Anda di halaman 1dari 11

Kira-kira 75 tahun yang lalu, tepatnya 7 Desember 1941.

Terjadi serangan militer


mendadak yang menggemparkan seluruh dunia, terutama publik Amerika Serikat. Yak,
mungkin beberapa di antara lo ada yang bisa nebak, serangan yang gua maksud
adalah serangan atas pangkalan militer AS di Pearl Habor (Kepulauan Hawai) oleh
400+ pesawat tempur imperialis Jepang. Serangan ini begitu mengejutkan karena
dilakukan tanpa peringatan atau deklarasi perang apapun. Terlebih, hal ini dilakukan
oleh sebuah negara yang selama ini mengucilkan diri dari dunia luar. Sebuah negara
yang sekilas tidak punya kepentingan apapun pada percaturan politik dunia, tiba-tiba
saja melakukan serangan mendadak pada salah satu negara superpower, yang juga
sekaligus menjadi pemicu perang dunia 2.
"Kenapa yah Jepang cari gara-gara aja nyerang Pearl Habor?
Padahal selama ratusan  tahun Jepang selalu menutup diri terhadap
dunia luar. Kenapa tiba-tiba Jepang ikut memulai perang Dunia 2?"
Kita akan mulai penelusuran sejarah ini pada masa ketika kekuasaan kaum samurai
mulai berakhir, yaitu sekitar pertengahan abad ke-19. Jepang saat itu adalah
“Negara pertapa” yang menutup diri secara total selama ribuan tahun terhadap
dunia luar. Tidak ada orang asing yang boleh menginjakkan kakinya di Jepang. Sama
seperti orang Jepang juga tidak boleh pergi meninggalkan kepulauan Jepang. Secara
praktis, orang Jepang ga pernah punya kontak sama sekali dengan orang asing. Bagi
masyarakat Jepang, dunia di luar Jepang adalah ibarat planet lain yang penuh misteri.
Politik isolasi Jepang akhirnya menerima tantangan dari pihak luar pada 31 Maret 1854,
komodor Matthew Perry dari AL Amerika Serikat dengan 10 kapal perangnya
memborbardir pantai timur Jepang serta MEMAKSA Jepang untuk mengakhiri
pertapaannya. Pada saat itulah untuk pertama kalinya, orang-orang Jepang melihat
teknologi militer yang begitu berbeda dengan persenjataan mereka yang masih
menggunakan katana, wakizashi, yari, yumi, dll.

Ketika Inggris terlibat dalam Perang Dunia 1, Jepang turut bergabung sebagai sekutu
Inggris. Inggris sangat terbantu oleh Jepang yang berperan sebagai penjaga wilayah
jajahan Inggris di Asia, sementara kapal perang Inggris dipulangkan untuk menghadapi
armada tempur Jerman. Singkat kata, ketika PD1 berakhir, Jepang sebagai sekutu
Inggris berada di pihak pemenang!

Paska PD1, percaturan politik dunia masih sangat panas. Banyak negara yang khawatir
ancaman perang di kemudian hari bisa membuat negaranya hancur. Berbagai
ketegangan politik paska perang, membuat banyak negara berlomba-lomba
membangun armada tempur, termasuk Amerika, Inggris, dan Jepang. Dalam lomba ini,
tentu Jepang yang bercita-cita menguasai Asia Pasifik tidak mau ketinggalan. Ini
saatnya Jepang menunjukkan dirinya sebagai penguasa Asia!
Namun demikian, perlombaan ini nampaknya tidak sehat bagi perekonomian dalam
jangka panjang. Yah namanya bikin kapal perang kan pasti menguras banyak anggaran
negara. Untuk itu pada 12 November 1921- 6 February 1922, diselenggarakan sebuah
konferensi internasional (Washington Naval Conference) yang dihadiri oleh semua
kekuatan militer laut terkuat di dunia. Tujuan utamanya adalah untuk meredakan
perlombaan industri militer.  Bagi negara Jepang sendiri, ada 2 point yang bisa
gua highlight dari perjanjian tersebut:
1. Semua pihak WAJIB MEMBATASI ARMADA TEMPURNYA! Jumlah berat kapal
tempur (battleship) Amerika dan Inggris dibatasi cuma 525 ribu ton! Untuk
Jepang, batasnya lebih kecil: 315 ribu ton! Artinya, perbandingannya 5:5:3.
2. Selama persekutuan Inggris dan Jepang masih ada, artinya armada
Amerika Serikat akan dikroyok oleh 2 armada ini! Jadi supaya kekuatannya
seimbang, persekutuan Inggris dengan Jepang wajib diakhiri.

