Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN HASIL BUDAYA MASYARAKAT PRAAKSARA

Kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan,
kesenian, dan adat istiadat.

Luasnya wilayah Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau, membuat penduduk di setiap pulau hidup
dan menetap terpisah satu sama lain. Penduduk membentuk suku sendiri-sendiri yang masing-
masing memiliki kebiasaan hidup dan adat istiadat yang berbeda. Seiring berjalannya waktu,
kebiasaan hidup dan adat istiadat menjadi budaya yang diwariskan kepada generasi penerusnya
secara turun-temurun dan terus dilestarikan hingga saat ini.

Ternyata kebudayaan masyarakat Indonesia sudah ada sejak zaman praaksara. Praaksara berasal


dari gabungan dua kata, yaitu pra dan aksara. Pra artinya sebelum dan aksara berarti tulisan. Masa
praaksara merupakan masa sebelum manusia mengenal bentuk tulisan.

a. Zaman Paleolithikum

Paleolithikum berasal dari dua kata yaitu paleos artinya tua dan lithikum dari kata lithos artinya batu.
Paleolithikum disebut juga jaman batu tua. Zaman ini diperkirakan berlangsung pada masa
Pleistosen awal, yaitu kira-kira 600.000 tahun yang lalu. Alat-alat hasil budayanya terbuat dari batu
yang masih sangat kasar buatannya. Berdasarkan tempat penemuannya, hasil budaya masa
Paleolithikum dibagi menjadi 2, yaitu : kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.

1. Kebudayaan Pacitan
Alat-alat dari kebudayaan Pacitan berupa kapak genggam, kapak perimpas, kapak penetak dan flake
(alat dari serpihan batu). Alat- alat jenis ini juga ditemukan di daerah Sukabumi (Jawa Barat), Perigi
dan Gombong (Jawa Tengah), Tambangsawah (Bengkulu), Lahat (Sumatra Selatan), di Kalianda
(Lampung), Cabenge (Sulawesi Selatan), Awang Bangkal (Kalimantan Selatan), Trunyan (Bali),
Maumere (Flores), dan Atambua (Timor). Sekaligus membuktikan proses migrasi manusia purba
menyebar hampir di seluruhg Kepulauan Indonesia.

2. Kebudayaan Ngandong

Alat-alat dari budaya Ngandong (daerah di dekat kota Ngawi, Jawa Timur), hampir sama dengan alat-
alat dari kebudayaan Pacitan; tetapi di Ngandong banyak ditemukan juga alat dari tulang-belulang
hewan. Alat yang sama juga ditemukan di Sangiran (Jawa Tengah) dan Cabenge (Sulawesi Selatan).

b. Zaman Mesolithikum

Zaman ini juga disebut juga zaman batu tengah/zaman batu madya, diperkirakan berlangsung pada
masa Holosen (10.000 tahun yang lalu). Manusia pendukung budaya ini adalah Homo Sapiens. Pada
zaman ini manusia telah mampu membuat gerabah yang dibuat dari tanah liat, kapak genggam
Sumatra (Sumatralith pebble culture), alat tulang yang ditemukan di Sampung (bone culture) dan
sejumlah flake yang ditemukan di Toala (flake culture).

PERALATAN DARI TULANG


PERKAKAS ZAMAN BATU

kehidupan manusianya semi sedenter; banyak yang tinggal di gua-gua di tebing pantai, yang
dinamakan Abris Sous Roche, banyak ditemukan tumpukan sampah dapur yang disebut dengan
kjokkenmoddinger. Di situ sampung banyak ditemukan alat-alat dari tulang, arkeolog Van Stein
callenfels juga menemukan fosil dari ras austromelanesoid, yang diperkirakan sebagai nenek moyang
suku bangsa Papua sekarang. Hasil budaya yang menonjol adalah lukisan gua yang diteliti oleh router
dan Galis. Lukisan gua ini tersebar hampir di seluruh kepulauan Indonesia, terutama wilayah timur.
Lukisan tapak tangan juga ditemukan di gua leang-leang, Sulawesi Selatan; cap jari tangan warna
merah di sana diperkirakan sebagai simbol kekuatan atau lambang kekuatan pelindung terhadap
roh-roh jahat, dan Cap cap tangan yang jari-jarinya tidak lengkap diperkirakan sebagai ungkapan
duka atau berkabung.

c. Zaman Neolithikum

Zaman ini disebut juga zaman batu baru, perkembangan kebudayaan pada zaman ini sudah lebih
maju, seiring dengan datangnya rumpun Proto Melayu dari wilayah Yunan, di Cina Selatan. Orang-
orang Proto Melayu ini datang dengan membawa hasil budaya berupa kapak persegi dan kapak
lonjong.
Kapak persegi banyak ditemukan di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Nusa Tenggara, diperkirakan
masuk ke Indonesia melalui jalan barat, yaitu dari Yunan ke Semenanjung Malaka, Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku. Kapak persegi dibuat dengan lambang kebesaran,
jimat, alat upacara atau alat tukar. Kapak lonjong adalah kapak yang penampangnya berbentuk
lonjong, ujungnya agak Lancil sehingga dapat dipasangi tangkai. Kapak lonjong mempunyai dua
ukuran, yaitu : (1) ukuran kecil kleinbeil dan (2) ukuran besar walzebeil. Sebagian besar wilayah
temuan di daerah Papua, karenanya disebut juga neolitikum Papua. Juga ditemukan di Sulawesi,
Sangihe Talaud, Maluku dan kepulauan Tanimbar. Hasil budaya lainnya zaman ini adalah majunya
tradisi gerabah, yang berfungsi sebagai wadah untuk keperluan rumah tangga.

Di beberapa tempat gerabah yang dibuat pada zaman ini digunakan sebagai tempat menyimpan
tulang-belulang manusia seperti yang ditemukan di wilayah pantai Selatan Jawa (Yogyakarta,
Pacitan) kandang lembu di Banyuwangi, melolo (Sumba) dan Minangka sipakka di Sulawesi Barat.
Sedangkan di Gilimanuk (Bali) ditemukan gerabah yang digunakan sebagai bekal kubur.

d. Zaman Megalithikum

Mega berarti besar, dan lithikum berarti batu artinya zaman batu besar. Hasil budayanya berupa
bangunan-bangunan besar yang berfungsi sebagai sarana pemujaan kepada roh nenek moyang.
kebudayaan ini berlangsung hingga zaman logam; bahkan sampai saat ini kita masih menjumpai di
berbagai daerah di Indonesia sebagai sisa-sisa tradisi budaya megalitikum. Adapun hasil budaya
Megalitikum meliputi : menhir, batu berundak, dolmen, kubur batu, sarkofagus, waruga serta Arca
batu.
MENHIR

DOLMEN

SARFOKAGUS

BATU BERUNDAK

KUBUR BATU

WARUGA
ARCA BATU

e. Zaman Logam

Zaman logam di Indonesia dapat dikatakan merupakan zaman perunggu. Kebudayaan di Asia
Tenggara disebut juga kebudayaan Dongson. Nama tersebut diambil dari sebuah daerah asal dari
kebudayaan itu di Indocina. Menyebar di Indonesia sekitar tahun 500 SM. Perunggu merupakan
paduan bahan tembaga dan timah, untuk membuat barang barang dari logam dengan
mempergunakan teknik yaitu : a) teknik a cire perdue, lebih dulu model dibuat dari lilin, kemudian
dibungkus dengan tanah liat bagian atasnya diberi lubang. Dengan memanaskan tanah liat ini, maka
lilin mencair lalu dituang keluar melalui lubang atas kemudian diisi dengan cairan perunggu (logam).
b) teknik bivolve (cetak setangkup), terlebih dahulu sebelum membuat barang-barang dari logam
yang diinginkan dengan membuat model cetakan cetakan, baru kemudian bahan logam dituangkan
dalam cetakan cetakan yang diinginkan itu.

beberapa alat perunggu yang penting adalah :

1. Kapak corong, bentuknya seperti corong disebut juga kapak sepatu. Kapak corong yang panjang
disebut candrasa, ditemukan di daerah Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah dan selatan,
Pulau Selayar dan Papua.
2. Nekara, merupakan alat bunyi-bunyian yang digantungkan secara mendatar dan dipukul dari atas.
Banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Bali, Sumbawa, roti, Selayar, kei. Suatu nekara yang
ukurannya lebih kecil dan bentuknya lebih memanjang disebut moko dan banyak ditemukan di
Kepulauan Alor, daerah NTT.

3. Barang perhiasan, berupa gelang tangan, gelang kaki atau binggel, anting-anting, kalung, cincin.

4. Bejana, merupakan semacam periodik ketemu kan di Kerinci daerah Sumatera Tengah dan
Madura.

Zaman tembaga di Indonesia tidak dikenal. Setelah zaman perunggu, zaman logam yang paling akhir
yaitu zaman besi. Pada Zaman ini manusia sudah mampu membuat alat alat dari besi dengan cara
melebur biji biji besi dan mencetaknya sesuai dengan yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai