NAMA ANGGOTA:
1) Amalia Nur Fauziah
2) Chintya Valentine H
3) Elisa Sumanti
4) Rifki Fadlilah
5) Rio Erlangga
6) Rizva Ajizah
7) Sani Roudhoh
XI IPS 2
“
http://www.pelajaran.co.id/2016/21/peristiwa-yang-terjadi-setelah-proklamasi-kemerdekaan-
indonesia.html
http://rinaldyvirgiawan99.blogspot.co.id/2012/09/kondisi-keadaan-indonesia-pasca-
sesudah.html?m=1 http://www.google.co.id/amp/s/herliantalbariz9e013.wordress.com/2016/02/27/latar-
belakang-proklamasi-kemerdekaan-indonesia/amp/
http://catatan-si-ilham.blogspot.co.id/2016/12/peristiwa-penting-yang-terjadi-sebelim.html?m=1
http://coretansirobby.blogspot.co.id/2015/06/biografi-pahlawan-dan-perannya-dalam_4.html
1. Ir. SOEKARNO
Dr.(HC) Ir. H. Soekarno (nama lahir: Koesno Sosrodihardjo) (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6
Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69
tahun) adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945–1966. Ia
memainkan peranan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia
adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi
pada tanggal 17 Agustus1945. Soekarno adalah yang pertama kali mencetuskan konsep
mengenai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dan ia sendiri yang menamainya
Masa kecil dan remaja
Soekarno dilahirkan dengan seorang ayah yang bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan
ibunya yaitu Ida Ayu Nyoman Rai. Keduanya bertemu ketika Raden Soekemi yang merupakan
seorang guru ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali. Nyoman Rai merupakan
keturunan bangsawan dari Bali dan beragama Hindu, sedangkan Raden Soekemi sendiri
beragama Islam. Mereka telah memiliki seorang putri yang bernama Sukarmini sebelum
Soekarno lahir. Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya, RadenHardjokromo di Tulung
Agung, Jawa Timur.
Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia pindah ke Mojokerto, mengikuti
orangtuanya yang ditugaskan di kota tersebut. Di Mojokerto, ayahnya memasukan Soekarno
ke Eerste Inlandse School, sekolah tempat ia bekerja.
Beberapa peran Bung Karno di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Bung Karno menyusun konsep teks proklamasi di rumah Laksamana Tadashi Maeda bersama
Bung Hatta dan Mr. Achmad Soebardjo.
b. Bung Karno menandatangani teks Proklamasi atas nama bangsa Indonesia bersama Bung
Hatta.
c. Bung Karno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di kediamannya di jalan
Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.
3. ACHMAD SOEBARJO
Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (lahir di Karawang, Jawa Barat, 23
Maret 1896 – meninggal 15 Desember 1978 pada umur 82 tahun) adalah tokoh pejuang
kemerdekaan Indonesia, diplomat, dan seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah Menteri
Luar Negeri Indonesia yang pertama. Achmad Soebardjo memiliki gelar Meester in de Rechten,
yang diperoleh di Universitas Leiden Belanda pada tahun 1933.
Awal mula
Achmad Soebardjo dilahirkan di Teluk Jambe, Karawang, Jawa Barat, tanggal 23 Maret 1896.
Ayahnya bernama Teuku Muhammad Yusuf, masih keturunan bangsawan Aceh dari Pidie. Kakek
Achmad Soebardjo dari pihak ayah adalah Ulee Balang dan ulama di wilayah Lueng Putu,
sedangkan Teuku Yusuf adalah pegawai pemerintahan dengan jabatan Mantri Polisi di wilayah
Teluk Jambe, Kerawang. Ibu Achmad Soebardjo bernama Wardinah. Ia keturunan Jawa-
Bugis, dan merupakan anak dari Camat di Telukagung, Cirebon.
Ayahnya mulanya memberinya nama Teuku Abdul Manaf, sedangkan ibunya memberinya
nama Achmad Soebardjo. Nama Djojoadisoerjo ditambahkannya sendiri setelah dewasa, saat ia
ditahan di penjara Ponorogo karena "Peristiwa 3 Juli 1946".
Ia bersekolah di Hogere Burger School, Jakarta (saat ini setara dengan Sekolah Menengah Atas)
pada tahun 1917. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya diUniversitas Leiden, Belanda dan
memperoleh ijazah Meester in de Rechten (saat ini setara dengan Sarjana Hukum) di
bidang undang-undang pada tahun 1933.
Adapun peranan Mr. Achmad Soebardjo adalah sebagai berikut.
Mr. Achmad Soebardjo menyusun konsep teks proklamasi di rumah Laksamana Tadashi Maeda
bersama Bung Karno dan Bung Hatta.
4. SUTAN SJAHRIR
Sutan Syahrir (ejaan lama:Soetan Sjahrir) (lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, 5
Maret 1909 – meninggal di Zürich, Swiss, 9 April 1966 pada umur 57 tahun) adalah
seorang politikus dan perdana menteri pertama Indonesia Keturunan bugis. Ia menjabat sebagai Perdana
Menteri Indonesia dari 14 November 1945hingga 20 Juni 1947. Syahrir mendirikan Partai Sosialis
Indonesia pada tahun 1948. Ia meninggal dalam pengasingan sebagai tawanan politik dan dimakamkan
di TMP Kalibata, Jakarta. Sutan Syahrir ditetapkan sebagai salah seorang Pahlawan Nasional
Indonesia pada tanggal 9 April 1966 melalui Keppres nomor 76 tahun 1966 .
Syahrir lahir dari pasangan Mohammad Rasad gelar Maharaja Soetan bin Soetan Leman gelar
Soetan Palindih dan Puti Siti Rabiah yang berasal dari Koto Gadang,Agam, Sumatera
Barat [2] Ayahnya menjabat sebagai penasehat sultan Deli dan kepala jaksa (landraad) di Medan.
Syahrir bersaudara seayah dengan Rohana Kudus, aktivis serta wartawan wanita yang
terkemuka.
Sekolah MULO di Medan (sekitar tahun 1925)
Syahrir mengenyam sekolah dasar (ELS) dan sekolah menengah (MULO) terbaik di Medan, dan
membetahkannya bergaul dengan berbagai buku-buku asing dan ratusan novel Belanda.
