Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PERKEMBANGAN ISLAM DI

INDONESIA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang
sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi sudah ada rute-rute .pelayaran dan
perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di daratan Asia Tenggara.
Wilayah barat nusantara dan sekitar selat Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang
menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para
pedagang dan menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan India. Sementara itu, pala dan
cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera antara abad ke-1 dan 7
masehi sering disinggahi pedagang asing seperti Aceh, Barus, Palembang di Sumatera serta
Sunda Kelapa, Gresik di pulau Jawa.
Bersamaan dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal dari Timur Tengah. Mereka tidak
hanya membeli dan menjajakan barang dagangan, tetapi ada juga yang berupaya menyebarkan
agama Islam. Dengan demikian, agama Islam telah ada di Indonesia ini bersamaan dengan
kehadiran para pedagang Arab tersebut. Meskipun belum tersebar secara intensif ke seluruh
wilayah Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Islam masuk di Indonesia ?
2. Bagaimana cara penyebaran Islam di Indonesia ?
3. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia !
4. Tokoh-tokoh berprestasi dalam penyebaran Islam di Indonesia !
PEMBAHASAN
A. Proses Masuknya Islam di Indonesia
Masuknya Islam di Indonesia agak unik bila dibandingkan dengan masuknya Islam ke daerahdaerah lain. Keunikannya terlihat kepada proses masuknya Islam ke Indonesia yang relatif
berbeda dengan daerah lain. Islam masuk ke Indonesia secara damai dibawa oleh para pedagang
dan mubaligh. Sedangkan Islam masuk di daerah lain pada umumnya lewat penaklukan, seperti
masuknya Islam ke Irak, Iran, Mesir, Afrika Utara sampai Andalusia.
Islam dalam batas tertentu disebarkan oleh pedagang, kemudian dilanjutkan oleh para guru
agama (dai) dan pengembara sufi. Orang yang terlibat dalam kegiatan dakwah pertama itu tidak
bertendensi apapun selain bertanggungjawab menunaikan kewajiban tanpa pamrih, sehingga
nama mereka berlalu saja. Tidak ada catatan sejarah atau prasasti pribadi yang sengaja dibuat
mereka untuk mengabadiakan peran mereka, ditambah lagi wilayah Indonesia yang sangat luas
dengan perbedaan kondisi dan situasi. Oleh karena itu, wajar kalau terjadi perbedaan pendapat
tentang kapan, darimana, dan dimana pertama kali Islam datang ke Indonesia. Namun secara
garis besar, perbedaan pendapat itu dapat dibagi menjadi sebagai berikut:
1. Menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah,
terdapat 3 teori dalam buku tersebut, yaitu:

a. Teori Gujarat, teori ini berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13
dan pembawanya berasal dari Gujarat, India. Dasar teori ini adalah hubungan dagang Indonesia
dengan India telah lama terjalin, serta adanya batu nisan Sultan Samudera Pasai yaitu Malik as
Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat. Teori ini juga bersumber dari keterangan
Marcopolo dari Vanesia yang pernah singgah di Perlak tahun 1292 M. Ia menceritakan bahwa
penduduk Perlak sudah banyak yang memeluk agama Islam.
b. Teori Makkah, teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 dan
pembawanya berasal dari Arab dan Mesir. Dasar teori ini adalah pada tahun 674 M di pantai
barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab), dengan pertimbangan bahwa
pedagangan Arab sudah mendirikan perkampungan di Katon pada abad ke-4 M.
c. Teori Persia, Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dan pembawanya berasal dari Persia
(Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam
Indonesia seperti, adanya peringatan 10 Muharam atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu
Nabi Muhammad, yang sangat dijunjung oleh umat Islam di Iran. Ada juga yang bersumber dari
ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik tahun 1419, serta terdapat
perkampungan Leran di Giri daerah Gresik.
2. Berita Jepang, mengatakan bahwa kedatangan Islam pertama kali ke Indonesia pada abad
pertama hijriyah atau sekitar 7 M. Berita ini menceritakan bahwa perjalanan pendeta Khansin ke
Indonesia. Dalam berita tersebut dikemukakan bahwa pada masa itu Katon terdapat kapal-kapal
Po-see dan K-uo. Oleh para ahli, istilah Po-see ditafsirkan sebagai bangsa Melayu, Ta-shih
ditafsirkan sebagai orang-orang Arab dan Persia.
