Anda di halaman 1dari 12

Kliping Contoh Pelanggaran HAM

1. TKI Tewas Diduga Dibunuh di Malaysia


Sabtu, 3 Maret 2012 15:00 wib

NGANJUK - Suasana duka tampak di rumah keluarga Sumadi (44) warga Desa Sidoarjo, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Siti Khotimah (44) istri Sumadi dikabarkan tewas terbunuh pada 27 Februari lalu di tempat kerjanya sebagai TKW di Malaysia. Begitu mendengar jenazah korban akan dipulangkan pada Sabtu pagi tadi, Sumadi bersama sejumlah anggota keluarganya langsung berangkat ke Bandara Juanda Surabaya. Sebab berdasarkan kabar yang mereka terima jenazah korban akan tiba di bandara tersebut sekira pukul 13.45 WIB Sabtu siang. Sejumlah pelayat sejak pagi tadi sudah mulai berdatangan ke rumah korban. Bahkan para tetangga juga sudah mulai mempersiapkan segala keperluan untuk menyambut kedatangan jenazah korban. Kabar tewasnya Siti Khotimah diketahui pihak keluarga setelah mendapat telepon dari rekan kerja korban di Malaysia. Berdasarkan penuturan rekan kerja korban, Siti tewas akibat dibunuh oleh warga Bangladesh pada 27 Februari pukul 19.00 malam waktu Malaysia. Belum diketahui pasti apa yang melatarbelakangi aksi pembunuhan tersebut. Menurut salah seorang perangkat Desa Sidoarjo, Siti Khotimah telah menjadi TKW di Malaysia dan bekerja disebuah pabrik sejak tahun 2008. Pihak keluarga hingga saat ini tidak pernah mengetahui nama pabrik tempat korban bekerja. Pada bulan Mei 2011 sebenarnya masa kontrak kerja korban telah habis dan seharusnya yang bersangkutan sudah pulang ke Indonesia, namun hingga Februari 2012 ini korban tak kunjung pulang hingga secara mengejutkan pihak keluarga justru mendapat kabar bahwa Siti Khotimah tewas dibunuh. (sus)

2. Mahasiswa di Mesir Korban Pelanggaran HAM


Senin, 6 Juli 2009, 11:08 WIB Renne R.A Kawilarang, Shinta Eka Puspasari VIVAnews - Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda berharap penganiayaan yang diderita empat mahasiswa Indonesia di Mesir, akhir Juni lalu, tidak terulang lagi. Wirajuda mengatakan apa yang terjadi di Mesir itu dapat dikategorikan pelanggaran hak asasi manusia (HAM). "Pelanggaran HAM seorang tersangka dalam proses penyelidikan," kata Wirajuda setelah membuka Lokakarya Election Visitor Program di Hotel Sheraton, Cengkareng, Tangerang, Senin 6 Juli 2009.

Empat mahasiswa Indonesia ditangkap petugas keamanan Mesir pada 28 Juni lalu. Mereka ditahan dengan dugaan terlibat organisasi terlarang di Mesir selama tiga hari dan dibebaskan 1 Juli lalu. Selama ditahan, empat mahasiswa ini mengaku mengalami penyiksaan fisik. Departemen Luar Negeri telah melayangkan nota protes kepada pemerintah Mesir terkait peristiwa ini. Namun Wirajuda mengatakan belum mendapat jawaban dari pemerintah Mesir. "Mungkin mereka butuh waktu untuk proses internal dan verifikasi," kata Wirajuda. Meski demikian, Wirajuda mengaku maklum dengan tindakan pemerintah Mesir. Menurut Wirajuda, hukum keamanan dalam negeri Mesir memang sangat ketat. Setiap negara, lanjut Wirajuda memiliki ancaman keamanan tersendiri. Wirajuda mengimbau agar mahasiswa Indonesia di Mesir dan di negara lain mementingkan studinya. "Mereka harus memahami bahwa ada perbedaan sistem pemerintahan," kata Wirajuda. "Namun kami tetap berharap agar peristiwa ini tidak terulang." semakin jelas bahwa penegakan hukum di negeri ini sangatlah manipulatif. Mafia hukum yang terbongkar belakangan ini bisa menjelaskan betapa meluasnya manipulasi itu. Lalu, yang tidak kalah pentingnya adalah buruknya civic education. Negara lalai mendidik warga agar memiliki disiplin. Termasuk lembaga-lembaga pendidikan. Dan, yang juga lalai menjalankan civic education adalah partai politik.