Malamnya dia mengamen di Hotel De Boer(kini Hotel Natour Dharma Deli), hotel khusus untuk
tamu-tamu kulit putih.
Pada 1926, ia selesai dari MULO, masuk sekolah lanjutan atas (AMS) di Bandung, sekolah
termahal di Hindia Belanda saat itu. Di sekolah itu, dia bergabung dalam Himpunan Teater
Mahasiswa Indonesia (Batovis) sebagai sutradara, penulis skenario, dan juga aktor. Hasil mentas
itu dia gunakan untuk membiayai sekolah yang ia dirikan,Tjahja Volksuniversiteit, Cahaya
Universitas Rakyat.
Di kalangan siswa sekolah menengah (AMS) Bandung, Syahrir menjadi seorang bintang. Syahrir
bukanlah tipe siswa yang hanya menyibukkan diri dengan buku-buku pelajaran dan pekerjaan
rumah. Ia aktif dalam klub debat di sekolahnya. Syahrir juga berkecimpung dalam aksi
pendidikan melek huruf secara gratis bagi anak-anak dari keluarga tak mampu dalam Tjahja
Volksuniversiteit.
Adapun peran Sutan Sjahrir sebagai berikut.
a. Peran sutan syahrir yaitu sebagai pemimpin perlawanan bawah tanah tuk menyerang atau
melawan jepang
b. Peran Dr. Radjiman wedyaningrat yaitu sebagai ketua dari bpupki ( badan persiapan usaha
kemerdekaan Indonesia)
5. SAYUTI MELIK
Mohamad Ibnu Sayuti atau yang lebih dikenal sebagai Sayuti Melik (lahir
di Sleman, Yogyakarta, 22 November 1908 – meninggal di Jakarta, 27 Februari 1989 pada umur
80 tahun), dicatat dalam sejarah Indonesia sebagai pengetik naskah proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia. Dia adalah suami dari Soerastri Karma Trimurti, seorang
wartawati dan aktifis perempuan di zaman pergerakan dan zaman setelah kemerdekaan.
Masa Muda
Dilahirkan pada tanggal 22 November 1908, anak dari Abdul Mu'in alias Partoprawito,
seorang bekel jajar atau kepala desa di Sleman, Yogyakarta. Sedangkan ibunya bernama
Sumilah. Pendidikan dimulai dari Sekolah Ongko Loro (Setingkat SD) di desa Srowolan, sampai
kelas IV dan diteruskan sampai mendapat Ijazah di Yogyakarta.
Nasionalisme sudah sejak kecil ditanamkan oleh ayahnya kepada Sayuti kecil. Ketika itu
ayahnya menentang kebijaksanaan pemerintah Belanda yang menggunakan sawahnya untuk
ditanami tembakau.
Ketika belajar di sekolah guru di Solo, 1920, ia belajar nasionalisme dari guru sejarahnya yang
berkebangsaan Belanda, H.A. Zurink. Pada usia belasan tahun itu, ia sudah tertarik membaca
majalah Islam Bergerak pimpinan K.H. Misbach di Kauman, Solo, ulama yang berhaluan kiri.
Ketika itu banyak orang, termasuk tokoh Islam, memandang Marxisme sebagai ideologi
perjuangan untuk menentang penjajahan. Dari Kiai Misbach ia belajar Marxisme. Perkenalannya
yang pertama dengan Bung Karno terjadi di Bandung pada 1926.
Tulisan-tulisannya mengenai politik menyebabkan ia ditahan berkali-kali oleh Belanda. Pada
tahun 1926 ditangkap Belanda karena dituduh membantu PKI dan selanjutnya dibuang ke Boven
Digul (1927-1933). Tahun 1936 ditangkap Inggris, dipenjara di Singapura selama setahun.
Setelah diusir dari wilayah Inggris ditangkap kembali oleh Belanda dan dibawa ke Jakarta,
dimasukkan sel di Gang Tengah (1937-1938).
Peran Sayuti Melik adalah sebagai berikut.
Sayuti Melik mengetik naskah Proklamasi setelah ia sempurnakan dari tulisan tangan Bung
Karno.
6. SUKARNI KARTODIWIRJO
Soekarni (EYD: Sukarni; lahir di Blitar, Jawa Timur, 14 Juli 1916 – meninggal di Jakarta, 7 Mei 1971 pada
umur 54 tahun), yang nama lengkapnya adalah Soekarni Kartodiwirjo, adalah tokoh pejuang kemerdekaan
dan Pahlawan Nasional Indonesia. Gelar Pahlawan Nasional Indonesia disematkan oleh Presiden Joko
Widodo, pada 7 November 2014 kepada perwakilan keluarga di Istana Negara Jakarta.
7. B.M. DIAH
Burhanuddin Mohammad Diah (lahir di Kutaraja, yang kini dikenal sebagai Banda Aceh, 7
April 1917 – meninggal di Jakarta, 10 Juni 1996 pada umur 79 tahun) adalah seorang tokoh pers,
pejuang kemerdekaan, diplomat, dan pengusaha Indonesia.
Masa kecil
Nama asli B.M. Diah yang sesungguhnya hanyalah Burhanuddin. Nama ayahnya adalah
Mohammad Diah, yang berasal dari Barus, Sumatera Utara. Ayahnya adalah seorang pegawai
pabean di Aceh Barat yang kemudian menjadi penerjemah. Burhanuddin kemudian
menambahkan nama ayahnya kepada namanya sendiri.
Ibunya, Siti Sa'idah (istri pertama Diah) adalah wanita Aceh yang menjadi ibu rumah tangga.
Burhanuddin, anak bungsu dari 8 bersaudara, juga mempunyai dua orang saudara tiri dari istri
kedua ayahnya.
Melanjutkan sekolah
Pada usia 17 tahun, Burhanuddin berangkat ke Jakarta dan belajar di Ksatriaan Instituut
(sekarang Sekolah Ksatrian) yang dipimpin oleh Dr. E.E. Douwes Dekker. Burhanuddin memilih
jurusan jurnalistik, namun ia banyak belajar tentang dunia kewartawanan dari pribadi Douwes
Dekker.
Burhanuddin sesungguhnya tidak mampu membayar biaya sekolah. Namun melihat tekadnya
untuk belajar, Dekker mengizinkannya terus belajar dan bahkan memberikan kesempatan
kepadanya menjadi sekretaris di sekolah itu.
