Anda di halaman 1dari 14

BAB I

HAKIKAT MEMBACA

1.1 Pengertian Berbicara

Pengertian berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-


kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan (Tarigan, 2008:16). Pengertian tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa
berbicara berkaitan dengan pengucapan kata-kata yang bertujuan untuk menyampaikan apa
yang akan disampaikan baik itu perasaan, ide atau gagasan. Definisi berbicara juga
dikemukakan oleh Brown dan Yule dalam Puji Santosa, dkk (2006:34). Berbica adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan
pikiran, gagasan atau perasaan secara lisan. Pengertian ini pada intinya mempunyai makna
yang sama dengan pengertian yang disampaikan oleh Tarigan yaitu bahwa berbicara
berkaitan dengan pengucapan kata-kata. Haryadi dan Zamzani (2000:72) mengemukakan
bahwa secara umum berbicara dapat diartikan sebagai suatu penyampaian maksud (ide,
pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga
maksud tersebut dapat dipahami orang lain. Pengertian ini mempunyai makna yang sama
dengan kedua pendapat yang diuraikan diatas, hanya saja diperjelas dengan tujuan yang
lebih jauh lagi yaitu agar apa yang disampaikan dapat dipahami oleh orang lain. St. Y.
Slamet dan Amir (1996: 64) mengemukakan pengertian berbicara sebagai keterampilan
menyampaikan pesan melalui bahasa lisan sebagai aktivitas untuk menyampaikan gagasan
yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak. Pengertian ini
menjelaskan bahwa berbicara tidak hanya sekedar mengucapkan kata-kata, tetapi
menekankan pada penyampaian gagasan yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan penyimak atau penerima informasi atau gagasan.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian berbicara ialah kemampuan mengucapkan kata-kata dalam rangka
menyampaikan atau menyatakan maksud, ide, gagasan, pikiran, serta perasaan yang disusun
dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak agar apa yang disampaikan dapat
dipahami oleh penyimak atau lawan bicara individu maupun kelompok.

1.2 Tujuan Berbicara


Menurut Tarigan (2008: 16), “tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi.
Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, sehingga pembicara memahami makna
segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.
a) Berbicara menghibur, biasanya suasana santai, rileks dan kocak. Tidak berarti bahwa
berbicara menghibur tidak dapat membawakan pesan dalam berbicara menghibur tersebut
pembicara berusaha membuat pendengarnya senang gembira dan bersukaria.
Contoh: Jenis berbicara ini, antara lain lawakan, guyonan dalam ludruk, srimulat, cerita
kabayan, cerita Abu Nawas dan lain-lain.

b) Berbicara menginformasikan. Dalam suasana serius, tertib dan hening. Berbicara


menginformasikan pembicara berusaha berbicara jelas, sistematis dan tepat isi agar
informasi benar-benar terjaga keakuratannya.
c) Berbicara menstimulasi, berbicara menstimulasi juga berusaha serius, kadang-kadang
terasa kaku, pembicara berkedudukan lebih tinggi dari pendengarnya dapat disebabkan oleh
wibawa, pengetahuan, pengalaman, jabatan atau fungsinya yang memang melebihi
pendengarnya.

