Anda di halaman 1dari 4

Nama : Novia Silvianti Dewi

Kelas : X – PM 1
Meresensi Buku
I. Identitas Buku
1. Judul : Layar Terkembang
2. Pengarang : Sutan Takdir Alisjahbana
3. Kota Penerbit : Jakarta
4. Penerbit : PT Balai Pustaka
5. Cetakan/Edisi : ke-42
6. Jumlah halaman : 208 halaman

II. Sinopsis
Kisah bermulai dari sosok kakak beradik yang memiliki sifat berbeda, Tuti dan
Maria. Tuti seorang kakak yang selalu serius dan aktif dalam berbaagai kegiatan
wanita. Ia bahkan aktif dalam memberikan orasi-orasi tentang persamaan hak
kaum wanita. Pada saat itu, semangat kaum wanita sedang bergelora sehingga
mereka mulai menuntut persamaan dengan kaum pria. Sedangkan Maria adalah
adik yang lincah dan periang sehingga semua orang yang berada didekatnya
pasti akan menyenangi kehadirannya. Di tengah-tengah dua dara jelita ini,
muncul lah Yusuf, seorang mahasiswa kedokteran, yang pada masa itu lebih
dikenal dengan sebutan Sekolah Tabib Tinggi. Sejak pertemuannya yang
pertama di gedung akuarium pasar ikan, antara Maria dan Yusuf timbu kontak
batin sehingga mereka menjadi sepasang kekasih.
Sementara itu, Tuti yang melihat hubungan cinta kasih adiknya sebenarnya
berkeinginan pula untuk memiliki seorang kekasih. Apalagi setelah ia menerima
surat dari Supomo, seorang pemuda terpelajar yang baik hati dan berbudi luhur.
Namun, karena pemuda itu bukanlah idamannya, ia menolak cintanya. Sejak itu
hari-harinya semakin disibukkan dengan kegiatan organisasi dan melakukan
kegemarannya membaca buku sehingga ia sedikit melupakan angan-angannya
tantang seorang kekasih.
Setelah melalui tahap-tahap perkenalan, pertemuan dengan keluarga, dan
kunjungan oleh Yusuf, diadakanlah ikatan pertunangan antara Maria dan Yusuf.
Tetapi sayang, ketika menjelang hari pernikahan Maria dan Yusuf, ternyata
musibah menimpa Maria. Maria terkena TBC dan parahnya itu dibarengi dengan
penyakit malaria yang membuatnya semakin lemah. Maria dilarikan ke
Sanatorium Pacet, sebuah rumah sakit di pegunungan untuk menjalani
penyembuhan. Namun takdir berkata lain, Maria pun meninggal karena
penyakitnya itu. Sebelum Maria meninggal, ia berpesan bahwa ia akan
berbahagia apabila Tuti dan Yusuf bisa hidup bersama. Hingga pada akhirnya
Tuti dan Yusuf pun bertunangan dan akhirnya menikah.

III. Analisis Bacaan


1. Unsur Intrinsik
a. Tema : Perjuangan Wanita
b. Amanat :
Untuk menyelesaikan suatu masalah harus diselesaikan dengan
musyawarah dan jangan memaksakan kehendak.
c. Penokohan/karakteristik :
- Tuti : Berwibawa, pandai, tegas, berpendirian teguh, berpikir rasional.
- Maria : Mudah kagum, ekspresif, tegar, berpendirian, ulet, ramah.
- Yusuf : Ramah, baik, pandai, peduli, berjiwa nasionalis.
- Raden Wiriatmaja (Ayah Tuti & Maria) : Baik, pengertian, bijaksana.
- Partadiharja (Paman Tuti & Maria) : Ramah, bijaksana.
- Rukamah (Sepupu Tuti & Maria) : Baik hati, suka bercanda.
- Saleh (Adik Partadiharja) : Lulusan sarjana yang sangat peduli akan alam.
- Ratna (Istri Saleh) : pandai, baik hati.
d. Alur/Plot : Maju
e. Latar/Setting :
1. Waktu :
- Pagi : “Keesokan harinya pagi-pagi sebelum setengah tujuh ia telah siap
makan ddan berpakaian akan pergi kesekolah”
- Petang : “Tiap-tiap petang apabila sudah menyelesaikan rumah dan
sudah pula mandi dan berdandan biasanya benar ia duduk di tempa itu
menanti hari senja “
- Malam : “Pada malam Minggu, Tuti duduk di ruang dengan menghadap
meja membaca buku di bawah lampu”
2. Tempat :
- Gedung akuarium di pasar ikan
- Rumah Wiriatmaja
- Martapura, Kalimantan Selatan
- Rumah Sakit Pacet
- Rumah Partadiharja
- Gedung permufakatan
3. Suasana :
- Kebimbangan dan goncangan jiwa yang dialami Tuti
f. Gaya : Didalam novel ini terdapat majas dan banyak menggunakan bahasa
Melayu sehingga agak sulit untuk dimengerti.

IV. Unsur Ekstrinsik


1. Riwayat hidup pengarang (Biografi)
Sutan Takdir Alisjahbana (lahir Natal, Sumatera Utara, 11 Februari 1908
– meninggal di Jakarta, 17 Juli 1994 pada umur 86 tahun), merupakan
tokoh pembaharu, sastrawan, dan ahli tata Bahasa Indonesia. Setelah
menamatkan sekolah HIS di Bengkulu (1915-1921), STA melanjutkan
pendidikannya ke Kweekschool, Bukittinggi yang kemudian meneruskan
ke Hogere Kweekchool di Bandung (1921-1925), menjalani pendidikan
dan menerima pendidikan di Fakultas Sastra di Rechtschogeschool di
Jakarta (1937-1942), dan memperoleh gelar Dr. Honoris Causa untuk
Ilmu Bahasa dari Universitas Indonesia (1979) dan untuk Ilmu Sastra dari
Universitas Sains Malaysia, Penang, Malaysia (1987).
2. Nilai-nilai yang terkandung
a. Nilai Moral :
Mengajarkan kita untuk saling menghargai dan peduli terhadap
sesama manusia dan juga alam.
b. Nilai Budaya :
Nilai budaya yang terkandung adalah sebaiknya dalam menentukan
sesuatu haruslah dengan keinginan hati jangan karena ada paksaan
dari orang lain.
c. Nilai Ekstetika :
Mengajarkan kita untuk saling menghargai satu sama lain, berbicara
dengan sopan, tidak memotong pembicaraan orang lain.
d. Nilai Religi :
Dalam menghadapi suatu masalah, kita harus tegar dan jangan mudah
menyerah. Kita harus hadapi masalah tersebut dengan usaha,
kesabaran, dan berserah diri kepada Tuhan.
e. Nilai Pendidikan :
Mengajarkan tentang pentingnya pendidikan bagi kita. Karena untuk
mencapai tujuan, kita harus memiliki ilmu pengetahuan agar tidak
tertinggal dengan orang lain dan mampu bersaing di masyarakat.

V. Penutup
a. Simpulan
Setelah membaca buku ini kita mendapatkan banyak pengetahuan baru.
Buku ini memberikan inspirasi dan membuka mata kita tentang kegigihan
dalam berjuang yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Dan
menunjukkan kalau wanita itu tidak lemah dan juga tidak bisa dipandang
rendah maupun diremehkan.

b. Saran
Buku ini harus direvisi ulang tatanan bahasanya, agar dapat lebih mudah
untuk dimengerti atau dipahami. Sehingga menarik minat para pembaca
khususnya para remaja dengan isi novel Layar Terkembang.

Anda mungkin juga menyukai