Anda di halaman 1dari 12

KLIPING

HASIL-HASIL KEBUDAYAAN LOGAM DI INDONESIA

Tugas ini untuk memenuhi salah satu mata pelajaran sejarah

Disusun oleh :
Dewi Rosmalinda
Tresna Marsitawati
Tyara Cahyani
Yena Epaliani

Kelas : X.1

SMA NEGERI 1 KADUGEDE


2016
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah sejarah tentang Hasil-Hasil Kebudayaan Logam
di Indonesia.
Makalah sejarah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah sejarah ini.

Kad
ugede, 25 Maret 2016

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISIi ....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.Latar Belakang..................................................................................................1
2.Rumusan Masalah ...........................................................................................1
3.Tujuan ..............................................................................................................1
BAB II ISI ............................................................................................................2
A.Pengertian Zaman Logam ...............................................................................2
B.Hasil-Hasil Kebudayaan Zaman Logam...........................................................3
BAB III PENUTUP...............................................................................................8
1.Kesimpulan.......................................................................................................8
2.Saran ..............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.Latar Belakang
Pada zaman prasejarah, zaman dibedakan berdasarkan alat-alatnya, yaitu zaman
batu dan logam. Zaman batu yang termuda adalah zaman neolitikum dan zaman
selanjutnya adalah zaman logam. Dengan dimulainya zaman logam, bukan berati
berakhir zaman batu, karena pada zaman logam masih terdapat alat-alat dan
perkakas batu. Nama zaman logam hanya untuk menyatakan bahwa saat itu
logam telah dikenal dan dipergunakanorang untuk membuat alat-alat yang
diperlukan.

Dari zaman-zaman prasejarah, dapat ketahui bahwa zaman logam dibagi lagi atas
zaman tembaga, perunggu dan besi. Asia Tenggara tidak mengenal zaman
tembaga. Setelah neolitikum langsung ke zaman perunggu dan berlanjut ke
zaman besi. Di Indonesia zaman logam pun sulit untuk dibago ke dalam zaman
perunggu atau besi. Bisa dikatakan bahwa zama logam di Indonesia hanya
zaman perunggu, karena alat-alat perkakas besi tidak banyak bedanya dengan
alat-alat zaman perunggu.
2. Rumusan Masalah
untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan zaman logam?
untuk mengetahui hasil-hasil kebudayaan pada zaman logam?
3. Tujuan
Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan zaman logam.
Agar mengetahui hasil-hasil kebudayaan pada zaman logam.

BAB II

1
ISI
A. Pengertian Zaman Logam.

Zaman logam adalah zaman dimana manusia sudah mengenal teknologi


pertukangan secara sederhana. Pada masa ini manusia mulai mengenal logam
perunggu dan besi. Pengolahan logam memerlukan suatu tempat dan keahlian
khusus. Tempat untuk mengolah logam dikenal dengan nama perundagian dan
orang yang ahli mengerjakan pertukangan logam disebut undagi. Maka zaman
logam disebut juga zaman perundagian

Pada zaman ini, manusia tidak hanya menggunakan bahan-bahan dari batu
untuk membuat alat-alat kehidupannya, tetapi juga mempergunakan bahan dari
logam, yaitu perunggu dan besi untuk membuat alat-alat yang diperlukan. Di
Indonesia logam yang digunakan adalah perunggu dan besi. Maka muncul
daerah-daerah produsen barang, yang kemudian ditukarkan dengan barang
kebutuhan lain, sehingga terjadilah barter. Kebutuhan barang makin meningkat
memunculkan daerah konsumen, sehingga terjadilah perdagangan antar daerah.
Kebudayaan zaman logam terus berkembang hingga munculnya kerajaan-
kerajaan di Indonesia.

Kebudayaan logam yang dikenal di Indonesia berasal dari Dongson, nama


kota kuno di Tonkin yang menjadi pusat kebudayaan perunggu di Asia Tenggara.
Karena itu, kebudayaan perunggu di Indonesia disebut juga dengan Kebudayaan
Dongson (Vietnam). Munculnya kepandaian mempergunakan bahan logam, tentu
diikuti dengan kemahiran teknologi yang disebut perundagian. Logam tidak dapat

2
dipukul-pukul atau dipecah seperti batu untuk mendapatkan alat yang
dikehendaki, tetapi harus dilebur terlebih dahulu baru kemudian dicetak.

Perlu ditegaskan bahwa dengan dimulainya zaman logam bukan berarti


berakhirnya zaman batu, karena pada zaman logampun alat-alat dari batu terus
berkembang bahkan sampai sekarang. Sesungguhnya nama zaman logam
hanyalah untuk menyatakan bahwa pada zaman tersebut alat-alat dari logam
telah dikenal dan dipergunakan secara dominan. Zaman logam disebut juga
dengan zaman perundagian.

Cara pembuatan alat-alat perunggu pada zaman prasejarah dapat dikategorikan


menjadi dua cara sebagai berikut :
A cire perdue atau cetakan lilin, caranya yaitu membuat bentuk benda yang
dikehendaki dengan lilin. Setelah membuat model dari lilin, maka ditutup
dengan menggunakan tanah, dan dibuat lubang dari atas dan bawah.
Setelah itu, dibakar sehingga lilin yang terbungkus dengan tanah akan
mencair, dan keluar melalui lubang bagian bawah. Lubang bagian atas
dimasukkan cairan perunggu, dan apabila sudah dingin, cetakan tersebut
dipecah sehingga keluarlah benda yang dikehendaki.
Bivalve atau setangkup, caranya yaitu menggunakan cetakan yang
ditungkupkan dan dapat dibuka, sehingga setelah dingin cetakan tersebut
dapat dibuka, maka keluarlah benda yang dikehendaki, cetakan tersebut
biasanya terbuat dari batu atau kayu.
B. Hasil Kebudayaan Zaman Logam di Indonesia.
Nekara

3
Nekara dapat juga disebut Genderang Nobat atau Genderang Ketel karena
bentuknya semacam berumbung. Terbuat dari perunggu yang berpinggang di
bagian tengahnya, dan sisi atasnya tertutup. Bagi masyarakat prasejarah, nekara
dianggap sesuatu yang suci. Di daerah asalnya, Dongson, pemilikan nekara
merupakan simbol status, sehingga apabila pemiliknya meninggal, dibuatlah
nekara tiruan yang kecil yang dipakai sebagai bekal kubur.