1.2 Manfaat Berbicara


Musaba (2012: 13)menjelaskan beberapa manfaat berbicara yaitu sebagai berikut:
a. Memperlancar Komunikasi Antar Sesama
Komunikasi antar manusia terbanyak dilakukan dengan lisan atau melalui berbicara. Oleh
karena itu, secara mendasar bahwa kemampuan berbicara menduduki peranan penting dalam
komunikasi antar sesama.
b. Mempermudah Pemberian Berbagai Informasi
Ketepatan dan kecepatan informasi yang diberikan melalui lisan dari seseorang kepada yang
lain amat bergantung pada mutu dan kejelasan pembicaraan pemberi informasi. Oleh karena
itu, orang yang mampu berbicara dengan baik kemungkinan besar dapat menyampaikan
informasi secara tepat dan cepat kepada lawan bicaranya.
c. Meningkatkan Kepercayaan Diri
Biasanya pembicara yang baik memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Karena dengan
mantap mengungkapkan gagasan atau buah pikirannya kepada orang lain, tanpa disertai
keraguan. Dengan kata lain pembicara yang baik adalah seseorang yang mampu
mengungkapkan sesuatu kepada orang lain dengan jelas dan bisa memahami keadaan lawan
bicara atau mitra tuturnya.
d. Meningkatkan Kewibawaan Diri
Pembicara yang baik memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Oleh karena itu, secara
langsung akan dapat meningkatkan kewibawaan dirinya pada saat dia tampil sebagai
pembicara, sekaligus dimungkinkan kewibawaan itu akan akan menyatu atau berpengaruh
terhadap keberadaan dirinya secara utuh.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat dari keterampilan
berbicara adalah alat untuk memperlancar komunikasi antar sesama, mempermudah
pemberian berbagai informasi, meningkatkan kepercayaan diri, dan meningkatkan
kewibawaan diri.

1.3 Aspek Berbicara


a) ketrampilan sosial (social skill) adalah kemampuan untuk berpartisipasi secara efektif
dalam hubungan-hubungan masyarakat. Ketrampilan sosial menuntut agar kita mengetahui
: apa yang harus dikatakan, bagaimana cara mengatakannya, dimana mengatakannya, kapan
tidak mengatakannya.
b) Keterampilan semantik (semantic skill) adalah kemampuan untuk mempergunakan kata-
kata dengan tepat dan penuh pengertian. Untuk memperoleh ketrampilan semantik maka kita
harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai makna-makna yang terkandung dalam
kata-kata serta ketetapan dan kepraktisan dalam penggunaan kata-kata. Hanya dengan cara
inilah kata-kata dapat masuk dengan cepat dan mudah ke dalam pikiran.
c) Ketrampilan fonetik (phonetic skill) adalah kemampuan membentuk unsur-unsur fonemik
bahasa kita secara tepat. Ketrampilan ini perlu karena turut mengemban serta menentukan
persetujuan atau penolakkan sosial. Ketrampilan ini merupakan suatu unsur dalam
hubungan-hubungan perorangan yang akan menentukan apakah seseorang itu diterima
sebagai anggota kelompok atau sebagai orang luar.
d) Ketrampilan vokal (vocall skill) adalah kemampuan untuk menciptakan efek emosional
yang diinginkan dengan suara kita. suara yang jelas, bulat, dan bergema menandakan orang
yang berbadan tegap dan terjamin, sedangkan suara yang melengking, berisik, atau serak
parau memperlihatkan kepribadian yang kurang menarik dan kurang meyakinkan.
d) Berbicara meyakinkan, sesuai dengan namanya, bertujuan meyakinkan pendengarnya,
suasananya pun bersifat serius, mencekam dan menegangkan.
e) Berbicara menggerakkan, juga menuntut keseriusan baik dari segi pembicara maupun
dari segi pendengarnya. .Pembicara dalam berbicara mendengarkan haruslah berwibawa,
tokoh, idola, panutan masyarakat.

Bab II
Teori Keterampilan Berbicara

Menurut Henry Guntur Tarigan (1983: 15) Keterampilan berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, mengatakan serta
menyatakan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima informasi melalui rangkaian
nada, tekanan, dan penempatan persendian. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka
ditambah lagi dengan gerak tangan (mimik) pembicara. Penutur dan mitra tutur melakukan
interaksi melalui ujaran lisan (berbicara) dimana pembicara berusaha menyampaikan
gagasannya. Penyampian gagasan tersebut menggunakan pemilihan diksi dan intonasi yang
sesuai dengan informasi yang akan disampikan sehingga dapat diterima oleh pendengar.