3. Tragedi Trisakti
May 13, 2011 Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan, pada 12 Mei 1998, terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta, Indonesia serta puluhan lainnya luka. Enam mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta, tewas terkena peluru tajam yang ditembakkan aparat keamanan sewaktu terjadi aksi keprihatinan ribuan mahasiswa yang berlangsung di kampus Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat, Selasa (12/5). Mereka tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, leher, dan dada. Keenam mahasiswa itu tertembak sewaktu berada di dalam kampus oleh berondongan peluru yang diduga ditembakkan oleh aparat yang berada di jalan layang Grogol (Grogol fly over). Puluhan mahasiswa lainnya menderita luka-luka berat dan ringan.Nama para korban adalah Elang Mulia Lesmana (Fakultas Arsitektur, angkatan 1996), Alan Mulyadi (Fakultas Ekonomi, angkatan 96), Heri Heriyanto (Fakultas Teknik Industri Jurusan Mesin, angkatan 95) luka tembak di punggung, Hendriawan (Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, angkatan 96) luka tembak di pinggang, Vero (Fakultas Ekonomi, angkatan 96), dan Hafidi Alifidin (Fakultas Teknik Sipil, angkatan 95) luka tembak di kepala.

4. Ini Kronologis Kekerasan Guru Terhadap Siswa SMP di Tambora


Rabu, 16 November 2011 02:03 wib

JAKARTA - Pelaku pemukulan yang dilakukan seorang guru terhadap tujuh Sekolah Menengah Pertama (SMP) Budi Pekerti di Kelurahan Tambora, Tambora, Jakarta Barat adalah seorang guru matematika.

Salah seorang korban, Erisah (14) dirinya membenarkan bahwa dia dan teman-temannya telah dipukul oleh guru matematika yang suka dipanggil UI. "Dia (Ul) pukul kami dengan rotan di bagian paha kanan dan kiri, hingga meninggalkan bekas," ucapnya kepada wartawan di rumahnya di Jalan Tambora III Gang 5, RT 07/05, Kelurahan Tambora, Tambora, Jakarta Barat, Selasa (15/11/2011) Erisah mencoba bercerita sedikit mengenai kejadian tersebut, awal mula kejadian dirinya bersama keenam temannya sedang menunggu makanan yang mereka pesan di luar sekolah. "Waktu itu sedang jam istirahat, karena di kantin enggak ada makanan, ya jadi kami beli di luar," tambahnya. Disaat sedang menunggu, kata Erisah, bel tanda masuk kelas pun berbunyi. Namun karena makanan yang dipesan diluar belum juga datang dirinya beserta teman-temannya menunggu. "Kami terlambat masuk kelas, paling 15 menit," lanjutnya Guru Matematika tersebut pun mengamuk disaat melihat keenam siswanya yang terlambat masuk, namun tidak hanya marah-marah. Guru tersebut membentak dengan kata-kata kasar. "Dia membentak kami dengan kata-kata yang sangat tidak sopan Ul pun kemudian menyuruh mereka berdiri di depan kelas. Sementara Erisah dan kawankawannya berdiri, Ul mengambil sebatang rotan lalu menyabetkan rotan tersebut ke betis dan paha para siswanya beberapa siswi wanita menangis karena kesakitan. Ibunda Erisah, Sumiyati (40) mengaku kaget pada Senin petang (13/11) tiba-tiba saat anaknya pulang ke rumah sambil menangis tersedu-sedu dan Erisah menceritakan kepada ibunya kejadian yang menimpa dirinya dan teman-temanya. Tak lama berselang, waktu Sumiyati menerima telepon dari salah satu orang tua kawan Erisah yang juga kena pukul oleh guru Matematika tersebut dan mengajak untuk melaporkan kejadian tersebut ke polisi. Akhirnya, Sumiyati dan beberapa orang tua murid lain pun mendatangi Mapolsektro Tambora untuk membuat laporan. "Kami juga minta agar anak- anak kami divisum," tandasnya.

