Anda di halaman 1dari 2

Dampak yang Ditimbulkan dari Pemukiman Kumuh di Kota

Kota adalah salah satu daya Tarik kuat bagi tenaga kerja di desa untuk bisa bekerja di
kota, semakin banyak jumlah masyarakat yang merantau ke kota membuat kota menjadi
tempat tingal dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dengan corak masyarakat yang
hetrogen Akibat yang ditimbulkan salah satunya adalah laju pertumbuhan penduduk yang
cukup pesat di mana dalam hal ini beragam masalahpun dapat dijumpai, seperti kemacetan,
kemiskinan,meningkatnya kriminalitas, munculnya permukiman kumuh atau daerah
slum(slum area) terutama lahan-lahan yang kosong seperti jalur hijau disepanjang bantaran
sungai, bantaran rel kereta api, maupun di bawah jembatan layang. Tak hanya itu saja, akibat
tidak diikuti dengan keterampilan khusus, sebagianpenduduk akhirnya tidak mempunyai
kemampuan untuk menyediakan kebutuhanhidup salah satunya dibidang perumahan. Hal ini
menyebabkan terbentuknya permukiman kumuh di perkotaan definisi permukiman kumuh
menurut Peraturan Undang Undang Nomor 1 Tahun 2011 Permukiman kumuh adalah
permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan
bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak
memenuhi syarat. Perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas
fungsi sebagai tempat hunian. Pemukiman kunuh yang banyak ditemukan di kota
meninmbulkan masalah – masalah baru di perkotaan berikut ini adalah dampak yang
ditimbulkan dari adanya pemukiman kumuh di kota :

a. Menimbulkan perilaku menyimpang.


Penduduk di pemukiman kumuh tersebut memiliki persamaan, terutama dari
segi latar belakang sosial ekonomi-pendidikan yang rendah, keahlian terbatas dan
kemampuan adaptasi lingkungan (kota) yang kurang memadai. Kondisi kualitas
kehidupan ini yang mengakibatkan semakin banyaknya penyimpangan perilaku
penduduk penghuninya. Terjadinya perilaku menyimpang ini karena sulitnya mencari
atau menciptakan pekerjaan sendiri dengan keahlian dan kemampuan yang terbatas,
selain itu juga karena menerima kenyataan bahwa impian yang mereka harapkan
mengenai kehidupan di kota tidak sesuai dengan yang diharapkan dan tidak dapat
memperbaiki kehidupan masyarakat. Kecenderungan terjadinya perilaku menyimpang
(deviant behaviour) ini juga diperkuat oleh pola kehidupan kota yang lebih
mementingkan diri sendiri atau kelompoknya yang sering bertentangan dengan nilai-
nilai moral dan norma-norma sosial dalam masyarakat. Bagi kalangan remaja dan
pengangguran, biasanya penyimpangan perilakunya berupa mabuk-mabukan, minum
obat terlarang, pelacuran, adu ayam, memutar blue film, begadang dan berjoget di
pinggir jalan dengan musik keras sampai pagi, mencorat-coret tembok/bangunan
fasilitas umum, dan lain-lain. Akibat lebih lanjut perilaku menyimpang tersebut bisa
mengarah kepada tindakan kejahatan (kriminal) seperti pencurian, pemerkosaan,
penipuan, penodongan, pembunuhan, pengrusakan fasilitas umum, perkelahian,
melakukan pungutan liar, mencopet dan perbuatan kekerasan lainnya.

b. Masalah penyediaan air bersih


Penyediaan air bersih sangat minim. Sehingga masalah air bersih sangat
berkait dengan timbulnya beberapa penyakit seperti penyakit kulit dan perut, sebagai
akibat dari penggunaan air tidak bersih atau telah terkontaminasi bakteri coli.
Kurangnya penyediaan air bersih tersebut juga dikarenakan diambil alihnya tempat
sumber air dengan dibangunnya rumah-rumah diatasnya.

c. Pencemaran sungai

Warga yang mendirikan pemukiman kumuh di bantaran sungai membuat


kondisi sungai menjadi semakin buruk. Biasanya warga dalam menggunakan air
bersih hanya untuk keperluan memasak saja untuk berhemat sehingga untuk mandi
dan keperluan lain sungai menjadi alternatif berikutnya. Dampak selanjutnya air
sungai menjadi sangat tercemar baik itu oleh limbah rumah tangga atau dari limbah
yang lain.

d. Jarak bangunan untuk sirkulasi udara tidak memadai


Beberapa rumah di pemukiman kumuh tidak memilii ventilasi udara yang
memadai sehingga keadaan rumah menjadi pengap pun tidak nyaman.Selain itu, luas
jalan yang biasanya digunakan oleh warga sangat sempit hal ini menyulitkan warga
untuk melakukan aktivitas sehari – hari. Selain itu daerah pemukiman kumuh juga
rawan terjadi kebakaran karena instalasi listrik yang tidak terarur dan banyak yang
tidak sesuai standar kelayakan akibat terbatasnya kondisi lahan.

Sumber :

Rofiana, Vivin. 2015. Dampak Pemukiman Kumun Terhadap Kelestarian Lingkungan Kota
Malang. Malang : IJPA-The Indonesian Journal of Public Administration V.

Anda mungkin juga menyukai