Ketika Inggris terlibat dalam Perang Dunia 1, Jepang turut bergabung sebagai sekutu
Inggris. Inggris sangat terbantu oleh Jepang yang berperan sebagai penjaga wilayah
jajahan Inggris di Asia, sementara kapal perang Inggris dipulangkan untuk menghadapi
armada tempur Jerman. Singkat kata, ketika PD1 berakhir, Jepang sebagai sekutu
Inggris berada di pihak pemenang!
Paska PD1, percaturan politik dunia masih sangat panas. Banyak negara yang khawatir
ancaman perang di kemudian hari bisa membuat negaranya hancur. Berbagai
ketegangan politik paska perang, membuat banyak negara berlomba-lomba
membangun armada tempur, termasuk Amerika, Inggris, dan Jepang. Dalam lomba ini,
tentu Jepang yang bercita-cita menguasai Asia Pasifik tidak mau ketinggalan. Ini
saatnya Jepang menunjukkan dirinya sebagai penguasa Asia!
Namun demikian, perlombaan ini nampaknya tidak sehat bagi perekonomian dalam
jangka panjang. Yah namanya bikin kapal perang kan pasti menguras banyak anggaran
negara. Untuk itu pada 12 November 1921- 6 February 1922, diselenggarakan sebuah
konferensi internasional (Washington Naval Conference) yang dihadiri oleh semua
kekuatan militer laut terkuat di dunia. Tujuan utamanya adalah untuk meredakan
perlombaan industri militer. Bagi negara Jepang sendiri, ada 2 point yang bisa
gua highlight dari perjanjian tersebut:
1. Semua pihak WAJIB MEMBATASI ARMADA TEMPURNYA! Jumlah berat kapal
tempur (battleship) Amerika dan Inggris dibatasi cuma 525 ribu ton! Untuk
Jepang, batasnya lebih kecil: 315 ribu ton! Artinya, perbandingannya 5:5:3.
2. Selama persekutuan Inggris dan Jepang masih ada, artinya armada
Amerika Serikat akan dikroyok oleh 2 armada ini! Jadi supaya kekuatannya
seimbang, persekutuan Inggris dengan Jepang wajib diakhiri.
Dalam menanggapi 2 point perjanjian ini, para pemimpin Jepang terbagi menjadi
beberapa faksi. Ada yang mendukung, ada juga yang menolak. Tanpa sadar,
perpecahan politik internal Jepang ini menjadi bibit masalah yang nantinya akan
menyeret Jepang pada perang dunia 2:
Anggota faksi ini adalah para admiral profesional yang mendapat pendidikan di luar
negeri seperti admiral Mitsumasa Yonai, Osami Nagano, Isoroku
Yamamoto, Shigeyoshi Inouye, dll.
2. Faksi Armada (Kantai-ha):
Berbeda dengan Faksi Perjanjian, Faksi ini adalah pihak Angkatan Laut yang MENOLAK
perjanjian Washington. Bagi faksi armada, pembatasan ini adalah soal harga diri
Jepang! Pembatasan industri militer sebesar 3/5, adalah tidak adil. Jepang telah
diremehkan, dianggap tidak sederajat, dan dikadalin oleh kekuatan Barat.
Oleh karena itu, Jepang harus menolak isi perjanjian ini dan membangun kekuatan
militer sesuai dengan takdirnya: sebagai penguasa Asia! Anggota faksi ini adalah
admiral ultranasionalis seperti Kato Kanji, Chuichi Nagumo, Pangeran Hiroyasu
Fushimi, dll.
****
Perpecahan faksi di kalangan militer ini menciptakan kekacauan politik di Jepang paska
PD1.
Latar Belakang Keterlibatan Jepang di PD II :
Latar belakang Jepang melibatkan diri dalam perang dunia ke-2 adalah karena paham yang
mereka anut, yiatu fasisme. Selain fasisme, Jepang memiliki motivasi lain dalam melakukan
invasi. Salah satunya adalah konsep Hakko Ichiu. Konsep ini pertama kali diungkapkan oleh
Jimmu Tenno, salah satu Kaisar Jepang pada 600 SM.
Hakko Ichiu sendiri memiliki arti “8 penjuru di bawah 1”. Orang Jepang pada masa itu
berasumsi bahwa seluruh dunia merupakan keluarga besar dan Jepang sebagai keturunan
Dewa menjadi pemimpin seluruh dunia. Asumsi bahwa kaisar sebagai perwujudan dunia
nyata berasal dari shintoisme. Ajaran ini sudah mendarah daging dalam akar budaya
jepang. Bahkan pada era Meiji, Shinto menjadi agama nasional. Oleh karena itu, ketika
jepang melakukan invasi para tentara dengan semangat tinggi rela melakukan apapun
demi Kaisar yang dianggap dewa. Menggunakan hakko ichiu sebagai pemacu semangat
benar-benar efektif bagi jepang pada masa itu.
Kemenangan Jepang :
Perang Dunia II di medan Asia-Pasifik diawali oleh Jepang dengan membom secara tiba-tiba terhadap
pangkalan terbesar Angkatan Laut Amerika Serikat Pearl Harbour di Pasifik tanggal 7 Desember 1941.
Lima jam setelah penyerangan itu, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Tjarda Van Starkenborg
Stachouwer menyatakan perang terhadap Jepang. Jepang dalam waktu singkat melakukan serbuan ke
selatan yakni pada tanggal 8 Desember 1941 menyerbu lapangan terbang Clark Field dan lapangan Iba di
Pulau Luzon Filipina. Setelah berhasil menguasai dua tempat tersebut Jepang melanjutkan menduduki P.
Hainan, Hongkong, dan Bangkok. Hongkong merupakan pos terdepan bagi Inggris di Asia. Pada tanggal
10 Desember 1941 Jepang menduduki Pulau Luzon dan Bataan di Filipina dengan mendapat perlawanan
sengit dari pasukan Amerika yang dibantu sukarelawan Filipina. Kemudian pada tanggal 16 Desember
1941 Jepang berhasil menduduki Birma (Myanmar) dan akhirnya pada tanggal 20 Desember 1991
Jepang menduduki Davao di Filipina.
Meletusnya Perang Asia Pasifik diawali dengan serangan Jepang ke Pangkalan Angkatan Laut Amerika
Serikat di Pearl Harbour (Hawai) pada tanggal 7 Desember 1941. Keesok harinya, yakni tanggal 8
Desember 1941, Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda mengumumkan perang kepada Jepang sehingga
berkobarlah Perang Asia Pasifik. Jepang yang sebelumnya telah menyerbu Cina (1937) dan Indocina
dengan taktik gerak cepat melanjutkaqn serangan ke sasaran berikutnya, yaitu Muangthai, Burma,
Malaya, Filipina, dan Hindia Belanda (Indonesia).
Untuk menghadapi agresi dan ofensif militer Jepang, pihak Sekutu membentuk pasukan gabungan yang
dalam komando ABDACOM (American, British, Dutch, and Australia Command = gabungan tentara
Amerika Serikat, Inggris, Belanda dan Australia) di bawah pimpinan Letjen H. Ter Poorten yang juga
menjabat Panglima Tentara Hindia Belanda (KNIL).
Perang Dunia II merupakan perang yang terjadi antara Jerman, Jepang dan Italia yang tergabung dalam
aliansi anti komintern (Axis) melawan negara-negara Sekutu yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris,
Cina, Australia, Prancis dan Selandia Baru. Perang Dunia II berlangsung antara tahun 1939 hingga tahun
1945. Di daratan Eropa, perang diawali dengan penyerangan Jerman atas Polandia pada 1 September
1939. Sedangkan di Pasifik, perang diawali dengan serangan mendadak atas pangkalan Angkatan Laut
Amerika di Pearl Harbor, Hawai oleh Jepang tanggal 7 Desember 1941 waktu Hawai atau 8 Desember
1941 waktu Jepang.
