Materi:
Keterampilan Berbicara
DISUSUN OLEH
KHUSNUL FATONAH, M.PD.
PENDAHULUAN
Dalam modul 11 ini, mahasiswa akan memperoleh informasi yang berkaitan
dengan keterampilan berbicara. Beberapa hal yang akan dijelaskan dalam modul ini
adalah hakikat keterampilan berbicara, tujuan keterampilan berbicara, faktor-faktor
penunjang dan penghambat keterampilan berbicara, serta jenis-jenis keterampilan
berbicara yang meliputi presentasi formal, berpidato, dan wawancara.
Kemampuan dasar dalam berbicara sudah dimiliki oleh setiap orang. Hal ini
dapat ditelusuri dalam kebiasaan berinteraksi antarindividu dan anggota masyarakat.
Ketika suasana santai, kemampuan dasar dalam berbicara yang biasa dilakukan adalah
berdialog. Ketika berbicara di hadapan umum dalam bentuk seminar, kemampuan
dasar dalam berbicara yang biasa dilakukan adalah presentasi. Jika ingin mengutarakan
gagasan tertentu pada khalayak, kegiatan berbicara yang dilakukan salah satunya
berpidato.
Agar mendapatkan hasil pembicaraan yang baik, pembicara perlu
memperhatikan beberapa hal, misalnya, memilih topik yang tepat, menguasai materi,
mengetahui situasi, tujuan jelas, kontak dengan pendengar, pemilihan kata-kata yang
tepat, urutan gagasan yang bernalar, struktur kalimat yang baik dan benar, penampilan
yang meyakinkan, serta suara yang jelas didengar dan dimengerti pendengar. Dengan
kata lain, berbicara bukan sekadar mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata.
Diharapkan setelah membaca modul ini, mahasiswa memiliki pengetahuan dalam
hal keterampilan berbicara. Selain itu, mahasiswa mampu mempraktikkan berbagai
jenis keterampilan berbicara sesuai dengan situasi dan kondisi.
Sementara itu, menurut Burhan (dalam Ahmad, 2013) ada empat aspek yang
dinilai pada saat kegiatan berbicara di antaranya sebagai berikut.
1) Ketepatan pengucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa
secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian
pendengar, menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, atau kurang menarik.
Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang digunakan tidak selalu sama. Setiap orang
mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang dipakai berubah-ubah sesuai dengan
pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran. Akan tetapi, jika perbedaan atau perubahan
itu terlalu mencolok dan menyimpang, keefektifan komunikasi akan terganggu.
2) Ketepatan intonasi
Kesesuaian intonasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara dan
merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik,
penempatan intonasi yang sesuai dengan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika
penyampaiannya datar saja, hampir dapat dipastikan menimbulkan kejemuan dan
keefektifan berbicara berkurang.
Demikian juga halnya dalam pemberian intonasi pada kata atau suku kata. Tekanan
suara yang biasanya jatuh pada suku kata terakhir atau suku kata kedua dari belakang,
kemudian ditempatkan pada suku kata pertama. Misalnya kata peyanggah, pemberani,
kesempatan, diberi tekanan pada pe-, pem-, ke-, tentu kedengarannya janggal.
3) Pilihan kata (diksi)
Pilihan kata (diksi) hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah
dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan
lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya,
kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk dan
kata-kata yang berasal dari bahasa asing. Kata-kata yang belum dikenal memang
membangkitkan rasa ingin tahu, tetapi menghambat kelancaran komunikasi. Pilihan
kata itu tentu harus disesuaikan dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa kita
berbicara (pendengar).
4) Kelancaran
Seorang pembicara yang lancar berbicara memudahkan pendengar menangkap isi
pembicaraannya. Ia akan mampu mengatur tempo ketika berbicara, tidak terlalu lambat
atau terlalu cepat.
2. Hambatan eksternal
Selain hambatan internal, pembicara akan menghadapi hambatan yang datang
dari luar dirinya. Hambatan itu kadang-kadang muncul dan tidak disadari
sebelumnya oleh pembicara. Hambatan eksternal meliputi:
a. Suara atau bunyi
Hendaknya pembicara harus berani dan siap mental dalam menghadapi
suara-suara sumbang dari para pendengar yang bisa membuat mental turun.
b. Kondisi ruangan
Kegaduhan, keributan-keributan kecil yang terjadi di ruangan bisa sedikit
membuat konsentrasi buyar. Pembicara harus fokus pada apa yang
dibawakannya, harus bisa mengondisikan pendengar supaya tetap tenang
dan tertib.
c. Media
Dalam menyampaikan berita, pembicara harus menyiapkan media-media
pendukung supaya komunikasi berjalan lancar tanpa hambatan
d. Pengetahuan pendengar
Pembicara yang baik adalah pembicara yang mampu mengetahui sejauh
mana pengetahuan yang dimiliki para pendengarnya, sehingga apa yang
disampaikannya bisa dipahami para pendengarnya dan juga tidak terjadi
salah komunikasi.
4. Jenis-Jenis Keterampilan Berbicara
Ada banyak jenis keterampilan berbicara yang dapat dikembangkan
mahasiswa. Namun, pada modul ini, keterampilan berbicara yang akan dijelaskan
mencakup presentasi ilmiah, wawancara, dan berpidato.
a. Presentasi Ilmiah
Arifin dan Tasai (2010) menjelaskan bahwa presentasi ilmiah adalah penyajian
karya tulis atau karya ilmiah seseorang di depan forum undangan atau peserta yang
dilakukan secara aktif dalam jangka waktu yang tersedia. Penyajian karya tulis
tersebut bermanfaat untuk menyebarkan informasi, baik yang sifatnya ilmiah atau
berdasarkan hasil penelitian maupun pengetahuan terapan yang bersifat populer.
Unsur-unsur yang menunjang presentasi ilmiah antara lain penyaji (pemakalah),
pemandu, pencatat (notulis), dan peserta. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
pembicara ketika melakukan presentasi ilmiah adalah sebagai berikut.
(1) Materi yang akan dipresentasikan mampu menarik minat dan perhatian peserta
Penyaji atau pembicara harus menguasai materi yang akan disampaikan dan
materi tersebut penting untuk diketahui. Selain itu, pembicara juga mampu
menggunakan media yang menarik, seperti slide di Power Point, animasi, atau
video.
(2) Mengarahkan perhatian peserta didik
Pembicara dapat memanfaatkan informasi latar belakang peserta atau
memperkenalkan secara resmi siapa saja yang hadir dalam acara tersebut.
(3) Mempertahankan minat dan perhatian peserta
Pembicara perlu menjaga agar suara tidak monoton dan selalu jelas terdengar.
Pembicara juga dapat menggunakan intonasi serta tempo pembicaraan yang
tepat.
(4) Menjaga kefokusan masalah yang tetap
Keterampilan pembicara dalam menjaga alur presentasi sangat diperlukan.
Dalam hal ini, hal-hal yang disampaikan pembicara harus fokus pada masalah,
singkat, dan padat.
(5) Menjaga etika atau kode etik presentasi
Kejujuran dalam menyajikan informasi juga perlu diperhatikan pembicara. Jika
data tersebut diambil dari suatu sumber, pembicara harus mencantumkan
sumber dari data tersebut. Jika ada hal-hal yang sekiranya dapat menyinggung
perasaan peserta sebaiknya tidak perlu diucapkan.
b. Berpidato
Contoh lain dari keterampilan berbicara yang perlu dikuasai mahasiswa adalah
berpidato. Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi
untuk menyatakan pendapatnya atau memberikan gambaran tentang suatu hal.
Pidato biasanya dibawakan oleh seorang yang memberikan orasi-orasi dan
pernyataan tentang suatu hal/peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan.
Pidato yang baik ditandai oleh beberapa kriteria. Amran dan Tasai (2010)
menjelaskan kriteria tersebut antara lain, isi pidato sesuai dengan kegiatan yang
sedang berlangsung, menggugah dan bermanfaat bagi pendengar, tidak
menimbulkan pertentangan sara, jelas, benar dan objektif, serta bahasa yang dipakai
mudah dipahami, santun, rendah hati, dan bersahabat.
Agar pidato yang dibawakan berhasil, ada beberapa hal yang perlu dikuasai di
antaranya lafal, tempo, dinamik, dan warna suara. Lafal berkaitan dengan kejelasan
pengucapan, baik itu huruf, kata, maupun kalimat. Tempo dapat diartikan sebagai
cepat lambatnya pengucapan. Dinamik berkaitan dengan keras lembutnya suara.
Sementara itu, warna suara adalah kaitan antara kata yang diucapkan dengan
suasana hati, misalnya, gembira, sendu, sedih, atau khidmat sesuai dengan tujuan
acara tersebut.
Dalam kaitannya dengan berpidato, Keraf (1994) menjelaskan empat macam
metode yang dapat dilakukan dalam hal penyajian lisan.
(1) Metode impromptu (serta merta), yakni metode penyajian yang dilakukan secara
spontan, tanpa persiapan, dan berdasarkan kebutuhan sesaat.
(2) Metode menghafal, yakni metode penyajian yang dilakukan dengan cara
menghafal materi yang akan dibawakan.
(3) Metode naskah, yakni metode panyajian yang dilakukan dengan cara membaca
naskah atau teks. Biasanya metode ini dipakai dalam pidato-pidato resmi.
Keahlian dalam membacakan teks sangat diperlukan agar pidato yang
disampaikan tidak monoton atau membosankan.
(4) Metode ekstemporan, yakni metode penyajian yang dilakukan dengan membuat
catatan-catatan kecil berisi poin-poin yang akan disampaikan.
Selain metode, Ermanto dan Emidar (2019) menjelaskan bahwa ada beberapa
taktik berpidato yang dapat dikuasai di antaranya sebagai berikut.
(1) Taktik suspensi, yaitu taktik yang mengemukakan pernyataan-pernyataan baru
yang mengejutkan.
(2) Taktik partiner, yakni taktik yang mengemukakan pertanyaan yang menuju pada
tema pidato yang hendak disampaikan.
(3) Taktin qontation, yakni semacam taktik dengan mengulangi lagi kata-kata yang
populer.
(4) Taktik self reference, yakni taktik dengan menceritakan pengalaman-
pengalaman pribadi yang cocok dengan tema pidato yang akan disampaikan.
(5) Taktik happening reference, yakni taktik yang bertujuan untuk mengemukakan
kejadian-kejadian penting yang sesuai dengan tema untuk menarik perhatian
pendengar.
(6)Taktik exhibition, yaitu taktik dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan
yang mengagetkan untuk menarik kembali perhatian pendengar.
(7) Taktik appeal self interest, yakni taktik dengan mengemukakan penyataan-
pernyataan untuk menggugah kepentingan pribadi pendengarnya.
c. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab antara dua pihak, yaitu pewawancara dan
narasumber untuk memperoleh data, keterangan, atau pendapat tentang suatu hal atau
informasi. Syarat yang perlu diperhatikan sebelum melakukan kegiatan wawancara
adalah ada pewawancara atau wartawan, ada narasumber, dan ada bahan yang
dipertanyakan. Narasumber adalah orang yang memberikan jawaban atau pendapat
atas pertanyaan pewawancara. Narasumber juga biasa disebut dengan informan.
Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi tiga jenis, yakni
wawancara bebas, wawancara terpimpin, dan wawancara bebas terpimpin. Dalam
wawancara bebas, pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada responden, tetapi
harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berhubungan dengan data-data yang
diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.
Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan
yang lengkap dan terperinci. Sementara itu, Dalam wawancara bebas terpimpin,
pewawancara mengombinasikan wawancara bebas dengan wawancara terpimpin, yang
dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman tentang apa-apa yang
ditanyakan secara garis besar.
Saat melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan suasana
agar tidak kaku sehingga responden mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan. Berikut adalah sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara.
(1) Netral; artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju terhadap
informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam
seluruh keterangan dari responden, baik yang menyenangkan atau tidak.
(2) Ramah; artinya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si
responden.
(3) Adil; artinya pewawancara harus bisa memperlakukan semua responden dengan
sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada semua responden
bagaimanapun keberadaannya.
(4) Hindari ketegangan; artinya, pewawancara harus dapat menghindari ketegangan,
jangan sampai responden sedang dihakimi atau diuji. Kalau suasana tegang,
responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan meminta pewawancara
untuk tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan
situasi dan pembicaraan agar terarah.
Ketika proses wawancara berlangsung, ada beberapa hal yang sebaiknya dihindari,
di antaranya (1) pewawancara tidak perlu menyampaikan pertanyaan yang sudah
umum atau pasti jawabannya, (2) menanyakan pertanyaan yang inti jawabannya sama
dengan pertanyaan sebelumnya, (3) meminta narasumber untuk mengulang-ulang
jawabannya, (4) memotong pembicaraan narasumber, dan (5) Bersikap lebih pandai
dari narasumber.
LATIHAN
Kerjakan soal latihan berikut dengan baik dan benar!
1. Jelaskan kendala-kendala yang sering dihadapi ketika melakukan presentasi ilmiah!
2. Kegiatan wawancara juga tidak asing dalam dunia kerja. Jelaskan menurut pendapat
Anda hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat akan melakukan wawancara kerja!
RANGKUMAN
Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata secara lisan untuk mengekspresikan, menyatakan, serta
menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara
lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh sehingga informasi/ pesan dari
satu sumber ke sumber lainnya dapat dipahami sesuai dengan tujuan. Secara umum,
tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi secara lisan untuk dapat
menyampaikan semua yang dirasakan dan dipikirkan. Lebih lanjut, Tarigan (dalam
Suandi dkk, 2018) menjelaskan beberapa tujuan dari berbicara, di antara untuk
menghibur, menginformasikan, menstimulasi, menggerakkan, dan meyakinkan.