Peran B.M. Diah sebagai berikut.
Beliau merupakan tokoh yang berperan sebagai wartawan dalam menyiarkan kabar berita
Indonesia Merdeka ke seluruh penjuru tanah air.
8. JUSUF KUNTO
Jusuf Kunto lahir di Salatiga pada tanggal 8 Agustus 1921. Jusuf Kunto sebenarnya bernama asli
Kunto. Namanya berubah menjadi Jusuf Kunto sejak tahun 1937, diambil dari nama depan
keluarga kakak sepupunya, Mr. Jusuf Suwondo. Jusuf Kunto merupakan salah satu tokoh yang
ikut menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945. Dia
bersama Sukarni dan beberapa anggota PETA yang menjemput dan membawa Soekarno dan
Hatta menuju Rengasdengklok.
Peran Jusuf Kunto sebagai berikut.
Membawa Soekarno Hatta ke Rengasdengklok.
9. LATIEF HENDRANINGRAT
Abdul Latief Hendraningrat (lahir di Jakarta, 15 Februari 1911 – meninggal di Jakarta, 14
Maret 1983 pada umur 72 tahun) adalah seorang prajurit PETA berpangkat Sudanco pengerek
bendera Sang Saka Merah Putih tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56.
Pasukan PETA Latief bermarkas di bekas markas pasukan kavaleri Belanda di Kampung Jaga
Monyet, yang kini bernama jalan Suryopranoto di depan Harmoni.
Setelah bergabung dengan TNI, kariernya menanjak terus dan bahkan sempat menjadi Rektor
IKIP Jakarta (kini Universitas Negeri Jakarta) pada tahun 1964-1965.
Ia merupakan cucu dari Djojo Dirono, bupati Lamongan yang memerintah pada tahun 1885-
1937. Sehingga ia juga memiliki darah dari Ken Arok, Jaka Tingkir dan Mangkunegara I.
Peran Latief Hendraningrat sebagai berikut.
Pengibar sang bendera merah putih
10. SUHUD
S. Suhud atau lengkapnya Suhud Sastro Kusumo, Beliau adalah salah seorang pengibar bendera
pusaka saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Tepatnya sebagai
pendamping Pak latif Hendraningrat.
Peran Suhud sebagai berikut.
Pengibar sang bendera merah putih
11. SUWIRJO
Raden Suwiryo (lahir di Wonogiri, Jawa Tengah, 17 Februari 1903 – meninggal di Jakarta, 27
Agustus 1967 pada umur 64 tahun) adalah seorang tokoh pergerakan Indonesia. Ia juga pernah
menjadi Walikota Jakarta dan Ketua Umum PNI. Ia juga pernah menjadi Wakil Perdana Mentri
pada Kabinet Sukiman-Suwiryo.
13. SYAHRUDDIN
Syahruddin adalah seorang telegraphis pada kantor berita Jepang (DOMEI) yang mengabarkan
berita proklamasi kemerdekaan Negara Indonesia ke seluruh dunia secara sembunyi-sembunyi
ketika personil jepang istirahat pada tanggal 17 agustus 1945 jam 4 sore. Tanpa jasa syahruddin,
maka niscaya berita proklamasi tidak akan cepat disebarluaskan.
Peran Syahruddin sebagai berikut.
Mengabarkan berita proklamasi kemerdekaan Negara Indonesia ke seluruh dunia secara
sembunyi-sembunyi ketika personil jepang istirahat pada tanggal 17 agustus 1945 jam 4 sore.
14. JUSUF PONODIPURO
Moehammad Joesoef Ronodipoero atau hanya Yusuf Ronodipuro (lahir di Salatiga, Jawa
Tengah, 30 September 1919 – meninggal di Jakarta Selatan, 27 Januari 2008 pada umur 88
tahun) adalah duta besar Indonesia. Pada awalnya ia dikenal sebagai penyiar kemerdekaan
Republik Indonesia secara luas. Selain itu ia pernah menjadi Duta Besar luar biasa Indonesia
di Uruguay, Argentina, dan Chili. Yusuf Ronodipuro dianggap sebagai salah satu tokoh pahlawan
Indonesia karena perannya dalam menyiarkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ke seluruh
dunia saat dia bekerja di Radio Hoso Kyoku. Dia juga adalah salah satu pendiri dari Radio
Republik Indonesia pada tanggal 11 September 1945, yang berdiri sampai sekarang, dan
kemudian hari jadinya diperingati setiap tanggal 11 September.
Latar belakang
Yusuf Ronodipuro lahir di Salatiga, Jawa Tengah pada tanggal 30 September 1919. Pasangannya
bernama Siti Fatima Rassat, dan mempunyai tiga anak: Dharmawan, Irawan, dan Fatmi. Dia
meninggal dunia di RSAD Gatot Soebroto tanggal 27 Januari 2008 karena penyakit
komplikasi stroke dan kanker paru-paru yang disebabkan kebiasaannya sebagai perokok berat.
Dia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta tanggal 28 Januari. Namun,
pemakamannya tidak dihadiri banyak orang karena berbarengan dengan peristiwa kematian dan
pemakaman Soeharto, Presiden ke-2 Indonesia.
Peran Jusuf Ponodipuro sebagai berikut.
Menyiarkan berita proklamasi Indonesia ke seluruh dunia dan rakyat Indonesia.
15. WIKANA
Wikana (lahir di Sumedang, Jawa Barat, 18 Oktober 1914 - meninggal di ?, 1966) adalah
seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Bersama Chaerul Saleh, Sukarnidan pemuda-pemuda
lainnya dari Menteng 31, mereka menculik Soekarno dan Hatta dalam Peristiwa
Rengasdengklok dengan tujuan agar kedua tokoh ini segera membacakan Proklamasi
Kemerdekaan setelah kekalahan Jepang dari Sekutu pada tahun 1945. Wikana termasuk dalam
daftar orang yang menghilang dan diduga meninggal dibunuh dalam lembaran hitam
tragedi Pembantaian di Indonesia 1965–1966 pasca peristiwa G30S.
Keluarga
Wikana terlahir dari keluarga menak Sumedang. Ayahnya, Raden Haji Soelaiman, pendatang dari
Demak, Jawa Tengah. Kendati menak merupakan golongan yang mendapatkan previlese semasa
penjajahan, tidak demikian halnya dengan keluarga Wikana. Bahkan salah seorang kakanya,
Winanta adalah seorang Digulis.
