Pembagian wilayah tersebut mencakup seluruh Pulau Jawa dan Madura terkecuali Kochi
Yogyakarta dan Surakarta. Adapun Jepang membagi Pulau Jawa dan Madura menjadi 17
Shu.
Kebijakan pemerintahan militer Jepang dalam bidang birokrasi politik memberikan dampak bagi
bangsa Indonesia. Antara lain yaitu :
Negatif
Terjadinya perubahan struktur pemerintahan dari sipil ke militer.
Terjadinya mobilitas vertikal atau pergerakan ke atas dalam birokrasi di Indonesia.
Positif
Sumber 2
Selain pemerintahan militer (gunsei) angkatan darat, Armada Selatan Kedua juga
membentuk suatu pemerintahan yang disebut Minseibu. Pemerintahan ini terdapat di tiga
tempat, yaitu Kalimantan, Sulawesi, dan Seram. Daerah bawahannya meliputi syu, ken,
bunken (subkabupaten), gun, dan son.
Sumber 3
Pada saat pendudukan Jepang, Pulau Jawa menjadi pusat pemerintahan yang terpenting,
bahkan jabatan Gubernur Jenderal masa Hindia Belanda dihapus dan diambil alih oleh
panglima tentara Jepang di Jawa. Sementara itu status pegawai dan pemerintahan sipil
masa Hindia Belanda tetap diakui kedudukannya asal memiliki kesetiaan terhadap
Jepang.
Status badan pemerintahan dan UU di masa Belanda tetap diakui sah untuk sementara,
asal tidak bertentangan dengan aturan kesetiaan tentara Jepang. Dampak kebijakan
pemerintah militer Jepang di bidang politik dan birokrasi yang dirasakan bangsa
Indonesia antara lain terjadinya perubahan struktur pemerintahan dari sipil ke militer,
terjadi mobilitas sosial vertikal (pergerakan sosial ke atas dalam birokrasi) dalam
masyarakat Indonesia.
Meskipun begitu, hal itu tidak sepenuhnya buruk. Bahkan ada sisi positif yang bisa
diambil oleh bangsa Indonesia, yaitu bangsa Indonesia mendapat pelajaran berharga
sebagai jawaban tentang bagaimana cara mengatur pemerintahan, karena adanya
kesempatan yang diberikan pemerintah Jepang untuk menduduki jabatan penting seperti
Gubernur dan wakil Gubernur, Residen, Kepala Polisi, dan beberapa jabatan lainnya.
Karena pusat pemerintahan berada di pulau Jawa maka pulau Jawa dan Madura (kecuali kedua
koci, yaitu Surakarta dan Yogyakarta) dibagi atas 6 wilayah pemerintahan menurut undang-
undang no. 27, yaitu :
Selain itu, dibentuk pula suatu pemerintahan yang disebut Minseibu yang terdapat di 3
wilayah, yaitu Kalimantan, Sulawesi, dan Seram. Daerah bawahannya meliputi syu, ken,
bunken (subkabupaten), gun, dan son.
Sementara itu, karena perang Pasifik maka angkatan perang Jepang pun mulai mengalami
kelemahan akibat serangan dari pihak sekutu yang semakin hebat. Untuk menyiasati hal tersebut,
akhirnya Jepang mengubah sikapnya terhadap negeri-negeri jajahannya. Akhirnya pada 16 Juni
1943, Perdana Menteri Jepang saat itu, yaitu Hideaki Toji mengeluarkan suatu kebijakan di
depan sidang istimewa parlemen ke-82 di Tokyo. Kebijakannya itu adalah dengan memberikan
kesempatan kepada orang Indonesia untuk turut serta mengambil bagian dalam pemerintahan
negara. Selanjutnya pada tanggal 1 Agustus 1943, dikeluarkanlah pengumuman Saiko Shikikan
(Panglima Tertinggi) tentang garis-garis besar rencana mengikutsertakan orang-orang Indonesia
dalam pemerintahan.
Adapun orang-orang Indonesia yang ikut serta dalam pemerintahan negara, antara lain:
Sumber 4