3. Berita Ibnu Battutah, Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M. Ia mengatakan bahwa
pada abad ke -13 M, ditemukan batu nisan di Sumatera Utara dan berangka tahun 676 hijriyah
(1297 M), Sultan Malik as Saleh dikenal sebagai seorang pengajar tasawuf yang kemudian
menjadi raja di Kerajaan Samudera Pasai.
4. Menurut Taufik Abdullah, pendapatnya memang benar Islam sudah datang ke Indonesia sejak
abad pertama hijriyah atau abad ke-7 M, tetapi baru dianut oleh para pedagang Timur Tengah di
pelabuhan-pelabuhan. Barulah Islam masuk besar-besaran dan mempunyai kekuatan politik pada
abad ke-13 dengan berdirinya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini terjadi akibat arus balik
kehancuran Baghdad ibukota Abbasiyah oleh Hulagu. Kehancuran Baghdad menyebabkan
pedagang Muslim mengalihkan aktivitas perdagangan kearah Asia Selatan, Asia Timur, dan Tsia
Tenggara.
5. Seminar tentang masuknya Islam di Indonesia pada tahun 1963 di Medan dan di Kuala
Simpang Aceh tahun 1980. Kedua seminar tersebut sepakat menyatakan bahwa Islam telah
masuk di Indonesia pada abad pertama hijriyah langsung dari Arab. Daerah yang mula-mula
dimasuki oleh Islam adalah pesisir Sumatera, serta menegaskan kerajaan yang pertama adalah
Perlak, Lamuri, dan Pasai. Penyiaran Islam dilakuakan secara damai oleh pedagang. Kedatangan
Islam ke Indonesia adalah membawa kecerdasan dan peradapan yang tinggi.
B. Cara penyebaran Islam di Indonesia
Masuknya Islam di Indonesia pada umumnya berjalan secara damai. Akan tetapi, adakalanya
penyebaran harus diwarnai dengan cara-cara penaklukan. Hal itu terjadi jika situasi politik di
kerajaan-karajaan itu mengalami kekacauan akibat perebutan kekuasaan. Secara umum Islam
masuk di Indonesia dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Perdagangan, masuknya Islam di Indonesia melalui perdagangan terjadi pada tahap awal, yaitu
sejalan dengan ramainya lalu lintas pada abad ke-7 M hingga abad 16 M. Pada masa itu,

pedagang muslim yang berdagang ke Indonesia makin banyak sehingga akhirnya membentuk
pemukiman yang disebut Pekojan. Dari tempat ini, mereka berinteraksi dan berasimilasi dengan
masyarakat asli seraya menyebarkan agama Islam.
2. Perkawinan, dengan menunggu angin muson (6 bulan), pedagang mengadakan perkawinan
dengan penduduk asli. Dari perkawinan itulah terjadi interaksi sosial yang menghantarkan Islam
berkembang.
3. Gerakan Dakwah, melalui 2 jalur yaitu:
a. Ulama keliling menyebarkan agama Islam, dengan pendekatan akulturasi dan sinkretisasi
(lambang-lambang budaya).
b. Pendidikan Pesantren, melalui lembaga atau pendidikan pondok pesantren. Kyai sebagai
pemimpin dan santri sebagai murid.
4. Pendidikan, Penyebaran Islam melalui pendidikan, dilakukan melalui pesantren-pesantren,
khususnya oleh para kyai. Semakin terkenal kyai, maka semakin banyak pula santri yang diajar.
Beberapa pesantren yang terkenal diantaranya adalah pesantern Ampel Denta milik sunan Ampel
dan pesantren Giri , milik sunan Giri. Para santri mendapatkan pendidikan agama. Setelah keluar
dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwah ketempat tertentu
untuk mengajarkan agama Islam. Misalnya santri dari Ampel Denta dan Giri diundang ke
Maluku untuk mengajarkan agama Islam.
