Anda di halaman 1dari 10

BIOGRAFI PAHLAWAN NASIONAL

SESUDAH TAHUN 1908

Ir.Soekarno

Biodata :
Lahir : 6 Juni 1901, Surabaya
Meninggal : 21 Juni 1970, Jakarta
Nama lengkap: Sukarno
Pasangan : Heldy Djafar (m. 1966–1969), LAINNYA
Anak : Megawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, LAINNYA
Pendidikan : Technische Hoogeschool te Bandoeng (1921–1926), Institut Teknologi
Bandung
Biografi :
Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Surabaya,
Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi
Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai
delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh.
Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang
bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika..
Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga
tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri
Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu,
Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan
melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi IT.Ia berhasil
meraih gelar “Ir” pada 25 Mei 1926.
Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan
kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno
mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir
Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18
Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.
Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi)
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha
menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung
pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan
krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR
mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21
Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar,
Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai “Pahlawan
Proklamasi”.
BIOGRAFI PAHLAWAN NASIONAL
SESUDAH TAHUN 1908
Moh Hatta

Lahir: 12 Agustus 1902, Bukittinggi


Meninggal: 14 Maret 1980, RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Istri : Rahmi Rachim
Nama Lengkap : Moh Hatta
Anak : Meutia Farida Hatta Swasono, Gemala Hatta, Halida Hatta
Pendidikan
 Nederland Handelshogeschool, Rotterdam, Belanda (1932)
 Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School, Batavia (1921)
 Meer Uirgebreid Lagere School (MULO), Padang (1919)
 Europeesche Lagere School (ELS), Padang, 1916
 Sekolah Dasar Melayu Fort de kock, Minangkabau (1913-1916)

Biografi :
Dr. H. Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi, 12 Agustus 1902. Pria yang akrab disapa dengan sebutan Bung
Hatta ini merupakan pejuang kemerdekaan RI yang kerap disandingkan dengan Soekarno. Tak hanya sebagai
pejuang kemerdekaan, Bung Hatta juga dikenal sebagai seorang organisatoris, aktivis partai politik, negarawan,
proklamator, pelopor koperasi, dan seorang wakil presiden pertama di Indonesia. Di Perhimpunan Indonesia,
Hatta mulai meniti karir di jenjang politiknya sebagai bendahara pada tahun 1922 dan menjadi ketua pada
tahun 1925. Saat terpilih menjadi ketua PI, Hatta mengumandangkan pidato inagurasi yang berjudul "Struktur
Ekonomi Dunia dan Pertentangan Kekuasaan".

Dalam pidatonya, ia mencoba menganalisa struktur ekonomi dunia yang ada pada saat itu berdasarkan landasan
kebijakan non-kooperatif. Hatta berturut-turut terpilih menjadi ketua PI sampai tahun 1930 dengan
perkembangan yang sangat signifikan dibuktikan dengan berkembangnya jalan pikiran politik rakyat Indonesia.
Sebagai ketua PI saat itu, Hatta memimpin delegasi Kongres Demokrasi Internasional untuk perdamaian di
Berville, Perancis, pada tahun 1926. Ia mulai memperkenalkan nama Indonesia dan sejak saat itu nama
Indonesia dikenal di kalangan organisasi-organisasi internasional. Pada tahun 1927, Hatta bergabung dengan
Liga Menentang Imperialisme dan Kolonialisme di Belanda dan berkenalan dengan aktivis nasionalis India,
Jawaharhal Nehru. Pada tahun 1933, Soekarno diasingkan ke Ende, Flores.

Sehari sebelum hari kemerdekaan dikumandangkan, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mengadakan
rapat di rumah Admiral Maeda. Panitia yang hanya terdiri dari Soekarno, Hatta, Soebardjo, Soekarni, dan
Sayuti tersebut merumuskan teks proklamasi yang akan dibacakan keesokan harinya dengan tanda tangan
Soekarno dan Hatta atas usul Soekarni. Pada tanggal 17 Agustus 1945 di jalan Pagesangan Timur 56 tepatnya
pukul 10.00 kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Keesokan harinya, pada tanggal 18 Agustus 1945 Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia dan
Hatta sebagai Wakil Presiden.
BIOGRAFI PAHLAWAN NASIONAL
SESUDAH TAHUN 1908
Jendral Sudirman