Berbicara dengan kata-kata, berpidato, dan bercakap-cakap. Batasan berbicara yang


dikemukakan ini lebih mengarah kepada jenis berbicara ( Badudu-Zain, 1994: 180). Kegiatan
berbicara digunakan sebagai alat komunikasi antara penutur dan mitra tutur yang bertujuan
menyampikan suatu pesan. Berbicara bisa dilakukan dengan saling berbincang maupun dalam
aktifitas lainnya, seperti puisi, berpidato, menceritakan pengalaman, dan story telling.
Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001:276) berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua
yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan.
Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan
akhirnya terampil berbicara. Terampil berbicara merupakan salah satu aspek berbahasa yang
diperoleh setelah mendengarkan. Ketika seseorang mendengarkan sebuah pesan atau informasi
kemudian berusaha untuk menyampikan dengan cara berbicara.

Persamaan dan Perbedaan Pendapat Tokoh Henry Guntur Tarigan, Badudu Zain, dan
Burhan Nurgiyantoro
Persamaan Perbedaan
1. Pendapat ketiganya menjelaskan 1. Pada pendapat Henry Guntur Tarigan
bahwa berbicara merupakan kegiatan berbicara merupakan ekspresi untuk
yang menghasilkan bunyi bahasa menyatakan gagasan
dimana didalammya berupa 2. Pada pendapat Badudu Zain bahwa
gagasan/pesan. kata-kata, berpidato, dan bercakap-
2. Pendapatnya menjelaskan bahwa cakap mengarah pada jenis berbicara
keterampilan mendengarkan 3. Pada pendapat Burhan Nurgiyantoro
merupakan awal dari keterampilan bahwa manusia belajar berbicara
berbicara dimulai dari aspek mendengarkan.
3. Pendapatnya bahwa berbicara
digunakan tidak hanya sebagai
komunikasi tetapi sebagai metode
pemebalajaran, seperti: puisi,
pidato,dll

Kelebihan dan Kekurangan Pendapat dari Henry Guntur Tarigan, Badudu Zain, dan
Burhan Nurgiyantoro
Kelebihan Kekurangan
1. Pendapat Henry Guntur Tarigan 1. Pada pendapat Badudu Zain, kurang
aspek berbicara dapat menyatakan menjelaskan tentang berbicara atau
pendapat seseorang yang dilengkapi proses terjadi berbicara .
dengan intonasi sehingga mitra tutur
mampu memahami pesan yang
disampikan
2. Pada pendapat Burhan Nurgiyantoro,
awal mula manusia belajar berbicara
dari mendengarkan bahasa dan
intonasi kemudian mulai
mengungkapkan dengan ujaran
(berbicara)
BAB III
PROSES BERBICARA

Dalam proses belajar berbahasa di sekolah, anak-anak mengembangkan kemampuan

secara vertikal tidak saja horizontal. Maksudnya, mereka sudah dapat mengungkapkan

pesan secara lengkap meskipun belum sempurna dalam arti strukturnya menjadi benar,

pilihan katanya semakin tepat, kalimat- kalimatnya semakin bervariasi, dan sebagainya.

Dengan kata lain, perkembangan tersebut tidak secara horizontal mulai dari fonem, kata,

frase, kalimat, dan wacana seperti halnya jenis tataran linguistik. Proses pembentukan

kemampuan berbicara ini dipengaruhi oleh aktivitas berbicara yang tepat. Bentuk

aktivitas yang dapat dilakukan di dalam kelas untuk meningkatkan kemampuan berbahasa

lisan siswa antara lain: memberikan pendapat atau tanggapan pribadi, bercerita,

menggambarkan orang/barang, menggambarkan posisi, menggambarkan proses,

memberikan penjelasan, menyampaikan atau mendukung argumentasi.

Berbicara merupakan tuntunan kebutuhan siswa di SD Sutran. Komunikasi yang efektif

dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan dalam setiap siswa

untuk berdiskusi atau berinteraksi dengan teman-temannya di kelas maupun di luar kelas.