5. Tasawuf, pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran
yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal magis dan
mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka juga ada yang mengawini
putri-putri bangsawan setempat. Dengan tasawuf bentuk Islam yang diajarakan kepada penduduk
pribumi mempunyai kesamaan pikiran dengan mereka, yang sebelumnya menganut agama
Hindu, sehingga agama baru itu mudah diterima dan dimengerti. Diantara ahli tasawuf yang
memberikan ajaran yang mengandung dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam adalah Hamzah
Fansuri di Aceh, Syeh Lemah Abang dan Sunan Panggung di Jawa.
6. Akulturasi Budaya dan Kesenian, sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah
memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha. Dengan masuknya
Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses percampuran dua budaya atau
lebih , percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi) yang melahirkan budaya baru
yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Budaya-budaya baru tersebut seperti seni bangunan, seni
pahat, seni musik dan seni sastra. Hasil-hasil seni ini dapat pula dilihat pada bangunan masjidmasjid kuno di Demak, Cirebon, Banten dan Aceh. Selain itu Walisongo, terutama Sunan Kali
Jaga mempergunakan banyak cabang seni untuk Islamisasi antara lain gamelan, wayang,
nyanyian, dan seni busana.
C. Kerajaan Islam di Indonesia
1. Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia, yang didirikan oleh
Malik As-Saleh. Namun, juga ada yang menyatakan kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah
Perlak, tetapi tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung fakta sejarah ini. Kerajaan ini
terletak di Lhok Seumawe Aceh Utara di daerah Selat Malaka yang merupakan jalur
perdagangan dan pelayaran internasional. Pada masa pemerintahan Malik As-Saleh, Kerajaan
Samudra Pasai berkembang menjadi bandar pelabuhan besar yang banyak didatangi oleh
pedagang dari berbagai daerah, seperti India, Gujarat, Arab, dan Cina. Dalam perkembangannya
setelah Malik As-Saleh wafat pada 1927, kegiatan pemerintahan dilanjutkan oleh putranya, yaitu

Sultan Muhamad Malik Al-Taher (1927 1326), Sultan Ahmad, dan Sultan Zainul Abidin.
2. Kerajaan Perlak
Merupakan kerajaan tertua di Indonesia. Bahkan ada yang menyatakan lebih dulu dari kerajaan
Samudera Pasai. Namun sebagaiman, dikemukakan terdahulu, tidak banyak bahan pustaka yang
menguatakan pendapat tersebut. Sultan Mahdum Alauddin Muhammad Amin yang memerintah
antara tahun 1243-1267 M tercatat sebagai Sultan ke-enam. Ia terkenal sebagai sultan yang arif
bijaksana dan alim, sekaligus seorang ulama. Sultan inilah yang mendirikan semacam perguruan
tinggi Islam pada saat itu.
3. Kerajaan Malaka
Pendiri Kerajaan Malaka adalah Iskandar Syah. Kerajaan ini letaknya berhadapan dengan Selat
Malaka sehingga sangat strategis karena letaknya tersebut, kerajaan ini sering kali menjadi
tempat persinggahan para pedagang Islam yang berasal dari berbagai negara. Selain Iskandar
Syah, terdapat beberapa raja yang sempat memimpin Kerajaan Malaka, di antaranya sebagai
berikut:
a. Muhammad Iskandar Syah (1414-1424).
b. Sultan Mudzafat Syah dan Sultan Mansur Syah (1458-1477).
c. Sultan Alaudin Syah yang (1477-1488).
d. Sultan Mahmud Syah (1488-151).
Kerajaan Malaka banyak dikunjungi oleh para pedagang dari Gujarat, Cina, Arab, Persia, dan
negara lainnya sehingga kerajaan ini memanfaatkannya untuk meningkatkan kegiatan
ekonominya. Karena kemajuannya dalam perdagangan, Kerajaan Malaka mampu mengalahkan
kemajuan Kerajaan Samudra Pasai.
4. Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh muncul setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis. Masa kejayaan Kerajaan Aceh
tercapai dalam pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Seni sastranya dalam kebudayaan
masyarakat Aceh dipengaruhi oleh budaya agama Islam. Rakyat Aceh terutama kaum ulamanya
gemar menulis buku kesusastraan. Misalnya, Nuruddin ar-Raniri menulis buku Bustanus Salatin
dan Hamzah Fansuri menulis Syair Perahu, Syair Burung Pingai, dan Asrar al Arifin. Selain itu,
hasil-hasil kebudayaan masyarakat Aceh dipengaruhi oleh lingkungan alamnya, yaitu sungai dan
lautan.Rakyat Aceh pandai membuat perahu dan kapal-kapal layar. Dengan demikian, tampaklah
bahwa masyarakat kerajaan Aceh dipengaruhi oleh budaya Islam
5. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden Patah
(1478). Raden Patah adalah putra Raja Majapahit Brawijaya, dengan ibu keturunan Champa
(perbatasan dengan Kamboja dan Vietnam). Kebudayaan masyarakat Demak bercorak Islam
yang terlihat dari banyaknya masjid, makam-makam, kitab suci Al-Quran, ukir-ukiran
berlanggam (bercorak) Islam, dan sebagainya. Sampai-sampai sekarang Demak dikenal sebagai
pusat pendidikan dan penyebaran agama Islam di Jawa Tengah. Bahkan, dalam sejarah
Indonesia, Demak dikenal sebagai pusat daerah budaya Islam di Pulau Jawa.
6. Kerajaan Mataram
Kerajaan Mataram Islam berdiri berkat perjuangan dari Ki Ageng Pemanahan yang meninggal
pada 1575. Setelah meninggal, digantikan oleh anaknya Sutawijaya. Pada masanya, Kerajaan
Mataram terus berkembang dan menjadi kerajaan terbesar di Jawa. Wilayahnya berkembang
seputar Jawa Tengah, Jawa Timur, Cirebon, dan sebagian Priangan.
Setelah meninggal pada tahun 1601, Sutawijaya digantikan oleh Mas Jolang atau Panembahan
Seda Ing Krapyak (1601-1613). Selanjutnya, diteruskan oleh anak Mas Jolang yaitu Raden Mas

Martapura karena sering sakit-sakitan, Raden Mas Martapura digantikan oleh anak Mas Jolang
yang lain, yaitu Raden Mas Rangsang yang dikenal dengan nama Sultan Agung (1613-1645).
Pada masa Sultan Agung inilah Mataram mengalami puncak kejayaan.
Dalam perkembangan selanjutnya, Kerajaan Mataram terpecah belah sehingga berubah menjadi
kerajaan kecil. Perpecahan disebabkan adanya gejolak politik di daerah-daerah kekuasaan
Mataram dan peran serta VOC dan penguasa Belanda yang menginginkan menguasai tanah
Jawa.
Dalam Perjanjian Giyanti (1755) disebutkan bahwa wilayah Mataram dibagi menjadi dua
wilayah kerajaan sebagai berikut.
a. Daerah Kesultanan Yogyakarta yang disebut Ngayogyakarta Hadiningrat
dengan Mangkubumi sebagai rajanya dan bergelar Hamengkubuwono.
b. Daerah Kasuhunan Surakarta yang diperintah oleh Pakubuwono.
Akibat Perjanjian Salatiga peranan Belanda dalam pemerintahan Mataram semakin jauh
sehingga pada 1913 Mataram akhirnya terpecah menjadi empat keluarga raja yang masingmasing memiliki kekuasaan, yaitu Kesultanan Yogyakarta, Kasuhunan Surakarta, Pakualaman
dan Mangkunegaran.
7. Kerajaan Cirebon
Kerajaan ini lahir pada abad ke-16. Pada abad tersebut, daerah Cirebon berkembang menjadi
pelabuhan ramai dan menjadi pusat perdagangan di pantai utara Jawa Barat. Majunya kegiatan
perdagangan juga mendorong proses Islamisasi semakin berkembang sehingga Sunan Gunung
Jati membentuk kerajaan Islam Cirebon. Dengan terbentuknya kerajaan Islam Cirebon, maka
Cirebon menjadi pusat perdagangan dan pusat penyebaran Islam di Jawa Barat.
8. Kerajaan Banten
Pendiri Kerajaan Banten adalah Sunan Gunung Jati dan raja pertamanya adalah Hasanuddin yang
merupakan anak dari Sunan Gunung Jati. Semula wilayah ini termasuk bagian dari Kerajaan
Pajajaran. Kerajaan Banten memiliki hubungan dengan kerajaan Demak. Hasanuddin menikah
dengan putri Sultan Trenggono dan melahirkan dua orang anak, yaitu Maulana Yusuf dan
Pangeran Jepara.