Pendidikan
Boleh dibilang Wikana punya otak encer. Sebagai anak priayi, dia punya hak untuk mengenyam
pendidikan. Tapi untuk masuk ELS (Europeesch Lagere School), sekolah dasar yang
menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantar, tidak cukup bermodal anak raden saja.
Kemampuan bahasa Belanda dan kepintaran si anak menjadi standar utama. Wikana kecil
memenuhi syarat itu dan berhasil lulus dari ELS. Lepas dari ELS Wikana melanjutkan sekolah
ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs). Semasa muda itulah Wikana sempat menjadi
salah satu dari sekian pemuda satelit Bung Karno di Bandung.
Peran Wikana sebagai berikut.
Utusan yang menyampaikan putusan golongan muda kepada Soekarno-Hatta.
Latar belakang
Chaerul Saleh seorang putra Minangkabau yang lahir dari pasangan Achmad Saleh dan Zubaidah
binti Ahmad Marzuki. Ayahnya adalah seorang dokter yang sempat menjadi calon
anggota Volksraad. Pada usia dua tahun, orang tuanya bercerai dan ia dibawa pulang oleh ibunya
ke Lubuk Jantan, Lintau, Tanah Datar. Di usia empat tahun, ayahnya membawa Chaerul
ke Medan dan menyekolahkannya disana. Setelah ayahnya berpindah tugas, ia bersekolah
di Europeesche Lagere School,Bukittinggi. Lulus dari ELS ia pindah
ke Hogereburgerschool (HBS) di Medan.
Ketika sekolah di Medan ia sering pulang ke Bukittinggi. Dan disinilah ia bertemu dengan
Yohana Siti Menara Saidah, putri Lanjumin Dt. Tumangguang yang kelak menjadi istrinya.
Karena dialah Chaerul pindah sekolah ke Batavia. Di Batavia dia bersekolah di Koning
Willemdrie atau HBS 5 tahun di Jalan Salemba. Kemudian dia melanjutkan pendidikannya
di Fakultas Hukum, Jakarta (1937-1942).
Peran Chaerul Saleh sebagai berikut.
Ia menculik Soekarno dan Hatta dalam peristiwa Rangesdengklok. Mereka menuntut agar kedua
tokoh ini segera membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1946, Chaerul
bergabung dengan Persatuan Perjuangan pimpinan Tan Malaka. Kelomok ini menuntut
kemerdekaan seratus persen dan berdiri sebagai pihak oposisi pemerintah. Oleh karenanya pada
tanggal 17 Maret 1946, beberapa tokoh kelompok ini ditangkap termasuk diantaranya Chaerul.
Pada tanggal 6 Juli 1948, Tan Malaka mendirikan Gerakan Rakyat Revolusioner dan menunjuk
Chaerul Saleh sebagai sekretaris pegerakan.
Muwardi dilahirkan di Desa Randukuning, Pati, Jawa Tengah, Rebo Pahing 30 Januari 1907 jam
10.15 malam 15 Besar tahun Jawa 1836. Sebagai putera ke-7 dari Mas Sastrowardojo dan
Roepeni, seorang mantri guru. Sebuah kedudukan yang sangat berwibawa pada zaman itu.
Muwardi adalah ber-13-saudara, laki-laki dan perempuan. Dari keturunan Sastrowardojo yang
hidup ada yang menjadi pegawai Pamong Praja, ada juga tetap menjadi wiraswasta saja.
Diantaranya menjadi seorang analis kesehatan yaitu Supardi, Pemimpin Laboratorium Kesehatan
Daerah Jogjakarta sekitar tahun 1940-1950 yang merupakan kakak dari Muwardi. Analis
kesehatan yang lainnya adalah adik Muwardi yaitu Darsono.
Pada tahun 1913 Bapak Sastrowardojo pindah ke Desa Jakenan untuk mengajar di Sekolah
Rakyat Bumi Putera, karena kepintarannya Muwardi dipindahkan ke HIS (Hollandsch
Inlandsche School) di Kudus yaitu sekolah dasar dengan bahasa pengantar bahasa Belanda.
Sebagai seorang pendidik, Sastrowardojo ingin agar putra-putrinya menjadi orang yang lebih
pandai dan memiliki kedudukan lebih tinggi daripada dirinya. Melihat kepandaian Muwardi dan
rasa sayang jika anaknya sekolah terlalu jauh dari rumah Sastrowardojo memindahkan Moewardi
ke Europesche Lagere School di Pati.
Peran Muwardi sebagai berikut.
a. Muwardi membacakan teks pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang disusun oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
b. Dr Muwardi memiliki peran penting pada saat menjelang dikumandangkannya Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia. Ketika itu ia sudah menjadi ketua Barisan Pelopor untuk
seluruh Jawa. Tanggal 16 Agustus 1945, ia memerintahkan Barisan Pelopor untuk menjaga
Lapangan Ikada (sekarang Lapangan Monas) yang rencananya akan digunakan sebagai tempat
pembacaan teks proklamasi.
18. SUDIRO
Sudiro dikenal sebagai Walikota (Jabatan setara dengan Gubernur pada saat itu) Jakarta untuk
periode 1953-1960. Pria kelahiran Yogyakarta, 24 April 1911 ini mengeluarkan kebijakan
pemecahan wilayah Jakarta menjadi tiga kabupaten yaitu Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan Jakarta
Selatan. Ia juga yang mengemukakan kebijakan pembentukan Rukun Tetangga (RT) dan Rukun
Kampung (RK) yang kemudian menjadi Rukun Warga (RW). Ia meninggal pada tahun 1992.
Peran Sudiro sebagai berikut.
Saksi perumusan naskah proklamasi.
19. A.M HANAFI
Anak Marhaen Hanafi (lahir di Bengkulu, Hindia-Belanda, tahun 1918 – meninggal
di Paris, Perancis, 2 Maret 2004 pada umur 85/86 tahun) adalah mantan Menteri Urusan Tenaga
Rakyat (1957–1960) dan mantan Duta Besar Republik Indonesia untuk Kuba (1963–1965).
Akibat kedekatannya dengan Soekarno, ia meminta dan mendapatsuaka politik ke Perancis di
mana dia tinggal hingga akhir hayatnya.