Kemampuan berbicara sangat dibutuhkan dalam berbagai kegiatan pembelajaran Bahasa

Indonesia. Oleh karena itu, kemampuan ini perlu dilatihkan secara sejak awal
Dalam proses belajar bahasa di sekolah siswa mengembangkan sikap keterampilan secara

vertikal maksudnya mereka sudah dapat mengungkapkan pesan secara lengkap meskipun

belum sempurna makin lama keterampilan tersebut menjadi sempurna dalam arti

strukturnya menjadi semakin benar, pilihan kata semakin tepat dan kalimat semakin

bervariasi Ahmad Rofi'udin dan Darmayati Zuhdin (2000 : 7) mengemukakan ada tiga

cara untuk mengembangkan secara vertikal keterampilan berbicara:

a. Menirukan pembicaraan orang lain (khususnya guru).


b. Mengembangkan bentuk ujaran yang dikuasai.
c. Mendekatkan/mensejajarkan dua bentuk ujaran yaitu ujaran sendiri yang
belum benar dengan ujaran orang dewasa (terutama guru) yang sudah
benar.

Pengajaran berbicara yang selama ini dilaksanakan menganggap berbicara sebagai suatu

kegiatan yang berdiri sendiri. Dalam praktiknya pengajaran berbicara dilaksanakan

dengan menyuruh siswa berdiri di depan kelas untuk berbicara atau berpidato. Siswa lain

diminta mendengarkan dan tidak mengganggu. Siswa yang mendapat giliran akan

terekam, akibatnya pengajaran berbicara di sekolah kurang menarik. Agar seluruh siswa

terlibat dalam kegiatan hendaknya diingat bahwa hakekatnya kegiatan berbicara

berhubungan dengan kegiatan lain seperti menyimak, membaca serta berkaitan dengan

pokok pembicaraan.

Tugas guru adalah mengembangkan pengajaran berbicara agar aktifitas kelas dinamis

hidup dan diminati siswa. Tompkins dan Hoskisson dalam Ahmad Rofi'udin dan

Darmayati Zuhdi (2001/2002: 8) mengemukakan proses pembelajaran berbicara dengan

beberapa jenis kegiatan yaitu :

a. Percakapan
Percakapan merupakan bentuk ekspresi lisan yang alami dan bersifat tidak
resmi. Siswa diberi kesempatan bercakap-cakap dalam kelompok kecil.
Mereka belajar tentang peranan kemampuan berbicara dalam
mengembangkan pengetahuan.
b. Berbicara estetik
Teknik bercerita yang dilakukan oleh siswa setelah membaca karya sastra.
Hal penting dalam memilih cerita antara lain : cerita sederhana, alur jelas,
pelaku tidak banyak mengandung dialog.
c. Berbicara untuk menyampaikan informasi atau mempengaruhi
Kegiatan ini adalah siswa melaporkan informasi secara lisan, wawancara
dan debat. Dalam melaporkan informasi secara lisan siswa memilih topik
yang kemudian dikembangkan. Saat menyajikan informasi siswa tidak
akan membaca catatan. Siswa lain mendengarkan, mengajukan pertanyaan
dan memberikan penghargaan.
d. Kegiatan Dramatik
Kegiatan ini melatih siswa untuk berinteraksi dengan teman sekelas
berbagai pengalaman dan mencoba menafsirkan sendiri naskah.