5. Nazaruddin Jadi Tersangka Kasus Pencemaran Nama Baik


Kamis, 17 November 2011 | 16:58 [JAKARTA] Kejaksaan Agung mengaku sudah menerima Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan bagi mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin dari Mabes Polri terkait kasus pencemaran nama baik dan fitnah terhadap Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum "Statusnya (Nazaruddin) pasti tersangka," kata Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung, Noor Rachmad, di Jakarta, Kamis (17/11).

Noor Rachmad mebngatakan SPDP tersebut bernomor B85/VIII/2011/Dit Pidum 16 Agustus 2011 M. Nazaruddin. "Nazaruddin dikenai dengan Pasal 310 dan Pasal 311 KUHP atas pencemaran nama baik atau fitnah," katanya. Sebelumnya pada 5 Juli 2011, Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum melaporkan mantan bendahara umum partai tersebut yakni Muhammad Nazaruddin ke Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri terkait kasus pencemaran nama baiknya dan fitnah. Anas melaporkan kasus tersebut melalui tim kuasa hukumnya dengan tanda bukti laporan Nomor TBL/244/VII/2011/BARESKRIM. "Kami sudah membuat laporan. Nomor laporannya 412, kalau tanda bukti lapor bernomor 244. dengan terlapornya, Nazaruddin," kata salah seorang kuasa hukum Anas, Patra M Zen D.Hal ini terkait isi pesan yang menurut pihak Anas diduga dilakukan oleh Nazaruddin yang isinya fitnah dan pencemaran nama baik.

6. Menghina Kepala Sekolah, 6 Siswi SMP ini Cari Sekolah Lain


Saturday, 10 March 2012 01:11 Kabartop.com Enam siswi SMP Negeri 1 Maumere, Kabupaten Sikka, NTT terpaksa pindah sekolah sebagai sanksi karena mereka mengirim pesan singkat atau SMS yag isinya menghina kepala sekolahnya. "Kalau mereka masih sekolah di tempat ini (SMP Negeri 1), pasti tidak nyaman sehingga orangtua murid diminta mencari sekolah lain. Jadi, sanksinya mereka cari sekolah lain. Sekolah tidak keluarkan mereka tapi disarankan pindah ke sekolah lain. Kalau kami keluarkan berarti kami tidak mungkin berikan surat pindah," kata Kepala SMP Negeri 1 Maumere, Pius Witin, demikian yang dikutip dari laman Tribunnews.com, Sabtu (10/3). Pius Witin mengatakan, permintaan agar enam siswi itu pindah merupakan keputusan sekolah bersama guru dan orangtua murid. Kasus penghinaan terhadap dirinya, terungkap Sabtu (3/3/2012). Dia menuturkan, pada hari itu dia masuk ke kelas meminta siswa-siswi yang bawa HP (hand phone) maju ke depan dan menyerahkan. Informasi yang dihimpun, pada Januari 2012 lalu seusai liburan sekolah siswi bernama Geby Ayu mengirim SMS ke HP Dede, temannya. Awalnya, Ayu menanyakan kapan masuk sekolah. Selanjutnya, Ayu mengirim SMS lagi yang isinya Pius Botak. "Saya lalu periksa HP-HP itu. HP salah satu siswi, di pesan masuknya, ada kata-kata yang menghina saya, menyebut Pius Botak. Saya panggil siswi yang punya HP itu. Ketika saya tanya, dia mengaku kalau ada juga beberapa temannya yang sering melakukan hal yang sama. Saya lalu rapat dengan guru dan orangtua murid guna membahas masalah ini, kasus ini menjadi pembelajaran bagi siswa-siswi lainnya, jelas Pius Witin.

7. Komplotan Pencuri Motor Ditangkap


indosiar.com, Bandar Lampung - Lima remaja yang terbilang anak baru gede (ABG) dibekuk aparat kepolisian karena terbukti menjadi komplotan pencuri spesialis sepeda motor dan bertanggungjawab terhadap sejumlah aksi pencurian sepeda motor di Lampung. Meski

terbilang belia, jam terbang komplotan remaja ini cukup tinggi. Dalam sebulan mereka mereka mengaku kerap menggasak hingga 5 unit sepeda motor. Sungguh nekad, aksi 5 bocah yang tergolong masih anak baru gede ini. Sopan Nizar, Nanda, Destri, Ferly dan Refki diamankan petugas ke Mapoltabes Bandar Lampung lantaran terlibat sejumlah aksi pencurian sepeda motor. Dalam aksi terakhirnya, komplotan yang dipimpin Nanda (16), pelajar kelas 2 SMA di Bandar Lampung ini mencuri sepeda motor di areal parkir salah satu universitas di Lampung dengan menggunakan kunci letter T. Selain sebagai otak pencurian, Nanda juga berperan sebagai pemetik motor. Kendati masih belia, jam terbang komplotan ini terbilang tinggi. Dalam sebulan terakhir mereka berhasil menggasak 5 unit sepeda motor. Ironisnya mereka mengaku mencuri untuk berfoya-foya. Namun polisi menduga komplotan ini hanyalah kaki tangan dari gembong pencuri sepeda motor. Dari tangan para tersangka polisi berhasil mengamankan 1 unit sepeda motor curian sebagai barang bukti yang sebelumnya direncanakan akan dijual ke penadah ke kawasan Lampung Barat. Meski para tersangka masih dibawah umur, polisi tidak memberi dispensasi kepada lima anggota komplotan ini dan memproses mereka layaknya penjahat dewasa. ( Fauzi Heri/Sup)

8. Penculikan & Pemerkosaan Anak Terjadi di Bantaeng


Minggu, 11 Maret 2012 10:35 wib

BANTAENG - Penculikan anak disertai kekerasan kembali terjadi di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Seorang bocah warga Lamalaka Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng, berinisial ND hilang dari rumahnya pada Minggu (11/3/2012) dini hari tadi sekira pukul 02.15 Wita. Ibu korban, Dawati, menuturkan korban tidur bersama bapaknya di ruang tamu sambil menonton televisi. Namun saat dia bangun dini hari tadi, hanya ada bapak korban, Basri. Dawati yakin anaknya yang masih duduk di bangku kelas 2 SD itu diculik karena pintu rumahnya dalam kondisi terbuka. Mendengar teriakan Dawati, tetangga korban langsung bangun dan membantu mencari korban. Warga sempat panik, lantaran salah seorang keluarga korban mengamuk lantaran ND tidak juga ditemukan. Saya pulang ke rumah sekira pukul 01.30 Wita. Saya lihat pintu rumah terbuka, dan bapaknya tidur. Saya pikir mungkin bapaknya kepanasan jadi sengaja membuka pintu, ungkap paman korban, Sarif. Keluarga langsung melaporkan kasus ini ke polisi. Korban baru ditemukan sekira satu kilometer dari rumah atau di sekitar Pantai Lamalaka. Sempat terjadi pengejaran terhadap tiga pria yang dicurigai menculik ND. Mereka langsung digiring ke Mapolres Bantaeng untuk dimintai keterangan. Hingga siang ini belum diketahui apakah tiga pria tersebut terlibat. Sementara korban langsung dibawa ke Rumah Sakit Anwar Makkatutu, Bantaeng, untuk mendapat perawatan intensif. Menurut ND, saat dirinya terbangun, dia sudah berada bersama pelaku.

Dia (pelaku) bilang ada pencuri di rumahku, jadi saya dibawa. Setelah itu saya dibawa ke perahu, dan dia menggayung perahu. Dia bilang kalau saya tidak mau diperkosa, maka leher saya akan dipotong, dan dibawa ke Makassar untuk dijual, tutur ND. Dia menambahkan ciri-ciri pelaku tinggi dan berkumis. Namun dia juga sempat tak sadarkan diri hingga ditemukan di sekitar Pantai Lamalaka. Kepala Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polres Bantaeng Aiptu Rusdi Syam mengatakan hingga saat ini polisi masih melakukan penyelidikan. Sekadar diketahui, kasus penculikan anak disertai kekerasan sudah enam kali terjadi di Kabupaten Bantaeng dengan modus yang sama. Rata-rata korban yang berusia di bawah 10 tahun dilukai alat vitalnya. Kesamaan lain, pelaku memilih korban anak-anak yang tinggal di tepi pantai. Sementara, polisi hingga saat ini belum bisa memastikan motif penculikan disertai kekerasan ini.