Dalam perkembangan selanjutnya, Maulana Yusuf (1570) menggantikan ayahnya untuk menjadi
raja Kerajaan Banten yang kedua sampai dengan tahun 1580. Setelah itu, dilanjutkan oleh anak
Maulana Yusuf (1580-1605), kemudian Abdul Mufakhir, Abu Mali Ahmad Rahmatullah (16401651) dan Abu Fatah Abdulfatah yang lebih dikenal dengan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1582).
Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa inilah Kerajaan Banten mengalami puncak kejayaan.
9. Kerajaan Gowa-Tallo
Merupakan kerajaan Islam pertama di Sulawesi tahun 1605 M. Rajanya bernama Malinkaang
Daeng Manyonri yang kemudian berganti nama dengan Sultan Abdullah Awwalul Islam.
Menyusul di belakangnya, Raja Gowa bernama sultan Alauddin. Dalam waktu dua tahun,
seluruh rakyatnya memeluk agama Islam. Mubaligh Islam yang berjasa ialah Abdul Qodir
Khatib Tunggal yang bergelar Dato Ri Bandang berasal dari Minangkabau, murid sunan Giri.
10. Kerajaan Ternate dan Tidore
Pengaruh agama dan budaya Islam di Maluku (Ternate dan Tidore) belum meluas ke seluruh
daerah. Sebabnya, masih banyak 89 rakyat Maluku yang mempertahankan kepercayaan nenek
moyangnya. Hal tersebut terbukti dari bekas peninggalan-peninggalannya, yakni masjid, bukubuku tentang Islam, makam-makam yang berpolakan Islam yang ada di Maluku tidak begitu

banyak jumlah- nya. Dengan kata lain hasil-hasil kebudayaan rakyat Maluku merupakan
campuran antara budaya Islam dan pra-Islam.
D. Tokoh Islam yang Berprestasi
Proses penyebaran Islam di wilayah Nusantara tidak dapat dilepaskan dari peran aktif yang
dilakukan oleh para ulama. Melalui merekalah Islam dapat diterima dengan baik dikalangan
masyarakat Nusantara. Para ulama yang pertama kali menyebarkan Islam di Nusantara antara
lain sebagai berikut:
1. Hamzah Fansuri
Hamzah Fansuri hidup pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, sekitar tahun 1590.
Pengembaraan intelektualnya tidak hanya di Fansur, Aceh. Tetapi juga ke India, Persia, Makkah
dan Madinah. Karena itu ia menguasai berbagai bahasa selain bahasa Melayu. Dalam
pengembaraannya itu, ia sempat mempelajari ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, sejarah dan sastra Arab.
Usai menjalani pengembaraan intelektualnya, Hamzah Fansuri kembali ke kampung halamannya
di Fansur, Aceh,untuk mengajarkan keilmuan Islam yang diperolehnya dari guru-guru yang
didatanginya di negeri-negeri yang telah disinggahi. Ia mengajarkan keilmuan Islam tersebut di
Dayah (pesantren) di Obob Simpangkanan, Singkel.
2. Syamsudin Al-Sumatrani
Syamsudin Al-Sumatrani merupakan salah seorang ulama terkemuka di Aceh dan Nusantara
yang hidup pada abad ke-16. Syamsudin Al-Sumatrani memiliki peran dan posisi penting di
istana kerajaan Aceh Darussalam, karena is berprofesi sebagai Qadli (Hakim Agung), juga
kedekatannya dengan Sultan Iskandar Muda sebagai seorang Syeikh Al Islam. Syeikh Al Islam
merupakan gelar tertinggi untuk ulama, kadi, imam atau syeikh, penasihat raja, imam kepala,
anggota tim perundingan dan juru bicara Kerajaan Aceh Darussalam. Karya-karya Syamsudin
Al-Sumatrani adalah Jaubar Al-Haqaid, Risalah Al-Baiyyin al-Mulahaza Al-Muwahhidin Wa AlMubiddinfi Dzikr Allah, Mirah Al-Mukminin, Syarah Rubai Hamzah Fansuri, Syarah Syair
Ikan Tongkol.