Latar belakang keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II dapat ditelusuri dari krisis Internasional yang
terjadi setelah Perang Dunia I. Diantarannya, monopoli kekuasaan oleh negara-negara pemenang
Perang Dunia I hingga krisis ekonomi dunia tahun 1929. Namun, pihak Amerika terus tidak sepakat
dengan apa yang diusulkan oleh Jepang. Akibatnya, perang dengan Amerika dirasa tidak perlu dihindari
lagi dan penyerangan atas Pearl Harbour tidak terelakkan. Amerika, Britania Raya, serta Belanda
menyatakan perang dengan Jepang pada hari itu juga, Sehari setelahnya giliran Cina resmi menyatakan
perang terhadap Jepang. Berawal dari sinilah Jepang terlibat langsung dalam Perang Dunia II. Selang 5
Jam setelah serangan terhadap Pearl Harbor, pesawat-pesawat Jepang telah mendarat di Filipina.
beberapa hari setelahnya Jepang berhasil mendarat di Hong-Kong pada tanggal 18 Desember 1941,
kemudian melanjutkan dengan menyerang Sumatra dan Borneo pada bulan yang sama. Ketika
memasuki bulan Februari tahun 1942, Jepang telah berhasil menaklukkan Indonesia (Hindia Belanda),
Singapura, dan Malaysia.
Pada awal perang, Jepang mampu mengungguli pihak sekutu dan berhasil menguasai hampir seluruh
daratan Asia Tenggara ditambah Cina dan Korea. Namun keadaan kemudian berbalik ketika Jepang kalah
dalam pertempuran laut di Midway sekitar tanggal 4 sampai dengan 7 Juni 1942, dalam pertempuran ini
3 kapal induk sarat pesawat yaitu Kaga, Akagi, dan Soryu terbakar dan tenggelam. Jepang Kehilangan
lebih dari 330 pesawat, termasuk pilotnya yang tak tergantikan. setelah itu kekalahan demi kekalahan
dialami oleh pihak Jepang. Di sisi lain, pihak sekutu dibawah pimpinan Jenderal Douglas MacArtur
semakin maju dan akhirnya berhasil mendarat di Okinawa pada bulan April 1945. Namun, Perlu diingat
pula bahwa sebelumnya Sekutu telah berhasil menduduki Iwo Jima pada bulan Februari 1945 dan
melakukan serangan udara terhadap titik-titik penting di Jepang. Jatuhnya pulau Okinawa tersebut
merupakan hal yang membahayakan bagi kota-kota Jepang lainnya. Benar saja, setelah mendarat di
Okinawa serangan demi serangan bom dilancarkan oleh sekutu ke kota-kota Jepang lainnya sehingga,
memporak-porandakan industri militer dan perekonomian Jepang.
1. KESIMPULAN
Jepang mulai terlibat dalam perang pada masa kekaisaran Hirohito karena Jepang
bercita-cita untuk membentuk Negara Asia Timur Raya yang diilhami oleh ajaran
Shinto tentang Hakko Ichiu dan berambisi besar untuk menggantikan kedudukan
bangsa-bangsa Asia dari penjajahan bangsa kulit putih. Dengan keadaan ini Jepang
terlibat dalam Perang Pasifik dengan Amerika. Kemenangan yang diperoleh negara
Jepang ialah kemenangan melawan Amerika dan menghancurkan pangkalan Amerika
di Hawaii. Dengan kemenangan ini memudahkan Jepang untuk memperluas daerah
jajahannya di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Awal mula ekspansi Jepang ke Indonesia didasari oleh kebutuhan Jepang akan
minyak bumi untuk keperluan perang. Menipisnya persediaan minyak bumi yang
dimiliki oleh Jepang untuk keperluan perang ditambah pula tekanan dari pihak
Amerika yang melarang ekspor minyak bumi ke Jepang. Langkah ini kemudian
diikuti oleh Inggris dan Belanda. Keadaan ini akhirnya mendorong Jepang mencari
sumber minyak buminya sendiri.
Secara berurutan Jepang mulai menguasai Hindia Belanda yang diawali dengan
penaklukan Tarakan, Kalimantan Timur, Balikpapan, Pontianak, Samarinda, dan
Banjarmasin. Jepang kemudian memusatkan serangannya ke Pulau Jawa. Pada
tanggal 1 Maret 1942, Jepang berhasil mendarat di tiga tempat sekaligus, yaitu di
Teluk Banten, di Eretan Wetan, sebelah barat Cirebon (Jawa Barat), dan Kragan
(Jawa Tengah). Setelah menguasai wilayah tersebut, Belanda pada tanggal 5 Maret
1942 mengumumkan Batavia (Jakarta) sebagai kota terbuka. Hingga akhirnya, pada
tanggal 8 Maret 1942 Belanda menyerah tanpa syarat terhadap Jepang di Kalijati,
Subang, Jawa Barat. Sejak saat itu, Indonesia dikuasai oleh Jepang.
Blok Poros
Blok Poros (bahasa Jerman: Achsenmächte, bahasa Jepang: 枢軸国 Sūjikukoku, bahasa
Italia: Potenze dell'Asse), dikenal juga sebagai Axis, adalah negara-negara yang berperang
dalam Perang Dunia Keduamelawan pasukan Sekutu. Kekuatan Poros sepakat tentang perlawanan
mereka terhadap Sekutu, tetapi tidak mengkoordinasikan perang mereka.
Blok Poros tumbuh dari upaya diplomatik Jerman, Italia dan Jepang untuk mengamankan
kepentingan ekspansionis mereka di pertengahan 1930-an. Langkah pertama adalah perjanjian
yang ditandatangani oleh Jerman dan Italia pada tahun 1936. Mussolini menyatakan pada tanggal 1
November bahwa semua negara-negara Eropa lainnya akan mulai berputar pada poros Roma-
Berlin, sehingga menciptakan istilah "Axis".[1][2]Secara bersamaan langkah kedua dilakukan melalui
petandatanganan Pakta Anti-Kominern pada November 1936 yang merupakan perjanjian anti-
komunis antara Jerman dan Jepang. Italia bergabung dengan pakta ini pada tahun 1937. "Poros
Roma-Berlin" menjadi aliansi militer pada tahun 1939 melalui "Pakta Baja", dengan Pakta
Tripartit (1940) yang mengarah ke integrasi tujuan militer Jerman dan dua sekutu perjanjian
tersebut.
Dalam puncak kejayaan mereka di Perang Dunia II, Axis memimpin dan menduduki sebagian besar
wilayah Eropa, Afrika Utara, dan Asia Timur. Tidak ada pertemuan puncak/KTT antar anggota serta
kerjasama dan koordinasi mereka sangat minim. Meskipun ada kedua hal tersebut antara Jerman
dan Italia, namun sangatlah kecil. Perang berakhir pada tahun 1945 dengan kekalahan blok Poros
dan pembubaran aliansi mereka. Seperti pihak Sekutu, keanggotaan Negara-negara Poros tidak
tetap, dan beberapa negara bergabung dan kemudian meninggalkan Negara-negara Poros selama
perang berlangsung.
Dalam kepala para perwira muda ini, tidak ada analisis untung-rugi, tidak ada
pertimbangan rasional untuk jangka panjang. Bagi mereka, perang melawan AS adalah
perang heroik yang harus dihadapi untuk mendapatkan kejayaan Jepang! Untuk harga
diri Jepang! Dengan semangat bushido, niscaya semua ini akan tercapai! Intinya adalah
pola pikir Faksi Jalan Kekaisaran dan Faksi Armada. Merekalah yang pada akhirnya
menyetir Jepang menuju jalan peperangan, yang dimulai dengan menjajah
wilayah yang kaya dengan SDA di Asia Tenggara.