Peran A.M Hanafi sebagai berikut.
Memberikan inisiatif pada Bung Karno untuk membacakan Teks Proklamasi, tanpa Beliau (Jend.
AM Hanafi) Bung Karno tidak berani membacakan teks sebab ketika itu Jepang akan siap
membasmi siapa saja yang berani melawan, apalagi membacakan teks proklamasi.
20. A.R BASWEDAN
AR Baswedan (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 9 September 1908 – meninggal di Jakarta, 16
Maret 1986 pada umur 77 tahun) adalah nama populer dari Abdurrahman Baswedan (Jawi:
)عبدالرحمن باسويدان, seorang nasionalis, jurnalis, pejuang kemerdekaan Indonesia, diplomat dan
juga sastrawan Indonesia. AR Baswedan pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha dan
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Wakil Menteri Muda Penerangan RI pada Kabinet
Sjahrir, Anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), Anggota Parlemen
dan Anggota Dewan Konstituante. AR Baswedan adalah salah satu diplomat pertama Indonesia
dan berhasil mendapatkan pengakuan de jure dan de facto pertama bagi eksistensi Republik
Indonesia yaitu dari Mesir.
Peran A.R Baswedan sebagai berikut.
Mendapatkan pengakuan de facto dan de jure pertama bagi eksistensi Indonesia.
21. ADAM MALIK
Adam Malik Batubara (lahir di Pematangsiantar, Sumatera Utara, 22 Juli 1917 – meninggal
di Bandung, Jawa Barat, 5 September 1984 pada umur 67 tahun) adalah mantan
Menteri Indonesia pada beberapa Departemen, antara lain ia pernah menjabat menjadi Menteri
Luar Negeri. Ia juga pernah menjadi Wakil Presiden Indonesia yang ketiga. Adam Malik
ditetapkan sebagai salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 6 November 1998
berdasarkan Keppres Nomor 107/TK/1998.
PERANG KEMERDEKAAN
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom di jatuhkan di atas kota Hiroshima jepang
oleh Amerika serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara jepang di seluruh
dunia.Sehari kemudian Badan penyelidik Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI),atau
“Dokuritsu Junbi Cosakai”,berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia)atau di sebut juga “Dokuritsu junbi Inkai” dalam bahasa jepang.Untuk lebih
menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia.Pada Tanggal 9 agustus
1945,Bom atom kedua di jatuhkan diatas Nagasaki sehingga menyebabkan jepang menyerah
kepada Amerika serikat dan sekutunya.Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk
memproklamasika Kemerdekaanya.
Soekarno Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan
ketua BPUPKI diterbangkan ke dalat.250 Km disebelah timur laut Saigon,Vietnam untuk
bertemu Marsekal Terauchi.Mereka dikabarkan bahwa pasukan jepang sedang diambang
kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.Sementara itu
Indonesia,pada tanggal 10 Agustus 1945,sutan syahrir telah mendengar berita lewat radio
bahwa jepang telah menyerah kepada sekutu,Para pejuang bawah tanah bersiap-siap
memproklamasikan kemerdekaan RI,dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan
sebagai hadiah jepang.
Pada tanggal 12 Agustus 1945,jepang melalui Marsekal Terauchi di
Dalat,Vietnam,mengatakan kepada soekarno hatta dan Radjiman bahwa pemerintah jepang
akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan Proklamasi Kemerdekaan dapat
dilaksanakan beberapa hari tergantung cara kerja PPKI.Meskipun demikian jepang
menginginkan kemerdekaa Indonesia pada tanggal 24 agustus 1945.
Dua hari kemudian saat soekarno,Hatta,dan Radjiman kembali ke tanah air dari
Dalat.Sutan syahrir mendesak agar soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena
menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat jepang,karena jepang setiap saat
sudah harus menyerah kepada sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu
nasionalis,antara yang inti dan pro jepang.Hatta menceritakan kepada syahrir tentang hasil
pertemuan di Dalat.Soekarno belum yakin bahwa jepang telah menyerah,dan proklamasi
kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar,dan dapat
berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap.Soekarno mengingatkan kepada
Hatta bahwa syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia(PPKI).Sementara itu Syahrir menganggap PPKI
adalah badan buatan jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan
‘Hadiah’ dari jepang(sic).
Pada tanggal 14 Agustus 1945 jepang menyerah kepada sekutu.Tentara dan angkatan laut
jepang masih berkuasa di Indonesia karena jepang telah berjanji akan mengembalikan
kekuasaan di Indonesia ke tangan sekutu.Sutan syahrir,Wikana,Darwis dan Chaerul Saleh
mendengar kabar ia melalui radio BBC.Setelah mendengar desas-desus jepang bakal
bertekuk lutut,golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia.Namun golongan tua tidak inin terburu-buru.Mereka tidak
menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi.Kosultasi pun dilakukan
dalam betuk rapat PPKI.Golongan muda tidak menyetujui rapa itu,mengingat PPKI adalah
sebuah badan yang dibentuk oleh jepang.Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha
bangsa kita sendiri,bukan pemberian Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei)untuk memperoleh
informasi dikantornya di koningsplein (Medan Merdeka).Tapi kantor tersebut kosong.
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu,Laksamana Muda
Maeda,di jalan Medan Merdeka Utara(Rumah Maeda di jl.Imam bonjol 1).Maeda
menyambut kedatangan mereka dengan ucapan Selamat atas keberhasilan mereka di
Dalat.Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari
Tokyo.Sepulang dari Maeda Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan PPKI
pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor jl.pejambon No 2 guna
membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan proklamasi
kemerdekaan.Sehari kemudian,gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan
kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa
golongan.Rapat PPKI pada tanggal 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena
Soekarno dan Hatta tidak muncul.Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa
Rengasdengklok.
Pengertian Organisasi Pergerakan Nasional
Organisasi adalah suatu perkumpulan yang terdiri dari beberapa individu atau kelompok yang
mempunyai suatu tujuan dan sudut pandang yang sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah
disepakati bersama.
Sedangkan Pergerakan Nasional adalah suatu bentuk perlawanan terhadap para penjajah yang
dilaksanakan tidak dengan menggunakan kekuatan bersenjata, akan tetapi menggunakan
organisasi yang bergerak di berbagai bidang seperti: Bidang Sosial, Budaya, Ekonomi, dan
Politik.