Dalam menanggapi 2 point perjanjian ini, para pemimpin Jepang terbagi menjadi
beberapa faksi. Ada yang mendukung, ada juga yang menolak. Tanpa sadar,
perpecahan politik internal Jepang ini menjadi bibit masalah yang nantinya akan
menyeret Jepang pada perang dunia 2:

Perpecahan internal di Militer Jepang


Setelah perjanjian Washington ditandatangani, terjadi perpecahan pada kalangan
militer Jepang. Angkatan bersenjata Jepang terpecah menjadi 4 faksi. Keempat faksi ini
hubungannya tidak stabil: terkadang bersaing memperebutkan posisi, terkadang
bahkan saling bunuh, tapi tak jarang juga mereka bersekutu. Berikut adalah keempat
faksi tsb:

1. Faksi Perjanjian (Joyaku-ha)


Diisi oleh kalangan Angkatan Laut yang MENYETUJUI perjanjian Washington. Mereka
berpendapat, hasil perjanjian Washington yang membatasi pembangunan militer
Jepang dengan porsi 3/5 adalah hal yang masuk akal. Di satu sisi, Jepang memang tidak
memiliki kekuatan ekonomi maupun teknologi yang cukup untuk bersaing dengan
Amerika Serikat ataupun Inggris. Di sisi lain, luas perairan yang perlu dijaga oleh
AL Jepang juga tidak seluas perairan negara Amerika yang mencakup 2 samudera, yaitu
Pasifik dan Atlantik. Jadi pada intinya, porsi 3/5 itu wajar dan bahkan menguntungkan
bagi Jepang.

Anggota faksi ini adalah para admiral profesional yang mendapat pendidikan di luar
negeri seperti admiral Mitsumasa Yonai, Osami Nagano, Isoroku
Yamamoto, Shigeyoshi Inouye, dll.
2. Faksi Armada (Kantai-ha):
Berbeda dengan Faksi Perjanjian, Faksi ini adalah pihak Angkatan Laut yang MENOLAK
perjanjian Washington. Bagi faksi armada, pembatasan ini adalah soal harga diri
Jepang! Pembatasan industri militer sebesar 3/5, adalah tidak adil. Jepang telah
diremehkan, dianggap tidak sederajat, dan dikadalin oleh kekuatan Barat.

Oleh karena itu, Jepang harus menolak isi perjanjian ini dan membangun kekuatan
militer sesuai dengan takdirnya: sebagai penguasa Asia! Anggota faksi ini adalah
admiral ultranasionalis seperti Kato Kanji, Chuichi Nagumo, Pangeran Hiroyasu
Fushimi, dll.

3. Faksi Jalan Kekaisaran (Kodo-ha):


Didirikan oleh jendral angkatan darat yang ultranasionalis seperti Sadao
Araki dan Jinzaburo Masaki. Mereka hakul yakin bahwa kejayaan Jepang hanya bisa
dicapai jika dibimbing oleh semangat bushido (semangat samurai tradisional)! Mereka
beranggapan bahwa kekuatan semangat bushido yang diusung oleh angkatan darat
membimbing bangsa Jepang untuk menghapuskan semua pengaruh buruk partai
politik, korupsi, individualisme, dan budaya Barat! Intinya, faksi ini adalah faksi ultra-
nasionalis, dengan landasan semangat traditional bushido, yang percaya bahwa
Angkatan Darat adalah pihak yang ditakdirkan untuk menjadi pemimpin Jepang.