Keterampilan lebih mudah dikembangkan jika siswa memperoleh

kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain

dalam kesempatan bersifat informal walaupun demikian kesempatan untuk

berbicara di kelas merupakan kondisi yang harus diciptakan karena bermanfaat

bagi pembelajaran untuk mempelajari aspek-aspek pragmatik dan aspek-aspek

lain dalam kaitannya penggunaan bahasa. Untuk mengembangkan

keterampilan ini siswa memerlukan konteks yang bermakna misalnya

berbicara dengan guru dan kelompok. Bermain peran, bercerita, membawa

membawa sesuatu dari rumah dan menceritakannya di kelas. Ross dan Roe

dalam Ahmad Rofi'udin dan Darmayati Zuhdi (2001/2002: 13). Selama

kegiatan belajar di sekolah guru menciptakan kegiatan untuk melatih

keterampilan berbicara antara lain :

a. Menyampaikan informasi
Di kelas tinggi bentuk kegiatan ini misalnya berpidato. Tujuannya adalah
untuk mengembangkan rasa percaya diri dalam berbicara, belajar
menyusun dan menyajikan suatu pembicaraan dan mempelajari cara yang
terbaik untuk berbicara dihadapan sejumlah pendengar
b. Partisipasi dalam diskusi
Diskusi memberi kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dengan siswa
lain dan guru, mengekspresikan secara lengkap, menyajikan berbagai
pendapat dan mempertimbangkan perubahan pendapat. Menurut hasil
penelitian menunjukan bahwa diskusi merupakan strategi yang membuat
siswa lebih bergairah dalam proses pembelajaran
c. Berbicara menghibur dan menyajikan pertunjukan.
Siswa dapat menyajikan pertunjukan untuk teman orang tua dan
masyarakat. Siswa menyajikan sandiwara boneka, bercerita dan membaca.
BAB IV

JENIS BERBICARA

Pembelajaran berbicara mempunyai sejumlah komponen yang pembahasanya

diarahkan pada segi metode pengajaran. Guru harus dapat mengajarkan

keterampilan berbicara dengan menarik dan bervariasi. Menurut Tarigan (2008:

106) ada 4 metode pengajaran berbicara antara lain:

a. Percakapan

Percakapan adalah pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu

topik tertentu antara dua atau lebih pembaca. Greene dan Petty dalam

Tarigan (2008: 106). Percakapan selalu terjadi dua proses yakni proses

menyimak dan berbicara secara simultan. Percakapan biasanya dalam

suasana akrab dan peserta merasa dekat satu sama lain dan spontanlitas.

Percakapan merupakan dasar keterampilan berbicara baik bagi anak-anak

maupun orang dewasa.

b. Bertelepon

Menurut Tarigan (2008: 124) telepon sebagai alat komunikasi yang

sudah meluas sekali pemakaianya. Keterampilan menggunakan telepon

bisnis, menyampaikan berita atau pesan. Penggunaan telepon menuntut

syarat-syarat tertentu antara lain: berbicara dengan bahasa yang jelas,

singkat dan lugas. Metode bertelepon dapat digunakan sebagai metode

pengajaran berbicara. Melalui metode bertelepon diharapkan siswa didik

berbicara jelas, singkat dan lugas. Siswa harus dapat menggunakan waktu

seefisien mungkin.
c. Wawancara

Menurut Tarigan (2008: 126) wawancara atau interview sering

digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya wartawan mewawancarai

para menteri, pejabat atau tokoh-tokoh masyarakat mengenai isyu penting.

Wawancara dapat digunakan sebagai metode pengajaran berbicara, pada

hakekatnya wawancara adalah bentuk kelanjutan dari percakapan atau

Tanya jawab. Percakapan dan tanya jawab sudah biasa digunakan sebagai

metode pengajaran berbicara.

d. Diskusi

Diskusi sering digunakan sebagai kegiatan dalam kelas. Metode

diskusi sangat berguna bagi siswa dalam melatih dan mengembangkan

keterampilan berbicara dan siswa juga turut memikirkan masalah yang

didiskusikan. Menurut Kim Hoa Nio dalam Tarigan (2008: 128) diskusi

ialah proses pelibatan dua atau lebih individu yang berintraksi secara verbal

dan tatap muka, mengenai tujuan yang sudah tentu melalui cara tukar

menukar informasi untuk memecahkan masalah.


14

Anda mungkin juga menyukai