Anda di halaman 1dari 17

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Hakikat Berbicara

a. Definisi Berbicara

Di dalam sebuah pembelajaran diperlukan keterampilan untuk menguasai

aspek-aspek berbahasa. Seorang ahli mengemukakan bahwa “language

conventionally distinguish betwen four aspect of language which are mastered by

means ‘four skill’ listening, speaking, reading, and writing. Speaking is an active

produktive or output counterparts”. Maksudnya, bahwa keterampilan berbicara

merupakan sebuah kemampuan untuk memproduksi suara atau sebuah pemaknaan

secara aktif dan mampu menimbulkan umpan balik/ feedback. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (1990 : 114), berbicara adalah suatu kegiatan berkata,

bercakap-cakap, berbahasa, atau mengungkapkan suatu pendapat secara lisan.

Dengan berbicara manusia dapat menuangkan ide, gagasan, perasaan kepada

orang lain sehingga dapat menghasilkan suatu interaksi di dalam sebuah

komunitas di masyarakat.

Menurut Tarigan (1990 :15) berbicara adalah kemampuan mengucapkan

bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta

menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Dapat dikatakan bahwa berbicara

merupakan suatu system tanda-tanda yang dapat didengar dan yang kelihatan

yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan tubuh manusia untuk maksud dan

tujuan gagasan atau ide yan dikombinasi.


8

Sementara menurut Nurgiantoro (2001 : 276) berbicara adalah aktivitas

berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu

setelah aktivitas mendengarkan. Berbicara adalah suatu keterampilan menyatakan

pesan melalui bahasa lisan. Hubungan antar pesan dan bahasa lisan sangat erat.

Pesan yang diterima tidak dalam bentuk asli, namun masih dalam bentuk bahasa.

Seterusnya pendengan akan mencoba mengalihkan pesan tersebut menjadi bentuk

semula.

Jadi dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan

bunyi bahasa untuk menyampaikan pesan berupa gagasan, pikiran serta perasaan

secara lisan kepada individu lain.

b. Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Jawa

Pada hakikatnya belajar dan mempelajari suatu bahasa adalah belajar dan

mempelajari semua ranah kehidupan penutur bahasa tersebut. Jadi, belajar dan

mempelajari Jawa adalah mempelajari bahasa, sastra dan budaya Jawa.

Pembelajaran bahasa Jawa harus memperhatikan perubahan-perubahan yang

senantiasa terjadi dalam dinamika kehidupan serta perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni budaya, sesuai dengan ungkapan “nut ing jaman

kalakone lan nut ing papan kadadeyane”.

Kompetensi dalam pembelajaran berbahasa Jawa di dalam kurikulum dibagi

menjadi empat kompetensi berbahasa, yaitu micara (berbicara), nyerat (menulis),

maca (membaca), dan nyemak (menyimak). Yang dikaji di dalam penelitian ini

adalah salah satu kemampuan bahasa yang paling sering digunakan di dalam

kehidupan yaitu micara (berbicara). Seperti yang telah diungkapkan bahwa secara
9

umum berbicara adalah kemampuan untuk mengeluarkan bunyi bahasa untuk

menyampaikan ide, gagasan atau pendapat kepada orang lain untuk mendapatkan

tanggapan atau umpan balik (feed back) dari pendengarnya.

Pembelajaran berbahasa yang dikaji di dalam penelitian ini adalah berbicara

sebagai pewara atau MC. Pembelajaran bahasa Jawa pada saat pelaksanaan

tindakan dilakukan dengan Standart Kompetensi (SK) “ Memahami berbagai

wacana lisan, sastra, dan budaya Jawa dari berbagai sumber”. Kompetensi Dasar

(KD) dalam pelaksanaan tindakan “ Memahami dan menanggapi pranatacara dari

berbagai media” dilaksanakan dengan indikator keberhasilan :

a. Siswa dapat memahami kriteria-kriteria pranatacara yang baik dan benar,

b. Siswa dapat berbicara pranatacara dengan baik dan benar,

c. Siswa dapat mengomentari penampilan pranatacara yang dipraktikan teman

di depan kelas.

Tujuan dari pelaksanaan tindakan di dalam penelitian ini, diharapkan setelah

menyelesaikan pembelajaran siswa dapat ; 1) menggunakan bahasa pranatacara

untuk memperagakan sebagai pembawa acara dalam suatu kegiatan, 2) siswa

dapat praktik berbicara sebagai pewara dengan baik dan benar.

c. Persyaratan Berbicara

Dalam berbicara, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar kegiatan

berbicara dapat berlangsung dengan baik. Persyaratan-persyaratan tersebut antara

lain:

1) Adanya pengirim, yaitu orang yang menyampaikan pesan. Tanpa adanya

penyampai pesan, berbicaraan tidakakan terjadi.


10

2) Penerima pesan, yaitu orang yang akan menerima pesan dari pengirim

kemudian mengolahnya, memahami arti pesan itu dan meresponnya.

3) Adanya media berupa bahasa lisan.

4) Sarana. Sarana dalam berbicara meliputi waktu, tempat, suasana, peralatan

yang digunakan, seperti berbicara melalui telepon dsb.

5) Interksi, pembicaraan tersebut berlangsung searah, dua arah atau multi arah.

6) Adanya pemahaman atau pengertian antara pelaku berbicara.

d. Faktor Berbicara.

Sebagai alat komunikasi di dalam berbicara, pembicara sebagai pemberi

informasi mutlak perlu dan pendengar sebagai penerima informasi. Pembicara

yang baik harus dapat menyampaikan isi pembicaraan dengan baik dan efektif.

Pembicara harus mengetahui betul isi pembicaraannya, dan harus mampu

mengevaluasi efek komunikasinya terhadap orang lain. Jadi bukan hanya

mengetahui apa yang dibicarakannya tetapi juga mengetahui bagaimana cara

mengemukakan yang berkaitan dengan masalah bunyi bahasa. Pembicara juga

harus dapat memperlihatkan keberanian dalam berbicara dengan jelas dan tepat.

Ada beberapa faktor yang yang harus diperhatikan oleh seseorang pembicara

untuk berbicara efektif. Menurut Arsyad dan Mukti (1993 7-22) yang dapat

mempengaruhi keefektifan berbicara. Faktor non kebahasaan dan kebahasaan.

Faktor non kebahasaan meliputi sikap tubuh dalam berbicara, pandangan mata

lurus terhadap lawan bicara, kesediaan menghargai pendapat orang lain, gerak-

gerik atau mimik yang tepat, kenyaringan, kelancaran, penalaran, penguasaan

topik. Sedangkan faktor kebahasaan meliputi ketepaan ucapan, penempatan


11

tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, pemilahan kata dan diksi, ketepatan

sasaran pembicaraan, dan ketepatan penggunaan kalimat dan tata bahasa.

Komunikasi tidak selalu berjalan dengan lancar. adakalanya mengalami

hambatan atau gangguan. Gangguan-gangguan dalam berbicara akan

mengakibatkan proses penerimaan pesan tidak berlangsung dengan baik. Faktor

yang mempengaruhi kegiatan berbicara antara lain :

1) Faktor fisik, yaitu faktor-faktor yang ada pada partisipan itu sendiri, seperti

kesempurnaan alat ucap dan sebagainya.

2) Faktor media, adalah faktor-faktor linguistic dan non linguistik, yang

berupan tekanan, lagu, suara, ucapan, dan isyarat gerak bagian tubuh.

3) Faktor psikologis, faktor yang berasal dari kejiwaan pembicara sendiri,

misalnya ketika ia sedang marah, sedang sedih atau saat sedang menangis,

maka cara pengucapan berbicaranya akan berbeda-beda.

e. Ragam Seni Berbicara

Secara garis besar, berbicara dapat dibagi mencakup beberapa jenis (Henry

Tarigan, 1981: 22). Ragam berbicara tersebut antara lain:

1) Berbicara di depan orang banyak.

a) Berbicara di dalam situasi-situasi yang bersifat informatif (informative

speaking, pewara/ MC).

b) Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan, persahabatan

(fellowship speaking).

c) Berbicara dalam situasi-situasi rundingan dengan tenang dan hati-hati

(deliberate speaking).
12

2) Berbicara pada konferensi (conference speaking), sebagai contoh dalam

diskusi kelompok (group discussion), baik yang bersifat resmi (formal)

seperti diskusi panel, konferensi maupun yang bersifat tidak resmi

(informal) seperti diskusi kelompok belajar.

3) Debat. Debat adalah suatu keahlian untuk saling beradu mengungkapkan

pendapat dengan tujuan mencari tahu mana pendapat yang paling relevan.

Jenis pidato sendiri dapat dibedakan menurut sifat dan isi pidato. Menurut

Bahar (2010:13-14) pidato dapat dibedakan menjadi beberapa macam:

1) Pidato pembukaan. Pidato pembukaan adalah pidato yang dibawakan

oleh pembawa acara (MC) untuk mengawali suatu acara.

2) Pidato pengarahan. Pidato pengarahan adalah pidato untuk mengarahkan

pada pertemuan. Pidato ini memberikan seluruh gambaran mengenai

suatu acara yang sedang dilaksanakan supaya seluruh hadirin

mengetahui rangkaian acara yang sedang berjalan.

3) Pidato sambutan. Pidato ini merupakan pidato yang disampaikan pada

suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh

beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian.

4) Pidato peresmian adalah pidato yang dilakukan ole seorang yang

berpengaruh untuk meresmikan sesuatu. Pidato ini merupakan salah satu

pidato inti dalam suatu acara.

5) Pidato laporan, yakni pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas

atau kegiatan tertentu. Dalam isi pidato ini menunjukkan hasil dari suatu

kegiatan yang sudah dijalani.


13

6) Pidato pertanggung jawaban, berisi suatu laporan pertanggung jawaban

mengenai suatu tugas yang sudah diemban dalam suatu periode tertentu.

f. Berbicara sebagai Pewara/ MC (Master of Ceremony)

Pewara atau MC adalah satu jenis keterampilan berbicara dimana pelaku

berbicara menyampaikan sejumlah informasi tentang tata urutan sebuah acara atau

reroncening adicara kepada orang lain dengan wicara (cara berbicara), wirama

(irama dalam berbicara), wirasa (perasaan), dan wiraga (sikap badan) yang baik.

Menurut Dictionary of the English Language, MC adalah (1) A person who acts

as host at a formal event, making the welcoming speech and introducing other

speakers, (2) A performer who conducts a program of varied entertainment by

introducing other performers to the audience. Kesimpulannya MC adalah

seseorang yang bertindak sebagai seorang tuan rumah yang menyambut tamu dan

mengatur jalannya sebuah acara.

Menurut Rakhmat (2001: 17-19), berdasar kepada ada atau tidaknya

persiapan dan sesuai dengan cara yang dilakukan pada saat persiapan, metode

penyampaian pidato MC dapat dibagi menjadi 4 macam cara:

1) Metode impromptu atau menyampaikan tanpa persiapan apapun. Metode

ini menuntut adanya gagasan spontan dari orator agar hal yang disampaikan

runtut dan sesuai dengan pendengar. Metode ini biasa digunakan oleh orang

yang sudah ahli berpidato di depan orang banyak dan sudah menjalani

latihan yang ketat.


14

2) Metode manuskrip atau metode berpidato menggunakan teks atau membaca

teks. Metode ini memungkinkan pembicara untuk dapat menyampaikan isi

pembicaraan tanpa melenceng dari arah pembicaraan tujuan semula.

3) Metode memoriter atau metode hafalan tanpa menggunakan teks. Dalam

metode ini, pembicara terlebih dahulu menyiapkan susunan naskah pidato

yang kemudian dihafalkan. Metode ini merupakan pengembangan dari

metode manuskrip, tetapi metode ini mempunyai kelemahan jika lupa

sebagian naskah maka akan lupa keseluruhan naskah. Metode ini biasanya

digunakan oleh orang-orang yang masih belajar berpidato.

4) Metode ekstemporan adalah metode yang paling sering digunakan oleh

pembicara. Dalam metode ini, pembicara menyampaikan isi pembicaraan

setelah sebelumnya menyiapkan materi dalam bentuk poin-poin atau secara

garis besar materi. Garis besar pidato nantinya akan dijadikan pokok

bahasan untuk mengatur gagasan yang ada di dalam pikiran, sehingga pidato

yang disampaikan lebih sistematis.

Di dalam berpidato, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi keefektivan

di dalam berbicara. Pidato yang efektif dapat terwujud bila menguasai beberapa

hal, antara lain: penguasaan bahasa yang baik dan lancar, keberanian, ketenangan

sikap di depan massa, sanggup mengadakan reaksi yang cepat dan tepat, sanggup

manampilkan gagasan secara lancar dan teratur, serta memperlihatkan suatu sikap

dan gerak-gerik yang tidak kaku dan canggung.

Menurut Letitia Baldrige (1985 :320) “The Master of Ceremonies is

responsible for ensuring that the program/event runs smoothly, runs on time and
15

that all important people at the event are introduced in a complimentary,

professional manner. Being a successful Master of Ceremonies requires,

preparation, a friendly manner and ability to adjust to/ad lib as necessary to

ensure a successful event”. Singkatnya MC bertanggung jawab dalam memastikan

bahwa acara berjalan dengan baik, tepat waktu dan mementingkan beberapa

persiapan dan beberapa hal lain. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika

seseorang hendak melakukan kegiatan berbicara sebagai pewara atau MC

berbahasa Jawa. Menurut E. Suharjendra (2006: 7-13) hal-hal perlu untuk

diperhatikan tersebut antara lain adalah :

1) Busana lan Patrap (Pakaian dan Sikap)

Patrap atau sikap termasuk dalam berbusana, sangat menentukan baik

buruknya seorang pewara atau MC. Sebagai contoh, jika seorang MC

membawakan sebuah acara pernikahan dalam adat Jawa, maka pakaian yang

cocok adalah dengan mengenakan busana kejawen. Jika dalam upacara

kematian atau sripah maka pakaian yang cocok adalah pakaian yang sederhana,

rapi, dan tidak mewah. Selain busana, sikap juga menentukan baik buruknya

seorang pewara. Dalam menyampaikan, seorang pewara biasanya berbicara

sambil berdiri, maka hal yang perlu diperhatikan adalah cara berdiri.

Cara atau sikap berdiri yang baik adalah berdiri dengan tegak, sikap

ngapurancang, telapak tangan kanan diatas telapak tangan kiri. Jika di dalam

sebuah upacara pernikahan atau manten maka pembawaan harus ceria, tetapi

jika dalam upacara kematian atau sripah pembawaan harus selaras dengan

suasana.
16

2) Basa lan Lagu (Bahasa dan Irama)

Dalam menyampaikan tata acara, seorang MC harus mampu berbicara

dengan bahasa yang jelas, suara yang keras, dan irama yang baik. Bahasa yang

digunakan mudah dimengerti oleh pendengarnya, isi dari perkataannya dapat

diterima dengan baik (komunikatif). Begitu juga irama dalam berbicara penting

untuk diperhatikan. Dalam berbicara yang baik, suara yang dihasilkan harus

keras, sehingga dapat terdengar oleh semua pendengar. Wirama atau intonasinya

tidak monoton, sehingga pendengar tidak menjadi bosan saat mendengarnya.

3) Melok lan Trawaca

Agar di dalam berbicara seorang pewara mendapat perhatian, maka yang

perlu diperhatikan adalah posisi seorang pewara harus dapat terlihat oleh semua

pendengarnya, dan berbicara dengan suara yang lantang dan jelas (tidak terburu-

buru, cedal, dll).

Sedangkan menurut Endraswara (2009:17-18) syarat baku yang

mempengaruhi keefektifan berpidato sebagai pewara adalah sebagai berikut

1. Parama basa, inggih menika bab tata rakiting basa manut

kalenggahanipun, tata karma sarta unggah-ungguhing basa. Pamilihing

tembung kadamela ingkang runtut tur ngesemake. Menawi kathah kithaling

tembung temtu saged nguciwani para tamu.

2. Wara carita, inggih menika wasis ngandharaken kawontenan boten gonyak-

ganyuk, wasis carita.


17

3. Samanta guna, inggih menika mumpuni salwiring kabisan umpamanipun,

bab seni budaya, mranata urut-urutaning gendhing, pangawikan lahir

batos, bab agami, lan bab tetaning pasrawungan.

4. Nawang krida, inggih menika pratitis tumindakipun ingkang linanbaran

lantiping pambudi.

5. Pana sasmita, inggih menika tegesipun prnatacara menika kedhah

gathekan.

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyampaian pidato adalah

mempunyai minat dan keberanian tampil di hadapan public, memiliki kemampuan

menyampaikan dan memiliki suara yang baik, simpatik dan berbakat (Bahar,

2010:16). Selain mampu menguasai massa masih diperlukan banyak hal antara

lain:

1. Pembicara dituntut seseorang yang bermoral. Pembicara yang bermoral baik

dan jujur akan sangat berkenan bagi pendengar. Sebaliknya jika tidak

bermoral, apa yang disampaikan tidak akan didengar.

2. Pembicara hendaknya sehat jasmani dan rohani sehingga penampilannya

dapat bersemangat, bersimpatik, dan baik dipandang.

3. Sarana yang diperlukan hendaknya mendukung, seperti pengeras suara

waktu serta tempat sesuai.