Biodata :
Lahir: 24 Januari 1916, Bodas Karangjati
Meninggal: 29 Januari 1950, Magelang
Kebangsaan: Indonesia
Nama lengkap: Raden Soedirman
Dimakamkan: Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara, Yogyakarta
Anak: Muhammad Teguh Bambang Tjahjadi, Ahmad Tidarwono, LAINNYA

Biografi :
Jenderal Soedirman ialah salah seorang Pahlawan Revolusi Nasional Indonesia. Dalam sejarah perjuangan
Republik Indonesia, ia merupakan Panglima dan Jenderal RI yang pertama dan termuda. Pada usia yang masih
cukup muda, yaitu 31 tahun, Soedirman telah menjadi seorang jenderal. Selain itu, ia juga dikenal sebagai
pejuang yang gigih. Meskipun ia sedang menderita penyakit paru-paru parah, ia tetap berjuang dan bergerilya
bersama para prajuritnya untuk melawan tentara Belanda pada Agresi Militer II.

Soedirman lahir di Purbalingga, Jawa Tengah pada tanggal 24 Januari 1916. Ia berasal dari keluarga sederhana.
Ayahnya seorang pekerja di pabrik gula Kalibagor Banyumas dan ibunya keturunan Wedana Rembang.
Soedirman memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa. Ia kemudian melanjutkan
pendidikannya ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tetapi tidak sampai tamat. Selama menempuh
pendidikan di sana, ia pun turut serta dalam kegiatan organisasi Pramuka Hizbul Wathan. Setelah itu ia menjadi
guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Ia kemudian mengabdikan dirinya menjadi guru HIS
Muhammadiyah, Cilacap dan pemandu di organisasi Pramuka Hizbul Wathan tersebut.

Pada zaman penjajahan Jepang , Soedirman bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor.
Pasca Indonesia merdeka dari penjajahan Jepang, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas.
Kemudian beliau diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya setelah menyelesaikan pendidikannya. Ia lalu
menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR (Tentara Keamanan Rakyat) terbentuk, dan akhirnya
terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI). Perang Palagan Ambarawa
melawan pasukan Inggris dan NICA Belanda dari bulan November sampai Desember 1945 adalah perang besar
pertama yang ia pimpin. Karena ia berhasil memperoleh kemenangan pada pertempuran ini, Presiden Soekarno
pun melantiknya sebagai Jenderal.

Soedirman meninggal pada tanggal 29 Januari 1950 karena penyakit tuberkulosis parah yang ia derita.
Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Pada tahun
1997 ia dianugerahi gelar sebagai Jenderal Besar Anumerta dengan bintang lima, pangkat yang hanya dimiliki
oleh tiga jenderal di RI sampai sekarang.
BIOGRAFI PAHLAWAN NASIONAL
SESUDAH TAHUN 1908
Ahmad Subarjo

Biodata :

Lahir: 23 Maret 1896, Kabupaten Karawang


Meninggal: 15 Desember 1978, Jakarta
Istri: Raden Ayu Pudji Astuti
Orang Tua: Teuku Muhammad Yusuf (ayah), Wardinah (ibu)
Saudara: Siti Chadijah, Siti Alimah, Aburakhman
Pendidikan: Europeesche Lagere School (ELS) Kwitang, Hogere Burger School Koning william III,
Universitas Leiden, Belanda

