Anda di halaman 1dari 4

Mengatasi Rasa Malas Pada Diri Sendiri

Judul : Berdamai dengan Rasa Malas

Penulis : Munita Yeni

Penyunting : Mustika Putri

Penata aksara : Ryan

Perancang sampul : Ryan

Penerbit : Psikologi Corner

Cetakan pertama : Juli 2019

Jumlah halaman : 208 halaman

Dimensi : 14 x 20 cm

Harga : Rp.55.500,00

ISBN : 978-623-7324-07-2

Buku “Berdamai dengan Rasa Malas” ditulis oleh Munita Yeni, seorang anak
terakhir yang lahir di Bantul, Yogyakarta. Setelah lulus dari Universitas Negeri Yogyakarta
dengan fokus pada Pendidikan dan Psikologi Anak, Munita mengembangkan cintanya pada
literasi. Selama kuliah, ia aktif dalam penelitian dan penulisan, termasuk esai mengenai
“Pendidikan dan Pola Asuh yang Tepat untuk Anak.” Beberapa bukunya telah diterbitkan,
seperti “Jangan Salah Didik” (Psikologi Corner, 2019) dan buku best-seller “Baca Buku Ini
Saat Engkau Lelah” (Psikologi Corner, 2018). Munita Yeni memegang moto bahwa setiap
peristiwa selalu memiliki alasan masing-masing.

Buku ini adalah cetakan pertama dari Penerbit Psikologi Corner di Yogyakarta,
diterbitkan pada Juli 2019 dengan ISBN 978-623-7324-07-2. Fisik bukunya berukuran 14 x
20 cm, berwarna hitam putih dengan gambar kucing tidur di cover dan isi juga hitam putih.
Bentuk bukunya persegi panjang, dan gaya penulisannya penuh semangat, mengajak
pembaca mengatasi rasa malas dengan kerja keras dan pola pikir positif.

1
Penulis merasakan pengaruh buruk yang mengaitkan rajin dengan kekayaan dan
malas dengan kemiskinan. Meskipun malas terasa nyaman, pertimbangan moral tetap
mempengaruhi pikiran. Malas dapat mengganggu waktu dan kewajiban, terutama pada anak-
anak, dan terkait dengan depresi serta kehilangan minat pada rutinitas.

Perilaku malas sering muncul dan sering kali disertai penundaan tanggung jawab.
Pengalaman membentuk kebiasaan malas, terutama selama masa sekolah menengah, sulit
diubah. Keseimbangan otak rasional dan emosional memengaruhi pengambilan keputusan,
sementara kecerdasan emosional berhubungan dengan pengenalan perasaan dan tindakan
dalam situasi tertentu. Emosi saat ini juga memengaruhi perilaku masa depan dan respons
terhadap masalah serta kewajiban. Kecerdasan emosional penting dalam mengenali dan
mengelola emosi diri, serta memahami emosi orang lain.

Kemampuan mengelola emosi juga relevan dalam menghadapi perasaan negatif


seperti kecemasan, kekhawatiran, kemarahan, dan kesedihan. Ini memungkinkan individu
menjaga hubungan sosial, memotivasi diri, menghindari dorongan sesaat, dan menciptakan
hubungan yang lebih harmonis. Kecerdasan emosional mengajarkan bahwa emosi bisa
menular antara individu, tetapi individu yang cerdas emosional dapat mengelola ekspresi
emosi dan memahami sinyal emosi dari orang lain. Hal ini membantu menjaga interaksi yang
positif.

Pengalaman emosional yang ditunjukkan oleh orang tua berdampak pada


perkembangan anak, termasuk perkembangan emosi. Contohnya, tokoh Putri dan Fernandes
mengalami pengaruh masa kanak-kanak pada kepribadian mereka saat dewasa. Putri bersikap
galak dan mudah menyerah, sementara Fernandes mencari identitas dengan perasaan rendah
diri dan dendam terhadap ibunya.