4. Jika berpidato di depan massa, harus diperhatikan tingkat pengetahuan

massa, waktu berbicara tidak lama, pembicara harus sabar, dan

menyesuaikan gaya dengan massa.


18

Berdasarkan teori-teori berbicara sebagai pewara atau MC berbahasa Jawa

di atas, dapat disimpulkan hal-hal yang pokok yang perlu diperhatikan oleh

seorang MC antara lain:

a) Sikap. Patrap atau sikap sangat menentukan baik buruknya seorang

pewara atau MC. Cara atau sikap berdiri yang baik adalah berdiri

dengan tegak, sikap ngapurancang, telapak tangan kanan diatas telapak

tangan kiri.

b) Dalam menyampaikan tata acara, seorang MC harus mampu berbicara

dengan bahasa yang jelas, suara yang keras, dan irama yang baik.

c) Dapat menggunakan bahasa yang baik dan benar serta mudah

dimengerti oleh pendengarnya, agar isi dari perkataannya dapat

diterima dengan baik (komunikatif).

d) Agar di dalam berbicara seorang pewara mendapat perhatian, maka

yang perlu diperhatikan adalah posisi seorang pewara harus dapat

terlihat dan dapat melihat semua pendengarnya.

e) Dapat berbicara dengan tenang dan jelas (tidak terburu-buru, cedal, dll).

2. Metode Demonstrasi dan Latihan

a. Definisi Demonstrasi dan Latihan

Metode demonstrasi dan latihan adalah salah satu metode yang dapat

diterapkan dengan syarat memiliki keahlian untuk mendemonstrasikan

penggunaan alat atau suatu keterampilan tertentu, dalam penelitian ini,

keterampilan berbicara sebagai MC Jawa, seperti kegiatan yang sesungguhnya.

Keahlian mendemonstrasikan tersebut harus dimiliki oleh guru dan atau pelatih
19

yang ditunjuk, setelah didemonstrasikan, siswa diberi kesempatan melakukan

latihan keterampilan seperti yang diperagakan oleh guru dan atau pelatih.

b. Pendekatan Demonstrasi dan Latihan

Metode demontrasi ini sangat efektif menolong siswa mencari jawaban atas

pertanyaan seperti : bagaimana prosesnya, terdiri dari unsur apa, cara mana yang

paling baik, dan bagaimana dapat diketahui kebenarannya. Metode demonstrasi

(N. K, Roestiyah : 89-92) dan latihan dapat dilaksanakan:

a. Pada kegiatan pembelajaran bersifat formal, magang, atau latihan kerja.

b. Bila materi pelajaran berbentuk keterampilan gerak, petunjuk sederhana

untuk melakukan keterampilan dengan menggunakan bahasa asing dan

prosedur melaksanakan suatu kegiatan.

c. Ketika guru, pelatih, instruktur bermaksud menyederhanakan penyelesaian

kegiatan yang panjang, baik yang menyangkut pelaksanaan suatu prosedur

maupun dasar teorinya.

d. Pengajar bermaksud menunjukkan suatu standar penampilan

e. Untuk menumbuhkan motivasi siswa tentang latihan/ praktik yang kita

laksanakan.

f. Untuk mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan kegiatan

mendengar ceramah/ membaca di dalam buku, karena siswa memperoleh

gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya.

g. Bila beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada siswa dapat di

jawab lebih teliti waktu proses demonstrasi atau eksperimen.


20

h. Bila siswa aktif latihan, maka ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman

praktik untuk mengembangkan kecakapan dan memperoleh pengakuan dan

pengharapan dari lingkungan sosial.

i. Siswa dapat memungkinkan untuk menerapkan apa yang dipelajarinya

dalam situasi yang sesungguhnya.

j. Dapat diberikan bimbingan pada siswa secara dekat selama praktik.

c. Penerapan Demonstrasi dan Latihan

Dalam penerapannya, metode demonstrasi dan latihan ini memiliki batasan-

batasan, yang bertujuan agar pembelajaran menggunakkan metode ini dapat

berjalan dengan lancar. Batas-batas metode demonstrasi dan latihan:

a. Demonstrasi alam menjadi metode yang tidak wajar bila alat atau suatu

keterampilan yang didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama.

b. Demontrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti dengan sebuah

aktivitas dimana para siswa sendiri dapat ikut bereksperimen dan

menjadikan aktifitas itu pengalaman pribadi.

c. Tidak semua hal dapat didemontrasikan di dalam kelompok.

d. Manakala setiap orang diminta mendemonstrasikan dapat menyita banyak

waktu, dan dapat membosankan bagi peserta lain.

e. Membutuhkan waktu yang panjang, karena siswa harus mendapatkan

kesempatan berpraktik sampai baik.

f. Mebutuhkan tenaga pengajar yang lebih banyak, karena setiap pengajar

hanya dapat membantu sejumlah siswa.