Biografi :
Soebardjo adalah tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, diplomat, dan Pahlawan Nasional Indonesia.
Ia juga Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama. Semasa remaja Subarjo sekolah di Hogere Burger School,
Jakarta (Setara dengan Sekolah Menengah Atas) pada tahun 1917. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di
Universitas Leiden, Belanda dan memperoleh ijazah Meester in de Rechten (saat ini setara dengan Sarjana
Hukum) di bidang undang-undang pada tahun 1933. Dalam bidang pendidikan, Sebardjo merupakan profesor
dalam bidang Sejarah Perlembagaan dan Diplomasi Republik Indonesia di Fakultas Kesusasteraan, Universitas
Indonesia.
Achmad Soebardjo lahir di Teluk Jambe, Karawang, Jawa Barat, tanggal 23 Maret 1896.
Ayahnya bernama Teuku Muhammad Yusuf, masih keturunan bangsawan Aceh dari Pidie. Ibu Ahmad
Soebardjo bernama Wardinah. Ia keturunan Jawa-Bugis, dan anak dari Camat di Telukagung, Cirebon. Ketika
menjadi mahasiswa, Soebardjo aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui organisasi
kepemudaan seperti Jong Jawa dan Persatuan Mahasiswa Indonesia di Belanda. Ahmad Subarjo juga pernah
menjadi utusan Indonesia bersama dengan Mohmmad Hatta pada konferensi antar bangsa "Liga Menentang
Imperialisme dan Penindasan Penjajah" yang pertama di Brussels dan kemudiannya di Jerman. Pada
persidangan pertama itu juga ia bertemu Jawaharlal Nehru dan pemimpin-pemimpin nasionalis yang terkenal
dari Asia dan Afrika. Sewaktu kembalinya ke Indonesia, ia aktif menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Karir Ahmad Subarjo terus naik ketika dilantik menjadi Menteri Luar Negeri tanggal 17 Agustus 1945,
sekaligus sebagai menteri luar negeri pertama. Kabinet saat itu bernama Kabinet Presidensial, kemudian
menjabat Menteri Luar Negeri sekali lagi pada tahun 1951 - 1952. Selain itu, ia juga menjadi Duta Besar
Republik Indonesia di Switzerland antara tahun-tahun 1957 - 1961.
Ahmad Subardjo Djoyoadisuryo meninggal dunia dalam usia 82 tahun di Rumah Sakit Pertamina, Kebayoran
Baru, akibat flu yang menimbulkan komplikasi. Ia dimakamkan di rumah peristirahatnya di Cipayung, Bogor.
Pemerintah mengangkat almarhum sebagai Pahlawan Nasionl pada tahun 2009.
BIOGRAFI PAHLAWAN NASIONAL
SESUDAH TAHUN 1908
KI HAJAR DEWANTARA

Biodata :
Nama Lengkap : Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
Nama Panggilan : Ki Hadjar Dewantara
Lahir : Yogyakarta, 2 Mei 1889
Wafat : Yogyakarta, 26 April 1959
Agama : Islam
Orang Tua : Pangeran Soerjaningrat (Ayah), Raden Ayu Sandiah (ibu)
Saudara : Soerjopranoto
Istri : Nyi Sutartinah
Anak : Ratih Tarbiyah, Syailendra Wijaya, Bambang Sokawati Dewantara, Asti Wandansari, Subroto Aria Mataram. Sudiro
Alimurtolo.

Biografi :
Ki Hajar Dewantara adalah tokoh nasional pendidikan. Ia terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
yang kemudian kita kenal sebagai Ki Hadjar Dewantara. Beliau sendiri lahir di Kota Yogyakarta, pada tanggal 2
Mei 1889, Hari kelahirannya kemudian diperingati setiap tahun oleh Bangsa Indonesia sebagai Hari Pendidikan
Nasional. Beliau sendiri terlahir dari keluarga Bangsawan, ia merupakan anak dari GPH Soerjaningrat, yang
merupakan cucu dari Pakualam III. Terlahir sebagai bangsawan maka beliau berhak memperoleh pendidikan untuk
para kaum bangsawan.

Ki Hadjar Dewantara dipercaya oleh presiden Soekarno untuk menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan yang pertama. Melalui jabatannya ini, Ki Hadjar Dewantara semakin leluasa untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia. Pada tahun 1957, Ki Hadjar Dewantara mendapatkan gelar Doktor Honori Klausa
dari Universitas Gajah Mada.

Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, tepatnya pada tanggal 28 April 1959 Ki Hadjar
Dewantara meninggal dunia di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. Kini, nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja
diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya
2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui
surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959.
BIOGRAFI PAHLAWAN NASIONAL
SESUDAH TAHUN 1908
Otto Iskandar Dinata

Biodata :
Lahir: 31 Maret 1897, Bandung
Jabatan dalam kabinet yang pernah dipegang: Menteri Negara
Menjabat dalam kabinet: Kabinet Presidensial
Era kabinet: Revolusi Nasional Indonesia
Nama lain: Si Jalak Harupat
Ayah :Raden Haji Rachmat Adam
Ibu :Nyi Raden Siti Hatijah
Istri :Soekirah

Biografi :
Otto Iskandar di Natta merupakan Pahlawan Nasional yang lahir pada 31 Maret 1897 di Bojongsoang,
Kabupaten Bandung. Ayah Otto Iskandar di Nata merupakan keturunan dari bangsawan Sunda bernama
Nataatmadja. Otto adalah anak ketiga dari sembilan bersaudara.
Otto memperoleh pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Bandung, kemudian
melanjutkan di Kweekschool Onderbouw (Sekolah Guru Bagian Pertama) Bandung, serta di Hogere
Kweekschool (Sekolah Guru Atas) di Purworejo, Jawa Tengah. Setelah menyelesaikan sekolahnya, Otto dewasa
sudah menjadi guru HIS di Banjarnegara, Jawa Tengah. Pada bulan Juli 1920, Otto kemudian pindah ke Bandung
dan mengajar di HIS bersubsidi serta perkumpulan Perguruan Rakyat
Dalam kegiatan pergarakannya pada masa sebelum kemerdekaan, Otto pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Budi
Utomo cabang Bandung pada periode 1921-1924, serta sebagai Wakil Ketua Budi Utomo cabang Pekalongan tahun
1924. Ketika itu, ia menjadi anggota Gemeenteraad (“Dewan Kota”) Pekalongan mewakili Budi Utomo.
Oto juga aktif mengikuti kegiatan organisasi budaya Sunda bernama Paguyuban Pasundan. Ia menjadi Sekretaris
Pengurus Besar tahun 1928, dan menjadi ketuanya pada periode 1929-1942. Organisasi tersebut bergerak dalam
bidang pendidikan, sosial-budaya, politik, ekonomi, kepemudaan, dan pemberdayaan perempuan.
Otto Iskandar di Nata juga menjadi anggota Volksraad (“Dewan Rakyat”, semacam DPR) yang dibentuk pada masa
Hindia Belanda untuk periode 1930-1941.
Pada masa penjajahan Jepang, Otto menjadi Pemimpin surat kabar Tjahaja (1942-1945). Ia kemudian menjadi
anggota BPUPKI dan PPKI yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan Jepang sebagai lembaga-lembaga yang
membantu persiapan kemerdekaan Indonesia.
Setelah proklamasi kemerdekaan, Otto menjabat sebagai Menteri Negara pada kabinet yang pertama Republik
Indonesia tahun 1945. Ia bertugas mempersiapkan terbentuknya BKR dari laskar-laskar rakyat yang tersebar di
seluruh Indonesia. Dalam melaksanakan tugasnya, Otto diperkirakan telah menimbulkan ketidakpuasan pada salah
satu laskar tersebut. Ia menjadi korban penculikan sekelompok orang yang bernama Laskar Hitam, hingga kemudian
hilang dan diperkirakan terbunuh di daerah Banten
Otto Iskandardinata diangkat sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia
No. 088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973. Sebuah monumen perjuangan Bandung Utara di Lembang,
Bandung bernama “Monumen Pasir Pahlawan” didirikan untuk mengabadikan perjuangannya. Nama Otto
Iskandardinata juga diabadikan sebagai nama jalan di beberapa kota di Indonesia.
BIOGRAFI PAHLAWAN NASIONAL
SESUDAH TAHUN 1908
Sutan Syahrir

Biodata :
Nama : Sutan Syahrir
Lahir : Padang Panjang, 5 Maret 1909
Wafat : 9 April 1966 di Swiss.
Orang Tua : Mohammad Rasad, Puti Siti Rabiah
Saudara : Rohana Kudus
Istri : Maria Duchateau, Siti Wahyunah
Anak : Kriya Arsyah Sjahrir, Siti Rabyah Parvati Sjahrir

Biografi :
Sutan Syahrir lahir pada tanggal 5 Maret 1909 di Padang Panjang, Sumatra Barat. Tahun 1926 Sutan Syahrir masuk
sekolah lanjutan atas (AMS) di Bandung yang pada waktu itu adalah sekolah termahal di Indonesia dan di sekolah itu Ia
bergabung dalam Himpunan Teater Mahasiswa Indonesia.