3. Nuruddin Ar-Raniri
Nuruddin Ar-Raniri dilahirkan di Ranir (sekarang Render), sebuah pelabuhan tua di Gujarat.
Ayahnya berasal dari keluarga imigran Arab Hadramy, Arab Selatan, yang menetap di Gujarat
India. Meskipun ia keturunan Arab, Ar-Raniri dianggap lebih dikenal sebagai seorang ulama
Melayu dari pada India atau Arab.
Ar-raniri diangkat sebagai Syeikh Al Islam, pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Tsani.
Dengan memperoleh dukungan dari sultan, Ar-Raniri mulai melancarkan berbagai pembaruan
pemikiran Islam di tanah Melayu, khususnya di Aceh. Selama lebih kurang tujuh tahun, ia
menentang doktrin wujudiah yang diajarkan oleh Hamzah Fansuri dan Syamsudin Al-Sumatrani.
Diantara karya Ar-Raniri adalah Shiratal Mustaqiem dalam bidang tasawuf, dan Durratul Aqaid
bisyarbil-Aqaid dalam bidang akidah Islam.
4. Syeikh Muhammad Yusuf Al-Makassari
Muhammad Yusuf bin Abdullah Abul Mahasin Al-Tajul-Khalwati Al-Makassari, dilahirkan di
Moncong Loe, Gowa, Sulawesi Selatan pada tanggal 3 Juli 1626 M/1037 H. Ia berasal dari
keluarga yang taat beragama. Ia belajar bahasa Arab, fikih, tauhid, dan tasawuf kepada Sayid Ba
Alwi bin Abdullah Al-Allaham Al-Thahir, seorang Arab yang menetap di Bontoala. Setelah
berusia 15 tahun, ia melanjutkan pelajarannya di Cikoang dengan Jalaluddin Al-Aydid, seorang
guru pengembara yang datang dari Aceh ke Kutai, sebelum sampai di Cikoang.
Diantara karyanya adalah menyalin kitab Ad-Durrah Al-Fakbira (Mutiara yang Membanggakan),

dan Risalah fil-Wujud (Tulisan tentang Wujud)


5. Syeikh Muhammad bin Umar An-Nawawi Al-Bantani
Muhammad bin Umar An-Nawawi Al-Bantani lahir di Tanara, Serang, Banten pada tahun 1230
H/1813 M. Sejak kecil ia dan kedua saudaranya, Tamim dan Abmad, di didik ayahnya dalam
bidang agama, ilmu kalam, ilmu nahwu, fikih dan tafsir. Selain itu ia juga belajar dari Haji Sabal,
ulama terkenal saat itu, dan dari Raden Haji Yusuf di Purwakarta Jawa Barat.
Syeikh Nawawi A-Bantani termasuk salah seorang ulama Nusantara yang cukup berpengaruh
dan sangat dihormati, bukan hanya di kalangan komunitas melayu Nusantara tetapi juga oleh
masyarakat Haramain secara keseluruhan. Posisi sosial keagamaan dan intelektual yang
dimilikinya memberi kesempatan kepadanya untuk mengajar pada berbagai halaqah di Masjidil
Haram sejak tahun 1860, khususnya di Mahad Nashr Al-Maarif Ad-Diniyah, hingga akhirnya ia
memperoleh gelar sebagai Syeikh Al-Hijaz
6. Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau
Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat pada tahun 1276 H/1855
M. Ayahnya adalah seorang jaksa di Padang, sedangkan ibunya adalah anak dari Tuanku Nan
Renceh, seorang ulama terkemuka dari golongan Padri. Ahmad Khatib kecil memperoleh
pendidikan awal pada sekolah pemerintah yang didirikan Belanda, yaitu sekolah rendah dan
sekolah guru di kota kelahirannya. Kemudian pada tahun 1876, Ahmad Khatib melanjutkan
pendidikan agamanya di Makkah, tempat kelak ia memperoleh kedudukan tinggi dalam
mengajarkan agama dan imam dari madzhab Syafii di Masjidil Haram.
7. Wali Songo
Walisongo dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke-14 M. Mereka
tinggal ditiga wilayah penting pantai utara pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban
di Jawa Timur, Demak, Kudus, Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat. Walisongo
adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan
kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran agama Islam di Indonesia, khususnya di
Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang berperan. Namun peran mereka yang sangat besar dalam
mendirikan kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara
luas serta dakwah secara langsung membuat para Walisongo ini banyak disebut dibanding yang
lain.