9.

Warga Kajang Tuntut PT London Sumatera Kembalikan Tanah Adat


Kompas, Makassar - Warga suku Kajang yang berdiam di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, menuntut PT London Sumatera agar segera mengembalikan tanah adat milik mereka yang dijadikan areal perkebunan pada tahun 2003. Warga Kajang menilai, pengambilalihan tanah adat mereka tidak sah karena dilakukan lewat tindak kekerasan.

Demikian salah satu kesimpulan yang diutarakan sejumlah wakil warga suku Kajang pada Sosialisasi Urgensi Pertanggungjawaban Negara atas Pelanggaran HAM Masa Lalu yang diselenggarakan Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI) dan Komunitas Rumah Ide Makassar di Makassar, Senin (31/1). Udin (30), anggota Serikat Petani Kajang, mengemukakan, pengambilalihan tanah adat suku Kajang sekitar Juli 2003 oleh PT London Sumatera harus diusut pemerintah karena dilakukan tidak sesuai dengan prosedur. "Pengambilalihan dilakukan secara paksa, bahkan dengan tindakan kekerasan," ujarnya. Udin mengungkapkan, saat pengambilalihan tanah adat mereka terjadi dua kali insiden antara aparat keamanan yang disewa PT London Sumatera dan warga suku Kajang, yaitu pada 21 Juli 2003 dan 3 Oktober 2003. Akibat insiden tersebut, dua orang warga Kajang tewas dan puluhan luka-luka. Anehnya, warga yang saat itu berjuang untuk membela hak mereka atas tanah adat justru ditangkap. Saat ini sekitar 1.000 hektar tanah adat milik warga Kajang telah berubah menjadi perkebunan karet milik PT London Sumatera. Mugiyanto, Ketua IKOHI, menegaskan, kasus pengambilalihan tanah warga Kajang dapat dikategorikan pelanggaran HAM. Karena itu, pemerintah dan PT London Sumatera wajib melakukan pemulihan terhadap para korban insiden pengambilalihan tanah adat warga Kajang. (REI)

TUGAS PKN

KLIPING PELANGGARAN HAM

Oleh: Diana Putri Tunggal Dewi VII-E SMP NEGERI 02 GANDUSARI TAHUN PELAJARAN 2011-2012

Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim (lahir di Jombang, Jawa Timur, 1 Juni 1914 meninggal di Cimahi, Jawa Barat, 19 April 1953 pada umur 38 tahun) adalah pahlawan nasional Indonesia dan menteri negara dalam kabinet pertama Indonesia. Ia adalah ayah dari presiden keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid dan anak dari Hasyim Asy'arie, salah satu pahlawan nasional Indonesia. Wahid Hasjim dimakamkan di Tebuireng, Jombang. Pada tahun 1939, NU menjadi anggota MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia), sebuah badan federasi partai dan ormas Islam di zaman pendudukan Belanda. Saat pendudukan Jepang yaitu tepatnya pada tanggal 24 Oktober 1943 beliau ditunjuk menjadi Ketua Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) menggantikan MIAI. Selaku pemimpin Masyumi beliau merintis pembentukan Barisan Hizbullah yang membantu perjuangan umat Islam mewujudkan kemerdekaan. Selain terlibat dalam gerakan politik, tahun 1944 beliau mendirikan Sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang pengasuhannya ditangani oleh KH. A. Kahar Muzakkir. Menjelang kemerdekaan tahun 1945 ia menjadi anggota BPUPKI dan PPKI. Wahid Hasyim dengan segudang pemikiran tentang agama, negara, pendidikan, politik, kemasyarakatan, NU, dan pesantren, telah menjadi lapisan sejarah ke-Islaman dan keIndonesiaan yang tidak dapat tergantikan oleh siapapun. Wahid Hasjim adalah salah satu putra bangsa yang turut mengukir sejarah negeri ini pada masa awal kemerdekaan Republik Indonesia.Terlahir Jumat Legi, 5 Rabiul Awal 1333 Hijriyah atau 1 Juni 1914, Wahid mengawali kiprah kemasyarakatannya pada usia relatif muda. Setelah menimba ilmu agama ke berbagai pondok pesantren di Jawa Timur dan Mekah, pada usia 21 tahun Wahid membuat gebrakan baru dalam dunia pendidikan pada zamannya. Dengan semangat memajukan pesantren, Wahid memadukan pola pengajaran pesantren yang menitikberatkan pada ajaran agama dengan pelajaran ilmu umum.Sistem klasikal diubah menjadi sistem tutorial. Selain pelajaran Bahasa Arab, murid juga diajari Bahasa Inggris dan Belanda. Itulah madrasah nidzamiyah. Meskipun ayahandanya, hadratush syaikh Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama, butuh waktu beberapa tahun bagi Wahid Hasjim untuk menimbang berbagai hal sebelum akhirnya memutuskan aktif di NU. Pada usia 25 tahun Wahid bergabung dengan Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI), federasi organisasi massa dan partai Islam saat itu. Setahun kemudian Wahid menjadi ketua MIAI. Karier politiknya terus menanjak dengan cepat. Ketua PBNU, anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), hingga Menteri Agama pada tiga kabinet (Hatta, Natsir, dan Sukiman). Banyak kontribusi penting yang diberikan Wahid bagi agama dan bangsa. Rumusan "Ketuhanan Yang Maha Esa" dalam Pancasila sebagai pengganti dari "Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluknya" tidak terlepas dari peran seorang Wahid Hasjim. Wahid dikenal sebagai tokoh yang moderat, substantif, dan inklusif. Wahid Hasjim meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan mobil di Kota Cimahi tanggal 19 April 1953.

Nama Kelas

: Lailatul Istiqomah : VII A

Tugas Bahasa Indonesia

BIOGRAFI K.H WAHID HASYIM


KH. Abdul Wahid Hasyim adalah putra dari pasangan KH. M. Hasyim Asyari-Nyai Nafiqah binti Kiai Ilyas (Madiun) yang di lahirkan pada Jumat legi, 5 Rabiul Awal 1333 H./1 Juni 1914 M. Ayahandanya semula memberinya nama Muhammad Asyari, diambil dari nama kakeknya. Namun, namanya kemudian diganti menjadi Abdul Wahid, diambil dari nama datuknya. Dia anak kelima dan anak laki-laki pertama dari 10 bersaudara. Menuntut Ilmu Sejak kecil Abdul Wahid sudah masuk Madrasah Tebuireng dan sudah lulus pada usia yang sangat belia, 12 tahun. Selama bersekolah, ia giat mempelajari ilmuilmu kesustraan dan budaya Arab secara outodidak. Setelah itu pindah ke Pesantren Lirboyo, Kediri, sebuah pesantren yang didirikan oleh KH. Abdul Karim, teman dan sekaligus murid ayahnya. Antara umur 13 dan 15 tahun, pemuda Wahid menjadi Santri Kelana, pindah dari satu pesantren ke pesantren lainnya. Tahun 1929 dia kembali ke pesantren Tebuireng. Pada tahun 1932, ketika umurnya baru 18 tahun, Abdul Wahid pergi ke tanah suci Mekkah bersama sepupunya, Muhammad Ilyas. Selain menjalankan ibadah haji, mereka berdua juga memperdalam ilmu pengetahuan seperti nahwu, shorof, fiqh, tafsir, dan hadis. Abdul Wahid menetap di tanah suci selama 2 tahun. Pada tahun 1947, ketika sang ayah meningal dunia, Kiai Wahid terpilih secara aklamasi sebagai pengasuh Tebuireng. Pilihan ini berdasarkan kesepakatan musyawarah keluarga Bani Hasyim dan Ulama NU Kabupaten Jombang. Terpilihnya Kiai Wahid sebenarnya sekadar formalisasi, karena kenyataannya beliau sudah lama ikut membantu sang ayah mengelola Tebuireng. Pada tahun 1950, Kiai Wahid diangkat menjadi Menteri Agama dan pindah ke Jakarta. Keluarga Kiai Wahid tinggal di Jl. Jawa (kini Jl. HOS Cokroaminoto) No. 112, dan selanjutnya pada tahun 1952 pindah ke Taman Matraman Barat no. 8, di dekat Masjid Jami Matraman. Pernikahan KH. Abdul Wahid Hasyim Pada hari Jumat, 10 Syawal 1356 H./1936 M., Kiai Wahid menikah dengan Munawaroh (lebih dikenal dengan nama Sholichah), putri KH. Bisyri Sansuri (Denanyar Jombang). Ada peristiwa menarik dalam prosesi pernikahan ini. Mempelai lelaki hanya berangkat seorang diri ke Denanyar. Kiai Wahid datang hanya memakai baju lengan pendek dan bersarung. Tidak ada yang mengiringinya. Bukan tidak ada yang mau mengantar, akan tetapi Kiai Wahid sendiri yang meninggalkan para pengiringnya di belakang.