Perasaan malas sering digambarkan sebagai musuh yang merugikan, dan


mengalahkannya melibatkan pemahaman terhadap kelemahan ini. Orang-orang terdekat
dapat menjadi sumber potensial penghambat kesuksesan, dan merasakan perasaan terkhianati
dan terlupakan adalah bagian dari tantangan ini. Rasa malas juga terkait dengan kebiasaan
seperti menangis dan menutup mata. Meskipun menangis bisa meredakan stres, jika
berlebihan, itu dapat menjadi hambatan.

Menangis bersama Tuhan atau saat beribadah dapat membatasi kesedihan. Ada cara
lebih baik untuk mengatasi kesulitan daripada menangis, seperti menyelesaikan tugas,

2
berbagi, atau bersenang-senang. Menguap bisa memicu malas, hindari dengan napas dalam-
dalam melalui hidung. Malas muncul saat kita kelebihan beban. Mengatasi dengan makanan
ringan atau aktivitas yang menyenangkan. Semakin banyak tanggung jawab yang
diselesaikan, semakin besar kebebasan yang kita miliki. Rajin menyelesaikan tugas-tugas
tanggung jawab kita akan memberikan kita lebih banyak waktu untuk aktivitas lainnya.
Namun, jika kita terlalu malas untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut, mereka akan
menumpuk dan kita akan merasa lelah dan kehilangan waktu untuk hal-hal lain.

Dalam konteks ilmiah, manusia memiliki kebutuhan untuk memperoleh motivasi


dalam diri, yang muncul setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan ini termasuk
kebutuhan untuk dicintai dan dimiliki, dihargai, dan mengaktualisasikan diri pada puncak
potensi manusia. Satu-satunya cara membuat hati kita penuh adrenalin dan merasa dicintai
adalah melibatkan diri dalam interaksi positif dengan orang lain yang menghargai keberadaan
kita.

kelebihan dari buku ini adalah cover pada buku yang menarik dan warna yang
digunakan pada covernya juga cocok yaitu warna hitam dan putih. Bukunya juga memiliki
bentuk dan ukuran yang nyaman dilihat dan dipegang. Tujuan penulis menulisnya adalah
eksplisit atau jelas dimana tujuannya hampir terdapat di setiap lembar. Setiap berganti atau
mengakhiri topik pasti saja terdapat tujuannya. Misalnya, “Jika kamu percaya akan adanya
Tuhan, maka kamu bisa melewati malam yang terasa mengasingkan”(halaman 152).

Menurut saya kekurangannya adalah kualitas kertas yang dimiliki buku cukup jelek
karena warna kertasnya kuning gelap dan kertasnya cukup tipis sehingga mudah robek. Font
huruf yang digunakan juga agak kurang bagus. Kualitas kertas dan font yang kurang menarik
ini membuat tulisannya agak susah dibaca sehingga bisa mengakibatkan para pembaca malas
untuk membaca bukunya. Dan juga bahasa yang digunakan memiliki cukup banyak istilah,
seperti “Goleman” dan “Ibid” (halaman 27). Hal ini mengakibatkan para pembaca bertambah
malas untuk membaca bukunya.

Saran dari saya, buku ini cocok untuk dibaca oleh kalangan remaja yang sedang
memiliki banyak sekali sifat malas. Isi-isi dari bukunya mampu mengubah kebiasaan malas
menjadi kebiasaan rajin. Akan lebih baik jika buku ini tidak menggunakan banyak kata
istilah, sehingga bukunya menjadi lebih mudah dipahami oleh semua orang yang membaca.
Dan juga, buku akan lebih baik jika kalimat dan katanya langsung menuju ke intinya dan
tidak berkelok-kelok sehingga akan lebih mudah untuk dipahami. Jika buku ini memiliki

3
kualitas kertas dan font yang baik dan juga menarik, kemungkinan besar para pembaca akan
menjadi senang untuk membaca bukunya.

Anda mungkin juga menyukai