Pendapat lain yang mengatakan bahwa walisongo adalah sebuah majelis dakwah yang pertama
kali didirikan oleh Sunan Gresik pada tahun 1404 M. Walisongo adalah pembaruan masyarakat
pada masanya. Pengaruhnya mereka terasakan dalam berragam bentuk manifestasi peradaban
baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian,
kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan. Adapun sembilan nama yang dikenal Walisongo
tersebut adalah Sunan Gresik, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, Sunan
Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang dan Sunan Gunung Jati.
PENUTUP
Kesimpulan:
Masuknya Islam di Indonesia agak unik bila dibandingkan dengan masuknya Islam ke daerahdaerah lain. Keunikannya terlihat kepada proses masuknya Islam ke Indonesia yang relatif
berbeda dengan daerah lain. Islam masuk ke Indonesia secara damai dibawa oleh para pedagang
dan mubaligh. Sedangkan Islam masuk di daerah lain pada umumnya lewat penaklukan, seperti
masuknya Islam ke Irak, Iran, Mesir, Afrika Utara sampai Andalusia.
Perbedaan pendapat tentang kapan, darimana, dan dimana pertama kali Islam datang ke

Indonesia. Namun secara garis besar, perbedaan pendapat itu dapat dibagi menjadi sebagai
berikut:
a. Menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah,
terdapat 3 teori dalam buku tersebut, yaitu: Teori Gujarat, Teori Makkah dan Teori Persia
b. Berita Jepang
c. Berita Ibnu Battutah
d. Menurut Taufik Abdullah
e. Seminar tentang masuknya Islam di Indonesia pada tahun 1963 di Medan dan di Kuala
Simpang Aceh tahun
Masuknya Islam di Indonesia pada umumnya berjalan secara damai. Akan tetapi, adakalanya
penyebaran harus diwarnai dengan cara-cara penaklukan. Hal itu terjadi jika situasi politik di
kerajaan-karajaan itu mengalami kekacauan akibat perebutan kekuasaan. Secara umum Islam
masuk di Indonesia dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Perdagangan
b. Perkawinan
c. Gerakan Dakwah
d. Pendidikan
e. Tasawuf
f. Akulturasi Budaya dan Kesenian
Kerajaan Islam di Indonesia, antara lain:
a. Kerajaan Samudera Pasai
b. Kerajaan Perlak
c. Kerajaan Malaka
d. Kerajaan Aceh
e. Kerajaan Demak
f. Kerajaan Mataram
g. Kerajaan Cirebon
h. Kerajaan Banten
i. Kerajaan Gowa-Tallo
j. Kerajaan Ternate dan Tidore
Proses penyebaran Islam di wilayah Nusantara tidak dapat dilepaskan dari peran aktif yang
dilakukan oleh para ulama. Melalui merekalah Islam dapat diterima dengan baik dikalangan
masyarakat Nusantara. Para ulama yang pertama kali menyebarkan Islam di Nusantara antara
lain sebagai berikut:
a. Hamzah Fansuri
b. Syamsudin Al-Sumatrani
c. Nuruddin Ar-Raniri
d. Syeikh Muhammad Yusuf Al-Makassari
e. Syeikh Muhammad bin Umar An-Nawawi Al-Bantani
f. Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau
g. Wali Songo
DAFTAR PUSTAKA
Darsono, dkk. Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam 3 kelas IX Mts. Solo: PT Tiga Serangkai

Pustaka Mandiri, 2013.


Daulay, Haidar Putra. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.
LKS MA kelas XII program agama, Ulul Albab. Mojokerto: Mutiara Ilmu, 2014.
Sunanto, Musyrifah. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012.
Wathoni, Kharisul. Dinamika Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Ponorogo: STAIN
Press, 2011.
https://m.facebook.com/ilmuagama/post/358642620955202
http:id.m.wikipedia.org/wiki/walisongo
http://silmiasuniarizki.blogspot.in/2013/11/makalah-perkembangan-islamdi-nusantara.html

Anda mungkin juga menyukai