Dengan demikian Organisasi Pergerakan Nasional dapat kita artikan suatu organisasi yang terdiri
dari beberapa individu atau kelompok yang melakukan perlawanan terhadap para penjajah bukan
dengan kekuatan senjata, melainkan dengan suatu organisasi yang bergerak di berbagai bidang.
Masa radikal atau nonkooperasi (1920-1930) beberapa organisasi yang berdiri saat itu
seperti: Partai Komunis Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI) dan Partai Nasional
Indonesia (PNI).
Masa moderat atau kooperasi (1930-1942) organisasi yang berdiri pada saat itu seperti:
Parindra, Partindo dan Gapi. Selain itu juga ada beberapa organisasi keagamaan,
oranisasi pemuda dan organisasi perempuan.
Memasuki abad ke 20 banyak sekali mahasiswa yang ada di beberapa kota-kota besar terutama
di Pulau Jawa. Salah satu sekolah kedokteran yang terkenal adalah STOVIA (School tot
Opleideing van Inlandsche Aartsen) yang terdapat di Jakarta. Para mahasiswa di sekolahan
tersebut sepakat untuk memperjuangkan nasib para rakyat Indonesia lewat pendidikan.
Pada tanggal 28 Mei 1908 berdirilah sebuah organisasi yang bernama Budi Utomo. Organisasi
tersebut diketuai oleh Dr Sutomo, dan sejak berdirinya organisasi tersebut pada tanggal 20 Mei
1908 dikenang dengan Hari Kebangkitan Nasional. Ada juga beberapa tokoh lain pendiri
organisasi Budi Utomo seperti Gunawan, Cipto Mangunkusumo dan R.T Ario Tirtokusumo.
Pada awalnya organisasi ini bukanlah sebuah partai politik, Melainkan tujuan utamanya adalah
untuk kemajuan bagi Hindia Belanda. Hal tersebut terlihat dari tujuan yang hendak dicapai.
Dalam perkembangannya, muncullah dua aliran di organisasi Budi Utomo yaitu:
Pihak Kanan, memiliki kehendak supaya keanggotaan dibatasi pada golongan pelajar
saja, tidak bergerak pada lingkup politik dan hanya membatasi pada pelajaran sekolah
saja.
Pihak Kiri, memiliki jumlah yang kecil yang terdiri dari kaum muda dan berkeinginan ke
arah gerakan kebangsaan yang demokratis, lebih memahami nasib rakyat yang menderita.
Dengan adanya dua perbedaan tersebut, membuat organisasi Budi Utomo menjadi terpecah.
Sehingga Dr. Cipto Mangunkusumo yang mewakili kaum muda memutuskan keluar dari
keanggotaan. Akibatnya organisasi tersebut semakin lambang. Faktor yang mempengaruhi
lambannya Budi Utomo diantaranya:
Budi Utomo lebih cenderung memajukan pendidikan untuk kalangan priyayi daripada
penduduk umum.
Menonjolnya kaum Priyayi yang telah mengutamakan jabatan yang menyebabkan kaum
terpelajar tersisih.
Ketika terjadi Perang Dunia Pertama pada tahun 1914, organisasi Budi Utomo terjun di bidang
politik. Kemudian pada tahun 1835 Budi Utomo mengadakan fusi ke Partai Indonesia Raya
(Parindra), dan sejak saat itu pula Budi Utomo terus mengalami kemerosotan dan mundur dari
bidang politik.
Sarekat Islam (SI)
Awalnya organisasi Sarekat Islam terdiri dari sebuah perkumpulan para pedagang Islam yang
dulunya organisasi ini bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Organisasi ini didirikan oleh H.
Samanhudi pada tahun 1911 di kota Solo sebagai suatu koperasi perdagangan batik jawa.
Organisasi ini memiliki tujuan memajukan perdagangan Indonesia dibawah panji-panji Islam.
Pada mulanya keanggotaan SDI masih terbatas pada lingkup pedagang saja. Kemudian pada
tanggal 18 September 1912 organisasi SDI dirubah menjadi SI (Sarekat Islam). Organisasi
tersebut didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti H.O.S Cokroaminoto, Abdul Muis dan H
Agus Salim.
Pada tanggal 29 Maret 1913, para pemimpin SI mengadakan pertemuan dengan Gubernur
Jenderal Idenburg untuk memperjuangkan SI yang berbadan hukum. Akan tetapi jawaban dari
Idenburg pada tanggal 29 Maret 1913, organisasi SI tidak diberi badan hukum. Bahkan yang
mendapatkan pengakuan dari kolonial Belanda justru cabang-cabang SI yang ada di berbagai
daerah.
Rencana tersebut adalah strategi Belanda untuk memecah belah persatuan SI. Dalam kongres
yang dilaksanakan pada tahun 1921, telah ditetapkan adanya disiplin partai rangkap anggota.
Dimana setiap anggota tidak boleh merangkap sebagai anggota organisasi lain terutama yang
beraliran komunis.
SI Putih – yang tetap berlandaskan nasionalisme dan islam, yang dipimpin oleh H.O.S
Cokroaminoto, H. Agus Salim dan Suryopranoto serta berpusat di Yogyakarta.
SI Merah – yaitu berlandaskan sosialisme kiri (komunis), yang dipimpin oleh Semaun
dan berpusat di Semarang.
Dalam kongres yang diadakan di Madiun, SI putih berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam
(PSI) dan pada tahun 1927 nama tersebut berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia
(PSII). Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang
merupakan pendukung kuat dari Partai Komunis Indonesia (PKI).
Tujuan dari organisasi ini sangat jelas, yaitu mengembangkan semangat nasionalisme bangsa
Indonesia. Keanggotaan dari organisasi tersebut pun terbuka untuk siapa saja tanpa membedakan
suku, agama, ras dan golongan.
Pada tahun 1913 terdapat persiapan perayaan 100 tahun pembebasan Belanda dari kekuasaan
Perancis. Pihak Belanda pun meminta rakyat Indonesia untuk ikut merayakan peringatan
tersebut. Akan tetapi para anggota Indische Partij menentang rencana tersebut.
