panutan, atau tokoh idola masyarakat. Dengan kepandaiannya dalam berbicara,
kemampuan membakar emosi, kecakapan memanfaatkan situasi, ditambah
penguasaannya terhadap ilmu jiwa massa, pembicara dapat menggerakkan
pendengarannya.
D. Jenis-jenis Berbicara