Faktor penunjang keterampilan berbicara terdiri atas faktor kebahasaan dan
nonkebahasaan. Faktor kebahasaan mencakup (a) ketepatan ucapan (meliputi
ketepatan pengucapan vokal dan konsonan), (b) penempatan tekanan, (c) penempatan
persendian, (d) penggunaan nada/irama, (e) pilihan kata, (f) pilihan ungkapan, (g)
variasi kata, (h) tata bentukan, (i) struktur kalimat, dan (j) ragam kalimat. Sementara
faktor nonkebahasaan yang meliputi: (a) keberanian/semangat, (b) kelancaran, (c)
kenyaringan suara, (d) pandangan mata, (e) gerak-gerik dan mimik, (f) keterbukaan,
(g) penalaran, dan (h) penguasaan topik.
Selain faktor penunjang, ada pula faktor penghambat keterampilan berbicara.
Hambatan-hambatan tersebut terdiri atas hambatan yang datang dari pembicara sendiri
(internal) dan hambatan yang datang dari luar pembicara (eksternal). Hambatan
internal dapat berkaitan dengan ketidak sempurnaan alat ucap, penguasaan komponen
kebahasaan (lafal danintonasi, pilihan kata (diksi), struktur bahasa, gaya bahasa),
penggunaan komponen isi (hubungan isi dengan topik, struktur isi, kualitas isi,
kuantitas isi), serta kelelahan dan kesehatan fisik maupun mental. Sementara itu,
hambatan eksternal berkaitan dengan keadaan di luar diri pembicara, seperti suara atau
bunyi, kondisi ruangan, media, dan pengetahuan pendengar.
Jenis-jenis keterampilan berbicara yang perlu dikuasai mahasiswa antara lain
presentasi ilmiah, berpidato, dan wawancara. Presentasi ilmiah adalah penyajian karya
tulis atau karya ilmiah seseorang di depan forum undangan atau peserta yang dilakukan
secara aktif dalam jangka waktu yang tersedia. Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara
di depan umum atau berorasi untuk menyatakan pendapatnya atau memberikan
gambaran tentang suatu hal. Wawancara adalah tanya jawab antara dua pihak, yaitu
pewawancara dan narasumber untuk memperoleh data, keterangan, atau pendapat
tentang suatu hal atau informasi.
TES OBJEKTIF
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan memilih jawaban yang benar!
1. Berikut ini yang merupakan hakikat berbicara adalah...
a. Mengungkapkan perasaan
b. Bercakap
c. Berekspresi
d. Berdialog
e. Melahirkan pendapat
5. Metode penyajian pidato yang dilakukan secara spontan, tanpa persiapan, dan
berdasarkan kebutuhan sesaat disebut…
a. Metode teks
b. Metode menghafal
c. Metode ekstemporan
d. Metode naskah
e. Metode impromptu
6. Unsur-unsur yang menunjang presentasi ilmiah adalah…
a. Pemakalah, narasumber, dan peserta.
b. Penyaji (pemakalah), pemandu, pencatat (notulis), dan peserta.
c. Narasumber, pengawas, penyaji, dan peserta
d. Pengawas, pelatih, dan peserta
e. Pelatih, pemakalah, penyaji, dan notulis.
9. Orang yang bertugas untuk mengatur jalannya presentasi atau diskusi, termasuk
penentu waktu yang disediakan untuk presentasi disebut…
a. Moderator
b. Pemakalah
c. Peserta
d. Penyaji
e. Notulis
10. Salah satu cara yang dapat dilakukan pembicara untuk mempertahankan minat dan
perhatian peserta agar fokus dalam menyimak presentasi adalah…
a. Pembicara selalu menjaga agar suara selalu jelas terdengar
b. Pembicara menjaga perasaan peserta agar tidak ada yang tersinggung
c. Pembicara dapat menggunakan beragam alat bantu agar presentasi lebih
menarik
d. Gaya berbicara pembicara perlu divariasikan
e. Pembicara perlu menjaga agar suaranya tidak monotong
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E Zaenal dan S. Amran Tasai. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademika Pressindo.
Ermanto dan Emidar. 2019. Bahasa Indonesia: Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Depok: Raja Grafindo Persada.
Keraf, Gorys. 1994. Komposisi. Flores: Nusa Indah.
Mulyati, Yeti dan Isah Cahyani. 2015. Keterampilan Berbahasa Indonesia di SD.
Tangerang: Universitas Terbuka.
Suandi, I Nengah dkk. 2018. Keterampilan Berbahasa Indonesia Berorientasi
Integrasi Nasional dan Harmoni Sosial. Depok: Raja Grafindo Persada.
Utorodewo, Felicia N. 2011. Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
https://www.gurupendidikan.co.id (diakses pada 15 Mei 2021)