Kemudian Suwardi Suryaningrat menulis sebuah artikel yang dimuat dalam harian De Express
dengan judul Als Ik een Nederlander was yang berarti “Seandainya Aku Orang Belanda”. Lalu
Suwardi mengecam Belanda, bagaimana mungkin negara terjajah seperti Indonesia disuruh
merayakan kemerdekaan penjajah. Mendengar pernyataan tersebut kemudian pemerintah
Belanda marah dan akhirnya Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat
ditangkap dan dibuang ke Belanda.
Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia
Pada tahun 1908 di Belanda berdiri sebuah organisasi bernama Indische Vreeniging. Organisasi
tersebut dipelopori oleh Sultan Kasayangan Soripada dan RM Suroto. Beberapa mahasiswa yang
terlibat dalam organisasi tersebut adalah R. Pandji Sosrokartono, Gondowinoto, Notodiningrat,
Abdul Rivai, Radjiman Wediodipuro (Wediodiningrat) dan Brentel.
Partai Komunis Indonesia atau lebih dikenal dengan PKI ini berdiri pada tanggal 23 Mei 1920.
Berdirinya PKI tidak lepas dari dari ajaran Marxis yang dibawa oleh Sneevliet. Ia bersama
beberapa temannya seperti Brandsteder, H.W Dekker dan P. Bergsma mendirikan Indische
Social Democratische Vereeniging (ISDV) di Semarang pada tanggal 4 Mei 1914. Beberapa
tokoh Indonesia yang bergabung dalam ISDV antara lain Darsono, Semaun, Alimin, dan lain-
lain.
PKI terus berupaya mendapatkan dalam kehidupan masyarakat. Salah satu upaya yang ditempuh
adalah melakukan infiltrasi terhadap Sarekat Islam. Organisasi PKI semakin kuat ketika bulan
Februari tahun 1923 yang mena Darsono kembali ke Moskow dan ditambah dengan beberapa
tokoh seperti Alimin dan Musso yang menjadikan peranan politik PKI semakin luas.
Pada tanggal 13 November 1926, PKI melakukan pemberontakan ke beberapa daerah di Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Akan tetapi pemberontakan tersebut bisa dibilang sia-
sia, karena PKI telah mengorbankan ribuan orang yang terkena hasutan untuk ikut dalam
pemberontakan tersebut. Walaupun PKI telah dinyatakan sebagai organisasi terlarang, tetapi
secara ilegal mereka masih melakukan kegiatan politik bahkan pemberontakan.
Semaun, Darsono, dan Alimin meneruskan propaganda untuk tetap melanjutkan perjuangan aksi
revolusioner di Indonesia. Peristiwa pemberontakan PKI yang paling dikenal sampai sekarang
adalah G30S/PKI. Dalam pemberontakan tersebut PKI telah menghabisi 7 Jenderal terpenting di
Indonesia saat itu.
Partai Nasional Indonesia atau dikenal dengan PNI, berdiri pada tanggal 4 Juli 1927 di Bandung.
Organisasi terbut tidak lepas dari keberadaan Algemeene Studie Club. Lahirnya PNI juga
dilatarbelakangi oleh situasi sosial politik yang kompleks.
Pemberontakan PKI pada tahun 1926 membangkitkan semangat untuk menciptakan kekuatan
baru dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Rapat pendirian partai ini dihadiri oleh
beberapa tokoh penting seperti: Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Soedjadi, Mr. Iskaq
Tjokrodisuryo, Mr. Budiarto dan Mr. Soenarjo. Diawal berdirinya partai ini, PNI berkembang
dengan pesat karena adanya beberapa faktor seperti:
Untuk membangkitkan semangat para perjuangan nasional, Bung Karno mengeluarkan Trilogi
sebagai pegangan perjuangan PNI. Trilogi tersebut mencakup kesadaran nasional, kemauan
nasional, dan perbuatan nasional.
Tujuan dari organisasi PNI adalah untuk mencapai Indonesia merdeka. Untuk mencapai tujuan
tersebut PNI menggunakan 3 asas yaitu: Self help (berjuang dengan usaha sendiri) dan
nonmendiancy, sikap terhadap pemerintah juga antipasi dan nonkooperasi. Selain itu dasar
perjuangannya adalah Marhaenisme.
Organisasi ini dibentuk di Bandung pada tanggal 17-18 Desember 1927. Keanggotaan dari
PPPKI terdiri dari beberapa organisasi seperti Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), Budi
Utomo, PNI, Pasudan, Sumatranen, Kaum Betawi dan Kaum Studi Indonesia. Adapun tujuan
dibentuknya PPPKI adalah:
Selain itu ada juga beberapa faktor yang mengandung benih-benih kelemahan dan keretakan,
seperti:
Ketika Bung Karno menjadi anggota PNI dan ditangkap pada tahun 1929, maka organisasi PNI
terpecah menjadi dua yaitu Partindo dan PNI baru. Partindo didirikan pada tahun 1929 oleh
Sartono.
Sejak berdirinya organisasi tersebut, Partindo memiliki banyak anggota dan terjun dalam
beberapa aksi politik menuju Indonesia merdeka. Tujuan dan asas dari Partindo pun sama dengan
PNI yaitu bertujuan mencapai Indonesia merdeka dan berasas Self Help dan nonkooperasi.
Partindo semakin kuat dengan bergabungnya Ir Soekarno pada tahun 1932, setelah ia dibebaskan
dari penjara. Akan tetapi karena beberapa kegiatan yang sangat radikal menyebabkan pemerintah
melakukan pengawasan yang ketat. Kemudian pada tahun 1936 karena tidak bisa berkembang
Partindo pun akhirnya bubar.
Organisasi ini berdiri di Solo pada tanggal 26 Desember 1935 dan diketuai oleh Dr Sutomo.
Tujuan Parindra adalah sama seperti organisasi sebelumnya yaitu mencapai Indonesia Merdeka.
Selain itu asas politik dari Parindra adalah insidental artinya tidak berpegang pada asas
kooperasi maupun nonkooperasi.
Salah satu tokoh Parindra yang terkenal dalam membela kepentingan rakyat di Volksraad adalah
Moh Husni Thamrin. Parindra berjuang agar wakil-wakil Volksraad semakin bertambah,
sehingga suara yang berhubungan dengan upaya mencapai Indonesia merdeka semakin
diperhatikan oleh pemerintah Belanda. Perjuangan Parindra dalam Volksraad cukup berhasil,
karena terbukti pemerintah Belanda mengganti istilah inlandeer menjadi Indonesier.
