Anda di halaman 1dari 1

WANITA DAN KEMERDEKAANYA

Maria Ulfah Santoso

Oleh : Alfarea Dhiya Fatiha, 1, 9H

Mr. Hj. Raden Ayu Maria Ulfah atau Maria Ulfah Santoso
atau Maria Ulfah Soebadio Sastrosatomo (18 Agustus 1911
– 15 April 1988) adalah salah satu wanita hebat yang
dimiliki Indonesia. Maria adalah mantan Menteri Sosial
pada Kabinet Sjahrir II dan Menteri wanita pertama di
Indonesia. Maria pernah menimba pendidikan di Leiden
University, Belanda pada tahun 1929 dan mengambil
jurusan hukum, Maria memilihnya karena ia merasa
hukum kedudukan yang diperoleh wanita masih sangat
rendah, apalagi wanita Indonesia kala itu. Sesudah empat
tahun belajar, yaitu pada tahun 1933 ia pun menjadi
wanita Indonesia pertama yang memperoleh gelar Mesteer/Mr. (sarjana hukum).

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Belanda, ia berkerja di kantor Residen


Cirebon sebagai penyusun peraturan lalu lintas dan sempat mengajar di sekolah
Muhammadiyah dan gemar bergabung di organisasi yang memiliki cita-cita
kemerdekaan bangsa. Dimata para tokoh, Maria adalah sosok yang patut
dibanggakan karena meskipun berasal dari keluarga ningrat namun ia senang terlibat
dalam perjuangan kemerdekaan. Maria sangat gigih dalam mewujudkan impiannya
memperjuangkan hak-hak kaum perempuan. Pada masa Jepang, Maria Ulfah pernah
diajak oleh Prof. Soepomo untuk bekerja di Departemen Kehakiman pada tahun
1942-1945. Maria Ulfah memiliki tugas untuk menerjemahkan undang-undang dan
peraturan-peraturan dari bahasa Belanda ke dalam bahasa Inggris. Pada periode ini
seluruh aktivitas masyarakat difokuskan untuk membantu Jepang dalam Perang Asia
Timur Raya termasuk kaum perempuan yang dilibatkan dalam organisasi Fujinkai
yang didirikan pada Agustus 1943 dan bergerak di seluruh bidang sosial yang
membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya pada masa itu.

Dari pengalamannya di Departemen Kehakiman tersebut membuat Maria ikut


serta dalam BPUPKI yang dibentuk Jepang pada 1 Maret 1945, ia ingin memberikan
pemikirannya mengenai pembentukan negara Indonesia. Maria menyumbangkan
pemikirannya dan merumuskan Pasal 27 UUD NRI 1945; (1) Segala warga negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dengan tidak ada
kecualinya. (2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan. (3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara. Maria Ulfah mewujudkan impiannya dengan menekankan
pentingnya kesetaraan hukum bagi semua masyarakat laki-laki dan perempuan
tanpa pengecualian di dalam pasal tersebut.

Setelah Indonesia mencapai kemerdekaannya, Maria ditugaskan oleh Sutan


Sjahrir sebagai LO antara pemerintahan Republik dan sekutu. Maria juga diperjaya
Sutan Sjahrir untuk menjadi Menteri Sosial pada Kabinet Sjahrir II dan III dan
mengeuarkan Maklumat Kementerian Sosial tentang Hari Buruh Sedunia. Maria
pernah menghadapi hal-hal krusial yaitu mengurus para tawanan wanita dan anak-
anak Belanda yang ditawan di kamp-kamp Jepang. 9 Agustus 1947 hingga September
1962 Maria Ulfah menjabat sebagai Sekretaris Perdana Menteri dan Sekretaris Dewan
Menteri, kemudian jabatan tersebut dirumuskan menjadi Direktur Kabinet RI. Maria
Ulfah juga menjabat sebagai ketua Sekretariat Kongres Wanita Indonesia pada 1950-
1961. Tidak sampai disitu usahanya memperjuangkan hak-hak kaum perempuan,
khususnya dalam hukum keluarga dan perkawinan akhirnya dapat terwujud ketika
pemerintah mengesahkan Undang-Undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974 pada
tanggal 2 Januari 1974. Secara keseluruhan undang-undang tersebut memberi
perlindungan kepada kaum perempuan, khususnya dalam hukum keluarga dan
perkawinan. Maria Ulfah meninggal pada 15 April 1988.

Referensi;
https://www.researchgate.net/publication/342531660_PEMIKIRAN_MARIA_ULLFAH_S
ANTOSO_TENTANG_HAK_PILIH_PEREMPUAN_INDONESIA_1938-1941

Anda mungkin juga menyukai