Di himpunan itu ia pernah menjadi Penulis Sekenario, Sutradara dan menjadi Aktor.
Hasil dari Teater tersebut Ia pakai untuk membiayai sekolah yang Ia didirikan untuk rakyat yang kurang mampu.

Sutan Syahrir pernah bersekolah ke negeri Belanda di Fakultas Hukum, Universitas Amsterdam untuk lebih belajar
sosialisme.
Demi mengenal dunia proletar dan organisasi pergerakannya, Sutan Syahrir pun bekerja pada Sekretariat Federasi Buruh
Transportasi Internasional.
Ia juga aktif dalam Perhimpunan Indonesia yang ketika itu di pimpin Mohammad Hatta. Juni 1932 Sutan Syahrir menjadi
ketua PNI Baru dan pada bulan Agustus 1932 Sutan Syahrir di bantu Mohammad Hatta dalam memimpin PNI Baru.
Karena takut akan potensi Revolusioner PNI Baru, pada bulan Februari 1934 Belanda menangkap, memenjarakan dan
membuang Mohammad Hatta, Sutan Syahrir dan beberapa pemimpin PNI Baru ke Boven-Digoel Irian Jaya dan dipindah
ke Bandaneira (Pulau Banda).

Pada masa pendudukan Jepang Sutan Syahrir menyiapkan gerakan bawah tanah untuk merebut kekuasaan dari tangan
Jepang dan mendesak Ir.Soekarno dan Mohammad Hatta untuk memproklamasikan kemerdekan pada tanggal 15 Agustus
1945 (yang akhirnya diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945) karna Sutan Syahrir mendengar Jepang sudah
menyerah.
Pada tahun 1948 Ia mendirikan Partai Sosialis Indonesia.
BIOGRAFI PAHLAWAN NASIONAL
SESUDAH TAHUN 1908
Ali Sastroamidjojo

Biodata :
Lahir: 21 Mei 1903, Jawa Tengah
Jabatan dalam kabinet yang pernah dipegang: Menteri Pengajaran, LAINNYA
Meninggal: 13 Maret 1976, Jakarta
Kementerian yang pernah dikelola: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, LAINNYA

Biografi :
Ali Sastroamidjojo, SH (EYD: Ali Sastroamijoyo) (lahir di Grabag, Magelang, 21 Mei 1903 – meninggal di Jakarta, 13
Maret 1976 pada umur 72 tahun) adalah tokoh politik, pemerintahan, dan nasionalis. Ia mendapatkan gelar Meester in de
Rechten (sarjana hukum) dari Universitas Leiden, Belanda pada tahun 1927. Ia juga adalah Perdana Menteri Indonesia ke-8
yang sempat dua kali menjabat pada periode 1953-1955 (Kabinet Ali Sastroamidjojo I) dan 1956-1957 (Kabinet Ali
Sastroamidjojo II).
Selain itu, Ali juga sempat menjabat sebagai Wakil Menteri Penerangan pada Kabinet Presidensial I, Menteri
Pengajaran pada Kabinet Amir Sjarifuddin I, Amir Sjarifuddin II, serta Hatta I, dan Wakil Ketua MPRS pada Kabinet Kerja
III, Kerja IV, Dwikora I, dan Dwikora II.
Semasa bersekolah, aktif dalam organisasi pemuda, seperti halnya organisasi Jong Java (1918-1922) dan Perhimpunan
Indonesia (1923-1928). Karena aktivitasnya, ia ditahan pada tahun 1927 oleh Polisi Belanda bersama-sama dengan Mohammad
Hatta, Natzir Dt. Pamuncak, dan Abdul Madjid. Pada tahun 1928, bersama-sama dengan Mr. Soejoedi membuka kantor
pengacara, dan bersama dr. Soekiman, menerbitkan majalah Djanget di Surakarta. Kemudian ia masuk Partai Nasionalis
Indonesia (PNI) pimpinan Bung Karno, lalu masuk Gerindo saat PNI dibubarkan oleh Mr. Sartono. Setelah
kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945, ia masuk kembali ke organisasi PNI.
Setelah Perang Dunia II usai, ia meneruskan aktivitasnya di lapangan politik dan pemerintahan, antara lain menjadi Menteri
Pengajaran dalam Kabinet Amir Syarifuddin (Juli 1947) dan Kabinet Hatta (Januari 1948). Ia kemudian menjabat sebagai wakil
ketua delegasi Republik Indonesia dalam perundingan dengan Belanda (Februari 1948) dan menjadi anggota delegasi Republik
Indonesia dalam perundingan Konferensi Meja Bundar. Setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia, ia diangkat
menjadi Duta Besar Republik Indonesia di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko (1950-1955). Selain itu, ia juga diangkat
menjadi ketua umum Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955, wakil tetap Indonesia di Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) (1957-1960), dan menjadi ketua umum PNI (1960-1966).
BIOGRAFI PAHLAWAN NASIONAL
SESUDAH TAHUN 1908
Douwes Dekker / Danudirja Setiabudi

