I. Identitas Buku
Judul : Maria Ullfah Subadio Pembela Kaumnya
Pengarang : Gadis Rasid
Penerbit : PT Bulan Bintang, Jakarta
Jumlah halaman : 184 halaman
Tahun terbit : Pertama kali oleh NV Bulan Bintang, Jakarta 1982
Cetakan kedua oleh PT Bulan Bintang, Jakarta 1985
II. Sinopsis
Maria Ullfah lahir di Serang, 18 Agustus 1911. Puteri kedua dari R.A.A Mohammad
Achmad dan R.A Hadidjah Djajadiningrat. Beliau merupakan wanita Indonesia pertama
yang menjadi Sarjana Hukum. Beliau sangat aktif dalam memperjuangkan hak-hak
wanita di Indonesia, khususnya dalam hukum keluarga dan perkawinan. Beliau memiliki
semangat yang keras untuk mencapai apa yang ia kehendaki. Sifat keibuannya dan suka
membantu orang lain selalu dilakukannya tanpa pamrih. Maria sangatlah hemat dan teliti
dalam hal keuangan, beliau juga sangat jujur saat berada pada kedudukan Menteri.
Awalnya, ayah Maria menginginkannya untuk menjadi seorang dokter, tetapi dengan
alasan yang bijaksana, Maria berhasil meyakinkan ayahnya bahwa ia memiliki tekad
untuk mengubah nasib wanita di Indonesia lewat hukum yang ia akan pelajari. Sejak
menyaksikan penderitaan bibinya sebagai seorang istri yang diceraikan, dia sudah
bertekad menghapus ketidakadilan perlakuan terhadap wanita. Maria bersekolah di
Universitas Leiden, universitas ternama di Belanda. Disana, dia mulai sadar artinya hidup
di negara merdeka. Tidak perlu takut pada penguasa, dapat bergerak bebas karena semua
manusia sama di mata hukum.
Ketika kembali ke Indonesia, Maria menjadi pengajar bahasa Jerman, Sejarah, dan
Tatanegara di Sekolah Menengah Muhamadiyah Jakarta. Pada tahun 1938, Maria
menikah dengan Santoso SH. Namun, 10 tahun kemudian Santoso tewas tertembak
tentara Belanda di lapangan terbang Maguwo. Tahun itu juga, Maria mengangkat
Darmawan Wiroreno, anak kakak perempuan Santoso sebagai anak.
Saat menjabat sebagai Ketua Sekretaris Kabinet, Maria Ullfah telah menetapkan hari
Ibu pada tanggal 22 Desember, membentuk Kowad (Korp Wanita Angkatan Darat),
memimpin delegasi Indonesia ke Konverensi Wanita Asia Afrika di Srilangka, dan
dengan gigih membela Kongres Wanita Indonesia yang mencentuskan gagasan
menyusun UU Perkawinan.
Pada tahun 1953, delegasi Partai Sosialis pergi ke Konverensi Sosialis se-Asia di
Birma. Saat itulah Maria Ullfah dan Subadio Sastrosatomo bertemu dan memiliki
keterikatan. Dan akhirnya tanggal 10 Januari 1964, beliau menikah dengan Subadio yang
dalam status tahanan politik. Dua tahun kemudian, barulah Subadio dibebaskan. Namun,
pada tahun 1974 Subadio ditangkap lagi dan ditahan selama lebih dari 2 tahun.
Pada Februari 1968, Maria Ullfah diangkat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung
sampai tahun 1973. Tahun itu juga Subadio dan Maria berkunjung ke Jerman Barat,
Belanda, Inggris, Perancis, Austria, Yugoslavia, dan Athena.
Masa tua bukan berarti masa berdiam diri baginya. Maria masih aktif sebagai Ketua
III dari Dewan Koperasi Indonesia dan Ketua Yayasan Rukun Istri. Maria belum berhenti
berjuang. Jiwanya memang jiwa seorang pejuang yang selalu siap untuk memerangi
sesuatu yang dianggapnya kurang baik. Tetapi senja telah mulai membatasi langkah-
langkahnya. Ia masih terus berjuang dengan cara yang sesuai untuk usianya.
III. Penilaian
Hal yang menarik dari Tokoh :
1. Merupakan wanita Indonesia pertama yang menjadi sarjana hukum.
2. Meneruskan jejak Kartini sebagai pahlawan bagi kaum wanita di Indonesia. Maria
Ullfah merupakan wanita yang meneruskan dan merealisasikan perjuangan R.A
Kartini.
IV.
Beliau memiliki semangat yang keras untuk Semangat juang yang tinggi.
mencapai apa yang ia kehendaki.
Sifat keibuannya dan suka membantu orang lain Suka menolong orang lain.
selalu dilakukannya tanpa pamrih.
Semangat juang yang tinggi. Apabila kita memiliki tujuan dalam hidup,
kita harus berjuang dengan keras. Dengan itu,
apa yg kita kehendaki akan tercapai.
Sebagai sesama manusia patutlah kita untuk
saling menolong. Menolong juga harus tanpa
Suka menolong orang lain. rasa pamrih dan ikhlas. Rasa untuk menolong
datang atas kepekaan dari kita terhadap
lingkungan disekitar kita.