4. Faksi Kontrol (Tosei-ha):


Berseberangan dengan faksi Jalan kekaisaran, ada juga faksi angkatan darat
yang dipimpin oleh Tetsuzan Nagata, yang diikuti oleh Hideki Tojo dan beberapa
jendral lainnya. Tidak seperti faksi Jalan Kekaisaran yg mementingkan tradisi &
semangat bushido, faksi kontrol ini berpendapat bahwa Jepang perlu mengutamakan
modernisasi untuk meningkatkan efisiensi. Buat mereka, segala hal sebaiknya
ditempuh dengan pertimbangan pragmatis demi progresivitas, termasuk
menyingkirkan tradisi. Jepang perlu segera meninggalkan hal-hal tradisional yang tidak
masuk akal, dan fokus pada keputusan-keputusan yang efisien dan masuk akal.
Mereka juga yakin, Angkatan Darat adalah organisasi terbaik yang bisa memimpin
Jepang menuju modernisasi.

****
Perpecahan faksi di kalangan militer ini menciptakan kekacauan politik di Jepang paska
PD1. 
Latar Belakang Keterlibatan Jepang di PD II :
Latar belakang Jepang melibatkan diri dalam perang dunia ke-2 adalah karena paham yang
mereka anut, yiatu fasisme. Selain fasisme, Jepang memiliki motivasi lain dalam melakukan
invasi. Salah satunya adalah konsep Hakko Ichiu. Konsep ini pertama kali diungkapkan oleh
Jimmu Tenno, salah satu Kaisar Jepang pada 600 SM.
Hakko Ichiu  sendiri memiliki arti “8 penjuru di bawah 1”. Orang Jepang pada masa itu
berasumsi bahwa seluruh dunia merupakan keluarga besar dan Jepang sebagai keturunan
Dewa menjadi pemimpin seluruh dunia. Asumsi bahwa kaisar sebagai perwujudan dunia
nyata berasal dari shintoisme. Ajaran ini sudah mendarah daging dalam akar budaya
jepang. Bahkan pada era Meiji, Shinto menjadi agama nasional. Oleh karena itu, ketika
jepang melakukan invasi para tentara dengan semangat tinggi rela melakukan apapun
demi Kaisar yang dianggap dewa. Menggunakan hakko ichiu sebagai pemacu semangat
benar-benar efektif bagi jepang pada masa itu.

Kemenangan Jepang : 
Perang Dunia II di medan Asia-Pasifik diawali oleh Jepang dengan membom secara tiba-tiba terhadap
pangkalan terbesar Angkatan Laut Amerika Serikat Pearl Harbour di Pasifik tanggal 7 Desember 1941.
Lima jam setelah penyerangan itu, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Tjarda Van Starkenborg
Stachouwer menyatakan perang terhadap Jepang. Jepang dalam waktu singkat melakukan serbuan ke
selatan yakni pada tanggal 8 Desember 1941 menyerbu lapangan terbang Clark Field dan lapangan Iba di
Pulau Luzon Filipina. Setelah berhasil menguasai dua tempat tersebut Jepang melanjutkan menduduki P.
Hainan, Hongkong, dan Bangkok. Hongkong merupakan pos terdepan bagi Inggris di Asia. Pada tanggal
10 Desember 1941 Jepang menduduki Pulau Luzon dan Bataan di Filipina dengan mendapat perlawanan
sengit dari pasukan Amerika yang dibantu sukarelawan Filipina. Kemudian pada tanggal 16 Desember
1941 Jepang berhasil menduduki Birma (Myanmar) dan akhirnya pada tanggal 20 Desember 1991
Jepang menduduki Davao di Filipina.

