Anda di halaman 1dari 2

TUGAS BIOGRAFI LKPD 4.

3 SEJARAH INDONESIA
Nama : Zanthya Freja
Kelas : XI- MIPA 7

SUTAN SYAHRIR – BUNG KECIL

Sutan Syahrir dikenal sebagai seorang pemikir dan juga perintis Republik Indonesia. Ia
juga memiliki julukan “Si Kancil” dan “The Smiling Diplomat”. Beliau dikenal sebagai Perdana
Menteri pertama Indonesia ketika Indonesia baru saja merdeka. Berkat jasa – jasanya,
pemerintah Indonesia memberikan gelar kehormatan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.

Sutan Syahrir lahir di kota Padang Panjang, Sumatera Barat tanggal 5 Maret 1909. Ia
memiliki saudara perempuan bernama Rohana Kudus. Ayahnya bernama Mohammad Rasad
dengan gelar Maharaja Soetan bin Soetan Leman gelar Soetan Palindih dan ibunya bernama
Puti Rabiah yang berasal dari Kota Gadang, Agam, Sumatera Barat.

Orang tua dari Sutan Syahrir merupakan orang terpandang di Sumatera. Ayahnya
menjabat sebagai penasehat Sultan Deli dan menjabat sebagai kepala jaksa atau landraad pada
masa pemerintahan kolonial Belanda. Karena lahir dari keluarga dengan ekonomi
berkecukupan, Sutan Syahrir pada zaman kolonial Belanda bias mendapatkan pendidikan dari
mulai ELS (Europeesche Lagere School) atau setingkat sekolah dasar.

Setelah menyelesaikan pendidikan di ELS, Syahrir kemudian masuk MULO (Meer


Uitgebreid Lager Onderwijs) atau setingkat sekolah menengah pertama (SMP). Di MULO,
Syahrir banyak belajar dari buku – buku asing terbitan Eropa dan karya – karya dari luar.
Setelah menamatkan pendidikan di MULO pada tahun 1926, Syahrir pindah ke Bandung dan
bersekolah di AMS (Algemene Middelbare School) yang merupakan sekolah termahal dan
terbaik di Bandung.

Pada masa pendudukan Jepang, Syahrir melakukan pergerakan bawah tanah untuk
membangun jaringan persiapan perebutan kemerdekaan tanpa kerjasama dengan Jepang seperti
yang dilakukan oleh Soekarno. Syahrir percaya bahwa pendudukan Jepang sudah tidak lama
dan Jepang tak mungkin menang melawan Sekutu sehingga Indonesia harus cepat merebut
kemerdekaan dari tangan Jepang.

Sutan Syahrir mendesak Soekarno dan Hatta untuk mendeklarasikan kemerdekaan


Indonesia pada tanggal 15 Agustus 1945, desakan tersebut juga didukung oleh golongan
pemuda kala itu. Namun, Soekarno dan Hatta menolak dan memilih tetap sesuai dengan
rencana yaitu tanggal 24 September 1945 seperti yang ditetapkan oleh PPKI yang dibentuk
oleh Jepang.

Hal tersebut mengundang kekecewaan bagi para pemuda Indonesia terlebih ketika
mereka tau bahwa Jepang telah menyerah dan kalah dari Sekutu. Alasan inilah yang kemudian
membuat para pemuda menculik Soekarno dan Hatta pada tanggal 16 Agustus 1945 dan
membawanya ke Rengasdengklok dengan tujuan menjauhkan keduanya dari pengaruh Jepang
serta mendesak agar segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Akhirnya, pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta memproklamirkan


kemerdekaan Indonesia. Pasca kemerdekaan Indonesia, Sutan Syahrir ditunjuk oleh Soekarno
menjadi Perdana Menteri pertama Republik Indonesia dan menjadi perdana Menteri termuda
di dunia dengan usia 36 tahun. Selain itu, ia juga merangkap menjadi Menteri Luar Negeri dan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia yang baru saja merdeka. Tulisannya yang terkenal
adalah Perjuangan Kita.

Pasca kemerdekaan, Syahrir yang menjabat sebagai Perdana Menteri yang pernah
diculik oleh kaum Persatuan Perjuangan pada tanggal 26 Juni 1946 yang kecewa atas diplomasi
yang dilakukan oleh Sutan Syahrir dengan Kabinet Syahrir II kepada pemerintah Belanda yang
ingin merebut kembali Indonesia. Dalam diplomasinya, Syahrir hanya menuntut pengakuan
atas wilayah Jawa dan Madura sebagai wilayah Indonesia, namun kaum Persatuan Perjuangan
menginginkan kemerdekaan sepenuhnya yang mencakup seluruh wilayah Nusantara yang
dicetuskan oleh Tan Malaka.

Selanjutnya, pada tahun 1951, Syahrir menikah dengan wanita Indonesia bernama
Wahyunah yang memberinya dua anak bernama Kriya Arsyah Sjahrir dan Siti Rabyah Parvati
Sjahrir. Kemudian pada tahun 1955, setelah partainya gagal dalam pemilihan umum,
hubungannya dengan Presiden Soekarno renggang dan memburuk. Hingga pada tahun 1960,
PSI akhirnya dibubarkan. Kemudian pada tahun 1962 Sutan Syahrir ditangkap dan dipenjara
tanpa diadili, hingga tahun 1965 ia kemudian menderita penyakit stroke.

Akhirnya pemerintah mengizinkan Sutan Syahrir berobat di Zurich, Swiss. Pada


tanggal 9 April 1966, Syahrir meninggal dan dimakamkan di Makam Pahawan, Kalibata,
Jakarta. Sebagai tanda jasa, Indonesia memberikan gelar Pahlawan Indonesia melalui Keppres
Nomer 76 tahun 1966.

Anda mungkin juga menyukai