Gerindo didirikan oleh orang-orang bekas Parindra pada tanggal 24 Mei 1937 di Jakarta. Ada
juga tokoh-tokoh lainnya seperti Sartono, Sanusi Pane dan Moh Yamin. Dasar dan tujuan dari
organisasi ini adalah nasional dan mencapai Indonesia Merdeka. Gerindo juga menganut asas
insidental yang sama dengan Parindra. Tujuan Gerindo antara lain:
Pada tanggal 15 Juli 1936, berbagai partai politik yang dipelopori oleh Sutardjo
Kartohadikusumo mengajukan usul atau petisi yang berisi permohonan supaya diselenggarakan
suatu musyawarah antara wakil-wakil Indonesia dan negara Belanda dimana anggotanya
mempunyai hak yang sama. Tujuannya adalah untuk menyusun suatu rencana pemberian kepada
Indonesia suatu pemerintah yang berdiri sendiri.
Akan tetapi usul tersebut ditolak oleh pemerintah Belanda. Kemudian atas prakarsa dari Moh
Husni Thamrin pada tanggal 21 Mei 1939, dibentuklah suatu organisasi bernama Gerakan Politik
Indonesia (Gapi). Tujuan dibentuknya Gapi adalah menuntut pemerintah Belanda agar Indonesia
mempunyai parlemen sendiri.
Akhirnya pemerintah Belanda membentuk sebuah komisi yang dikenal dengan nama Komisi
Visman dan diketuai oleh Dr. F.H.Visman. Tugas komisi tersebut adalah menyelidiki dan
mempelajari perubahan-perubahan ketatanegaraan.
Jong Islamienten Bond yang berdiri pada tanggal 1 Januari 1925 di Jakarta
Nahdlatul Ulama didirikan oleh Hasyim Asy’ari pada tanggal 31 Januari 1926 di
Surabaya
Sumpah Pemuda tidak lepas dari organisasi bernama Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia
(PPPI) yang didirikan pada tahun 1926. Organisasi PPPI telah mendapat dukungan dari beberapa
organisasi kepemudaan lainnya seperti: ong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar
Rukun, Jong Minahasa, Jong Batak dan Jong Islamienten Bond dengan penuh keyakinan ingin
mencapai tujuannya yaitu persatuan Indonesia. Para pemuda ini menginginkan suatu upaya
penyatuan peletakan dasar untuk kemerdekaan dengan menentang ketidakadilan yang dialami
selama
Selain itu ada juga organisasi yang dipelopori oleh R.A Kartini yang mendirikan Sekolah Kartini
di Jepara. Perkumpulan wanita yang didirikan sebelum tahun 1920 ini antara lain Putri Mardika
yang didirikan atas bantuan Budi Utomo. Perkumpulan ini memiliki tujuan untuk memajukan
pengajaran terhadap anak-anak khususnya perempuan dengan cara memberi penerangan dan
bantuan dana, mempertingi sikap yang merdeka dan melenyapkan tindakan malu-malu yang
melampaui batas.
Nama : Rio Erlangga
Alamat : kp. Cijeungjing rt02 rw23 kecamatan padalarang desa kertamulya kabupaten bandung barat
TTL : bandung,11 desember 2000
Hobby : memainkan motor
Pesan :
Nama : Rifki Fadlilah
Alamat : kp. Cijeungjing rt01 rw23 kecamatan padalarang desa kertamulya kabupaten bandung barat
TTL : Bandung 29 November 2001
Hoby : baca komik
Pesan : ‘janganlah mengarungi lautan karena karung lebih cocok untuk beras’
Nama : Rizva Azijah
Alamat : pondok padalarang indah. Blok D5 no1 desa padalarang kecamatan padalarang
Hoby : Stalk mantan dan gebetan
TTL : Bandung, 12 agustus 2000
Pesan : ‘Jangan melupakan sejarah, karena tanpa sejarah kita tidak akan tahu bagaimana proses
indonesia merdeka’
Nama : Elisa Sumanti
Alamat : kp. Peuntas rt03 rw03 desa Tagog apu
TTL : Bandung, 19 novemeber 2000
Hobby :
Pesan : ‘jangan lupakan sejarah. Karena kita tanpa sejarah bukanlah apa apa ’
Nama : Sani roudhoh
Alamat : Komplek Cimareme B1 12A
Hobby : Nonton Drakor
TTL : Bandung 29 Agustus 2001
Pesan : ‘Semoga buku ini bermanfaat untuk kalian semua’
Nama : Chintya Valentine Hutagalung
Alamat :
TTL : Bandung 14 Februari 2001
Hobby : Main gitar,drum,piano,menyanyi
Pesan :
1. Bendera merah putih yang pertama berkibar saat proklmasi yaitu bendera ....
a. Bekas bendera jepang
b. Bendera belanda yang disobek
c. Buatan pabrik
d. Jahitan tangan
3. Di bawah ini yang buka makna Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yaitu ...
a. Bangsa Indonesia menantang negara penjajah
b. Puncak perjuangan bangsa Indonesia.
c. Lahirnya negara Republik Indonesia.
d. Bangsa Indonesia menyusun pemerintahan
4. Barisan pelopor yang menyiapkan tiang bendera dipimpin oleh .....
a. Soekarni
b. S. Suhud
c. Soekarno
d. Arifin Abdurrahman
6. Untuk mengkonfirmasi kebenaran berita bahwa Jepang menyerah kepada sekutu maka Ir. Soekarno
dan Drs. Moh. Hatta datang ke rumah ....
a. Sutan Syahrir
b. Marsekal Terauchi
c. Laksamana Maeda
d. Kaisar Jepang
9. Tujuan golongan muda mencegah PPKI untuk mengumumkan kemerdekaan adalah ....
a. Supaya Indonesia bisa segera merdeka
b. Supaya kemerdekaan Indonesia harus diperoleh dari kekuatan sendiri bukan PPKI
c. Supaya yang memproklamasikan kemerdekaan adalah golongan muda
d. Supaya Jepang bisa mengumumkan kemerdekaan Indonesia
10. Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia ditandatangani Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas
nama ....
a. Presiden dan Rakyat
b. Bangsa Jepang
c. Presiden dan Wakil Presiden
d. Bangsa Indonesia