Dari pernikahan itu, pasangan Wahid-Sholichah dikaruniai enam orang putra-putri, yaitu Abdurrahman, Aisyah, Salahuddin, Umar, Lily Khodijah, dan Muhammad Hasyim. Masuk NU Di tengah-tengah kesibukannya mengelola Tebuireng, Kiai Wahid aktif menjadi pengurus NU (1938). Karier di NU dimulai dari bawah. Mula-mula menjadi Sekertaris NU Ranting Cukir, kemudian tahun 1938 terpilih sebagai Ketua Cabang NU Kabupaten Jombang. Beliau juga aktif menulis di Suara NU dan Berita NU. Tahun 1946 Kiai Wahid terpilih sebagai Ketua Tanfidiyyah PBNU menggantikan Kiai Achmad Shiddiq yang meninggal dunia. Mendirikan Masyumi Pada bulan November 1947, Wahid Hasyim bersama M. Natsir menjadi pelopor pelaksanaan Kongres Umat Islam Indonesia yang diselenggarakan di Jogjakarta. Dalam kongres itu diputuskan pendirian Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), sebagai satu-satunya partai politik Islam di Indonesia. Ketua umumnya adalah ayahnya sendiri, Kiai Hasyim Asyari. Namun Kiai Hasyim melimpahkan semua tugasnya kepada Wahid Hasyim. Sejak awal tahun 1950-an, NU keluar dari Masyumi dan mendirikan partai sendiri. Kiai Wahid terpilih sebagai Ketua Umum Partai NU. Keputusan ini diambil dalam Kongres ke-19 NU di Palembang (26-April-1 Mei 1952). Secara pribadi, Kiai Wahid tidak setuju NU keluar dari Masyumi. Akan tetapi karena sudah menjadi keputusan bersama, maka Kiai Wahid menghormatinya. Hubungan Kiai Wahid dengan tokoh-tokoh Masyumi tetap terjalin baik. Pahlawan Nasional Pada tahun 1939, NU masuk menjadi anggota Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI), sebuah federasi partai dan ormas Islam di Indonesia. Setelah masuknya NU, dilakukan reorganisasi dan saat itulah Kiai Wahid terpilih menjadi ketua MIAI, dalam Kongres tanggal 14-15 September 1940 di Surabaya. Jepang untuk membentuk sebuah Badan Jawatan Agama guna menghimpun para ulama. Pada tahun 1942, Pemerintah Jepang menangkap Hadratusy Sayeikh Kiai Hasyim Asy'ari dan menahannya di Surabaya. Wahid Hasyim berupaya membebaskannya dengan melakukan lobi-lobi politik. Hasilnya, pada bulan Agustus 1944, Kiai Hasyim Asy'ari dibebaskan. Sebagai kompensasinya, Pemerintah Jepang menawarinya menjadi ketua Shumubucho, Kepala Jawatan Agama Pusat. Kiai Hasyim menerima tawaran itu, tetapi karena alasan usia dan tidak ingin meninggalkan Tebuireng, maka tugasnya dilimpahkan kepada Kiai Wahid. Pada tanggal 29 April 1945, pemerintah Jepang membentuk Dokuritsu Zyunbi Tyooisakai atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), dan Wahid Hasyim menjadi salah satu anggotanya. Dia merupakan tokoh termuda dari sembilan tokoh nasional yang menandatangani Piagam Jakarta, sebuah piagam yang melahirkan proklamasi dan konstitusi negara. Dia berhasil menjembatani perdebatan sengit antara kubu nasionalis yang menginginkan bentuk Negara Kesatuan, dan kubu Islam yang menginginkan bentuk negara berdasarkan syariat Islam. Saat itu ia juga menjadi penasihat Panglima Besar Jenderal Soedirman. Di dalam kabinet pertama yang dibentuk Presiden Sukarno (September 1945), Kiai Wahid ditunjuk menjadi Menteri Negara. Demikian juga dalam Kabinet Sjahrir tahun 1946. Ketika KNIP dibentuk, Wahid Hasyim menjadi salah seorang anggotanya mewakili Masyumi dan meningkat menjadi anggota BPKNIP tahun 1946.