21

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh

peneliti adalah penelitian berjudul “ Metode Pembelajaran Tari untuk Siswa Tuna

Grahita di SLB Negeri 3 Yoygakarta” dengan metode Ceramah plus Demonstrasi

dan latihan (Latihan) yang dilakukan oleh Susi Wendhaningsih. Metode Ceramah

plus Demonstrasi dan Latihan ini sangat berguna bagi kegiatan belajar-mengajar

pada bidang studi atau materi pelajaran yang berorientasi pada keterampilan

siswa.

Tujuan utama dari ceramah dalam metode CPDL adalah menjelaskan

konsep-konsep keterampilan dalam materi pelajaran, sedangkan tujuan

demonstrasi adalah untuk memperagakan atau mempertunjukkan proses

melakukan keterampilan yang sebelumnya diuraikan pada tahap ceramah. Tahap

terakhir aplikasi metode CPDL ini adalah penyelenggaraan keterampilan yang

sebelumnya telah didemonstrasikan. Prinsip pokok yang perlu diperhatikan guru

adalah sebagai berikut :

1. Latihan harus didahului dan diselingi dengan penjelasan guru mengenai

dasar pemikiran dalam keterampilan yang dilatihnya.

2. Latihan tidak membosankan bagi siswa. Oleh karena itu, alokasi waktu yang

singkat lebih baik.

3. Latihan harus menarik minat dan perhatian siswa.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah variasi metode pembelajaran mampu

mengoptimalkan kemampuan siswa dalam mempelajari suatu keterampilan karena


22

inti dari metode pembelajaran ini adalah latihan rutin yang diulang-ulang (drill).

Hambatan yang dilalui dalam penelitian ini antara lain kurangnya minat dalam

pembelajaran, keadaan ruang kelas yang tidak tetap (kurang disesuaikan dengan

kebutuhan pembelajaran) dan kurangnya buku dan referensi.

C. Kerangka Pikir

Keterampilan berbicara sebagai pewara (MC berbahasa Jawa) mengalami

beberapa kendala. Faktor penyebab menurunnya kualitas pembelajaran

keterampilan berbicara sebagai pewara (MC Jawa) antara lain materi

pembelajaran yang kurang menarik, kurang adanya pengembangan metode di

dalam proses pembelajaran, dan kurang adanya partisipasi siswa. Pewara ( MC

Jawa) adalah berbicara menyampaikan informasi kepada orang banyak, yang di

dalam praktiknya menuntut kemampuan pemilihan kata yang baik dan sesuai

pengorganisasian kalimat yang mudah dimengerti oleh orang lain, sehingga untuk

mengembangkan keterampilan berbicara yang produktif, siswa harus terus dilatih

membentuk kalimat dengan latihan tata bahasa Jawa dan cara merangkai kalimat-

kalimat. Selain itu, dalam belajar bahasa, memerlukan metode belajar dan strategi

belajar yang bervariasi guna mendorong siswa untuk dapat meningkatkan dan

mengembangkan keterampilan berbahasa, khususnya keterampilan berbicara

sebagai pewara (MC Jawa).

Salah satu inovasi metode yang berkaitan guna memenuhi syarat tersebut

adalah dengan metode demonstrasi dan latihan. Metode demonstrasi dan latihan

ini merupakan metode yang dapat diterapkan dengan syarat memiliki keahlian
23

untuk memperagakan suatu keterampilan, dalam penelitian ini, kemampuan

berbicara sebagai MC.

Penggunaan metode demonstrasi dan latihan pada peningkatan kemampuan

berbicara MC dapat menjadi metode yang efektif dalam memacu dan memotivasi

siswa dalam mendalami pembelajaran berbahasa, khususnya berbicara sebagai

pewara (MC Jawa), sehingga dengan metode demonstrasi dan latihan ini

keterampilan berbicara siswa sebagai pewara (MC Jawa) akan menalami

peningkatan.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan

berbicara bahasa Jawa siswa sebagai pewara (MC) dengan menggunakan metode

demonstrasi dan latihan pada siswa SMA N 1 Pakem, .

Anda mungkin juga menyukai