Biodata :
Nama Lengkap:Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker
Alias :Danudirja Setiabudi
Lahir :8 Oktober 1879 di Pasuruan
Wafat :28 Agustus 1950 di bandung, Jawa Barat
Penghargaan :Pahlawan Nasional

Biografi :
Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker (umumnya dikenal dengan nama Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi; lahir
di Pasuruan, Hindia Belanda, 8 Oktober 1879 – meninggal di Bandung, Jawa Barat, 28 Agustus 1950 pada umur 70 tahun)
adalah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia.
Ia adalah salah seorang peletak dasar nasionalisme Indonesia di awal abad ke-20, penulis yang kritis terhadap kebijakan
pemerintah penjajahan Hindia Belanda, wartawan, aktivis politik, serta penggagas nama "Nusantara" sebagai nama untuk
Hindia Belanda yang merdeka. Setiabudi adalah salah satu dari "Tiga Serangkai" pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia,
selain dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Suwardi Suryaningrat.
Tak lama setelah kembali ia segera terlibat dalam posisi-posisi penting di sisi Republik Indonesia. Pertama-tama ia menjabat
sebagai menteri negara tanpa portofolio dalam Kabinet Sjahrir III, yang hanya bekerja dalam waktu hampir 9 bulan.
Selanjutnya berturut-turut ia menjadi anggota delegasi negosiasi dengan Belanda, konsultan dalam komite bidang keuangan
dan ekonomi di delegasi itu, anggota DPA, pengajar di Akademi Ilmu Politik, dan terakhir sebagai kepala seksi penulisan
sejarah (historiografi) di bawah Kementerian Penerangan. Di mata beberapa pejabat Belanda ia dianggap "komunis" meskipun
ini sama sekali tidak benar.
Pada periode ini DD tinggal satu rumah dengan Sukarno. Ia juga menempati salah satu rumah di Kaliurang. Dan dari rumah di
Kaliurang inilah pada tanggal 21 Desember 1948 ia diciduk tentara Belanda yang tiba dua hari sebelumnya di Yogyakarta
dalam rangka "Aksi Polisionil". Setelah diinterogasi ia lalu dikirim ke Jakarta untuk diinterogasi kembali.
Tak lama kemudian DD dibebaskan karena kondisi fisiknya yang payah dan setelah berjanji tak akan melibatkan diri dalam
politik. Ia dibawa ke Bandung atas permintaannya. Harumi kemudian menyusulnya ke Bandung. Setelah renovasi, mereka lalu
menempati rumah lama (dijulukinya "Djiwa Djuwita") di Lembangweg.
Di Bandung ia terlibat kembali dengan aktivitas di Ksatrian Instituut. Kegiatannya yang lain adalah mengumpulkan material
untuk penulisan autobiografinya (terbit 1950: 70 jaar konsekwent) dan merevisi buku sejarah tulisannya.
Ernest Douwes Dekker wafat dini hari tanggal 28 Agustus 1950 (tertulis di batu nisannya; 29 Agustus 1950 versi van der Veur,
2006) dan dimakamkan di TMP Cikutra, Bandung.
BIOGRAFI PAHLAWAN NASIONAL
SESUDAH TAHUN 1908

NAMA : DEWI ROHMATUL UMMAH (06)


FARHAN HAFID (09)
KEISYA TOFA LOURENTZA (15)
MUHAMMAD SAFIK (21)
KELAS : VIII B

Anda mungkin juga menyukai