Setelah terjadi penyerahan kedaulatan RI dan berdirinya RIS, dalam Kabinet Hatta tahun 1950 dia diangkat menjadi Menteri Agama. Jabatan Menteri Agama terus dipercayakan kepadanya selama tiga kali kabinet, yakni Kabinet Hatta, Natsir, dan Kabinet Sukiman. Jasa lainnya ialah pendirian Sekolah Tinggi Islam di Jakarta (tahun 1944), yang pengasuhannya ditangani oleh KH. Kahar Muzakkir. Lalu pada tahun 1950 memutuskan pendirian Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang kini menjadi IAIN/UIN/STAIN, serta mendirikan wadah Panitia Haji Indonesia (PHI). Kiai Wahid juga memberikan ide kepada Presiden Soekarno untuk mendirikan masjid Istiqlal sebagai masjid negara. Musibah di Cimindi Hari itu, Sabtu 18 April 1953, Kiai Wahid bermaksud pergi ke Sumedang untuk menghadiri rapat NU. Kiai Wahid ditemani tiga orang, yakni sopirnya dari harian Pemandangan, rekannya Argo Sutjipto, dan putera sulungnya Abdurrahman Ad-Dakhil (Gus Dur. mobil yang ditumpangi Kiai Wahid selip dan sopirnya tidak bisa menguasai kendaraan. Di belakangnya banyak iringan-iringan mobil. Sedangkan dari arah depan, sebuah truk yang melaju kencang terpaksa berhenti begitu melihat ada mobil zig-zag. Karena mobil Chevrolet itu melaju cukup kencang, bagian belakangnya membentur badan truk dengan kerasnya. Ketika terjadi benturan, Kiai Wahid dan Argo Sutjipto terlempar ke bawah truk yang sudah berhenti itu. Keduanya luka parah. Kiai Wahid terluka bagian kening, mata, pipi, dan bagian lehernya. Sedangkan sang sopir dan Gus Dur tidak cedera sedikit pun. Mobilnya hanya rusak bagian belakang dan masih bisa berjalan seperti semula. Kiai Hasyim dan Argo Sutjipto kemudian dibawa ke Rumah Sakit Boromeus Bandung. Sejak mengalami kecelakaan, keduanya tidak sadarkan diri. Keesokan harinya, Ahad, 19 April 1953 pukul 10.30, KH. Abdul Wahid Hasyim dipanggil ke hadirat Allah Swt. dalam usia 39 tahun. Beberapa jam kemudian, tepatnya pukul 18.00 Argo Sutjipto menyusul menghadap Sang Khalik. Inna liLlahi wa Inna ilayhi Rajiun. Jenazah Kiai Wahid kemudian dibawa ke Jakarta, lalu diterbangkan ke Surabaya, dan selanjutnya dibawa ke Jombang untuk disemayamkan di pemakaman keluarga Pesantren Tebuireng. Atas jasa-jasanya beliau juga dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai