Anda di halaman 1dari 3

Indonesische Studieclub

Indonesische Studieclub merupakan perkumpulan orang-orang terpelajar


yang mana pelopor pendirinya adalar Dr. Sutomo yang didirikan pada tanggal 12
Juli 1924 di kota Surabaya. Perkumpulan ini mempengaruhi ke daerah lainnya
seperti Bandung, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, dan Jakarta. Tujuan
didirikannya adalah mendorong kaum terpelajar dalam masyarkat pribumi untuk
memupuk keinsyafan hidup kemasyarakatan dan pengetahuan politik, mengajak
kaum terpelajar melalui pembahasan soal-soal nasional dan social bekerja Bersama-
sama mebangun ISC. Munculnya ISC di Surabaya ternyata berdampak kepada kota-
kota lainnya. Dalam waktu yang singkat berdirilah Algemeene Studieclub.
Kemudian dilanjut kota-kota lainnya. Meskipun Studieclub tersebut berbeda-beda
namun tetap terlihat sama ialah kesadaran atas persatuan Indonesia dan tujuan
kepada kemerdekaan. Pada hakikatnya, nama dari ISC sendiri merupakan sebuah
kedok untu menghindari pelarangan dari pemerintah Hindia Belanda, namun dalam
praktiknya perkumpulan ini membahas mengenai perpolitikan.

Diantara studieclub-studieclub tersebut terdapat tiga yang paling menonjol,


baik dalam aktivitasnya maupun dalam penerbitan majalahnya sendiri. Studieclub
Surabaya dengan majalahnya “Suluh Indonesia”, studieclub Bandung dengan
majalahnya “Indonesia Muda” dan studieclub Solo dengan majalahnya “Timbul”.
Dengan adanya tiga majalah tersebut, kaum intelek bisa memperoleh tempat yang
cocok untuk dapt mengasah otaknya dan dapat mengeluarkan aspirasi suaranya.
Terdapat dua perbedaan sikap antara studieclub Surabaya dengan Bandung, hal ini
dikarenakan pembentuk studieclub Bandung yang bekas anggota Perhimpunan
Indonesia, yang mana sikapnya sama dengan Perhimpunan Indonesia yang ada di
negeri Belanda. Sepak terjangnya pun berbeda, studieclub Bandung lebih condong
haluannya kea rah politik. Sedangkan studieclub Surabaya memusatkannya di
lapangan social. Begitu pula pada mulanya studieclub Subaraya bersikap
“koperasi” terhadap pemerintah colonial. Berbeda dengan studieclub Bandung yang
bersikap “non-koperasi”. Meskipun begitu, mereka tetap pada satu persamaan yang
mendasarinya yaitu “adanya kesadaran atas persatuan Indonesia dan tujuan kepada
kemerdekaan”.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan ISC adalah membentuk asrama-asarama
pelajar, untuk pria maupun wanita secara terpisah. Didirkian juga Vrouwentehuis
(Wisma Wanita) yang merupakan tempat penampungan wanita tuna Susila, mereka
diberi pelajaran berbagai kepandaian untuk dapat mencari nafkah sendiri.
Diselenggarakannya sekolah pertenunan (weefschool). Diusahakan koperasi-
koperasi, pusat kerajinan, bank kredit, Bank Nasional Indonesia, Gedung Nasional,
dll.

Terdapat suatu pemogokan-pemogokan pada tahun 1925 yang dilakukan oleh


buruh serikat kerja. Setelah mendengar peristiwa tersebut ISC menyusun laporan
yang melaporkan sebab terjadinya pemogokan 1925. Akibatnya, pada tahun 1926
majalah studieclub Surabaya yang bernama “Suluh Indonesia” digabungkan
menjadi satu dengan majalah studieclub Bandung yang bernama “Indonesia Muda”,
dari gabungan itu lahirlah majalah “Suluh Indonesia Muda” yang diasuh oleh Ir.
Soekarno dan Dr. Soetomo.

Pada 16 oktober 1930 ISC membuka pintu untuk semua orang, tidak lagi
terbatas kepada kaum terpelajar, sesuai dengan cita-citanya untuk berlandaskan
rakyat umum. Hal ini dipengaruhi karena fusi dari ISC dan Sarekat Madura dan
berganti nama menjadi Persatuan Bangsa Indonesia.

Pada tahun 1934 sampai 1945, terdapat pembentukkan kepanitiaan ad hoc


antara pihak PBI dengan Budi Utomo untuk kekuatan baru dalam gerakan nasional.
Pada tanggal 24-26 Desember 1935, kongres bersama diselenggarakan di Surakarta,
dan pada saat itu gagasan penggabungan Budi Utomo dan PBI direalisasikan. Dari
kedua partai itu muncullah partai baru yang bernama Partai Indonesai Raya
(Parindra) dan diketuai oleh Dr. Sutomo. Tujuan dan cita-cita Parindra sendiri
adalah mencapai Indonesia Yang Mulia. Terdapat pekerjaan yang harus
diselesaikan oleh partai ini seperti, memberikan Pendidikan kepada rakyat dalam
hal politik, ekonomi, dan social sehingga rakyat dalam waktu secepatnya dapat
menjalankan pemerintah negeri, sebagai permulaan cita-cita kemuliaan Indonesia.
Referensi :

Franklin. (1977). Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: Penerbit KANISIUS

Muljana, S. (2008). Kesadaran Nasional: Dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan,


Jilid 1. Yogyakarta: LKiS.

Tanpa Nama. (1977). Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jawa Timur. Jakarta:
Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Tanpa Nama. (1977). Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jawa Tengah.


Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai