Lustry Andriyani, Fandy Nur Ikhsan, Nur Malikah, Lala Ardila, Amrina Maulida
[Ghina Fitri Ariesta S., S.E., M.Sc]
Program Studi Akuntansi Universitas Tidar
lustryandriyani@gmail.com, fandy220492@gmail.com, alika.ar26@gmail.com,
lalaardila.020998@gmail.com, amrinamaulida98@gmail.com,
[ghinafitri.ariesta@untidar.ac.id]
Abstrak
Kampung Batik Laweyan merupakan salah satu kawasan sentral batik di Solo yang sudah
berdiri sekitar 400-an tahun yang lalu. Selain sebagai kampung batik, Laweyan juga
merupakan kawasan cagar budaya yang didalamnya terdapat situs-situs bersejarah lainnya.
Hal tersebut menjadikan Kampung Batik Laweyan sebagai Kampoeng Wisata Historis.
Pengunjung bisa berwisata belanja sekaligus mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang
terdapat di Kampung Laweyan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
keberadaan Kampung Batik Laweyan sebagai wisata historis terhadap kesejahteraan
masyarakat. Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif yaitu penelitian tentang riset
yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa keberadaan Kampung Batik Laweyan sebagai wisata historis memiliki pengaruh
terhadap kesejahteraan masyarakat. Dapat dilihat dari sejarah masa lalu Kampung Laweyan
yang dahulu sempat mati karena tergeser dengan teknologi yang dibawa oleh pedagang Cina
lambat laun hidup kembali karena inisiasi dari para pemuda untuk mengembangkan Kampung
Laweyan. Awal dari upaya pengembangan tersebut dilatarbelakangi adanya nilai sejarah yang
terdapat pada bangunan-bangunan kuno yang ada di Kampung Laweyan. Perlahan-lahan
masyarakat Laweyan kembali ke usaha batik yang dulu pernah mereka tinggalkan.
Pendapatan masyarakatnya pun meningkat seiring dengan terkenalnya Kampung Laweyan.
1. Pendahuluan
Batik adalah kain yang dilukis menggunakan canting dan cairan malam
sehingga membentuk lukisan-lukisan bernilai seni tinggi diatas kain mori. Batik
merupakan salah satu warisan budaya yang dimiliki oleh Indonesia bahkan UNESCO
telah mengukuhkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan
Nonbendawi pada tanggal 2 Oktober 2009[1]. Setiap daerah di Indonesia terdapat
kerajinan batik diantaranya: Kota Yogyakarta, Magelang, Pekalongan, Bali, Madura
dan Solo. Salah satu penghasil kerajinan batik di Kota Solo yaitu Kampung Laweyan
atau selanjutnya kita sebut dengan Kampung Batik Laweyan. Kampung Batik
Laweyan merupakan salah satu kawasan sentral batik di Solo yang sudah berdiri
sekitar 400-an tahun yang lalu. Kampung ini sudah ada sejak tahun 1546 di zaman
Kerajaan Pajang. Masyarakat Laweyan pada saat itu banyak yang menekuni batik
sebagai mata pencaharian mereka. Saat itu teknologi pembuatan batik masih sangat
minim sehingga masyarakat banyak menghasilkan batik tulis. Memasuki tahun 1900-
an kampung batik ini memasuki masa-masa kejayaannya dimana banyak terdapat
saudagar dan pengusaha batik pribumi. Tahun 1911 berdiri Organisasi Serikat
Dagang Islam yang merupakan wadah bagi para pedagang pribumi yang berisikan
pengusaha-pengusaha batik dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Organisasi ini
bermaksud untuk melindungi pedagang-pedagang pribumi dari perbedaan perlakuan
oleh penguasa Hindia Belanda dan dari kompetitor asal China. Kampung Laweyan
juga merupakan kawasan cagar budaya yang didalamnya terdapat situs-situs
bersejarah lainnya. Hal tersebut menjadikan Kampung Batik Laweyan sebagai
Kampoeng Wisata Historis. Pengunjung bisa berwisata belanja sekaligus
mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang terdapat di Kampung Laweyan.
Tempat-tempat tersebut antara lain adalah Langgar Laweyan, Langgar Merdeka,
Langgar Makmur, Makam Ki ageng Henis, Bekas Pasar Laweyan, Bekas Bandar
Kabanaran, Museum Haji Samanhudi dan masih banyak tempat yang bisa
dikunjungi[2]. Sepanjang perjalanan menyusuri Kampung Laweyan ini pengunjung
akan disuguhkan dengan suasana kampong bernuansa modern. Bangunan-bangunan
yang memiliki desain arsitektur Jawa Kuno dipengaruhi juga oleh gaya Eropa, China,
dan Islam masih terjaga keasliannya meskipun ada beberapa bangunan yang perlu
dilakukan renovasi, showroom-showroom batik yang berjejeran sepanjang jalan akan
memanjakan hasrat belanja pengunjung.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari keberadaan
Kampung Batik Laweyan sebagai kampung wisata historis terhadap kesejahteraan
masyarakat sekitar, mengetahui potensi wisata yang terdapat pada Kampung Batik
Laweyan, serta mengetahui pendapatan masyarakat Kampung Batik Laweyan.
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada
masyarakat secara luas mengenai Kampung Laweyan sebahai Kampung Batik
sekaligus Kampung Wisata Historis sehingga dapat menaikkan eksistensi Kampung
Laweyan dimana hal tersebut dapat meningkatkan pendapatan masyarakatnya serta
dapat dijadikan sebagai bahan referensi kajian destinasi untuk para wisatawan.
2. Kajian Pustaka
2.1 Kampung Batik Laweyan: Wisata Batik dengan Suasana Lawas Khas Solo
Langkah-langkah pengembangan wisata heritage di Kampung Laweyan, Solo
memberikan dampak positif terhadap masyarakat sekitar. Jumlah pengusaha batik di
kampung ini bertambah drastis. Pendapatan masyarakat dari penjualan batik
meningkat seiring terkenalnya Kampung Laweyan. Masyarakat Laweyan pun
perlahan-lahan kembali ke mata pencaharian mereka sebagai pengusaha batik[3].
2.2 Persepsi Wisatawan Terhadap Atraksi Arsitektural di Kampoeng Batik Laweyan
Bentuk rumah tinggal yang dimiliki oleh sebagian besar rumah saudagar batik
memiliki arsitektur tradisional khas Laweyan. Atap bangunannya kebanyakan
menggunakan atap limasan bukan joglo. Perkembangan yang dilakukan sebagai salah
satu usaha untuk lebih mempertegas eksistensinya sebagai kawasan yang spesifik,
corak bangunan di Laweyan banyak dipengaruhi oleh gaya arsitektur Eropa dan Islam,
sehingga banyak bermunculan bangunan bergaya arsitektur India (Jawa-Eropa)
dengan model gedong.[4]
3. Metode Penelitian
Masa kejayaan ini sempat berakhir di tahun 1970-an dimana teknologi batik
printing dari Cina mulai memasuki kampung ini. Batik printing mulai mematikan
usaha pedagang-pedagan lokal karena kelebihannya dengan teknologi produksi batik
secara massal, dibandingkan produksi batik tulis yang membutuhkan waktu 2 sampai
4 bulan untuk menyelesaikan selembar kain batik yang menyebabkan kampung ini
menjadi mati dan usaha batik mulai ditinggalkan masyarakat.
Penghidupan kembali Kampung Batik Laweyan diinisiasi oleh pemuda
setempat karena melihat potensi nilai sejarah kampung ini. Penghidupan kembali
kampung ini ditandai dengan konservasi terhadap 30 rumah kuno yang memiliki nilai
sejarah dalam perkembangan Batik Laweyan. Lingkungan kampung pun ditata lebih
rapi oleh pemerintah. Berikut beberapa bangunan konservasi yang terdapat di
Kampung Laweyan.
Gambar 4.7. Proses Pembuatan Batik Gambar 4.8. Motif Kain Batik Laweyan
(Sumber gambar: pariwisata.surakarta.go.id (Sumber gambar: solo.tribunnews.com
4.3 Hasil
Tahun 1970 Kampung Laweyan sempat mengalami kemunduran karena
munculnya teknologi printing yang dibawa oleh Cina sehingga pedagang batik tulis
banyak yang meninggalkan usahanya. Kampung Laweyan kembali berjaya ketika ada
inisiatif dari para pemuda Laweyan yang menemukan adanya nilai sejarah yang
terdapat di Kampung Laweyan. Pemerintah Solo juga ikut dalam mengembangkan
Kampung Laweyan dengan melakukan penataan lingkungan yang lebih rapi. Terdapat
30 rumah kuno dikonservasi karena memiliki nilai sejarah. Perlahan-lahan
masyarakat kembali ke usaha mereka sebagai pedagang batk. Pengembangan tersebut
membawa dampak positif kepada masyarakat ditandai dengan bertambahnya
pedagang batik, peningkatan pendapatan seiring dengan terkenalnya Kampung Batik
Laweyan serta peningkatan jumlah pengunjung setiap tahunnya. Total penjualan
Kampung Batik Laweyan dari tahun ke tahun (2006-2010) mengalami peningkatan
seiring terkenalnya Kampung Batik Laweyan.
Sampai saat ini masih belum dilakukan pencatatan dan pendataan jumlah
pengunjung batik oleh para pelaku usaha di Kampung Batik Laweyan maupun oleh
para pengurus yang tergabung dalam Paguyuban Kampung Batik Laweyan sehingga
data pengunjung dapat didapatkan melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota
Solo[8].
Referensi
[1] Cinthia P, Afifah (28 Februari 2019). Batik Adalah Seni Lukis Unik Khas Indonesia,
Kenali Jenis-Jenisnya. Dikutip 16 Oktober 2019 dari Liputann6:
https://m.liputan6.com/lifestyle/read/3906154/batik-adalah-seni-lukis-unik-khas-
indonesia-kenali-jenis-jenisnya
[2] Satrio P, Andri., Antariksa., Hariyani Septiani. Pelestarian Kawasan Kampung Batik
Laweyan Kota Surakarta, Universitas Brawijaya
[3] Emilio, Kevin. Kampung Batik Laweyan: Wisata Batik dengan Suasana Lawas Khas
Solo. Dikutip 8 Oktober 2019 dari Bon Voyage Jogja City Guide:
https://bonvoyagejogja.com/kampung-batik-laweyan-wisata-batik-dengan-suasana-lawas-
khas-solo/
[4] Aulia Nurani, Yusnita (2017). Persepsi Wisatawan Terhadap Atraksi Arsitektural di
Kampoeng Batik Laweyan. Universitas Gajah Mada. Diunduh 16 Oktober 2019 dari
http://etd.repository.ugm.ac.id/
[5] Todaro, Michael, 2010, Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta: Balai
Aksara
[6] Rizal, Ahmad Saiful (2014). PERANAN HAJI OEMAR SAID TJOKROAMINOTO
DALAM PERUBAHAN SAREKAT DAGANG ISLAM MENJADI SAREKAT ISLAM, UIN
Sunan Ampel Surabaya. Dikutip 17 Oktober 2019 dari: http://digilib.uinsby.ac.id/1777/
[7] Setyo W, Wahyu (2017). Batik, Denyut Nadi Kehidupan di Kampung Laweyan Solo.
Dikutip 17 Oktober 2019 dari detiktravel: https://m.detik.com/travel/domestic-
destination/d-3501959/batik-denyut-nadi-kehidupan-di-kampung-laweyan-solo
[8] Elma W, Diana (2012). Strategi Pemasaran Kampung Batik Laweyan. Universitas
Indonesia.