Anda di halaman 1dari 11

MODUL 3

KETERAMPILAN BERBICARA

TUTOR

Azizatur Rahma, S.S., M.A.


ANGGOTA KELOMPOK :

1. DEWI MAYANG SARI (858422169)

2. MAYSAROH NUR ALISA POHAN (858419486)

3. MIFTA QOYYIMATUS SA’DIAH (858419336)

4. MOCHAMMAD ILHAM RIDHO (858417697)

5. SULINTANG SARI. M (858421389)


KB 1 Keterampilan Berbicara Permulaan

I. Pengertian
Para pakar mendefinisikan kemampuan berbicara secara berbeda-beda.
• Tarigan (1991:15) mengemukakan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, mengatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
• Djago Tarigan (1990:149) menyatakan bahwa berbicara adalah keterampilan
menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.
• Arsjad dan Mukti (1993:23) mengemukakan pula bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan
mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan,
dan perasaan.
Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara itu lebih daripada sekadar mengucapkan
bunyi-bunyi atau kata-kata saja, melainkan suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang
disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak.
KB 1 Keterampilan Berbicara Permulaan

II. TUJUAN
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi.
Tujuan umum berbicara menurut Djago Tarigan (1990:149) terdapat lima golongan
berikut ini.
Menghibur
Menginformasikan
Menstimlasi
1. Menggerakkan
KB 1 Keterampilan Berbicara
Permulaan

III. FUNGSI
Kemampuan berbicara permulaan berfungsi untuk :
Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi;
Menggambarkan sesuatu baik benda, tempat, orang ataupun suasana;
Menjelaskan prosedur secara sistematis;
Memerankan tokoh, cerita, dan deklamasi;
Menceritakan pengalaman, menanggapi, dan menyarankan; serta
1. Melakukan komunikasi melalui elektronik.
Adapun kemampuan berbicara permulaan
KB 1 Keterampilan Berbicara yang sesuai dengan KTSP adalah :
Permulaan
• Berdialog dapat diartikan sebagai pertukaran
IV. JENIS-JENIS BERBICARA PERMULAAN pikiran atau pendapat mengenai suatu topik
tertentu antara dua orang atau lebih disebut
Berbicara Berdasarkan Tujuan. dialog.
Berbicara berdasarkan situasinya. • Menyampaikan pengumuman berarti
Berbicara berdasarkan cara penyampaiannya. menyampaikan sesuatu hal yang perlu
Berbicara Berdasarkan Jumlah Pendengarnya. diketahui oleh khalayak ramai.
1. Berbicara berdasarkan Peristiwa Khusus. • Bercerita, sejak zaman dahulu, orang tua
terutama ibu mempunyai kebiasaan
bercerita ketika meninabobokan anaknya
di tempat tidur.
KB 2 KETERAMPILAN BERBICARA LANJUTAN
I. PENGERTIAN Berbicara bukan hanya sekadar
Banyak pakar memberikan batasan tentang berbicara, di antaranya: pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata.
Berbicara adalah suatu alat untuk
• Tarigan (1991:15) mengatakan bahwa berbicara adalah
mengomunikasikan gagasan-gagasan yang
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
disusun serta dikembangkan sesuai
untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan
dengan kebutuhan-kebutuhan sang
pikiran, gagasan, dan perasaan.
pendengar atau penyimak. Berbicara
• Moeliono dkk. (1988:114) mengatakan bahwa berbicara adalah merupakan instrumen yang
berkata, bercakap, berbahasa, melahirkan pendapat dengan mengungkapkan kepada penyimak
perkataan. hampir-hampir secara langsung apakah
• Tarigan (1998:34) mengatakan bahwa berbicara sang pembicara memahami atau tidak,
adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui baik bahan pembicaraannya maupun para
bahasa lisan. penyimaknya; apakah dia bersikap tenang
Dari tiga pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa berbicara serta dapat menyesuaikan diri atau tidak,
adalah kemampuan seseorang menyampaikan pikiran, pada saat dia mengomunikasikan gagasan-
gagasan, dan perasaan dengan menggunakan bahasa lisan. gagasannya dan apakah dia waspada serta
antusias atau tidak (Mulgrave dalam
Tarigan, 1981:15).
KB 2 KETERAMPILAN BERBICARA LANJUTAN

II. TUJUAN
Menurut Tarigan (1998:49) tujuan III. FUNGSI
pembicara biasanya dapat dibedakan
atas lima golongan, berikut ini. Mendeskripsikan secara lisan tempat sesuai denah dan
petunjuk penggunaan suatu alat;
Berbicara untuk Menghibur. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi
Berbicara untuk Menginformasikan. dengan berbalas pantun dan bertelepon;
Berbicara untuk Menstimulasi. Mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan, fakta
Berbicara untuk Meyakinkan. secara lisan dengan menanggapi suatu persoalan,
1. Berbicara untuk Menggerakkan. menceritakan hasil pengamatan, atau berwawancara;
Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan
dalam diskusi dan bermain drama;
1. Memberikan informasi dan tanggapan secara lisan;
2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi
dengan berpidato, melaporkan isi buku, dan baca
puisi.
KB 2 KETERAMPILAN BERBICARA LANJUTAN
IV. JENIS-JENIS BERBICARA LANJUTAN
Jenis-jenis berbicara lanjutan berdasarkan KTSP, yaitu sebagai berikut.
• Musyawarah mengandung arti perundingan, yaitu membicarakan sesuatu supaya mencapai kata sepakat.
Mencapai kata sepakat tentu tidak mudah karena setiap orang mempunyai kepentingan pribadi. Dalam
suatu musyawarah yang penting adalah kepentingan orang banyak, setiap orang mengesampingkan
kepentingan pribadi demi kepentingan umum.
• Diskusi : Nio (dalam Haryadi, 1981:68) mengatakan diskusi ialah proses penglibatan dua orang atau lebih
individu yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka, mengenai tujuan yang sudah tentu melalui tukar-
menukar informasi untuk memecahkan masalah. Brilhart (dalam Haryadi, 1997:68) menjelaskan diskusi adalah
bentuk tukar pikiran secara teratur dan terarah dalam kelompok besar atau kelompok kecil dengan tujuan
untuk pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah.
KB 2 KETERAMPILAN BERBICARA LANJUTAN
IV. JENIS-JENIS BERBICARA LANJUTAN
Jenis-jenis berbicara lanjutan berdasarkan KTSP, yaitu sebagai berikut.
• Menyampaikan Argumentasi, Proses komunikasi untuk menyampaikan argumentasi karena harus
mempertahankan pendapat disebut debat. Setiap pihak yang berdebat akan mengajukan argumentasi
dengan memberikan alasan tertentu agar pihak lawan atau peserta menjadi yakin dan berpihak serta setuju
terhadap pendapat-pendapatnya (Laksono, 2003:20).
• Pidato Komunikasi lisan, khususnya pidato dapat dilakukan dengan cara impromtu, menghafal,
metode naskah, dan ekstemporan.

Anda mungkin juga menyukai