Di Indonesia nekara hanya dipergunakan waktu upacara-upacara saja, antara


lain ditabuh untuk memanggil roh nenek moyang, dipakai sebagai genderang
perang, dan dipakai sebagai alat memanggil hujan. Daerah penemuan nekara di
Indonesia antara lain, Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Roti, dan Pulau Kei
serta Pulau Selayar, Pulau Bali, Pulau Sumbawa, Pulau Sangean.
Nekara-nekara yang ditemukan di Indonesia, biasanya beraneka ragam sehingga
melalui hiasan-hiasan tersebut dapat diketahui gambaran kehidupan dan
kebudayaan yang ada pada masyarakat prasejarah. Nekara yang ditemukan di
Indonesia ukurannya besar-besar. Contoh nekara yang ditemukan di Desa Intaran
daerah Pejeng Bali, memiliki ketinggian 1,86 meter dengan garis tengahnya 1,60
meter. Nekara tersebut dianggap suci sehingga ditempatkan di Pure Penataran
Sasih. Dalam bahasa Bali sasih artinya bulan, maka nekara tersebut dinamakan
nekara Bulan Pejeng.
Kapak Corong.

4
Kapak corong disebut juga kapak sepatu karena seolah-olah kapak
disamakan dengan sepatu dan tangkai kayunya disamakan dengan kaki. Bentuk
bagian tajamnya kapak corong tidak jauh berbeda dengan kapak batu, hanya
bagian tangkainya yang berbentuk corong. Corong tersebut dipakai untuk tempat
tangkai kayu. Bentuk kapak corong sangat beragam jenisnya. Salah satunya ada
yang panjang satu sisinya yang disebut dengan candrosa, bentuknya sangat
indah dan dilengkapi dengan hiasan.
Arca Perunggu.

Arca perunggu yang berkembang pada zaman logam memiliki bentuk


bervariasi, ada yang berbentuk manusia, ada juga yang berbentuk binatang. Pada
umumnya, arca perunggu
bentuknya kecil-kecil dan dilengkapi cincin pada bagian atasnya. Adapun fungsi
dari cincin tersebut sebagai alat untuk menggantungkan arca itu sehingga tidak
mustahil arca perunggu yang kecil dipergunakan sebagai bandul kalung. Daerah
penemuan arca perunggu di Indonesia adalah Palembang Sumsel, Limbangan
Bogor, dan Bangkinang Riau.
Bejana Perunggu.

5
Bejana perunggu ditemukan di tepi Danau Kerinci Sumatra dan Madura,
bentuknya seperti periuk tetapi langsing dan gepeng. Kedua bejana yang
ditemukan mempunyai hiasan yang serupa dan sangat indah berupa gambar-
gambar geometri dan pilin-pilin yang mirip huruf J.
Perhiasan Perunggu.

Perhiasan dari perunggu yang ditemukan sangat beragam bentuknya,


yaitu seperti kalung, gelang tangan dan kaki, bandul kalung dan cincin. Di antara
bentuk perhiasan tersebut terdapat cincin yang ukurannya kecil sekali, bahkan
lebih kecil dari lingkaran jari anak-anak. Untuk itu, para ahli menduga fungsinya
sebagai alat tukar. Perhiasan perunggu ditemukan di Malang, Bali, dan Bogor.
Manik-Manik.

6
Manik-manik yang berasal dari zaman perunggu ditemukan dalam jumlah
yang besar sebagai bekal kubur sehingga memberikan corak istimewa pada
zaman perunggu.

7
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Zaman logam adalah zaman dimana manusia sudah mengenal
teknologi pertukangan secara sederhana. Pada masa ini manusia
mulai mengenal logam perunggu dan besi. Pengolahan logam
memerlukan suatu tempat dan keahlian khusus. Tempat untuk
mengolah logam dikenal dengan nama perundagian dan orang
yang ahli mengerjakan pertukangan logam disebut undagi. Maka
zaman logam disebut juga zaman perundagian
Kebudayaan logam yang dikenal di Indonesia berasal dari
Dongson, nama kota kuno di Tonkin yang menjadi pusat
kebudayaan perunggu di Asia Tenggara. Karena itu, kebudayaan
perunggu di Indonesia disebut juga dengan Kebudayaan Dongson
(Vietnam). Munculnya kepandaian mempergunakan bahan logam,
tentu diikuti dengan kemahiran teknologi yang disebut
perundagian. Logam tidak dapat dipukul-pukul atau dipecah
seperti batu untuk mendapatkan alat yang dikehendaki, tetapi
harus dilebur terlebih dahulu baru kemudian dicetak

SARAN
Jadi,kita sebagai masyarakat Indonesia harus menjaga dan
melestarikan hasil peninggalan budaya pada zaman logam.

DAFTAR PUSTAKA

http://yoviersariadi.blogspot.co.id/2012/09/zaman-batu-dan-zaman-logam-
beserta.html

http://contohmakalahdocx.blogspot.com/2015/01/contoh-makalah-zaman-
logam.html

8
9

Anda mungkin juga menyukai