Meletusnya Perang Asia Pasifik diawali dengan serangan Jepang ke Pangkalan Angkatan Laut Amerika
Serikat di Pearl Harbour (Hawai) pada tanggal 7 Desember 1941. Keesok harinya, yakni tanggal 8
Desember 1941, Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda mengumumkan perang kepada Jepang sehingga
berkobarlah Perang Asia Pasifik. Jepang yang sebelumnya telah menyerbu Cina (1937) dan Indocina
dengan taktik gerak cepat melanjutkaqn serangan ke sasaran berikutnya, yaitu Muangthai, Burma,
Malaya, Filipina, dan Hindia Belanda (Indonesia).

Untuk menghadapi agresi dan ofensif militer Jepang, pihak Sekutu membentuk pasukan gabungan yang
dalam komando ABDACOM (American, British, Dutch, and Australia Command = gabungan tentara
Amerika Serikat, Inggris, Belanda dan Australia) di bawah pimpinan Letjen H. Ter Poorten yang juga
menjabat Panglima Tentara Hindia Belanda (KNIL).

Keterkaitan PD II dengan Masuknya Jepang ke Indonesia


Perang dunia ke dua terjadi tahun 1939-1945. Terjadinya Perang Dunia II secara tidak
langsung berpengaruh terhadap kehidupan politik dan pergerakan kemerdekaan
Indonesia. Pada tahun 1942 Jepang berhasil mengalahkan Belanda, maka posisi Belanda
Indonesia diambil alih oleh Jepang. Artinya Indonesia mulai dijajah oleh Jepang. Masa
pendudukan Jepang berjalan sekitar 3,5 tahun. Berbagai kebijakan Jepang di Indonesia
diarahkan untuk memperkuat kekuatan militer. Selain itu untuk ikut mendukung
kemenangannya dalam menghadapi Sekutu. Perang Dunia II juga berpengaruh bagi
Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Setelah Jepang kalah menyerah kepada Sekutu
tanggal 14 Agustus 1945, Indonesia dalam keadaan “Vacuum of Power” (kekosongan
kekuasaan). Jepang sudah menyerah berarti tidak mempunyai hak memerintah Indonesia,
sementara Sekutu, saat itu belum datang. Kondisi ini kemudian dimanfaatkan bangsa
Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan.

Tambahan Beberapa Alasan Mengapa Jepang Bersemangat dan


Melibatkan Diri Dalam Perang Dunia II yakni:
 Angkatan bersenjata Jepang dan masyarakat memiliki semangat patriotik
yang sangat tinggi. Dengan angkatan bersenjata yang sangat kuat dan banyak,
Jepang memiliki potensi untuk ekspansi hingga keluar wilayahnya. 
 Dari segi ekonomi, masyarakat Jepang sangat bergantung pada bahan
makanan yang harus dibeli dari luar negeri, oleh karena itulah Jepang harus
menjual banyak produk yang dihasilkannya sendiri ke negara lain. Untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi itulah, Jepang berusaha menguasai lebih banyak tanah jajahan
di Asia Timur guna mendapatkan bahan makanan dan penyediaan bahan mentah
bagi penduduk Jepang.
  Meningkatnya jumlah penduduk Jepang, yang berarti Jepang membutuhkan
lebih banyak makanan yang notabene diimpor dari luar negeri. 
 Kekecewaan Jepang terhadap Liga Bangsa-Bangsa / LBB (yang sekarang
menjadi PBB). Jepang kecewa terhadap beberapa isi kesepakatan dalam Liga
Bangsa-Bangsa. Salah satunya tidak dicantumkannya pasal tentang persamaan ras
di seluruh dunia yang sama yang kala itu orang Eropa merasa lebih unggul daripada
orang non Eropa. 
 Adanya kekecewaan Jepang terhadap konferensi angkatan laut di Washington
(1921-1922) dimana Jepang telah diperlakukan secara buruk oleh kekuatan barat
dimana Amerika dan Inggris diperbolehkan membangun 5 kapal perang sedangkan
Jepang hanya diperbolehkan membangun 3 kapal perang.
 Adanya restriksi (pembatasan migrasi) oleh Amerika Serikat dimana AS
melakukan kontrol yang lebih ketat terhadap para imigran Asia daripada kelompok
imigran lain.
 Melemahnya hubungan Jepang dan Amerika karena pada tahun 1920an dan
1930an Amerika melakukan pemberian pajak yang tiggi terhadap produk-produk
Jepang yang masuk ke Amerika Serikat. Tindakan ini diikuti pula oleh negara-negara
eropa lainya yang cukup merugikan perekonomian Jepang. Akhirnya Jepang
mengalihkan ekspornya ke negara-negara lain.
 Adanya cita-cita Hakki –ichi-u yakni cita-cita membangun keluarga besar
yang para anggotanya terdiri dari negara-negara di dunia ini dengan Jepang sebgai
pemimpinnya.  

Kisah Singkat Keterlibatan Jepang dalam PD II

Perang Dunia II merupakan perang yang terjadi antara Jerman, Jepang dan Italia yang tergabung dalam
aliansi anti komintern (Axis) melawan negara-negara Sekutu yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris,
Cina, Australia, Prancis dan Selandia Baru. Perang Dunia II berlangsung antara tahun 1939 hingga tahun
1945. Di daratan Eropa, perang diawali dengan penyerangan Jerman atas Polandia pada 1 September
1939. Sedangkan di Pasifik, perang diawali dengan serangan mendadak atas pangkalan Angkatan Laut
Amerika di Pearl Harbor, Hawai oleh Jepang tanggal 7 Desember 1941 waktu Hawai atau 8 Desember
1941 waktu Jepang.

Latar belakang keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II dapat ditelusuri dari krisis Internasional yang
terjadi setelah Perang Dunia I. Diantarannya, monopoli kekuasaan oleh negara-negara pemenang
Perang Dunia I hingga krisis ekonomi dunia tahun 1929. Namun, pihak Amerika terus tidak sepakat
dengan apa yang diusulkan oleh Jepang. Akibatnya, perang dengan Amerika dirasa tidak perlu dihindari
lagi dan penyerangan atas Pearl Harbour tidak terelakkan. Amerika, Britania Raya, serta Belanda
menyatakan perang dengan Jepang pada hari itu juga, Sehari setelahnya giliran Cina resmi menyatakan
perang terhadap Jepang. Berawal dari sinilah Jepang terlibat langsung dalam Perang Dunia II. Selang 5
Jam setelah serangan terhadap Pearl Harbor, pesawat-pesawat Jepang telah mendarat di Filipina.
beberapa hari setelahnya Jepang berhasil mendarat di Hong-Kong pada tanggal 18 Desember 1941,
kemudian melanjutkan dengan menyerang Sumatra dan Borneo pada bulan yang sama. Ketika
memasuki bulan Februari tahun 1942, Jepang telah berhasil menaklukkan Indonesia (Hindia Belanda),
Singapura, dan Malaysia.

Pada awal perang, Jepang mampu mengungguli pihak sekutu dan berhasil menguasai hampir seluruh
daratan Asia Tenggara ditambah Cina dan Korea. Namun keadaan kemudian berbalik ketika Jepang kalah
dalam pertempuran laut di Midway sekitar tanggal 4 sampai dengan 7 Juni 1942, dalam pertempuran ini
3 kapal induk sarat pesawat yaitu Kaga, Akagi, dan Soryu terbakar dan tenggelam. Jepang Kehilangan
lebih dari 330 pesawat, termasuk pilotnya yang tak tergantikan. setelah itu kekalahan demi kekalahan
dialami oleh pihak Jepang. Di sisi lain, pihak sekutu dibawah pimpinan Jenderal Douglas MacArtur
semakin maju dan akhirnya berhasil mendarat di Okinawa pada bulan April 1945. Namun, Perlu diingat
pula bahwa sebelumnya Sekutu telah berhasil menduduki Iwo Jima pada bulan Februari 1945 dan
melakukan serangan udara terhadap titik-titik penting di Jepang. Jatuhnya pulau Okinawa tersebut
merupakan hal yang membahayakan bagi kota-kota Jepang lainnya. Benar saja, setelah mendarat di
Okinawa serangan demi serangan bom dilancarkan oleh sekutu ke kota-kota Jepang lainnya sehingga,
memporak-porandakan industri militer dan perekonomian Jepang.

1. KESIMPULAN

Jepang mulai terlibat dalam perang pada masa kekaisaran Hirohito karena Jepang
bercita-cita untuk membentuk Negara Asia Timur Raya yang diilhami oleh ajaran
Shinto tentang Hakko Ichiu dan berambisi besar untuk menggantikan kedudukan
bangsa-bangsa Asia dari penjajahan bangsa kulit putih. Dengan keadaan ini Jepang
terlibat dalam Perang Pasifik dengan Amerika. Kemenangan yang diperoleh negara
Jepang ialah kemenangan melawan Amerika dan menghancurkan pangkalan Amerika
di Hawaii. Dengan kemenangan ini memudahkan Jepang untuk memperluas daerah 
jajahannya di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Awal mula ekspansi Jepang ke Indonesia didasari oleh kebutuhan Jepang akan
minyak bumi untuk keperluan perang. Menipisnya persediaan minyak bumi yang
dimiliki oleh Jepang untuk keperluan perang ditambah pula tekanan dari pihak
Amerika yang melarang ekspor minyak bumi ke Jepang. Langkah ini kemudian
diikuti oleh Inggris dan Belanda. Keadaan ini akhirnya mendorong Jepang mencari
sumber minyak buminya sendiri.

Pendudukan Jepang di Indonesia dengan berlangsungnya Perang Dunia kedua di


kawasan Asia Pasifik, (1941-1945) Jepang berambisi untuk menguasai negara-negara
Asia dan merebutnya dari negara-negara imperalis barat.

Secara berurutan Jepang mulai menguasai Hindia Belanda yang diawali dengan
penaklukan Tarakan, Kalimantan Timur, Balikpapan, Pontianak, Samarinda, dan
Banjarmasin. Jepang kemudian memusatkan serangannya ke Pulau Jawa. Pada
tanggal 1 Maret 1942, Jepang berhasil mendarat di tiga tempat sekaligus, yaitu di
Teluk Banten, di Eretan Wetan, sebelah barat Cirebon (Jawa Barat), dan Kragan
(Jawa Tengah). Setelah menguasai wilayah tersebut, Belanda pada tanggal 5 Maret
1942 mengumumkan Batavia (Jakarta) sebagai kota terbuka. Hingga akhirnya, pada
tanggal 8 Maret 1942 Belanda menyerah tanpa syarat terhadap Jepang di Kalijati,
Subang, Jawa Barat. Sejak saat itu, Indonesia dikuasai oleh Jepang.

Jepang menjadi negara imperalisme karena :


1.  Adanya perkembangan Jepang dalam segala bidang mengakibatkan
berlipat gandanya pertambahan penduduk
2.      Adanya perkembangan industri yang begitu pesat, butuh daerah
pasaran dan bahan mentah demi kelangsungan proses industrialisasi
3.      Adanya restriksi (pembatasan) imigran jepang yang dilakukan oleh
negara-negara barat
4.      Pengaruh ajaran Shinto tentang Hakko I Chi-u (dunia sebagai
keluarga)
5.      Ingin menjadi negara besar yang sejajar dengan negara – negara
besar seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Perancis.

Jepang telah melakukan perang sejak lama,  tentang sejarah perang


Jepang, Jepang telah melakukan perang sejak tahun 1904, lebih lanjut
Jepangpun pernah berperang melawan Cina pada tahun 1895, sehingga
dapat disederhanakan bahwa Jepang telah terlibat dalam perang sejak
lama. Dalam keterang yang penulis temukan dalam situs tersebut, Jepang
selalu mendapat kemenangan dalam setiap penaklukan yang dilakukan
olehnya, baik berperang melawan Korea, Melawan Cina maupun Melawan
Rusia, Jepang selalu mengakhiri dengan sebuah kemenangan bahkan negara
seperti AS pernah di hujani bom oleh para penerbang atau tentara Jepang,
lebih jauh Jepang juga merupakan salah satu negara kolonial, yang pernah
menjajah Indonesia dan beberapa negara lain. sejarah jepang ternyata
Jepang telah terlibat dalam perang sejak tahun 1200-an, yang kemudian
diperkuat bahwa Jepang telah melakukan kontak militer dengan negara-
negara tetangganya seperti Korea dan Cina pada tahun 1592. keterangan
yang sama penulis dapatkan, bahwa sejak tahun 1867 Jepang telah terlibat
dalam perang, kemudian mulailah menjadi negara yang kuat dalam hal
melakukan invasi sehingga, jepang dapat memenangkan perang melawan
Tiongkok dan Rusia, serta menguasai Taiwan, separuh dari Sakhalin, dan
Korea. Awal abad ke-20 sempat menjadi saksi mata kepada “demokrasi
Taisho” yang lalu diselimuti bangkitnya nasionalisme Jepang. Pada tahun
1936, Jepang menanda tangani Pakta Anti-Komintern dan bergabung dengan
Jerman dan Italia untuk membentuk suatu aliansi axis. Pada tahun 1937,
Jepang menginvasi Manchuria yang menyebabkan terjadinya Perang
Tiongkok-Jepang (1937). Pada tahun 1941, Jepang menyerang pangkalan
angkatan laut Amerika Serikat di Pearl Harbor, dan membawa AS memasuki
Perang Dunia II. Setelah kampanye yang panjang di Samudra Pasifik, Jepang
kehilangan wilayah-wilayah yang awalnya dimilikinya, dan AS mulai
melakukan pengeboman strategis terhadap Tokyo, Osaka dan kota-kota
besar lainnya serta pengeboman atom terhadap Hiroshima dan Nagasaki.
Jepang akhirnya menyerah kepada pihak Sekutu pada 15 Agustus
1945.Pendudukan Amerika secara resmi berakhir pada tahun 1952, meski
pasukan AS tetap mempertahankan pangkalan-pangkalan penting di Jepang,
khususnya di Okinawa. Jepang menggunakan konstitusi baru sejak tahun
1947, yang menetapkan negara tersebut sebagai negara demokratis pasifis.
Setelah pendudukan tersebut, produk domestik bruto Jepang tumbuh
menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia di bawah program
pengembangan industri yang agresif, proteksionisme, dan penundaan
pertahanan strategis kepada AS. Meskipun pasar saham sempat jatuh
dengan tajam pada tahun 1990 dan negara tersebut hingga kini masih belum
pulih sepenuhnya dari hal itu, Jepang tetap merupakan sebuah kekuatan
ekonomi dunia dan akhir-akhir ini telah mulai bangkit sebagai kekuatan
strategis dengan mengirimkan pasukan non-pertempuran ke Perang Teluk,
upaya kemanusiaan PBB untuk membangun kembali Kamboja, dan invasi AS
terhadap Irak pada tahun 2003.

Blok Poros
Blok Poros (bahasa Jerman: Achsenmächte, bahasa Jepang: 枢軸国 Sūjikukoku, bahasa
Italia: Potenze dell'Asse), dikenal juga sebagai Axis, adalah negara-negara yang berperang
dalam Perang Dunia Keduamelawan pasukan Sekutu. Kekuatan Poros sepakat tentang perlawanan
mereka terhadap Sekutu, tetapi tidak mengkoordinasikan perang mereka.
Blok Poros tumbuh dari upaya diplomatik Jerman, Italia dan Jepang untuk mengamankan
kepentingan ekspansionis mereka di pertengahan 1930-an. Langkah pertama adalah perjanjian
yang ditandatangani oleh Jerman dan Italia pada tahun 1936. Mussolini menyatakan pada tanggal 1
November bahwa semua negara-negara Eropa lainnya akan mulai berputar pada poros Roma-
Berlin, sehingga menciptakan istilah "Axis".[1][2]Secara bersamaan langkah kedua dilakukan melalui
petandatanganan Pakta Anti-Kominern pada November 1936 yang merupakan perjanjian anti-
komunis antara Jerman dan Jepang. Italia bergabung dengan pakta ini pada tahun 1937. "Poros
Roma-Berlin" menjadi aliansi militer pada tahun 1939 melalui "Pakta Baja", dengan Pakta
Tripartit (1940) yang mengarah ke integrasi tujuan militer Jerman dan dua sekutu perjanjian
tersebut.
Dalam puncak kejayaan mereka di Perang Dunia II, Axis memimpin dan menduduki sebagian besar
wilayah Eropa, Afrika Utara, dan Asia Timur. Tidak ada pertemuan puncak/KTT antar anggota serta
kerjasama dan koordinasi mereka sangat minim. Meskipun ada kedua hal tersebut antara Jerman
dan Italia, namun sangatlah kecil. Perang berakhir pada tahun 1945 dengan kekalahan blok Poros
dan pembubaran aliansi mereka. Seperti pihak Sekutu, keanggotaan Negara-negara Poros tidak
tetap, dan beberapa negara bergabung dan kemudian meninggalkan Negara-negara Poros selama
perang berlangsung.

Dominasi Militer dalam Politik Jepang


Perang Dunia 1 yang berujung pada kekalahan Kekaisaran Jerman dipelajari
dengan cermat oleh Jepang. Kesimpulan para jendral dan admiral Jepang: Jerman kalah
karena kekurangan Sumber Daya Alam (SDA). Jadi, kalau Jepang mau siap berperang
dengan negara-negara Eropa, Jepang harus memastikan memiliki SDA yg memadai.
Artinya, Jepang perlu memiliki jajahan yang punya banyak tambang, dan terhubung
dengan tanah air Jepang! Untuk mengamankan sumber daya itu, pihak militer terus
berupaya mewujudkan dominasi militer dalam politik Jepang. UU pemerintahan Jepang
memastikan semua Perdana Menteri (PM) Jepang “tersandera” oleh angkatan laut &
angkatan darat.
Selain desakan politik, kekuasaan militer juga dipengaruhi oleh adanya tentara liar
(assassin) yang kerap melakukan pembunuhan terhadap tokoh politik yang berhaluan
pada pelemahan peran militer di Jepang.

Kemelut Politik sebelum Serangan Pearl Harbor


Setelah AS menghentikan pengiriman minyak, setelah persekutuan dengan Hitler
ditandatangani, markas besar militer Jepang fokus merancang “Strategi Perang
mengalahkan Amerika Serikat dan Inggris”. Tapi lo jangan bayangkan bahwa
perancangan ini dilakukan oleh para admiral Jepang papan atas yang berpengalaman
di medan tempur, justru rancangan ini dilakukan oleh para perwira muda menengah
sekelas mayor dan letkol yang radikal, sembrono, dan cenderung ultra-nasionalis.

Dalam kepala para perwira muda ini, tidak ada analisis untung-rugi, tidak ada
pertimbangan rasional untuk jangka panjang. Bagi mereka, perang melawan AS adalah
perang heroik yang harus dihadapi untuk mendapatkan kejayaan Jepang! Untuk harga
diri Jepang! Dengan semangat bushido, niscaya semua ini akan tercapai! Intinya adalah
pola pikir Faksi Jalan Kekaisaran dan Faksi Armada. Merekalah yang pada akhirnya
menyetir Jepang menuju jalan peperangan, yang dimulai dengan menjajah
wilayah yang kaya dengan SDA di Asia Tenggara.

Anda mungkin juga menyukai